PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Pembimbing
Ernamari,SST., M. Keb
Menyetujui, Mengetahui,
Prodi Kebidanan Program Sarjana Terapan STIKes Mitra Husada Medan
K.a Prodi Ketua
Puji beserta syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal
Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Nifas Di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb
Penulis Proposal Skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis
1. Drs. Imran Saputra Surbakti, M.M, selaku ketua pengurus yayasan Mitra Husada
Medan yang telah memberian fasilitas, sarana dan prasarana di STIKes Mitra Husada
Medan.
2. Siti Nurmawan Sinaga, S.K.M, M.Kes, selaku ketua STIKes Mitra Husada Medan
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembelajaran maupun sarana di
3. Febriana Sari, S.S.T, M.Keb selaku Kepala Prodi Kebidanan Program Sarjana
Terapan yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan Proposal Skripsi.
4. Ernamari, S.S.T, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran,
5. Marlina Simbolon, S.S.T, M.Kes selaku wali tingkat yang telah memberikan arahan
dan bimbingan.
6. Seluruh Staf Dosen STIKes Mitra Husada Medan yang telah memberikan
Medan.
7. Hj. Nirmala Sapni, Amd. Keb selaku pemilik Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni
Amd. Keb yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Teristimewa kepada ayahanda tercinta Muhammad Soleh Lubis dan ibunda tercinta
Nurmah Hasibuan dan kepada adik tersayang Khairun Nisa Lubis dan Abdullah
Kohir yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan dan bantuan baik
moril maupun materil serta do’a yang tiada pernah berhenti mengalir selama penulis
Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan dengan maksimal mungkin, namun
sebagai manusia penulis tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga Laporan Skripsi ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk mendukung produksi air susu ibu
(ASI), selain itu untuk kebersihan payudara dan perawatan pada bentuk puting susu yang
masuk ke dalam atau datar. Masalah puting susu bukanlah halangan bagi ibu untuk
menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk
mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga
Kejadian Bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat
menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
perempuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05 % atau
sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 orang dari 9.862 orang ( WHO, 2015).
Menurut data ASEAN pada tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan
kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat
ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015
ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang dari Hal ini disebabkan
dimana di dalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang terukur dengan tenggat
waktu yang ditentukan. SDGs ini di terbitkan pada tanggal 21 oktober 2015
sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai
Adapun tujuan SDGs yang ke tiga yaitu kesehatan yang baik (Sistem Kesehatan
Nasional) menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2030 mengakhiri
kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh Negara berusaha
menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup
dan angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup. (Zulfitria D., 2017)
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985
atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan
peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Namun demikian nampak
adanya penurunan cakupan kunjungan nifas pada tahun 2016 lebih rendah dibanding
tahun 2015. Pada tahun 2014 cakupan kunjungan nifas sebesar 86,41%, pada tahun 2015
sebesar 87,06%, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar
84,41%. Penurunan tersebut disebabkan dari beberapa faktor salah satunya kurangnya
kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga pentingnya pemeriksaan kesehatan pada
Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2016
memiliki cakupan kunjungan tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 94,65%, Jambi sebesar
94,38%, Jawa Timur sebesar 94,30%, Sumatera Selatan sebesar 94,02%, Sumatera Utara
sebasar 80,58%. Sedangkan cakupan kunjungan nifas terendah yaitu provinsi Papua
sebesar 30,46%, terendah kedua Papua Barat sebesar 48,11, dan Nusa Tenggara Timur
Pada Provinsi Sumatera Utara cakupan Kunjunga Nifas mencapai 84,62%, angka
ini mengalami penurunan bila dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 86,7, pada tahun
2012 sebesar 87,39%. Pencapaian cakupan per kabupaten/kota dimana Cakupan
Kunjungan Nifas tertinggi kota medan sebesar 98% dan cakupan kunjungan terendah
Menurut (Sulistiyawati, 2009) masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa pemulihan nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Beberapa Ibu nifas yang tidak melakukan perawatan payudara mengatakan ASI tidak
lancer. Ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar,
kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan,
kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Dampak dari tidak
puting susu tidak menonjol, anak susah menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI
terbatas, payudara meradang, payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulit payudara
terutama puting akan mudah lecet, pembekakan payudara atau bendungan ASI.
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat
dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan
jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang
merupakan kelanjutan dari mastitis. Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara
harus dirawat dengan baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang
mungkin akan terjadi selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara indah
kembali, perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat
menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama menyusui.
Agar lebih optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara sejak masa
kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan payudara
dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut
“Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada
Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota
Medan”.
dalam hal ini adalah Adakah “Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian
Bendungan Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni
di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan
Kota Medan
Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.
Air Susu Ibu (ASI) pada ibu Nifas di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa STIKes Mitra
b. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada
Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang
d. Bagi Ibu
Untuk mengetahui dan dapat lebih memahami pentingnya perawatan payudara pada masa
nifas.
Untuk masukan dan dapat membantu dalam memberikan asuhan terhadap Ibu Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir kira-
kira 6 minggu, istilah puerperium berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan. Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kembali kekeadaan tidak hamil yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.
(Marmi, 2015)
Menurut Maryunani (2015), tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah
sebagai berikut:
maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, cara dan
d. Memberikan pelayanan KB
Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seorang bidan sangat dituntut
dalam memberikan pendidikan dalam kesehatan ibu dan keluarga. Keterampilan yang
harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi pendidikan yang sesuai dangan
kondisi pasien, teknik penyampaian, dan pendekatan psikologis yang efektif sesuai
Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang
beranggapan jika bayi telah lahir selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap menurut (Dr. taufan nugroho, 2014):
a. Puerperium dini
Merupakan suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial
lebih 6 minggu.
c. Remote puerperium
Merupakan waktu yang di perlukaa untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai kodisi ibu dan bayi,
kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas dan menagani komplikasi atau masalah yang timbul dan
Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib diberikan
a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah
perdarahan masa nifas, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, jika
petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam petama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
sehat.
abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam atau infeksi,
memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI), dimana calon ibu
harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi : cukup
sehat untuk menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. (Ai yeyeh
rukiah, 2014)
Hisapan bayi memicu pelepasan Air Susu Ibu dari alveolus mamma melalui
duktus ke sinus lactiferous. Pada saat bayi mengisap, ASI didalam sinus tertekan keluar,
ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”.
Pada akhirnya let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi
bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.
(Sulisystiawati, 2009)
payudara, yang disebabkan oleh adanya polifrerasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-
sel kelenjer pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung
puting susu keluar cairan colostrum. Cairan colostrum keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun jumlah
colostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh
hormon estrogen.
plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu. Penurunan kadar estrogen memungkinkan naiknya kadar
Proses pelepasan ASI atau sering disebut sebagai refleks “letdown” harus dibawah
kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi ini akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus
untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi sehingga ASI
1. Melihat bayi
3. Mencium bayi
stres seperti :
2. Takut
3. Cemas
4. Lelah
5. Malu
lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan.
Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi
Menyusui Dini). Dengan seringnya menyusui penciutan uterus akan terjadi makin cepat
dan makin baik tidak jarang perut ibu terasa mules yang sangat pada hari-hari pertama
menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus
kebentuk semula.
Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kader Estrogen dan Progesteron turun dalam 2-3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu
hamil, dan sangat dipengaruhi oleh Estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusui dengan baik, atau
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam
rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
e. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
f. Pengeluaran ASI (Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak
keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak
Sedangkan menurut (Maryunani, 2016) faktor penyebab Bendungan Air Susu Ibu:
g. Hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjer getah bening akibat ASI
terkumpul dalam payudara yang terjadi karena produksi ASI yang berlebihan.
h. ASI tidak di susu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu
hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik,
atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala
yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak
mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi,
karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar, dan sulit dihisap oleh bayi,
kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa
nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan
atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah
Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu bisa mendatar
sehingga bayi sulit menyusu. Pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi
menyempit. Payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,
Menurut (Maryunani, 2016), penanganan Bendungan Air Susu Ibu adalah sebagai
berikut:
a. Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi puting ibu agar
c. Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa hingga wajah
dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya harus lurus searah dari
d. Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan membungkuk, kalau
perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang baru saja menjalani
persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir karena posisi bayi berada
di atas perut.
e. Jika paudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya di siku lengan
kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara. Begitu pula sebalikya.
f. Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diatas puting dan
g. Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak lepaskan puting
dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
tekan dagu bayi agar bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung menarik puting
terlalu kuat selagi masih berada didalam mulut bayi karena akan membuatnya
lecet.
h. Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah menyusui
bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk pelumasan dan pelindungan.
Jika menggunakan obat dokter, seka puting dengan air atau waslap basah yang
Sedangkan menurut (Sulisystiawati, 2009) untuk penanganan Bendungan Air Susu Ibu
ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah jarum jam kurang lebih selama
3 menit
pada arah yang berlawanan, kemudian putar puting dengan lembut searah
jarum jam
o. Selanjutnya, kompres dengan air hangat dan dingin untuk mengurangi odem
q. Bila terlalu sakit, dapaat diberikan obat analgesik paracetamol 500 mg.
payudara adalah perawatan setelah ibu melahirkan dan sedang atau tidak menyusui yang
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar
dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai
pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan dengan sedini mungkin.
awal penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan sebesar kelereng. Benjolan ini
tidak teraba dengan tangan ketika ukurannya kecil. Selain itu, salah satu puting susu
mengeluarkan cairan berwarna merah dan berbekas di bra jika gejala ini muncul,
senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat menyusui payudara ibu
2) Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara, serta menjaga
lancar.
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan pada saat hamil saja yaitu sejak
kali sehari sebelum mandi. Prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut :
c. Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang keluar pada
e. Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit dapat
Alat yang diperlukan untuk perawatan payudara antara lain sebagai berikut:
sebagai beriut :
4. Bila puting susu masuk ke dalam, lakukan gerakan Hoffman atau gunakan pompa
puting.
1) Gerakan Hoffman
a. Tarik telunjuk sesuai dengan arah tanda panah pada gambar. Gerakan ini akan
sambil menarik puting susu yang masuk. Lakukan gerakan 5-10 kali.
a. Bila pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit 10 ml.
c. Kemudian tarik perlahan hingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama
1/2 -1 menit.
d. Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus hingga
e. Perawatan payudara
kekencangan payudara.
20 kali.
5. Basuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dan
2.3 Hipotesis
hasil dari suatu penelitian yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang
diajukan dalam penelitian.Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara
Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas di Klinik
Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb Kec. Medan Perjuangan Kota Medan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam melakukan
penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu
yaitu suatu metode pengambilan data yang dilakukan pada suatu waktu yang bersamaan.
Metode ini bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif singkat
(Chandra, 2008)
Keterangan :
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek.
(Soekidjo, 2010). Adapun yang menjadi Definisi Operasional adalah sebagai berikut :
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Klinik Bersalin Hj.
Nurmala Sapni Amd. Keb pada periode Februari-Mei tahun 2019 yaitu sebanyak 32
orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
teknik total populasi yaitu mengambil seluruh jumlah populasi yakni sebanyak 32 orang
ibu nifas hari ke tiga di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb
teknik total populasi yaitu mengambil seluruh jumlah populasi yakni sebanyak 32 orang
ibu nifas hari ke tiga di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Amd. Keb
Lokasi penelitian pada penelitian ini dilaksanakan di Klinik Bersalin Hj. Nirmala
Sapni Amd. Keb yang bertempat di Gg. Geletik, Jl. Pasar III No. 4D, Tegal Rejo, Medan
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti
Data tertsier merupakan data yang diperoleh dari naskah yang sudah
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder ini data tentang jumlah ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
3. Data Tersier
Data tersier diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid dan telah
dipublikasikan melalui jurnal, buku dan internet yang terdiri dari data WHO,
langkahsebagaiberikut:
1. Colecting
observasi dengan tujuan agar data diolah secar abenar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
4. Entering
Data entry yakni jawaban-jawaban dar imasing –masing responden yang Masih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program computer
yang digunakan peneliti yaitu Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)
forwindows.
5. Processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi computer akan diolah sesuai
Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS For Windows
dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
antara variabel bebas (pengetahuan, sikap) dengan variabel terikat (kejadian bendungan
ASI) dengan menggunakan Statistical Product and Service SolutionsFor Windows untuk
yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei
tahun 2019 mulai dari survei awal sampai penelitian terhadap responden.
DAFTAR PUSTAKA
Ai yeyeh rukiah, L. y. (2014). Asuhan Kebidanan lll (nifas). Jakarta: CV. Trans info
media.
Dr. taufan nugroho, N. D. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Marmi. (2015). Asuhan kebidanan pada masa nifas puerperium care. yogyakarta:
pustaka pelajar.
Maryunani, A. (2016). Asuhan pada ibu dalam masa nifas(post partum). Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistiyawati, A. (2009). buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:
PENERBIT ANDI.