Anda di halaman 1dari 42

HUBUNGAN PERAWATN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN

BENDUNGAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS DI


KLINIK BERSALIN Hj. NIRMALA SAPNI Amd. Keb
KEC. MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

ELLYA MAISAROH LUBIS


NPM : 1819002091

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
T.A 2018/2019
HALAMA PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PERAWATN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN


BENDUNGAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS DI
KLINIK BERSALIN Hj. NIRMALA SAPNI Amd. Keb
KEC. MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN

Oleh :

ELLYA MAISAROH LUBIS


NPM : 1819002091

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui


Untuk diseminarkan di hadapan peserta seminar
STIKes Mitra Husada Medan

Pembimbing

Ernamari,SST., M. Keb

Menyetujui, Mengetahui,
Prodi Kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Mitra Husada Medan
K.a Prodi Ketua

Febriana Sari, SST,. M. Keb Siti Nurmawan Sinaga, SKM,. M. Kes


NIDN : 01-0302-9004 NIDN : 01-1810-7402
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal

Skripsi dengan judul “Hubungan Perawatn Payudara Dengan Kejadian Bendungan

Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Nifas Di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb

Kec. Medan Perjuangan Kota Medan”

Penulis Proposal Skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Drs. Imran Saputra Surbakti, M.M, selaku ketua pengurus yayasan Mitra Husada

Medan yang telah memberian fasilitas, sarana dan prasarana di STIKes Mitra Husada

Medan.

2. Siti Nurmawan Sinaga, S.K.M, M.Kes, selaku ketua STIKes Mitra Husada Medan

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembelajaran maupun sarana di

STIKes Mitra Husada Medan.

3. Febriana Sari, S.S.T, M.Keb selaku Kepala Prodi Kebidanan Program Sarjana

Terapan yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan Proposal Skripsi.

4. Ernamari, S.S.T, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran,

arahan, serta bimbingan selama penulis melakukan penyusunan Proposal Skripsi.

5. Marlina Simbolon, S.S.T, M.Kes selaku wali tingkat yang telah memberikan arahan

dan bimbingan.
6. Seluruh Staf Dosen STIKes Mitra Husada Medan yang telah memberikan

pengetahuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di STIKes Mitra Husada

Medan.

7. Hj. Nirmala Sapni, Amd. Keb selaku pemilik Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni

Amd. Keb yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Teristimewa kepada ayahanda tercinta Muhammad Soleh Lubis dan ibunda tercinta

Nurmah Hasibuan dan kepada adik tersayang Khairun Nisa Lubis dan Abdullah

Kohir yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan dan bantuan baik

moril maupun materil serta do’a yang tiada pernah berhenti mengalir selama penulis

mengikuti pendidikan sampai saat ini.

Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan dengan maksimal mungkin, namun

sebagai manusia penulis tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga Laporan Skripsi ini

dapat bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2019

Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ....... i


HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL. ............................................... .... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori ........................................................................... 8
2.1.1 Definisi Masa Nifas ....................................................... 8
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas ........................................... 8
2.1.3 Tahapan Masa Nifas ...................................................... 9
2.1.4 Kunjungan Masa Nifas .................................................. 10
2.1.5 Proses Laktasi dan Menyusui ........................................ 12
2.1.5.1 Definisi Laktasi ............................................... 12
2.1.5.2 Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu ................ 12
2.1.6 Bendungan Air Susu Ibu ............................................... 15
2.1.6.1 Definisi Bendungan Air Susu Ibu ................... 15
2.1.6.2 Etiologi Bendungan Air Susu Ibu ................... 16
2.1.6.3 Patofisiologi Bendungan Air Susu Ibu ............ 17
2.1.6.4 Tanda dan Gejala Bendungan Air Susu Ibu .... 18
2.1.6.5 Penanganan Bendungan Air Susu Ibu ............. 19
2.1.7 Perawatan Pyudara ........................................................ 21
2.1.7.1 Definisi Perawatan Payudara .......................... 21
2.1.7.2 Tujuan Perawatan Pyudara.............................. 21
2.1.7.3 Manfaat Perawatan Payudara .......................... 22
2.1.7.4 Waktu Perawatan Payudara............................. 22
2.1.7.5 Persiapan Alat Perawatan Payudara ................ 23
2.1.7.6 Langkah Perawatan Payudara ......................... 23
2.2 Kerangka Teori.......................................................................... 26
2.3 Hipotesis.................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 27
3.2 Kerangka Konsep ...................................................................... 27
3.3 Definisi Operasional.................................................................. 28
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................. 28
3.4.1 Populasi ......................................................................... 28
3.4.2 Sampel ........................................................................... 28
3.5 Teknik Sampling ....................................................................... 29
3.6 Lokasi Penelitian ....................................................................... 29
3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 29
3.7.1 Jenis Data ...................................................................... 29
3.7.2 Teknik Pengambilan Data ............................................. 30
3.7.3 Metode Pengumpulan Data ........................................... 30
3.8 Analisi Data............................................................................... 31
3.8.1 Analisis Univariat .......................................................... 31
3.8.2 Analisis Bivariat ............................................................ 32
3.9 Jadwal Penelitian....................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1Kerangka Teori .............................................................................. 26


Gambar 3.1Kerangka Konsep .......................................................................... 27
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1Definisi Operasional ........................................................................ 28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang

dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk mendukung produksi air susu ibu

(ASI), selain itu untuk kebersihan payudara dan perawatan pada bentuk puting susu yang

masuk ke dalam atau datar. Masalah puting susu bukanlah halangan bagi ibu untuk

menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk

mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga

sangat penting memperhatikan kebersihan personal hygiene (Meihartati, 2017).

Kejadian Bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak

lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat

menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak

mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan

menyebabkan Bendungan ASI pada Payudara, Pembendungan ASI dapat terjadikarena

penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan

ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.


Menurut data WHO terbaru pada tahun 2013 di Amerika Serikat persentase

perempuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05 % atau

sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu

yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 orang dari 9.862 orang ( WHO, 2015).

Menurut data ASEAN pada tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan

kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat

ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015

ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang dari Hal ini disebabkan

karena kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih

relatifrendah (Depkes RI, 2014).

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah program berkelanjutan

dimana di dalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang terukur dengan tenggat

waktu yang ditentukan. SDGs ini di terbitkan pada tanggal 21 oktober 2015

menggantikan program sebelumnya yaitu Millennium Development Goals (MDGs)

sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai

Negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Adapun tujuan SDGs yang ke tiga yaitu kesehatan yang baik (Sistem Kesehatan

Nasional) menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

orang disegala usia. Pada tahun 2030 mengurangi angka

kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2030 mengakhiri

kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh Negara berusaha
menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup

dan angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup. (Zulfitria D., 2017)

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015

menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985

atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan

ASI sebanyak 77.231 atau (37, 12 %) ibu nifas. (SDKI, 2015)

Cakupan kunjungan Nifas (KF3) Indonesia menunjukkan kecenderungan

peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Namun demikian nampak

adanya penurunan cakupan kunjungan nifas pada tahun 2016 lebih rendah dibanding

tahun 2015. Pada tahun 2014 cakupan kunjungan nifas sebesar 86,41%, pada tahun 2015

sebesar 87,06%, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar

84,41%. Penurunan tersebut disebabkan dari beberapa faktor salah satunya kurangnya

kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga pentingnya pemeriksaan kesehatan pada

saat nifas (Kemenkes RI, 2016).

Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2016

memiliki cakupan kunjungan tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 94,65%, Jambi sebesar

94,38%, Jawa Timur sebesar 94,30%, Sumatera Selatan sebesar 94,02%, Sumatera Utara

sebasar 80,58%. Sedangkan cakupan kunjungan nifas terendah yaitu provinsi Papua

sebesar 30,46%, terendah kedua Papua Barat sebesar 48,11, dan Nusa Tenggara Timur

sebesar 59,20% (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Pada Provinsi Sumatera Utara cakupan Kunjunga Nifas mencapai 84,62%, angka

ini mengalami penurunan bila dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 86,7, pada tahun
2012 sebesar 87,39%. Pencapaian cakupan per kabupaten/kota dimana Cakupan

Kunjungan Nifas tertinggi kota medan sebesar 98% dan cakupan kunjungan terendah

kabupaten Nias Barat sebesar 54,03% (Profil Sumut, 2014).

Menurut (Sulistiyawati, 2009) masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai

setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa pemulihan nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Beberapa Ibu nifas yang tidak melakukan perawatan payudara mengatakan ASI tidak

lancer. Ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar,

diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara,

kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan,

kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Dampak dari tidak

melakukannya perawatan payudara dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif yaitu

puting susu tidak menonjol, anak susah menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI

terbatas, payudara meradang, payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulit payudara

terutama puting akan mudah lecet, pembekakan payudara atau bendungan ASI.

Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya

pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara

bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat

sesudah melahirkan. Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan

dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan

jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang
merupakan kelanjutan dari mastitis. Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara

harus dirawat dengan baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang

mungkin akan terjadi selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara indah

kembali, perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat

menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama menyusui.

Agar lebih optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara sejak masa

kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan payudara

untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan perwatan payudara setelah melahirkan

dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut

lakuakan 2 kali sehari (Pitria, 2018)

Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada

Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota

Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan masalah

dalam hal ini adalah Adakah “Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian

Bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni

Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala
Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas

di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan

Kota Medan

b. Mengidentifikasi cara perawatan payudara pada ibu Nifas di Klinik

Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.

c. Menganalisis hubungan perawatan payudara dengan kejadian bendungan

Air Susu Ibu (ASI) pada ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni

Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa STIKes Mitra

Husada Medan dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan dan menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada

perkuliahan kepada masyarakat.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan tentang Ibu Nifas dengan Bendungan Air Susu Ibu.

d. Bagi Ibu
Untuk mengetahui dan dapat lebih memahami pentingnya perawatan payudara pada masa

nifas.

e. Bagi Petugas Kesehatan

Untuk masukan dan dapat membantu dalam memberikan asuhan terhadap Ibu Nifas

dengan Bendungan Air Susu Ibu.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir kira-

kira 6 minggu, istilah puerperium berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya

melahirkan menunjukan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode

persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita kekondisi normal seperti

sebelum hamil. (Maryunani, 2016)

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan. Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi

kembali kekeadaan tidak hamil yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.

(Marmi, 2015)

2.1.2 Tujuan asuhan Masa Nifas

Menurut Maryunani (2015), tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah

sebagai berikut:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisnya.


b. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, cara dan

manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB

e. Memberi peluang orang tua untuk memelihara bayinya

f. Memberi pelajaran kepada ibu untuk merawat dirinya dan bayinya

Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seorang bidan sangat dituntut

dalam memberikan pendidikan dalam kesehatan ibu dan keluarga. Keterampilan yang

harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi pendidikan yang sesuai dangan

kondisi pasien, teknik penyampaian, dan pendekatan psikologis yang efektif sesuai

dengan budaya setempat.

Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang

beranggapan jika bayi telah lahir selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada

masalah maka tidak perlu lagi dilakukan pendaampingan pada ibu.

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap menurut (Dr. taufan nugroho, 2014):

a. Puerperium dini

Merupakan suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial

Merupakan masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang

lebih 6 minggu.

c. Remote puerperium

Merupakan waktu yang di perlukaa untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi.

Sedangkan tahapan masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalah:

d. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena

itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

e. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

f. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB.


2.1.4 Kunjungan Masa Nifas

Kebijakan pemerintah mengenai masa nifas merekomendasikan paling sedikit 4

kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai kodisi ibu dan bayi,

melakukan pencengahan terhadap kemampuan dan keyakinan adanya gangguan

kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang

terjadi pada masa nifas dan menagani komplikasi atau masalah yang timbul dan

menggangu kesehatan ibu nifass dan bayinya

Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib diberikan

sewaktu melakukan kunjungan masa nifas :

a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah

perdarahan masa nifas, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, jika

petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru

lahir untuk 2 jam petama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

sehat.

b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uteri berjalan

normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam atau infeksi,

memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan


konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat

dan merawat bayi sehari hari.

c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti diatas.

d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami, memberikan konseling untuk Keluarga

Berencana (KB) secara dini. (Ai yeyeh rukiah, 2014)

2.1.5 Proses Laktasi Dan Menyusui

2.1.5.1 Definisi Laktasi

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI), dimana calon ibu

harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi : cukup

sehat untuk menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. (Ai yeyeh

rukiah, 2014)

Hisapan bayi memicu pelepasan Air Susu Ibu dari alveolus mamma melalui

duktus ke sinus lactiferous. Pada saat bayi mengisap, ASI didalam sinus tertekan keluar,

ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”.

Pada akhirnya let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi

bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.

(Sulisystiawati, 2009)

2.1.5.2 Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)

Pengeluaran ASI merupakan suatu inteeraksi yang sangat kompleks antara

ransangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam


menyusui berbeda-beda, sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar

dibandingkan yang lain, laktasi mempunyai dua pengertian yaitu :

a. Pembentukan ASI (Refleks Proklatin)

Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya

payudara, yang disebabkan oleh adanya polifrerasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-

sel kelenjer pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses

poliferasi dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen,

proklatin, kariogona dotropin, setrogen dan progesteron.

Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung

puting susu keluar cairan colostrum. Cairan colostrum keluar karena pengaruh

hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun jumlah

colostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak

berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh

hormon estrogen.

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya

plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap

prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi

untuk membuat air susu. Penurunan kadar estrogen memungkinkan naiknya kadar

prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.

b. Pengeluaran Air Susu Ibu (Refleks Letdown/Pelepasan ASI)

Proses pelepasan ASI atau sering disebut sebagai refleks “letdown” harus dibawah

kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi ini akan

memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus

untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi sehingga ASI

tersedia bagi bayi.

Terdapat faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks “letdown/pelepasan ASI”

ini yaitu pada saat ibu :

1. Melihat bayi

2. Mendengarkan suara bayi

3. Mencium bayi

4. Memikirkan untuk menyusui bayi

Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks “letdown/pelepasan ASI yaitu

stres seperti :

1. Keadaan bingung atau psikis kacau

2. Takut

3. Cemas

4. Lelah

5. Malu

6. Merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat

lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan.
Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi

Menyusui Dini). Dengan seringnya menyusui penciutan uterus akan terjadi makin cepat

dan makin baik tidak jarang perut ibu terasa mules yang sangat pada hari-hari pertama

menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus

kebentuk semula.

2.1.6 Bendungan Air Susu Ibu (ASI)

2.1.6.1 Definisi Bendungan Air Susu Ibu

Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri

di sertai kenaikan suhu badan, bendungan ASI dikarenakan penyempitan duktus

laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau

karena kelainan pada puting susu. (Maryunani, 2016)

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah

memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak

lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat

menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat

pembatasan waktu menyusui.

Sesudah bayi dan plasenta lahir, kader Estrogen dan Progesteron turun dalam 2-3

hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu

hamil, dan sangat dipengaruhi oleh Estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi

prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjer mamma


terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil.

Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusui dengan baik, atau

kemudian apabila terjadi kelenjer-kelenjer tidak kosongkan dengan sempurna, terjadi

pembendungan air susu ibu. (Ai yeyeh rukiah, 2014)

2.1.6.2 Etiologi Bendungan Air Susu Ibu (ASI)

Menurut (Ai yeyeh rukiah, 2014), beberapa faktor yang dapat

menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila

bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka

masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak

dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).

b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,

maka akan menimbulkan bendungan ASI).

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam

menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan

rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya

dan terjadi bendungan ASI).


d. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi

dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi

tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).

e. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan

pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan

merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan

dan menimbulkan bendungan ASI).

f. Pengeluaran ASI (Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak

keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak

(poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/disusukan. (Ai yeyeh rukiah, 2014)

Sedangkan menurut (Maryunani, 2016) faktor penyebab Bendungan Air Susu Ibu:

g. Hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjer getah bening akibat ASI

terkumpul dalam payudara yang terjadi karena produksi ASI yang berlebihan.

h. ASI tidak di susu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

i. Bayi menyusu dengan jadwal yang tidak adekuat.

j. Posisi menyusui yang salah

k. Puting susu yang datar

l. BH yang terlalu ketat

m. Puting susu yang tidak bersih menyebabakan sumbatan pada duktus.


2.1.6.3 Patofisiologi Bendungan Air Susu Ibu

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun

dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu

hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi

prolaktin oleh hipofisis.

Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air

susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel

mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.

Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik,

atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala

yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat

dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.

ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung

membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak

mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-

kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam.

(http://s3.amazonaws.com di akses pada tanggal 18 Juli 2012)

2.1.6.4 Tanda Gejala Bendungan Air Susu Ibu

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi,

karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar, dan sulit dihisap oleh bayi,

kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa
nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan

atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah

menyusu. (Saleha, 2009)

Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu bisa mendatar

sehingga bayi sulit menyusu. Pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi

menyempit. Payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,

suhu tubuh sampai 380C. (Ai yeyeh rukiah, 2014)

2.1.6.5 Penanganan Bendungan ASI

Menurut (Maryunani, 2016), penanganan Bendungan Air Susu Ibu adalah sebagai

berikut:

a. Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi puting ibu agar

bayi mencium aromanya dan lebih berselera menyusu.

b. Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia mau.

c. Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa hingga wajah

dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya harus lurus searah dari

telinga, hidung, dan badannya. Dagunya menempel di payudara ibu.

d. Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan membungkuk, kalau

perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang baru saja menjalani

persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir karena posisi bayi berada

di atas perut.
e. Jika paudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya di siku lengan

kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara. Begitu pula sebalikya.

f. Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diatas puting dan

keempat jari menyangga payudara.

g. Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak lepaskan puting

dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau

tekan dagu bayi agar bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung menarik puting

terlalu kuat selagi masih berada didalam mulut bayi karena akan membuatnya

lecet.

h. Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah menyusui

bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk pelumasan dan pelindungan.

Jika menggunakan obat dokter, seka puting dengan air atau waslap basah yang

lembut setiap kali akan menyusui.

Sedangkan menurut (Sulisystiawati, 2009) untuk penanganan Bendungan Air Susu Ibu

(ASI) dapat dilakukan langkah-langkah berikut :

i. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.

j. Ibu harus rileks

k. Dekatkan bayi pada ibu agar ibu dapat memandangnya

l. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara) menggunakan

ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah jarum jam kurang lebih selama

3 menit

m. Belai dengan lembut kedua payudara menggunakan minyak plumas


n. Lakukan stimulasi pada kedua puting. Caranya, pegang puting dengan 2 jari

pada arah yang berlawanan, kemudian putar puting dengan lembut searah

jarum jam

o. Selanjutnya, kompres dengan air hangat dan dingin untuk mengurangi odem

p. Pakai BH sesuai ukuran dan bentuk payudara, yang dapat menyangga

payudara dengan baik.

q. Bila terlalu sakit, dapaat diberikan obat analgesik paracetamol 500 mg.

2.1.7 Perawatan Payudara

2.1.7.1 Defenisi Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama

selama masa nifas (masa menyusui)untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan

payudara adalah perawatan setelah ibu melahirkan dan sedang atau tidak menyusui yang

merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar

dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai

menyusui dikarenakan payudara satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan

pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan dengan sedini mungkin.

Perawatan payudara yang tidak tepat, bisa menimbulkan kanker payudara.Gejala

awal penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan sebesar kelereng. Benjolan ini

tidak teraba dengan tangan ketika ukurannya kecil. Selain itu, salah satu puting susu

mengeluarkan cairan berwarna merah dan berbekas di bra jika gejala ini muncul,

sebaiknya segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.


2.1.7.2 Tujuan Perawatan Payudara

Tujuan dilakukannya perawatan payudara adalah :

1) Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu

sehingga memperlancar pengeluaran ASI dengan cara menjaga agar payudara

senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat menyusui payudara ibu

akan kontak langsung dengan mulut bayi.

2) Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara, serta menjaga

keindahan bentuk payudara

3) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

4) Untuk memperbanyak produksi ASI

5) Untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara

2.1.7.3 Manfaat Perawatan Payudara

Adapun manfaat perawatan payudara selama masa nifas yaitu :

a. Menjaga kebersihan payudara terutama pada puting susu.

b. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan

lancar.

c. Mendeteksi kelainan-kelainan pada payudara secara dini.

d. Melakukan upaya mengatasi serta mempersiapkan mental ibu untuk menyusui.

2.1.7.4 Waktu Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan pada saat hamil saja yaitu sejak

kehamilan tujuh bulan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan payudara


hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan dua

kali sehari sebelum mandi. Prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut :

a. Menjaga payudara agar bersih dan kering terutama puting susu.

b. Menggunakan bra/BH yang menopang.

c. Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

d. Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan puting susu yang lecet.

e. Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit dapat

diistrahatkan, ASI dikeluarkan, dan diminumkan dengan sendok.

2.1.7.5 Persiapan Alat Perawatan Payudara

Alat yang diperlukan untuk perawatan payudara antara lain sebagai berikut:

a. Handuk untuk mengeringkan payudara yang basah.

b. Kapas digunakan untuk mengompres puting susu.

c. Minyak kelapa/baby oil sebagai pelicin.

d. Waskom yang berisi air hangat untuk kompres hangat.

e. Waskom yang berisi air dingin untuk kompres dingin.

f. Waslap digunakan untuk merangsang erektilitas puting susu

2.1.7.6 Langkah-langkah Perawatan Payudara

Langkah-langkah perawatan payudara yang akan dilakukan antara lain

sebagai beriut :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun.


3. Kompres puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak/baby oil ± 2 menit.

4. Bila puting susu masuk ke dalam, lakukan gerakan Hoffman atau gunakan pompa

puting.

1) Gerakan Hoffman

a. Tarik telunjuk sesuai dengan arah tanda panah pada gambar. Gerakan ini akan

meregangkan kulit kalang payudara dan jaringan yang ada di bawahnya.

Lakukan 5-10 kali.

b. Gerakan diulang dengan letak telunjuk dipindah berputar di sekeliling puting

sambil menarik puting susu yang masuk. Lakukan gerakan 5-10 kali.

2) Penggunaan pompa puting

a. Bila pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit 10 ml.

Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan

dari arah potongan tersebut.

b. Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan ujung pompa (spuit injeksi)

pada paydara sehingga puting berada di dalam pompa.

c. Kemudian tarik perlahan hingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama

1/2 -1 menit.

d. Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus hingga

beberapa kali dalam sehari.

e. Perawatan payudara

1. Kompres kedua puting menggunakan minyak kelapa/baby oil selama ± 3-

5 menit. Kemudian angkat kapas sambil membersihkan kotoran yang


menempel di puting. Jika kurang bersih, diulangi lagi. Oleskan minyak

kelapa/baby oil ke payudara.

2. Kedua telapak tangan diletakkan di tengah di antara kedua payudara

dengan ujung-ujung jari menghadap ke bawah. Kemudian telapak tangan

ditarik ke atas meligkari payudara sambil menyangga payudara tesebut

lalu tangan dilepaskan dengan gerakan cepat ke arah depan. Lakukan

geakan ini ± 20 kali dengan tujuan untuk menjaga kekenyalan dan

kekencangan payudara.

3. Mengurut payudara dari pangkal payudara ke arang puting memakai

genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan ini ±

20 kali.

4. Tangan kanan menyangga payudara kanan, kemudian sisi ulnar tangan

kiri mengurut payudara ke arah puting susu. Tujuan dilakukan

pengurutan payudara agar ASI dapat keluar dengan lancar. Lakukan

gerakan ini ± 20 kali.

5. Basuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dan

dikerjakan berulang-ulang lalu dikeringkan dengan handuk.

6. Puting susu dirangsang dengan waslap/handuk kering yang digerakkan

ke atas dan ke bawah beberapa kali dengan tujuan meningkatkan

erektilitas puting susu dan mengurangi insiden puting lecet.

7. Pakai BH untuk menyusui yang menyangga dan ukuran yang sesuai

dengan pertumbuhan payudara.


2.2 Kerangka Teori

Konsep dasar Nifas Konsep Bendungan ASI


1. Pengertian Nifas 1. Pengertian Bendungan ASI
2. Tujuan masa 2. Etiologi Bendungan ASI
nifas 3. Patofisiologi Bendungan ASI
3. Tahapan Masa 4. Tanda dan gejala Bendungan
Nifas ASI
4. Kunjungan masa 5. Penanganan Bendungan ASI
nifas

Konsep Perawatan Payudara


1. Definisi Laktasi 1. Pengertian Perawatan
2. Fisiologi Payudara
Pengeluaran Air 2. Tujuan perawatan payudara
Susu Ibu 3. Manfaat perawatan payudara
4. Waktu perawatan payudara
5. Persiapan alat perawatan
payudara
6. Langkah perawatan payudara

Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kejadian


Bendungan ASI Pada Ibu Nifas
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb (Ai
yeyeh rukiah, 2014) (Dr. taufan nugroho, 2014) (Marmi, 2015)

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif (sementara) mengenai kemungkinan

hasil dari suatu penelitian yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang

diajukan dalam penelitian.Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara

Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Klinik

Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian tentang

gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam melakukan

penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu

yaitu suatu metode pengambilan data yang dilakukan pada suatu waktu yang bersamaan.

Metode ini bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif singkat

(Chandra, 2008)

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-variabel

yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.

Perawatan Payudara Bendungan Air Susu Ibu (ASI)

Keterangan :

Variabel Bebas (Independent) : Perawatan Payudara

Variabel Terikat (Dependent) : Bendungan ASI

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan perawatan payudara dengan kejadian


bendungan air susu ibu (ASI) pada ibu nifas di klinik bersalin
Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan
Perjuangan Kota Medan
3.3 Definisi Operasional Variable

Definisi operasional dibuat agar peneliti dapat melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap objek penelitian. Definisi operasional adalah

mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristrik yang diamati,

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek.

(Soekidjo, 2010). Adapun yang menjadi Definisi Operasional adalah sebagai berikut :

Table 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala


Operasional Ukur

1. Perawatan perawatan yang 1. Tensimeter Tindakan Nominal


Payudara dilakukan dengan 2. Termometer
cara membersihkan 3. Inspeksi
payudara, memijat, 4. Palpasi
dll. 5. Dokumentasi

2. Kejadian Pembengkakan 1. Termometer Tindakan Nominal


Bendungan pada payudara 2. Inspeksi
ASI karena adanya 3. Palpasi
hambatan pada 4. Dokumentasi
aliran darah vena
yang berlebihan

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Klinik Bersalin Hj.

Nurmala Sapni Amd. Keb pada periode Februari-Mei tahun 2019 yaitu sebanyak 32

orang.
3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

teknik total populasi yaitu mengambil seluruh jumlah populasi yakni sebanyak 32 orang

ibu nifas hari ke tiga di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb

3.5 Teknik Sampling

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

teknik total populasi yaitu mengambil seluruh jumlah populasi yakni sebanyak 32 orang

ibu nifas hari ke tiga di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bersalin Hj. Nirmala

Sapni Amd. Keb yang bertempat di Gg. Geletik, Jl. Pasar III No. 4D, Tegal Rejo, Medan

Perjuangan, Kota Medan.

3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.7.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data primermerupakan data yang diperoleh dengan melakukan pengumpulan

secara langsung oleh peneliti oleh peneliti terhadap sasaran.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti

dokumentasi, rekam medik, rekapitulasi nilai, data kunjungan pasien.


3. Data Tersier

Data tertsier merupakan data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan dan diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid

3.7.2 Teknik Pengambilan Data

1. Data Primer

Data primerdilakukan dengan cara pengumpulan data secara langsung dari

responden melalui wawancara dan kuesioner pengetahuan dan sikap tentang

perawatan payudara dengan bendungan ASI.

2. Data Sekunder

Data sekunder ini data tentang jumlah ibu nifas yang mengalami bendungan ASI

yang diperoleh dari data yang diberikan oleh pihak klinik.

3. Data Tersier

Data tersier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid dan telah

dipublikasikan melalui jurnal, buku dan internet yang terdiri dari data WHO,

ASEAN, SDKI, Depkes RI .

3.7.3 Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpuldiolahdengancarakomputerisasidenganlangkah –

langkahsebagaiberikut:

1. Colecting

Mengumpulkan data yang berasaldarikuesioner, angketmaupunobservasi.


2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secar abenar sehingga pengolahan data

memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.

3. Coding

Melakukan pemberian kode-kode pada variabel-variabel yang diteliti.

4. Entering

Data entry yakni jawaban-jawaban dar imasing –masing responden yang Masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program computer

yang digunakan peneliti yaitu Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)

forwindows.

5. Processing

Semua data yang telah di input kedalam aplikasi computer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8 Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS For Windows

dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi.

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada

setiap variabel hasil penelitian.Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk membuktikan hubungan (korelasi) yang signifikan

antara variabel bebas (pengetahuan, sikap) dengan variabel terikat (kejadian bendungan

ASI) dengan menggunakan Statistical Product and Service SolutionsFor Windows untuk

menganalisis Chi-square pada batas kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).

3.9 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian merujuk pada periode pelaksanaan penelitian.Waktu penelitian

yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei

tahun 2019 mulai dari survei awal sampai penelitian terhadap responden.
DAFTAR PUSTAKA

Ai yeyeh rukiah, L. y. (2014). Asuhan Kebidanan lll (nifas). Jakarta: CV. Trans info
media.

Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: ECG.

Dr. taufan nugroho, N. D. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Marmi. (2015). Asuhan kebidanan pada masa nifas puerperium care. yogyakarta:
pustaka pelajar.

Maryunani, A. (2016). Asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum). Jakarta:
CV.Trans Info Media.

Meihartati, T. (2017). HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN


KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS.
BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS, 20.

Pitria, E. (2018, Agustus). HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN


KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
KEBIDANAN DI RSUD KOTA KENDARI. SKRIPSI, hal. 8-10.

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Soekidjo, N. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistiyawati, A. (2009). buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:
PENERBIT ANDI.

Sulisystiawati, A. (2009). Buku AjarAsuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:


PENERBIT ANDI.

Zulfitria D., N. Y. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMANFAATAAN PELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU. JURNAL
ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT, VOL. 2/NO.7.

Anda mungkin juga menyukai