Anda di halaman 1dari 85

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS WORTEL DAN JUS

ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN NYERI


DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DIII
KEBIDANAN SEMESTER II POLTEKKES
PALANGKA RAYA

SKRIPSI

Oleh:
Nor Rahmi
PO.62.24.2.16.200

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN


PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA POLITEKNIK KESEHATAN
PALANGKA RAYA PRODI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS WORTEL DAN JUS


ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN NYERI
DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DIII
KEBIDANAN SEMESTER II POLTEKKES
PALANGKA RAYA

SKRIPSI

Oleh :

Nor Rahmi
PO.62.24.2.16.200

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Tanggal : 2 Mei 2020

Sofia Mawaddah, SST., M.Keb (.....................................)


NIP. 19811205200 212 2 001

Pembimbing II Tanggal : 3 Mei 2020

Trisaba, S.SiT., M.Si (.......................................)


NIP. 19701031 198911 2 001

i
SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS WORTEL DAN JUS


ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN NYERI
DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DIII
KEBIDANAN SEMESTER II POLTEKKES
PALANGKA RAYA

dipersiapkan dan disusun oleh


Nor Rahmi

telah dipertahankan didepan Tim Penguji


pada Tanggal 15/05/2020

Susunan Tim Penguji


Ketua,

Yuniarti, SST., M.Kes


NIP. 19840604 200604 2 001

Penguji I, Penguji II,

Sofia Mawaddah, SST., M.Keb Trisaba, S.SiT., M.Si


NIP. 19811205200 212 2 001 NIP. 19701031 198911 2 001

Palangka Raya, 15 Juni 2020


Direktur,

Dhini, M.Kes
NIP. 19650401 198902 2 002

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangka Raya, Februari 2020

Penulis,

Nor Rahmi
PO.62.24.2.16.200

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nor Rahmi
NIM : PO.62.24.2.16.200
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kemenkes Palangka
Raya Jenis Karya Ilmiah : SKRIPSI

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya Hak Bebas RoyaltiNon-
eksklusif (Non-exclusive Royality-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS WORTEL DAN JUS ALPUKAT TERHADAP
PENURUNAN NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DIII KEBIDANAN
SEMESTER II POLTEKKES PALANGKA RAYA
Hak Bebas Royality Non ekslusif ini Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palangka Raya berhak menyimpan, alih media/format, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui, Palangka Raya,13 Mei


2020
Tim pembimbing, Yang menyatakan,

Sofia Mawaddah, SST., M.Keb


(......................) (Meterai 6000)
NIP. 19811205200 212 2 001
Nor Rahmi
NIM. PO.62.24.2.16.200

Trisaba, S.SiT., M.Si


(......................)
NIP. 19701031 198911 2 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Efektivitas Pemberian Jus Wortel dan Jus Alpukat Terhadap Penurunan

Dismenorea Pada Remaja Putri D III Kebidanan Semester II Poltekkes Palangka

Raya”.

Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan di Poltekkes

Kemenkes Palangka Raya Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan

bimbingan, arahan, koreksi, saran, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Dhini, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

2. Ibu Oktaviani Mahar, SST., M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Palangka Raya.

3. Ibu Hety Ira Ayue, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Program Sarjana Terapan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

4. Poltekkes Kemenkes Kesehatan Palangka Raya yang dengan senang hati telah

Menerima dan mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian ini dikampus

tersebut.

5. Ibu Sofia Mawaddah, SST., M.Keb, Ibu Hety Ira Ayue, S.SiT., M.Keb, selaku

Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka

Raya.

v
6. Ibu Trisaba, S.SiT.,M.Si, selaku Pembimbing II yang dengan senang hati

memberikan nasihat dan bimbingan serta masukan dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Ibu Yuniarti, SST., M.Kes selaku ketua penguji yang begitu banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Poltekkes Kemenkes Palangka Raya,

khususnya Ibu-ibu Dosen Sarjana Terapan Kebidanan yang telah memberikan

banyak ilmu, dukungan dan pengalaman kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Program Sarjana Terapan Kebidanan.

9. Orang tua tercinta, saudara yang selalu ada, sahabat-sahabat yang mensupport

dan untuk semua yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, doa,

dan dukungan kepada penulis, baik moril maupun materil yang tiada hentinya

agar penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

10.Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan masukan kepada

penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Teman-teman seperjuangan, seluruh Mahasiswi Angkatan III Program Studi

Sarjana Terapan Kebidanan yang selalu mau berbagi ilmu dan informasi

selama menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan

skripsi ini.

vi
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan

membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam

penyajiannya tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

diharapkan dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

Palangka Raya, Februari 2020

Penulis,

Nor Rahmi
PO.62.24.2.16.200

vii
DAFTAR ISI

Judul Hlm

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITI................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA........................ iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii
.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 10
A. Landasan Teori................................................................................ 10
1. Dismenorea................................................................................ 24
2. Zat Gizi Gang Baik Untuk Dismenorea........................................... 25
3. Suplementasi Yang Mengandung Kalsium............................... 25
4. Penilaian Nyeri.......................................................................... 29
B. Kerangka Konsep............................................................................ 30
C. Definisi Operasional....................................................................... 31
D. Hipotesis......................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 34
A. Desain Penelitian.............................................................................. 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 35
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 35
D. Teknik Pengambilan Data............................................................... 37
E. Instrumen Penelitian........................................................................ 37
F. Analisis Data................................................................................... 38
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 39
H. Pengolahan Data............................................................................. 41
I. Etika Penelitian.............................................................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 43
B. Hasil Penelitian.............................................................................. 44
C. Pembahasan................................................................................ 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 61

viii
B. Saran .......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian.................................................................... 7


Tabel 2.2. Definisi Operasional................................................................... 28
Tabel 2.3 Desain Penelitian....................................................................... 31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Yang Diteliti....................................... 42
Tabel4.4 Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Dismenorea.............. 45
Tabel 4.5 Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Dismenorea......... 45
Tabel 4.6 Efektivitas Pemberian Jus Wortel dan jus Alpukat Terhadap Penurunan
Dismenorea Pada Remaja Putri D III Kebidanan Semester II........ 46

x
DAFTAR GAMBAR

Hlm
Gambar 2.1. Wong Baker FACES Pain Rating Scale.................................. 17
Gambar 2.2. Numeric Rating scale (NRS)................................................... 30

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Lembar Observasi Skala Nyeri
Lampiran 4. Foto Kegiatan
Lampiran 5. Master Tabel
Lampiran 6. Daftar Coding

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pevelensi kejadian dismenorea masih tinggi, dimana angka kejadian

dismenorea di dunia mencapai 90% ( Holder, 2012). Dismenorea yang paling

umum terjadi adalah dismenorea primer ( Silvana, 2012). Lebih dari 50% wanita

yang di setiap negara yang menstruasi yang mengalami dismenorea primer

(Hudson, 2012). Di Indonesia angka kejadian dismenorea diperkirakan 64,25%

yang terdiri dari 54,89% dismenorea sekunder 55% perempuan produktif merasa

tersiksa karena dismenorea dan didapatkan angaka 1,07% hingga 1,31% dari

jumlah penderita dismenorea yang datang kebagian kebidanan (Proverawati dan

Hartati, 2015). Diwilayah kalimatan tengah, kota Palangka Raya, di dapatkan

hasil bahwa kejadian dismenoerea lebih banyak dialami remaja putri yang tidak

melakukan olah raga dan kurang akan nutrisinya sebanyak 60,5% dan lebih

sedikit angka kejadian dismenorea yang melakukan aktivitas olah raga yaitu

39,5% ( Wardani 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, menurut

keterangan mahasiswi D III Kebidanan semester II Poltekkes Palangka Raya

dari 15 mahasiswi di wawancarai, 10 mahasiswi diantaranya menyatakan

mengalami kejadian nyeri menstruasi ( dismenorea ).

Dismenorea adalah nyeri perut bagian bawah, menyebar kedaerah

pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama

1
2

dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.Salah satu gangguan menstruasi

yang paling sering dialami remaja putri adalah dismenorea. Dismenorea adalah

nyeri dibagian perut bawah selama menstruasi. Dismenorea diklasifikasikan

menjadi dismenorea primer dan dismenrorea sekunder. Dismenorea primer

adalah nyeri saat menstruasi tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital,

biasanya tejadi pada usia < 20 tahun . Dismenorea sekunder adalah nyeri saat

menstruasi dengan adanya kelainan pada alat-alat genital, biasanya terjadi akibat

berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, dan lain-lain

(Simanjuntak, 2014).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenorea, antara lain usia

menarche, lama menstruasi, olahraga, riwayat keluarga, dan pola makan. Faktor-

faktor tersebut merupakan pemicu terjadinya dismenorea pada remaja putri.

(Anurogo dan Wulandari, 2013).

Salah satu penyebab dismenorea adalah haid pertama pada usia yang amat

sangat dini diduga karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada

hubungan dengan organ reproduksi. Nyeri tersebut timbul juga akibat adanya

hormon prostaglandin yang membuat otot rahim berkontraksi. Apabila

dismenore tidak segera diatasi maka dapat berakibat syok, penurunan kesadaran,

dan dapat menjadi masalah sosial karena nyeri yang tak tertahankan(Judha,

2012).
3

Untuk mengatasi dismenorea dapat dilakukan secara farmakologi,

pemberian obat analgetik. Sedangkan secara nonfarmakologi bisa dilakukan

dengan cara beristirahat, menarik napas panjang, menenangkan diri, berolahraga

ringan, mengonsumsi sayur dan buah – buahan, dan mengompres bagian yang

terasa sakit dengan air panas (Nurchasanah, 2014). Beberapa peneliti juga

menyebutkan zat gizi ada hubungannya dengan penurunan dismenorea. Zat gizi

yang dapat membantu meringankan dismenorea adalah kalsium, magnesium

serta vitamin A, E, B6, dan C. Salah satu cara non obat-obatan yang digunakan

adalah dengan menggunakan jus buah atau sayuran. Salah satu untuk

meringankan nyeri dismenorea dengan cara nonfarmakologi adalah pemberian

jus wortel dan jus alpukat. Devi (2012).

Wortel (Daucus Carota) merupakan salah satu sayuran yang paling

banyak manfaatnya. Wortel mengandung gula, karotin, pektin, aspargin, serat,

lemak, hidrat arang, kalsium, megnasium, fosfor, besi, sodium, asam amino,

minyak esensial, dan betakaroten. Wortel juga banyak mengandung vitamin A,

B, C, D, E dan K . Vitamin yang bisa membantu menurunkan dismenorea adalah

vitamin E untuk membantu pengeblokan formasi prostaglandin dan vitamin E

juga bisa membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon

prostaglandin. Hormon prostaglandin adalah hormon yang mempengaruhi

terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu E2 (PGE2) dan

F2a (PGF2a) (Nugroho,Utama,2014). Pemberian jus wortel 1 kali sehari dengan

dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral 200 cc selama 2

hari menstruasi.
4

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, anatara lain

bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan

otot. Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi saraf. Jika

otot tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur

sehingga dapat mengakibatkan (Hill, dalam Yunita 2012). Kandungan

magnesium pada wortel dapat digunakan untuk kekuatan tulang, mengakifkan

vitamin B, merilekskan otot dan syaraf, pembekuan darah dan produksi energi.

Wortel juga mengandung analgetik alami yang berperan seperti obat analgetik

(contoh ibuprofen) dan sebagai anti inflamasi (Silva, 2014).

Berdasarkan penelitian (Nara Lintan Mega Puspita 2018) yang telah

dilakukan pada mahasiswi bidan pendidik di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

jus wortel memiliki pengaruh dalam penurunan tingkat dismenore primer.

Sebanyak 17 (100%) respoden dari kelompok eksperimen mengalami penurunan

tingkat dismenore primer setelah diberikan intervensi jus wortel.

Buah alpukat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan salah satunya

adalah mengurangi nyeri. Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi meliputi Air,

Kalori, protein, lemak, karbihidrat, kalsium, fosfor, vitamin B1, vitamin C.

kalsium pada alpukat dapat memberikan efek berkurangnya nyeri dalam tubuh.

Kalsium memiliki peran sebagai zat yang diperlukan sebagai zat yang

diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin saat otot berkontraksi.

Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah

kontraksi, sehingga dapat menyebabkan otot menjadi kram. Menurut


5

Rachmawati (2013). Pemberian jus alpukat 1 kali sehari dengan dengan takaran

alpukat 50 gram dicampur dengan air mineral 100 cc selama 2 hari menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian Arimina Hartati Pontoh 2017 diperoleh

oleh peneliti pada remaja putri dengan dismenorea kelas XI di SMA Kartika

Surabaya Tahun 2015 menunjukan bahwa setelah pemberian jus alpukat

hampir setengahnya responden mengalami nyeri ringan dan tidak ada nyeri,

serta tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri berat.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas pemberian jus wortel dan jus

alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja”

B. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian jus wortel dan jus alpukat

terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja putri.

B. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi efektivitas pemberian jus wortel dan

jus alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja putri

berdasarkan pola makan.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi efektivitas pemberian jus wortel dan

jus alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja putri

berdasarkan usia menarche.


6

c. Diketahuinya distribusi frekuensi pengaruh jus wortel terhadap

kejadian dismenore pada remaja putri.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi pengaruh jus alpukat terhadap

kejadian dismenore pada remaja putri.

e. Diketahuinya distribusi frekuensi efektifitas pemberian jus wortel dan

jus alpukat terhadap dismenore pada remaja.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya masalah dismenorea pada remaja putri.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Remaja Putri

Adanya penelitian ini di harapkan memberikan infomasi atau

pengetahuan mengenai dismenorea, sehingga remaja putri dapat melakukan

tindakan yang paling tepat dalam mencegah, mengatasi, dan mengurangi

kejadian dismonorea serta dampaknya.

b. Bagi peneliti

Dapat menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman,

dan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.


7

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi

tentang aktivitas fisik dan kejadian dismenorea pada remaja putri.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran, kepustakaan, penulis mendapatkan beberapa

penelitian yang pernah di lakukan antara lain:

No Judul Peneliti Desain Hasil


(tahun)
1 Efektivitas jus wortel Wita handhika Quasi Terdapat
(Daucus Carota) 2010 Eksperiment perbedaan
terhadap penurunan dengan bermakna
derajat dismenorea menggunakan antara
pada remaja putri rancangan tingkat nyeri
mahasiswi Stikes Pretest- menstruasi
Aisyiyah Yogyakarta Posttest With pada remaja
Control Group sebelum dan
sesudah
2 pengaruh pemberian Arimina Pre Pemberian
jus alpukat terhadap Hartati Pontoh Eksperimental jus alpukat
penurunan 2015 dengan selama 4 hari
dismenorea pada rancangan terbukti
siswi kelas XI SMA peneltian”One dapat
Group Pretest menurunkan
Postest intensitas
Desaign” nyeri
dismenorea
pada siswi
kelas IX
SMA Kartika
Surabaya
3 Pengaruh jus wotel Nara Lintan Eksperiment Ada
terhadap dismenorea Mega Puspita dengan pengaruh
pada remaja putri 2018 rancangan One pemberian
Group Pretest- jus wortel
Postest Design terdadap
nyeri
dismenorea
pada remaja
sebelum dan
sesudah
8

Dari table 1.1 diatas diketahui ada perbedaan peneliti ini dengan peneliti

sebelumnya yaitu :

1. Persamaan peneliti ini dengan peneliti sebelumnya adalah Quasy

Eksperimen, perbedaannya adalah:

a. Rancangan peneliti ini Two Group Pretest and Posttest sedangkan

peneliti sebelumnya One Group Comparrison

b. Sampel penelitian dipilih dua sampel yang ekuivalen waktunya.

Sampel pertama diberi perlakuan A dan sampel kedua perlakuan B,

keduanya kemudian diobservasi.

c. Teknik pengambilan sampel Purposive Sampling dengan

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti tersebut.

d. Variabel bebasnya pada peneliti ini adalah pemberian jus wortel

dan jus alpukat. Variabel dependen terkaitnya pada penelitian ini

adalah dismenorea.

e. Lokasi penelitian adalah diPoltekkes Palangka Raya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka

1. Dimenorea

a. Pengertian Dismenorea

Dismenorea berasal dari kata “dy” dan “menorea” Dys atau dis adalah

awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau mens atau mensis

pelepasan lapisan uterus yang berlangsung setiap bulan berupa darah atau

jaringan dan sering disebut dengan haid atau menstruasi (Abdul Qodir, 2017 ).

Dismenorea adalah nyeri perut bagian bawah, menyebar kedaerah

pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama

dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Abdul Qodir, 2017).

Dismenorea adalah rasa nyeri yang terasa di perut bagian bawah, yang

menjalar kepinggang dan paha, nyeri ini timbul sebelum, selama atau setelah

menstruasi. Nyeri ini disebabkan karena kontraksi distrimik lapisan myometrium

yang menampilkan satu atau lebih gejala mulau dari nyeri ringan hingga berat

pada bagian perut bawah, daerah pinggang hingga sisi medial paha ( Badziad

2012.

b. Klasifikasi Dismnorea

Banyak perempuan nyeri haid sebelum atau saat menstruasi, keluhan

yang menyertai seperti pusisng, mual, pegal-pegal, sakit perut, bahkan sampai

9
10

pingsan. Dalam hal ini jika sakit yang dirasakan masih dapat ditahan,

maka dapat disebut normal. Namun jika menyebabkan pingsan atau sakit yang

luar biasa hingga menyebabkan pingsan atau sakit yang luar biasa, hingga

sampai mengganggu aktivitas, maka dianjurkan untuk kedokte, dismenorea

diklasifikasikan menjadi dua kategoi, yaitu dismenorea primer dan dismenorea

sekunder ( Ni Made, 2013)

Menurut (Smeltzer 2012) menyebutkan dismenorea dibagi menjadi dua

macam yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Perbedaan antara

keduanya adalah ada atau tidaknya patologi pada organ pelviknya, dikatakan

dismenorea sekunder apabila ditemukan patalogi dan organ pelviknya.

1. Dismenorea primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi

pada panggul. Dismenorea primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan

disebabkan oleh kontraksi miomerium sehingga terjadi iskemia akibat adanya

prostaglandin yang di produksi oleh endometrium fase sekresi. Perempuan

dengan dismenorea primer didapatkan kadar postaglandin lebih tinggi

dibandingkan perempuan tanpa nyeri haid. Peningkatan kadar prostaglandin

tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal

muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri

kepala, atau diare sering menyertai nyeri haid yang diduga kaena masuknya

prostaglandin ke sirkulasi sistemik ( Prawirohardjo & Wiknjosastro 2017).

Dismenorea primer merupakan menstruasi atau rasa sakit pada

abdomen bagian bawah, sakit yang dimulai beberapa saat sebelum atau setelah

10
11

menstruasi dimulai berlangsung dalam waktu 24-74 jam, serta tidak pernah

didiagnosa memiliki penyakit ginekologis ( Howard 2012).

Dismenorea timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan

berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan

posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid ini normal, namun

dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, sepeti stres, syok,

penyempitan pembuluh darah penyakit yang menahun, kurang darah, dan

kondisi tubuh yang menurun (Howard 2012).

Dismenorea terjadi biasanya terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan

tidak ada hubungan dengan kelainan ginekologi, sedangkan dismenorea

sekunder terjadi setelah usia 20 tahun yang berhubungan dengan penyakit

panggul (Berlianawati, 2016). Dismenorea primer biasanya muncul 6-12 bulan

setelah periode menstruasi pertama , umumnya dimulai satu tahun setelah

menarche ketika siklus ovulasi sudah terbangun pertama kali dan paling banyak

dialami antara usia 15-25 tahun dan menurun setelah usia tersebut ( Nathan,

2012). Rasa nyei muncul beberapa jam sebelum atau saat menstruasi dimulai

kemudian menghilang dalam beberapa jam hingga satu hari tapi terkadang

terjadi hingga 2 sampai 3 hari .Lebih dari setengah wanita yang mengelami nyeri

juga memiliki gejala yang seperti mual dan muntah, sakit kepala, diare, pusing,

dan sakit punggung bagian bawah (Hudson 2012 ).

Dismenorea primer lebih sering ditemukan dan terjadi pada 50%

perempuan yang mengalami dismenorea, 15% diantaranya mengalami nyeri

yang hebat, nyeri pada dismenorea primer diduga berasal dari kontraksi rahim
12

yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika

bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher

rahim), terutama jka saluran serviksnya sempit ( Saraswati, 2015)

2. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder merupakan nyeri menstruasi yang didasari oleh

beberapa proses penyakit atau struktur yang tidak normal baik didalam maupun

diluar uterus (Loto et al, 2012). Dismenorea sekunder ditandai dengan nyeri

keram menstruasi yang disebabkan dengan pelvik yang abnormal seperti

endometriotis, penyakit inflamasi pada pelvik, adhesi, kista ovarium, malformasi

kongenital, penyempitan serviks, atau polip. Serupa dengan (Wahyu Fitriana

2013) menyebutkan dismenorea sekunder terjadi akibat adanya kelainan

patologis pada organ pelvik.

c. Derajat Dismenorea

Intensitas nyeri (skal nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang berbeda. Pengukuran skala nyeri dapat dapat digunakan

untuk mengukur tingkat nyeri yang dirasakan seseorang.Dismenorea dibagi

menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu dismenorea ringan, sedang dan berat

(Manuba, 2012).

1) Dismenorea ringan

Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerin karena

masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat
13

melanjutkan kerja sehari-hari.Dismenorea ringan terdapat pada skala nyeri

ringan dengan tingkatan 1-4 (Howard, dalam Astrida, 2012).

Dismenorea ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4,

seseorang akan mengelami nyeri atau nyeri atau nyeri yang masih dapat ditolerir

karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan

dapar melanjutkan kerja sehari-hari ( lppert, 2004 dalam Rakhma, 2012).

2) Dismenorea sedang

Dismenorea sedang terdapat pada skala nyeri denag tingkatan 5-6.

Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan

bagian yang nyeri, diperlukan obat untuk penghilang rasa nyeri tanpa perlu

meninggalkan kerja ( Lappert 2012).

3) Dismenorea Berat

Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan

seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat

beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan,

mual dan sakit perut. Dismenorea berat terdapat pada skala dengan tingkatan 7-

10 (Howard 2012).

Menurut Wong & Baker (2015), cara pengukuran skala nyeri salah satunya

adalah dengan menggunakan Face Pain Score, yang terdiri dari 6 gambar wajah

kartun yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk “ tidak nyeri” dengan

skala “0” sampai wajah yang berlinang air mata “ nyeri paling buruk” dengan
14

skala “10” kelebihan dari skala wajah ini adalah anak dapat menunjukkan sendiri

rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha

mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana.

Gambar 1.1 Wong Baker FACES pain Rating Scale

d. Patologis Dismenorea Primer

Dismenorea terjadi pada siklus dimana ovulasi terjadi patogenesis dari

dismenorea pimer di pengaruhi oleh kadar prostagladin, kadar prostaglandin di

temukan lebih tinggi pada wanita yang mengalami dismenorea tingkat parah

dari pada waita dismenorea dengan intensitas sedang atau tidak mengelami

dismenorea (French 2012).

Nyeri dismenorea primer dimulai dari penurunan progesteron kemudian

asam lemak omega-6 terutama asam arakidonat di lepas dan merangsang

produksi prostaglandin dan leukotrien di uterus. prostaglandin dan leukotrien

yang berlebihan dapat menyebabkan keram seta gejala seperti diare, mual,

muntah, kembung dan sakit kepala (Harel, 2012).

Menurut (Harel 2012), PGF-2alpha merupakan sebuah silkooksiginase

metabolit asam arakidonat yang menyebabkan vasokontriksi yang sangat kuat

dan kontraksi miometrium dengan meningkatkan aliran kalsium ke sel-sel otot


15

halus sehingga menyebabkan iskemia dan nyeri. PGF-2alpha ditemukan

meningkat pada serum, cairan menstruasi, dan jaringan endometrium pada

wanita yang mengalami dismenorea primer.

e. Faktor-faktor yang dapat menyebakan dismenorea

Menurut Coco dan Frenche, (dalam Oswati, 2013) ada beberapa faktor

resiko yang dapat di hubungkan dengan kejadian dismenorea pada perempuan

disemua tingkat usia, diantaranya:

1) Usia

Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun (Lia dalam Romy wahyuni, 2014). Puncak usia insiden wanita

yang mengalami dismenorea adalah 20-24 tahun (Neville, 2013). Perempuan

semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah

lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenorea jarang ditemukan (bare &

Smeltzer, 2014). Usia mahasiswi berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita.

Hal ini berkaitan dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa puncak

usia insiden wanita yang mengalami dismenorea adalah 20-24 tahun (Neville

2013).

Hal ini terjadi karena adanya optimalisasi fungsi saraf rahim sehingga

sekresi prostaglandin meningkat, yang akhirnya timbul rasa sakit ketika

menstruasi. Sedangkan semakin tua usia seseorang, maka ia akan semakin

sering mengalami menstruasi dan leher lahir semakin melebar. Leher rahim

yang semakin lebar menyebabkan sekresi hormon prostaglandin berkurang.


16

Selain itu, dismenorea akan menghilang seiring dengan menurunnya fungsi

saraf rahim akibat penuaan ( Novita dan Puspitasari, 2012).

2) Usia menarche

Usia menarche adalah umur saat pertama kali mendapat menstruasi.

Umumnya, menarche terjadi pada usia 12-13 tahun dan bisa jadi lebih cepat

dengan meningkatnya status gizi dengan kesehatan yang rendah.

mengklasifikasikan usia menarche menjadi 3, yaitu medium 12-3 tahun, Late

≥ 14 tahun dan Early ≤11 tahun. Menurut (Zakri 2012)

Menurut (Widjanarko 2013) menyatakan bahwa menarche pada usia lebih

awal merupakan faktor resiko terjadinya dismenorea primer. Bila menarche

terjadi pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi belum

siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher

rahim akan timbul rasa sakit pada saat menstruasi.

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian ditemui bahwa usia menarche

merupakan salah satu faktor yang mempengaruh terjadinya dismenorea, hal

tersebut di karenakan umur menarche terlalu dini berpengaruh terhadap proses

pendewasaan seseorang, jika organ tubuh orang tersebut dewasa pada saat

belum cukup umur atau < 12 tahun maka akan terjadi ketidaksiapan mental

bagi orang tersebut dan lebih besar resiko terkena dismenorea bila

dibandingkan orang yang terkena menarche > 12 tahun (Wajyu Fitriana,

2013).
17

Menarche di usia muda mengarah kepada siklus ovulatorik yang lebih

awal dan lebih awal pula mengalami gejala dismenore, jika menarche terjadi

pada usia yang lebih awal dari normal, dimana alat reproduksi masih belum

siap untuk mengalami perubahan dan juga masih terjadi penyimpatan pada

leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi. Menarche pada

usia 11 tahun atau lebih muda memiliki resiko lebih tinggi dismenorea primer

dibandingkan wanita menarche di atas usia 11 tahun (Novia dan pusptasari

2013)

3) Periode menstruasi yang terlalu panjang

Lama menstruasi lebih dari normal atau hipermenorea adalah pendarahan

menstruasi yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dengan

ganti pembalut 5-6 kali pehari. Penyebab hipermenorea biasanya berhubungan

dengan gangguan endokrin dan juga disebabkan karena adanya gangguan

infalasi, tumor uterus, dan gangguan emosional juga dapat mempengaruhi

perdarahan. Menstruasi biasanya 2-4 hari ada yang 1-2 hari di ikuti darah yang

sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita

biasanya lama menstruasi itu tetap.Jumlah darah yang keluar itu rata-rata 32,2±

16 cc. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) menimbulkan adanya

kontraksi, dan semakin banyak prostagladin yang dikeluarkan, produksi

prostagladin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri (Nurwana, 2016).

Menurut (Shanon 2013) semakin lama menstruasi terjadi maka uterus

akan sering berkontraksi, akibatnya banyak prostaglandin yang di keluarkan


18

yang mengakibatkan rasa nyeri. Selain itu kontraksi uterus yang terus menerus

juga menyebabkan suplai darah ke uterus berhenti sementara, sehingga

tejadilah dismenorea primer.

4) Pola Makan

Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah

pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu

tertentu. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badannya,

sehingga banyak remaja putri yang membatasi konsumsi makan dan banyak

pantangan terhadap makanan.Masa remaja sering kali merupakan masa

pertama kalinya orang-orang mempertimbangkan untuk mengikuti diet dalam

rangka mengubah bentuk tubuh mereka. Diet ketat biasanya menghilangkan

makanan-makanan tertentu misalnya karbohidrat. Hal ini tidak sehat bagi

remaja yang sedang tumbuh dan memerlukan berbagai jenis makanan

(Weekes, 2014).

d. Dampak Dismenorea

1. Gangguan aktivitas

Dampak yang paling sering ditimbulkan oleh dismenorea adalah

gangguan aktivitas sehingga wanita dismenorea tidak dapat menjalankan

aktivitas sehari-hari dengan normal. Wanita yang dismenorea dua kali lebih

terganggu aktivitasnya dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri saat

menstruasi ( Titilayo et al, 2012).


19

Gangguan aktivitas tersebut berupa tingginya tingkat absen dan sekolah

maupun kerja, keterbatasan kehidupan sosial, performa akademik, serta aktivitas

olahraga ( Latto et al, 2012).

2. Menurunnya Kualitas Hidup

Permasalahan dismenoea bardampak pada penurunan kualitas hidup akibat

tidak masuk sekolah maupun bekerja namun disisi lain menurunnya kualitas

hidup dismenorea berdampak pada profesionalitas kerja dan performa akademik

( Celik et al, 2012)

3. Infertilitas

Pada dismenorea sekunder yang terjadi akibat endometriosis dapat

mengganggu fungsi seksual, menyebabkan infertilitas dan dapat mengarah

komplikasi ke usus, kandung kemih atau ureter, tidak hanya pada dismenora

sekunder infertilitas serta gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada dismenorea

primer jika tidak di tangani ( Stoelting-Gettelfinger, 2012)

f. Upaya Penanganan Dismenorea

Terdapat beberapa cara dalam penanganan disemenorea, untuk membantu

mengurangi rasa nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi

dan famakologi, yaitu :

1) Non farmakologi

Olahraga/senam merupakan teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk

mengurangi rasa sakit. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/senam tubuh

akan menghasilkan endorphin. Hormon ini dapat befungsi sebagai obat


20

penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman

(Harry, 2014).

Pengompresan air hangat dibagian perut bawah dapat juga membantu

merileksasi bagian otot-otot dibagian sistem saraf. Selain itu mandi dengan air

hangat dan mengolesi Letion penghangat dapat juga menurunkan nyeri (Taruna,

2012)

Pemijatan dapat meminimalkan reaksi terhadap nyeri. Tidak hanya

menghalang persepsi rangsang nyeri tetapi juga merelaksasikan kontraksi dan

spasme otot karena dapat melancarkan sirkulasi darah (Smeltzer, 2012)

Adapun nutrisi juga memiliki pengaruh terhadap kejadian dismenorea.

Sebuah buku yang di tulis oleh (Devi, 2013) Zat gizi yang dapat membantu

meringankan dismenorea adalah kalsium, magnesium, serta vitamin A, E, B6,

dan C. Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan

miosin pada saat otot berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak

dapat mengendor setelah berkontraksi, sehingga dapat menyebabkan otot

menjadi kram (Yuliarti, 2016).

2) Farmakologi

Terapi farmakologi untuk mengatasi dismenorea biasanya menggunakan

obat-obat sejenis prostaglandin inhibitor yaitu dengan Nonsteroidal Anti-

Inflamatory Drugs (NSAIDs) (Hockenbery, 2014). NSAIDs adalah merupakan

terapi farmakologi yang paling sering digunakan untuk mengatasi dismenorea.

Pada penelitian yang dilakukan oleh kebanyakan remaja menggunakan


21

peracetamol untuk mengurangi gejala yang dirasakan pada saat menstruasi.

(Tangchai< Titapant & Boriboonhirunsarn, 2013)

2. Zat Gizi Yang Baik Untuk Dismenorea

a. Zat Besi

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kekurangan sel darah merah

terutama wanita hamil dan yang sering mengalami periode menstruasi berat.

Tubuh memerlukan zat besi dalam sel darah merah untuk trasportasi nutrisi dan

oksigen menuju sel-sel jaringan tubuh, tanpa zat besi yang cukup dalam

makanan harian, maka dapat mengalami kelelahan, kinerja mental yang lambat

dan suhu tubuh yang turun. (Yunita 2012)

b. Magnesium

Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa

lileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung (Hill, dalam Yunita

2012). Selain itu magnesium juga berfungsi membesar pembuluh darah sehingga

mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu,

magnesium befungsi untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi (Dean, 2012)

c. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, anatara lain bagi

metabolisme tubuh, penghubung antara saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.

Kalsium bersama dengan magnasium, berperan dalam transmisi saraf (Hill,

2012).
22

Menurut Dewi Cakrawati (2012). Angka kecukupan rata-rata sehari

untuk kalsium bagi orang Indonesia di sajikan pada tabel.

Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi untuk kalsium

Golongan Usia AKG (mg)


Bayi 300-400
Anak-anak 500
Remaja 600-700
Dewasa 500-800
Ibu hamil dan ibu menyusui + 400

3. Suplementasi yang mengandung kalsium

a. Wortel

Gizi yang erat dengan kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena

zat gizi mempengaruhi proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadi

menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua

zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral, bahkan serat,

berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang

menstruasi dan saat menstruasi (Susilowati. 2014).

Wortel (Daucus Carota) merupakan salah satu sayuran yang paling

banyak manfaatnya. Wortel mengandung gula, karotin, pektin, aspargin, serat,

lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, sodium, asam amino, minyak

esensial, dan betakaroten. Wortel juga banyak mengandung vitamin A, B, C,

D, E dan K . Salah satu manfaat vitamin E adalah bisa membantu pengeblokan

formasi prostaglandin dan vitamin E juga bisa membantu mengatasi efek

peningkatan produksi hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin adalah


23

hormon yang mempengaruhi terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang

berperan disini yaitu E2 (PGE2) dan F2a (PGF2a) (Junizar&Sulianingsih,

2014).

Selama ini remaja putri mengatasi masalah dismenorea dengan

mengkonsumsi obat-obatan analgetik yang tidak baik untuk kesehatan jangka

panjang (Tabari, 2016). Untuk menurunkan tingkat nyeri dismenore sebaiknya

menggunakan obat tradisional yang sedikit efek sampingnya bahkan tidak ada.

Salah satu cara non farmakologi tersebut adalah dengan mengkonsumsi jus

wortel. Kandungan vitamin E dan betakarotein pada wortel mampu

mengeblok prostaglandin yaitu hormon yang mempengaruhi dismenore atau

nyeri haid. Wortel merupakan salah satu sayuran yang memiliki banyak

kegunaan misalnya sebagai bahan sayur sop atau dijadikan campuran

makanan. Wortel banyak ditemukan di Indonesia dan penyebarannya sudah

merata. Wortel mudah ditemukan dipasaran karena hampir setiap hari wortel

dijual dipasar. Selain rasanya yang enak, wortel juga dipercaya oleh

masyarakat sebagai sayuran yang memiliki banyak vitamin dengan harga

terjangkau (Hembing, 2012). Pemberian jus wortel 1 kali sehari dengan

dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral 200 cc selama 2

hari menstruasi.

Kandungan magnesium pada wortel dapat digunakan untuk kekuatan

tulang, mengakifkan vitamin B, merilekskan otot dan syaraf, pembekuan

darah dan produksi energi. Wortel juga mengandung analgetik alami yang
24

berperan seperti obat analgetik (contoh ibuprofen) dan sebagai anti inflamasi

(Silva, 2014).

b. Alpukat

Buah alpukat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yang salah

satunya adalah mengurangi nyeri. Kalsium pada alpukat dapat memberikan

efek berkurangnya nyeri dalam tubuh. Kalsium memiliki peran sebagai zat

yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin saat otot

berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur

setelah kontraksi, sehingga dapat menyebabkan otot menjadi kram,buah

alpukat memiliki kandungan nutrisi meliputi air, kalori, rotein, lemak,

karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin, vitamin B1, vitamin C. kandungan

senyawa lain didalam buah alpukat berupa beta-sitosterol, magnesium,

glutation, lemak tak jenuh tunggal oleat (Omega-9), Kalium,quersetin,

klorofil, polifenol) . Menurut (Rachmawati 2013)

Kandungan kalsium yang terdapat dalam buah alpukat juga memiliki

peran penting dalam mengurangi nyeri. Kalsium memiliki peranan sebagai zat

yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin pada saat otot

berkontraksi. Pemberian jus alpukat 1 kali sehari dengan dengan takaran

alpukat 50 gram dicampur dengan air mineral 100 cc selama 2 hari menstruasi.
25

4. Penilaian Nyeri

Ada beberapa cara untuk mengetahui akibat nyeri menggunakan skala

assessment nyeri tunggal atau multidemensi (Yudiyanta, 2015).

A. Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis

kelamin dan perbedaan etnis. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan

pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk

membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang

sama antar kata yang menggambarkan efek analgesik (Yudiyanta, 2015).

Gambar 2.2 Numeric Rating scale (NRS)

Keterangan skala 0-10 ( sumber; Karen Lee 2018, ProHealyh.Com).

1. Tidak nyeri

2. Nyeri sangat ringan, hampir tidak terlihat. Sebagian besar tidak

memikirkannya

3. Rasa sakit ringan. Mengganggu dan mungkin tarikan yang lebih kuat
26

4. Nyeri terlihat dan menggangu, tetapi masih terbiasa dan beradaptasi

5. Nyeri sedang, jika terlihat dalam suatu kegiatan, itu dapat diabaikan

untuk periode waktu, tetapi masih mengganggu

6. Rasa nyeri yang cukup kuat. Tidak bisa diabaikan lebih dari beberapa

menit, tapi dengan upaya yang masih dapat mengatur untuk bekerja

atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial

7. Rasa sakit yang cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal

sehari-hari dan kesulitan berkonsultasi.

8. Rasa sakit parah yang mendominaasi indera tubuh dan secara

signifikan membatasi kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-

hari atau hubungan sosial.

9. Nyeri hebat. Aktivitas fisik sangat terbatas. Berkomunikasi

membutuhkan upaya lebih.

10. Sakit yang parah. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis atau

merintih tak terkendali.

11. Rasa sakit yang tak tarkatakan. Terbaring ditempat tidur dan mungkin

mengigau. Sangat sedikit orang akan pernah mengalami tingkat rasa

sakit ini.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana

seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah.


27

Variabel Independen Variabel Dependen

Jus Wortel dan Jus Alpukat Dismenorea

1. Umur
2. Menarche
3. Lama haid
4. Pola Makan

Keterangan :

Variabel Independen : Variabel Bebas

Variabel Dependen : Variabel Terkait

Variabel Perancu : Faktor yang Mempengaruhi Dismenorea

B. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara ukur Hasil ukur Skala


ukur ukur
1 Dismenorea Rasa nyeri yang Angket Wawancara Skala 0-10 Rasio
dirasakan saat dan
menstruasi observasi
Menggunakan
NRS
0:Tidak nyeri
1:Nyeri sangat
ringan hampir
tidak terlihat,
sebagian besar
tidak
memikirkannya
2.Nyeri sakit
28

ringan.
Mengganggu
dan mungkin
tarikan lebih
kuat
3: Nyeri terlihat
dan
mengganggu,
tetapi masih
terbiasa dan
teradaptasi
4:Nyeri sedang,
jika terlihat
dalam suatu
kegiatan, itu
dapat diabaikan
untuk periode
waktu, tetapi
masih
mengganggu
5: Rasa nyeri
yang sangat
cukup. Tidak
bissa diabaikan
lebih dari
bebeapa menit,
tetapi dengan
upaya yang
masih dapat
mengatur untuk
bekerja atau
berpartisipasi
dalam beberapa
kegiatan sosial
6: Rasa sakit yang
cukup kuat
mengganggu .
aktivitas normal
sehari-hari dan
kesulitan
berkonsultasi
7:Rasa sakit yang
parah yang
mendominasi
indera tubuh
dan secara
signitif
membatasi
kemampuan
untuk
melakukan
kegiatan sehari-
hari atau
hubungan sosial
8:Nyeri hebat.
29

Aktivitas fisik
yang sangat
terbatas.
Berkomunikasi
membutuhkan
upaya yang
lebih.
9:Sakit yang
parah. Tidak
dapat
berkomunikasi
menangis atau
merintih tak
tekendali
10:Rasa sakit
yang tak
terkatakan.
Terbaring
ditempat tidur
dan mungkin
mengigau.
Sangat sedikt
orang akan
pernah
mengelami rasa
sakit ini
2 Jus Wortel Wortel yang Timban wortel 250
diolah menjadi jus gan gram
Diberikan 1 kali Gizi dicampur _ _
sehari selama 2 dengan air
hari menstruasi mineral 200
cc

3 Jus Alpukat Alpukat yang Timban Alpukat 50


diolah menjadi jus gan gram
diberikan 1 kali Gizi dicampur air
sehari selama 2 mineral 100
hari menstruasi cc
_ _
4 Menarche Perdarahan Angket Wawancara 1.<12 tahun Ordinal
(menstruasi 2.>12 tahun
untuk pertama
kali pada seorang
remaja putri)
5 Usia Lamanya hidup Angket Wawancara 1.< 19 tahun Ordinal
sejak lahir sampai 2.>19 tahun
dengan waktu
penelitian yang
dinayatakan
dengan tahun
6 Lama Haid Lama keluarnya Angket Wawancara 1. <7 hari Ordinal
darah seorang 2. >7hari
wanita yang
menstruasi
7 Pola Makan Frekuensi makan Angket Wawancara 1.2kali Ordinal
30

berapa kali sehari sehari


2. 3kali
sehari

C. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ada efektifitas perbedaan jus

wortel dan jus alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada

remaja putri.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Merupakan desain penelitian kuantitatif, penelitian ini dilakukan

dengan pengumpulan data yang berupa angka, atau data berupa kata-kata atau

kalimat yang dikonversi menjadi dua yang berbentuk angka. Data yang berupa

angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu

informasi ilmiah.( Nanang 2014). Metode yang digunakan adalah metode

Quasy Eksperimen, jenis rancangan peneliti ini Two Group Pretest and

Posttest, teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti.

Kelompok Pretest Perlakuan (X) Post test


KE O₁ X₁ O₂
KK O₂ X₂ O₂
Keterangan :

Ke : Kelompok Eksperimen

Kk : Kelompok Kontrol

O1 : Pre-Test (Untuk Kelompok Eksperimen)

O1 : Post-Test (Untuk Kelompok Eksperimen)

O2 : Pre-Test (Kelompok Kontrol)

O2 : Post-Test (Kelompok Kontrol)

31
32

X1 : Pemberian Jus Wortel

X2 : Pemberian Jus Alpukat

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Palangka Raya yang berlokasi

dijalan G.Obos No.32 Palangka Raya. Waktu penelitian ini dilakukan pada

bulan Januari-April 2020.

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi

Poltekkes Palangka Raya program studi DIII Kebidanan semester II yang

berusia 18-22 tahun. Yang mana kelas A berjumlah 38 mahasiswi dan kelas B

bejumlah 36 mahasiswi jadi jumlah populasi keseluruhannya adalah 74

mahasiswi D III Kebidanan semester II.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah remaja yang mengalami dismenorea

serta bersedia menjadi responden. Adapun rumus besar sampel dan cara

penghitungannya adalah sebagai berikut.

Rumus :

n=
|
2 1
2 σ [ z 1−α + z – β ] |
( μ1−μ2 )
33

2σ ² : Varians dari 2 rata-rata pasangan

Z₁-a/2 : Nilai z pada interval kepercyaan 1-a/2

Z₁-β : Nilai z pada uji kekuatan uji (power)1-b

μ1 : Perkirakan rata-rata sebelum itervensi

μ2: Perkiraan rata-rata sesudah intervensi

Subsitusi ke rumus:

n=
|
2 1
2 σ [ z 1−α + z – β ] |
( μ1−μ2 )

2.8 .² ( 1,96+1.28 )
n=
13,32

128+ 10,50
n¿
13.32

1.38,2
= = 20 sampel
13,32

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 10 dikalikan dengan 2 yaitu

jumlah sampel sebanyak 20 sampel. Adapun kiteria insklusi dan eklusi adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria Inkulasi

1) Usia 18-22 tahun

2) Nyeri saat menstruasi

3) Tidak menggunakan obat analgesic atau obat-obatan lain yang dapat

mengurangi nyeri dismenorea.


34

b. Kiteria Eklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Dismenore sekunder, responden yang mengalami patologis reproduksi.

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara

variabel Independen dengan variabel dependen untuk varibel bivariat.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel didalam penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling. Pengambilan sampel secara Purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (menggunakan kriteria

inklusi dan eklusi).

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang akan digunakan berupa data

responden dalam angket dan lembar observasi. Angket yang digunakan

pertanyaan mengenai data demografi, dan skala nyeri Dismenorea yang paling

sering dirasakan. Responden memilih jawaban yang menurutnya sesuai dan

tepat. Lembar observasi yaitu menggunakan skala nyeri untuk melihat

perbedaan Dismenorea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale untuk mengetaui penurunan

dismenorea pada remaja sebelum dan sesudah pelakuan.


35

Setelah didapatkan n sebesar 10 , remaja dismenorea dikelompokkan

menjadi dua kelompok. Kelompok A adalah jus wortel sebanyak 10 mahasiswi

dan kelompok B adalah jus alpukat sebanyak 10 mahasiswi. Kelompok A

diberikan jus wortel 1 kali selama 2 hari menstruasi dan kelompok jus alpukat

diberikan 1 kali selama 2 hari menstruasi. Hari ke 3 di evaluasi setelah

pemberian jus wortel dan jus alpukat

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis

univariat digunakan menampilkan atau melihat gambaran distribusi frekuensi

responden menurut variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analis univariat

disajikan dalam bentuk frekuensi masing-masing variabel.

Dalam penelitian ini, maka selanjutnya penulis jelaskan teknik analisis

data yang digunakan yaitu perhitungan Mean, Median, Modus, standar deviasi.

1) Mean (Me),

Mean digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari skor total keseluruhan

jawaban yang diberikan oleh responden, yang tersusun dalam distribusi data.

2. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil

sampai yang terbesar, atau sebaliknya.


36

3) Modus

Modus adalah nilai yang sering muncul/nilai yang frekuensinya banyak dalam

distribusi data. Dalam penelitian ini, modus digunakan untuk mencari jawaban

yang sering muncul atau nilai yang frekuensinya paling banyak dari responden

dalam mengisi kuesioner.

4). Standar Deviasi

Standar deviasi (SD) disebut juga simpangan baku. SD mengukur seberapa

baik mean mewakili data. Semakin kecil SD mengindikasikan data dekat dengan

Mean. Semakin besar SD mengindikasikan data jauh dari Mean.

Rumus :

x
f= ×100 %
N

keterangan

f = Rata-rata

x = Jumlah yang Didapat

N = Jumlah Sampel

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yaitu

variabel dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat didalam

penelitian ini menggunakan rumus parametic yaitu uji-t independen di test. Uji t

untuk sampel independen merupakan prosedur uji t untuk sampel bebas dengan

membandingkan rata-rata dua kelompok kasus. Kasus yang diuji bersifat acak.
37

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

a) Meminta surat pengantar dari Poltekkes Palangka Raya untuk

melakukan penelitian setelah proposal disetujui pembimbing.

b) Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan ijin kepada pihak

kampus untuk mengadakan penelitian dan memohon kerja sama untuk

kelancaran penelitian.

c) Mendatangi responden untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerahasian informasi yang diberikan responden kepada

peneliti serta meminta kerja sama responden untuk menjawab semua

pertanyaan dalam angket secara jujur sesuai dengan keadaan responden.

d) Memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan kepada responden dan

meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent

sebelum mengisi lembar pertanyaan.

e) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan angket.

f) Memberikan waktu 10-15 menit kepada responden untuk mengisi

angket.

g) Responden menyerahkan kembali angket yang telah diisi kepada

peneliti untuk kemudian diolah dan dianalisis.

h) Setelah didapat mahasiswi dengan dismenorea, kemudian remaja putri

dikelompokkan menjadi dua kelompok dan diberikan perlakuan.


38

i) Setelah diberikan perlakuan jus wortel 250 gram dan jus alpukat 50

gram selama 2 hari, kemudian diukur kembali menggunakan lembar

observasi menggunakan skala nyeri.

1. Kelompok Intervensi ( Kelompok A: Jus Wortel)

10 Remaja dengan
Dismenorea

Pretest

Posttest

Pengukuran
dismenorea
menggunakkan Pemberian Jus
Pengukuran
skala nyeri 0-10 wortel 250 gram 1
dismenorea
(pada hari pertama kali sehari selama
menggunakkan
menstruasi) 2 hari
skala nyeri 0-10
(pada hari ke 3
2. Kelompok kontrol (Kelompok B: Jus Alpukat) menstruasi)

10 Remaja dengan
dismenorea

Pretest
Posttest

Pengukuran Pengukuran
dismenorea dismenorea
menggunakan menggunakan
skala nyeri 0-10 skala nyeri 0-10
Pemberian jus (pada hari ketiga
(pada hari alpukat 50 gram
pertama menstruasi)
1 kali selama 2
menstruasi) hari menstruasi
39

G. Pengolahan Data

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka ada

empat tahap dalam pengolahan data yang harus dilakukan. Data yang telah

terkumpul kemudian diolah baik secara menual maupun menggunakan

komputer ( Gustriana, 2015 ) dengan langah-langkah sebagai beikut:

a) Editing

Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil lembar observasi

yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan responden.

b) Coding

Coding yaitu memberikan kode berupa nomor pada setiap jawaban yang

diisi oleh setiap responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan

atau menghindari kesalahan dalam pengolahan data analisis data.

c) Tabulasi

Tabulasi, yaitu mengelompokan data sesuai dengan kategori yang telah

dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukan

kedalam tabel daftar distribusi frekuensi.

d) Cleaning data

Cleaning yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan

dalam data.

H. Etika Penelitian

a) Permohonan ijin penggunaan lahan penelitian dari direktur Politeknik

Kesehatan Palangka Raya kepada BAPPEDA Provinsi Kalimantan

Tengah.
40

b) Persetujuan dari pihak Poltekkes palangka Raya

c) Informed Consent (lembar persetujuan peneliti)

d) Anomiaty (untuk menjaga kerahasian responden, responden tidak

diharuskan mencantum nama dalam inisial huruf. Kemudian lembar

tersebut hanya diberikan nomor kode tertentu.

e) Confidentiality (peneliti manajemen kerahasian informasi yang diberikan

oleh responden) salah satunya memasuki nomor responden sebagai ganti

dari nama responden ke proses data untuk menjaga kerahasiaan responden.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Palangka Raya merupakan satu dari sekian

perguruan tinggi bermodel Politeknik, diurusi oleh Kementrian Kesehatan dan

termasuk kedalam kopertis wilayah Kementrian. Perguruan Tinggi ini telah ada

sejak 1 Januari 0001 dengan Nomor SK PT dan tanggal SK PT, politeknik ini

beralamat di Jalan George Obos No. 30/32, kabupaten Palangka Raya propinsi

Kalimantan Tengah-Indonesia.

Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Palangka Raya merupakan institusi

pendidikan yang dibentuk oleh Kementrian kesehatan mempunyai tugas

meningkatkan derajat disiplin ilmu seperti Keperawatan, Kebidanan, Gizi,

Kesehatan Lingkungan, Farmasi dan Promosi Kesehatan.

Politeknik Kesehatan Kementrian Palangka Raya saat ini memiliki 3 jurusan

yaitu Keperawatan, Kebidanan, dan Gizi. ketiga jurusan tersebut

menyelenggarakan program studi diploma III dan IV. Pengembangan jurusan

akan dilakukan seiring dengan pemenuhan kebutuhan stakeholder dan

masyarakat.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat Karakteristik Responden

Analisis univariat digunakan menampilkan atau melihat gambaran

distribusi frekuensi responden menurut variabel yang di teliti. Pada penelitian ini

analisis univariat disajikan dalam bentuk frekuensi masing-masing variabel.

41
42

Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami dismenorea

di Poltekkes Kemenkes Kesehatan Palangka Raya DIII Kebidanan Semester II.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Karakteristik


Responden di Poltekkes Kemenkes Kesehatan Palangka Raya DIII
Kebidanan Semester II.

No Variabel N % Mean SD Min max


1 Usia
<19 tahun 16 80 % 17,95 686 17 19
>19 tahun 4 20%

2 Menarche
<12 tahun 5 25% 13,05 1,117 11 16
>12 tahun 15 55%

3 Lama haid
<7 hari 7 35% 5,95 0,826 5 7
>7 hari 13 65%

4 Pola makan
2 kali sehari 8 40% 1,66 0,231 1 1
3 kali sehari 12 60%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur yang mempengaruhi

dismenorea di Politeknik Kesehatan Palangk Raya DIII Kebidanan semester II

terbanyak umur <19 tahun yaitu sebanyak 16 orang (80%) umur > 19 tahun

sebanyak 4 orang (20%). Mahasiswa dengan menarche untuk usia <12 tahun

sebanyak 5 orang ( 25%), usia >12 tahun sebayak 15 orang (55%). Mahasiswi

dengan lama haid <7 hari sebanyak 7 orang (35%), lama haid >7 hari sebanyak

13 orang (65%) . Dan mahasiswi dengan pola makan yang teratur atau tidak

teratur dengan frekuensi makan berapa kali sehari yaitu 2 kali sehari sebanyak 8

orang (40%) dan 12 kali sehari sebanyak 12 orang (60%).


43

b. Tabel 4.2 Distribusi frerkuensi skala nyeri dismenorea sebelum dan


sesudah pemberian jus wortel.

Variabel Skala nyeri


Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Jus α N % SD Mean α N % SD mean
wortel
1 1 10 0,919 4,80 0 1 10 0,101 4,10
4 2 20 3 2 10
5 2 20 3 2 10
6 5 50 4 5 50
Min 1 0
Max 6 4
Total 10 100 10 100
Keterangan:
n: Jumlah Skala Nyeri
a: Angka Skala Nyeri
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelompok jus wortel sebanyak 10

orang dengan nilai skala nyeri sebelum perlakuan minimal 3 dan maksimal 6,

standar Devionation 0,919, nilai-nilai rata-rata skala nyeri yang dialami adalah

4,80 dan sesudah perlakuan nilai skala nyeri minimal 1 dan maksimal 5 standar

Devionation 1,101,nilai rata-rata skala nyeri yang dialami adalah 4,10

c. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skala nyeri dismenorea sebelum dan


sesudah pemberian Jus alpukat.

Variabel Skala nyeri


Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Jus α N % SD Mean α N % SD Mean
alpukat
2 2 20 1,902 4,58 1 2 20 1,21 2,42
3 2 20 1 2 20
4 2 20 2 2 20
5 4 40 3 4 40
Min 3 1
Max 5 3
Total 10 100 10 100
44

Keterangan:
n: jumlah Skala Nyeri
a: Angka Skala Nyeri
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa kelompok jus alpukat sebayak 10

orang dengan nilai skala nyeri sebelum perlakuan minimal 3 dan maksimal 6,

standar devionation 1,902, nilai rata-rata skala nyeri yang dialami adalah 4,58

dan sesudah perlakuan nilai skala nyeri minimal 1 dan maksimal 5 standar

devionation 1,121, nilai rata-rata skala nyeri yang dialami adalah 2.42.

2. Analisis Bivariat Karakteristik Responden Dismenorea

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yaitu

variabel dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat didalam

penelitian ini menggunakan rumus parametic yaitu uji-T independen di test. Uji t

untuk sampel independen merupakan prosedur uji t untuk sampel bebas dengan

membandingkan rata-rata dua kelompok kasus. Uji t digunakan untuk

melihat/menguji apakah variabel independen (sertifikasi) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen (kinerja). untuk menguji signifikan

konstanta dari setiap variabel independen. Untuk menguji hipotesis, digunakan

uji t (parsial) dengan taraf kepercayaan sebesar 5% .

Penelitian efektivitas pemberian jus wortel dan jus alpukat terhadap

penurunan dismenorea pada remaja putri DIII kebidanan di Politeknik Kesehatan

Palangka Raya didapatkan hasil sebagai berikut:


45

a. Tabel 4.4 Pengaruh pemberian jus wortel terhadap dismenorea

Variabel Skala nyeri


Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan p-value
SD Mean SD Mean
0,00
Jus wortel 9,19 4,80 1,174 2,60

Berdasakan tabel 4.4 uji-t , didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 atau

p-value < α(0,005), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah

pemberian jus wortel terhadap remaja dismenorea DIII kebidanan semester II di

Poltekkes Palangka Raya, maka dapat disimpulkan bahwa H₀ di tolak dan H₁

diterima yang berarti ada pengaruh antara skala intensitas dismenorea sebelum

dan sesudah pemberian jus wortel.

b. Tabel 4.5 Pengaruh pemberian jus alpukat terhadap dismenorea

Variabel Skala nyeri


Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan p-value
SD Mean SD Mean
Jus alpukat 1,101 4,10 1,229 2,20 0,00

Berdasakan tabel 4.5 uji-t , didapatkan nilai p-value sebesar 0,0000 atau p-

value < α(0,005), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah

pemberian jus wortel terhadap remaja dismenorea DIII kebidanan semester II di

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, maka dapat disimpulkan bahwa H₀ di tolak

dan H₁ diterima yang berarti ada pengaruh antara skala intensitas dismenorea

sebelum dan sesudah pemberian jus alpukat.


46

c. Tabel 4.6 Efektivitas pemberian jus wortel dan jus alpukat terhadap
penurunan dismenorea pada remaja putri DIII kebidanan semester
II.

Variabe Variabel Independen (Dismenorea)


l
n SD mean p-value

Jus wortel 10 0,19 0, 291 0,003


Jus alpukat 10 0,91 0.389 0,004

Berdasarkan tabel 4.6 uji independen uji-t, didapatkan nilai keduanya p-

value <0,005 maka dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas jus

wortel dan jus alpukat terhadap dismenorea pada remaja putri DIII kebidanan

semester II di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. Dimana jus wortel lebih

efektif menurunkan dismenorea dibandingkan jus alpukat. Dilihat dari hasil rata-

rata setelah pemberian jus wortel nilai p-value adalah 0,003 dan nilai rata-

ratanya sebesar 0,291 sedangkan jus alpukat nilai P-Value 0,004 dan nilai rata-

ratanya adalah 0,389.

3. Pembahasan

a. Distribusi Frekuensi Pola Makan Terhadap Dismenorea

Mahasiswi dengan pola makan yang teratur atau tidak teratur dengan

frekuensi makan berapa kali sehari yaitu 2 kali sehari sebanyak 8 orang (40%)

termasuk dismenorea ringan dan 2 kali sehari sebanyak 12 orang (60%) yaitu

termasuk dismenorea sedang.

Sejalan dengan teori bahwa pola makan atau pola konsumsi pangan adalah

susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau
47

kelompok orang pada waktu tertentu. Remaja putri biasanya sangat

memperhatikan bentuk badannya, sehingga banyak remaja putri yang membatasi

konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan.Masa remaja sering

kali merupakan masa pertama kalinya orang-orang mempertimbangkan untuk

mengikuti diet dalam rangka mengubah bentuk tubuh mereka. Diet ketat

biasanya menghilangkan makanan-makanan tertentu misalnya karbohidrat. Hal

ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh dan memerlukan berbagai

jenis makanan (Weekes, 2012).

Pola makan merupakan gambaran mengenai perilaku makan seseorang

atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan makannya. Remaja sering

kali melakukan kebiasaan makan yang kurang baik seperti melewatkan sarapan,

sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, dan rendah dalam

konsumsi buah dan sayur (Waluya 2013).

Menurut Gagua et al. (2012), remaja putri yang memiliki frekuensi makan

yang kurang dari anjuran lebih banyak mengalami dismenorea dibandingkan

dengan remaja putri yang makan sesuai dengan anjuran. Hal ini berkaitan

dengan tidak terpenuhinya kecukupan gizi yang berakibat pada rendahnya

ketersediaan energi dan zat gizi sehingga dapat mengganggu keseimbangan

hormon di dalam tubuh. (Khomsan 2014).

Frekuensi makan akan menentukan jumlah makanan yang masuk ke dalam

tubuh seseorang sehingga akan menentukan tingkat kecukupan gizi. Selain itu,

frekuensi makan yang kurang dapat menyebabkan rendahnya asupan lemak tak
48

jenuh ganda (PUFA). Jenis lemak inimemiliki efek sebagai anti inflamasi.

Tokuyama Nakatomo (2011)

Pola makan merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang.Gizi

kurang selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan

menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada

gangguan menstruasi termasuk dismenorea, tetapi akan membaik bila asupan

nutrisinya baik, semakin tinggi status gizi maka semakin rendah keluhan

dismenorea. Untuk meningkatkan asupan vitamin dan gizi misalnya, dapat

dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin atau suplemen. Konsumsi vitamin B

sangat dianjurkan untuk mengatasi nyeri menstruasi. Vitamin B6 membantu

pembentukan sel darah merah serta mempertahankan kesehatan sistem saraf.

Vitamin B12, berperan dalam pembentukan sel darah merah sehingga mencegah

anemia, selain itu vitamin B5 juga diketahui dapat mengurangi stres. Menjaga

pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi. Karena beberapa

dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat mengurangi atau

memperparah nyeri saat menstruasi terjadi. Perbanyaklah konsumsi sayur dan

buah-buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet

(Purwaningsih, 2013).

b. Distribusi Frekuensi Menarche Terhadap Dismenorea

Mahasiswa dengan menarche untuk usia <12 tahun sebanyak 10 orang

(50%) yaitu termasuk dismenorea ringan, usia >12 tahun sebanyak 2 orang

(10%) dengan dismenorea sedang, usia <12 tahun sebanyak 1 orang (5%)
49

dengan dismenorea sedang, dan usia >12 tahun sebanyak 7 orang (35%)yaitu

termasuk dimenorea ringan.

Dari hasil penelitian diatas sejalan dengan teori bahwa dismenorea Usia

menarche dini meningkatkan risiko terjadinya dismenore. Selain itu menarche

dini dapat meningkatkan risiko kejadian mioma 1,24 kali. Hal ini juga dijelaskan

oleh Sophia, et al., (2013) yang menyatakan bahwa usia ideal seorang wanita

mengalami menarche yaitu pada usia antara 13-14 tahun. Seseorang yang

mengalami menarche ≤ 12 tahun memiliki kemungkinan 1,6 kali lebih besar

mengalami dismenore dibandingkan umur 13-14 tahun.

Sejalan dengan teori bahwa usia menarche yang terlalu dini (≤ 12 tahun)

dimana organ-organ reproduksi belum berkembang secara maksimal dan masih

terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit pada saat

menstruasi. Hal ini dikarenakan organ reproduksi wanita masih belum berfungsi

secara maksimal (Ehrenthal, 2015).

Sejalan dengan teori wanita yang memiliki usia menarche yang berisiko

(≤ 12 tahun) perlu untuk lebih memperhatikan masalah kesehatannya khususnya

kejadian dismenore. Usia menarche yang terlalu dini ≤ 12 tahun memiliki efek

jangka pendek yaitu terjadinya dismenore, sedangkan untuk efek jangka panjang

dapat memicu terjadinya kanker serviks, kanker payudara dan mioma

(Proverawati dan Misaroh, 2013).

Menurut Widjanarko 2013 yang menyatakan bahwa menarche pada usia

lebih awal merupakan faktor resiko yang berpengaruhi terhadap kejadian

dismenorea primer. Widjanarko 2013 bahwa alat reproduksi wanita harus


50

berfungsi sebagaimana mestinya.namun bila menarche tejadi pada usia yang

lebih awal dari pada normal, dimana alat reproduksi belum siap untuk

mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka

akan timbul rasa sakit ketika menstruasi.

Menurut (Bare & Smelzer 2014) hal ini bisa terjadi jika dilihat dari faktor-

faktor penyebab disemenorea lainnya seperti asupan kalsium yang mencukupi

dan usia menarche yang normal. Penelitian pada siswi XI di SMA Negeri 2 Palu

sebagian besar responden siswi memliki usia menarche yang normal berkisar

antara 11-13 tahun. Pada usia ini organ-organ reproduksi seorang remaja putri

sudah berfungsi secara optimal dan siap mengalami perubahan-perubahan

kematangan organ reproduksi sehingga tidak terasa nyeri pada menstruasi.

Menarche adalah haid yang pertama kali, biasanya terjadi pada usia 11 -

16 tahun yang merupakan peristiwa terpenting pada gadis remaja (Sibagariang,

dkk, 2013).

menarche adalah haid yang pertama kali datang menstruasi adalah proses

alamiah yang terjadi pada perempuan. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22

- 35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2 – 7 hari. (Kusmiran, 2012)

c. Pengaruh Jus Wortel Terhadap Dismenorea

Berdasakan hasil analisis uji- t , didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 atau

p-value < α(0,005), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah

pemberian jus wortel terhadap remaja dismenorea DIII kebidanan semester II

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, maka dapat disimpulkan bahwa H₀ ditolak


51

dan H₁ diterima yang berarti ada pengaruh antara skala dismenorea dismenorea

sebelum dan sesudah pemberian jus wortel.

Wortel (Daucus Carota) merupakan salah satu sayuran yang paling

banyak manfaatnya. Wortel mengandung gula, karotin, pektin, aspargin, serat,

lemak, hidrat arang, kalsium, megnasium, fosfor, besi, sodium, asam amino,

minyak esensial, dan betakaroten. Wortel juga banyak mengandung vitamin A,

B, C, D, E dan K . (Junizar&Sulianingsih, 2008). Vitamin yang bisa membantu

menurunkan dismenorea adalah vitamin E untuk membantu pengeblokan

formasi prostaglandin dan vitamin E juga bisa membantu mengatasi efek

peningkatan produksi hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin adalah

hormon yang mempengaruhi terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang

berperan disini yaitu E2 (PGE2) dan F2a (PGF2a) (Junizar&Sulianingsih, 2013).

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi

metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.

Kalsium bersama dengan magnasium, berperan dalam transmisi saraf. Jika otot

tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak dapat mengendur sehingga

dapat mengakibatkan (Hill,2012). Kandungan magnesium pada wortel dapat

digunakan untuk kekuatan tulang, merilekskan otot dan saraf, pembekuan darah

dan produksi energi. Wortel juga mengandung analgetik alami yang berperan

seperti obat analgetik (contoh ibuprofen) dan sebagai anti inflamasi (Silva,

2014).
52

d. Pengaruh Jus Alpukat Terhadap Dismenorea

Berdasakan hasil analisis uji-t , didapatkan nilai p-value sebesar 0,0000

atau p-value < α(0,005), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan

sesudah pemberian jus wortel terhadap remaja dismenorea DIII kebidanan

semester II di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, maka dapat disimpulkan

bahwa H₀ di tolak dan H₁ diterima yang berarti ada pengaruh antara skala

intensitas dismenorea sebelum dan sesudah pemberian jus alpukat.

Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi meliputi air, kalori, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, Besi, vitamin, vitamin B1, Vitamin C.

Kandungan senyawa lain didalam buah alpukat berupa Beta-sitosterol,

magnesium, glutation, lemak tak jenuh tunggal oleat (omega-9), Kalium,

klorofil, polifenol). Kandungan kalsium yang terdapat dalam buah alpukat juga

memiliki peran penting dalam mengurangi nyeri. Kalsium memiliki peranan

sebagai zat yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin pada

saat otot berkontraksi.(Rachmawati 2013).

e. Efektifitas Pemberian Jus Wortel Dan Jus Alpukat Terhadap

Penurunan Dismenorea

Gizi yang erat dengan kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena

zat gizi mempengaruhi proses yang terdapat dalam tubuh saaat terjadi

menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua

zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, meneral, bahkan serat,

berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang

menstruasi dan saat menstruasi (Devi dalam Susilowati. 2014).


53

Berdasarkan hasil analisis uji independen uji-t, di dapatkan nilai

keduanya p-value <0,005 maka dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan

efektivitas jus wortel dan jus alpukat terhadap dismenorea pada remaja putri DIII

kebidanan semester II di poltekkes kemenkes Palangka Raya. Pemberian jus

wortel 1 kali sehari dengan dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan

air mineral 200 cc selama 2 hari menstruasi. Pemberian jus alpukat 1 kali sehari

dengan dengan takaran alpukat 50 gram dicampur dengan air mineral 100 cc

selama 2 hari menstruasi.

Wortel (Daucus Carota) merupakan salah satu sayuran yang paling

banyak manfaatnya. Wortel mengandung gula, karotin, pektin, aspargin, serat,

lemak, hidrat arang, kalsium, megnasium, fosfor, besi, sodium, asam amino,

minyak esensial, dan betakaroten. Wortel juga banyak mengandung vitamin A,

B, C, D, E dan K . Vitamin yang bisa membantu menurunkan dismenorea adalah

vitamin E untuk membantu pengeblokan formasi prostaglandin dan vitamin E

juga bisa membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon

prostaglandin. hormon prostaglandin adalah hormon yang mempengaruhi

terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu E2 (PGE2) dan

F2a (PGF2a) (Junizar&Sulianingsih, 2012).

Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi meliputi air, kalori, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, Besi, vitamin, vitamin B1, Vitamin C.

Kandungan senyawa lain didalam buah alpukat berupa Beta-sitosterol,

magnesium, glutation, lemak tak jenuh tunggal oleat (omega-9), Kalium,

klorofil, polifenol). Kandungan kalsium yang terdapat dalam buah alpukat juga
54

memiliki peran penting dalam mengurangi nyeri. Kalsium memiliki peranan

sebagai zat yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin pada

saat otot berkontraksi. Rachmawati (2013).

Responden mengatakan bahwa pada saat meminum jus alpukat, karena

meminumnya membuat rileks sehingga rasa dismenorea teralih namun tidak

berlangsung lama. Sedangkan jus wortel yang dirasakan nyei yang dirasakan

dapat berkurang dan mereka mengatakan merassa senang karena tidak terlalu

mengganggu aktivitas karena merasakan sakit pada menstruasi.

Dilihat dari hasil rata-rata setelah pemberian jus wortel dan jus alpukat

yang mana rata-rata setelah pemberian jus wortel dan jus alpukat sebesar 291

yang lebih rendah dibandingkan pemberian jus alpukat 389. dapat di simpulkan

bahwa ada perbedaan efektivitas jus wortel dan jus alpukat terhadap dismenorea

pada remaja putri DIII kebidanan semester II di poltekkes kemenkes Palangka

Raya. Di mana jus wortel lebih efektif menurunkan dismenorea dibandingkan

jus alpukat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswi bidan

pendidikan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta jus wortel memiliki pengaruh

dalam penurunan tingkat dismenore primer. Sebanyak 17 (100%) respoden dari

kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat dismenore primer setelah

diberikan intervensi jus wortel. (Silva, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti pada remaja putri

dengan dismenorea kelas XI di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 menunjukan


55

bahwa setelah pemberian jus alpukat hampir setengahnya responden

mengalami nyeri ringan dan tidak ada nyeri, serta tidak ada lagi responden yang

mengalami nyeri berat. (Rachmawati 2013).


BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di Poltekkes Kemenkess

Palangka Raya tahun 2020, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan data yang diambil, mahasiswi dengan Pola Makan yang

teratur atau tidak teratur dengan Frekuensi makan berapa kali sehari yaitu 2

kali sehari sebanyak 8 orang (40%) dan 2 kali sehari sebanyak 12 orang

(60%).

2. Berdasarkan data yang dimbil mahasiswa dengan menarche untuk usia

<12 tahun sebanyak 5 orang ( 25%), usia >12 tahun sebayak 15 orang

(75%).

3. Ada pengaruh pemberian jus wortel terhadap remaja di Poltekkes

Kemenkes Palangka Raya di dapatkan p-value sebesar 0,000 atau < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa H₀ di tolak dan H₁ diterima.

4. Ada pengaruh pemberian jus alpukat terhadap remaja di Poltekkes

Kemenkes Palangka Raya di dapatkan p-value sebesar 0,000 atau < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa H₀ di tolak dan H₁ diterima.

5. Ada efektifitas pemberian jus wortel dan jus alpukat terhadap dismenorea

pada remaja putri di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan nilai

0,003 (<0,05), yang mana pemberian jus wortel lebih efektif

dibandingkan jus alpukat untuk menurunkan dismenorea pada remaja

putri di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

56
57

B. SARAN

Mengacu dari hasil penelitian yang telah di lakukan, ada beberapa saran

yang dianjurkan dan diharapkan menjadi bahan petimbangan.

1. Jus wortel dan jus alpukat dapat menjadi alternatif untuk mengatasi

dismenorea. Karena selain mudah didapatkan, kandungan zat gizi

terutama yang terdapat didalam jus wortel dan jus alpukat dapat

mengurangi dismenorea.

2. Perlunya penelitian menggunakan sampel lebih besar dan jangka waktu

yang lebih panjang mengenai efektifitas jus wortel dan jus alpukat

terhadap dismenorea pada remaja putri DIII kebidana semester II di

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya agar dapat di terapkan cara non

farmakolagi dalam menangani masalah dismenorea.


DAFTAR PUSTAKA

Aditiara, B. E. (2013). Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Dysmenorrhea


Primer. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Agustini, F. U. (2017). Hubungan Kebiasaan Makan, Aktifitas Fisik, dan Status
Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Pada MAhasiswi PPKU IPB.
Beddu, S., Mukarramah, S., & Lestahulu, V. (2015). Hubungan Status Gizi dan
Usia Menarche Dengan Dismenore Primer pada Remaja Putri. SEAJOM:
The Southeast Asia Journal of Midwifery, 1(1), 16–21.
https://doi.org/10.36749/seajom.v1i1.53
Delima, M., Andriani, Y., & Fajria, R. S. (2019). Pemberian Jus Wortel Dan
Manajemen Hidroterapi ( Sitzbath ) Terhadap Penurunan Dismenore Pada
Siswi. 2(1), 99–104.
Dwihestie, L. K. (2018). DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI The
Relations Menarche Age And Stress Levels With The Dismenore Primary
Events In Adolescents Luluk Khusnul Dwihestie Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan. 625, 77–82. Retrieved from
https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikeb/article/view/161
Damayanti, D. F., Aprilia, S., Yulianti, E., Pontianak, P. K., Laut, B. B.,
Tenggara, K. P., … Barat, K. (2020). Jurnal kebidanan. 10, 25–29.
Fajaryati, N. (2012). Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Dismenore Primer
Remaja Putri Di Smp N 2 Mirit Kebumen. Jurnal Komunikasi Kesehatan, 3,
2–3. Retrieved from http://e-journal.akbid-
purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/62
Februanti, S. (2017). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore
Di Smpn 9 Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 17(1), 157.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v17i1.202
Gf, P. R. P., Nf, Α. D. A. N. T., & Enderita, Α. P. A. D. A. P. (2018). P Engaruh
P Emberian V Itamin E T Erhadap K Adar. 9(2), 57–64.
Handayani, E. Y., & Rahayu, L. S. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan nyeri menstruasi (dismenorea) pada remaja putri di beberapa SMA di
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal. Retrieved from sci-
hub.tw
Hastuti, P., Sumiyati, S., & Aini, F. N. (2017). Pengaruh Pemberian Air Perasan
Wortel Terhadap Berbagai Tingkat Nyeri Dismenore Pada Mahasiswa.
Jurnal Riset Kesehatan, 5(2), 79. https://doi.org/10.31983/jrk.v5i2.1362
Istiqomah, P. (2009). Efektivias Senam Disminore Dalam Mengurangi Dismenore
Pada Remaja Putri Di SMU N 5 Semarang. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Diponegoro.
Khoerunisya, D. A. (2015). Hubungan Regulasi Emosi Dengan Rasa Nyeri Haid (
Dismenore ) Pada Remaja. 1–92.
Lestari, N. M. S. D. (2013). Pengaruh dismenorea pada remaja. Seminar Nasional
FMIPA UNDIKSHA III, 323–329. Retrieved from
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download
Lestari, N. M. S. D. (2013). Pengaruh dismenorea pada remaja. Seminar Nasional
FMIPA UNDIKSHA III
Lintan, N., & Puspita, M. (2012). PADA REMAJA PUTRI In Influence Of Carrot
Juice And Avocado Juice To Dysmenorrhoea Pain In Adolescent Girls Untuk
Mengetahui Perbedaan Efektifitas Pemberian Jus Wortel Terhadap Nyeri
Dismenorea Pada. 14–19.
Larasati, T., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore
Primer pada Remaja Primary Dysmenorrhea and Risk Factor of Primary
Dysmenorrhea in Adolescent. Majority, 5(3), 79–84.
Ningsih, R., Setyowati, S., & Rahmah, H. (2013). Efektivitas Paket Pereda Nyeri
Pada Remaja Dengan Dismenore. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(2), 67–
76. https://doi.org/10.7454/jki.v16i2.4
Pontoh, A. H. (2015). Pengaruh pemberian jus alpukat terhadap penurunan nyeri
disminorhea pada siswi kelas XI SMA. (110), 48–53. Retrieved from
http://jurnal.akbid-griyahusada.ac.id/files/e-journal/vol3_no1/e-journal-3-1-
7.pdf
Pundati, T. M., Sistiarani, C., & Hariyadi, B. (2016). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Dismenore Pada Mahasiswa Semester VIII
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Jurnal Kesmas Indonesia, 08,
40–48.
Purbaning Indri Astuti, Widayarti, A. (2009). Hubungan Usia Menarche Dengan
Tingkat Dismenorea Pada Siswi Kelas XI SMA N I Ngemplak Sleman
Yogyakarta Tahun 2009. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Publikasi, N. (2018). Semester Ii Universitas ‘ Aisyiyah Yogyakarta Semester Ii
Universitas.
Publikasi, N., Studi, P., & Keperawatan, I. (2011). Dismenorea Pada Mahasiswi
Keperawatan Semester Viii Stikes ‘ Aisyiyah.
Pundati, T. M., Sistiarani, C., & Hariyadi, B. (2016). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Dismenore Pada Mahasiswa Semester VIII
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Jurnal Kesmas Indonesia, 08,
40–48.
Retno, S., & Yunia, A. (2016). Pengaruh Usia Menarche Terhadap Terjadinya
Disminore Primer Pada Siswi Mts Maarif Nu Al Hidayah Banyumas. JUrnal
Ilimah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(3), 8–14.
Tanjungpura, U., I, D. H., Al, I., Kota, A., Angelina, R., & Wulan, I. (2015).
Naskah publikasi fakultas kedokteran.
Trimayasari, D., & Kuswandi, K. (2014). Hubungan Usia Menarche dan Status
Gizi Siswi SMP Kelas 2 Dengan Kejadian Dismenore. Jurnal Obstretika
Scientia, 2(2), 192–211. https://doi.org/ISSN 2337-6120
Studi, P., Jenjang, K., Iv, D., & Kesehatan, F. I. (2017). Penurunan Tingkat
Dismenore Primer.
Stikes ’aisyiyah, D. I., Ermiatun, Y., Program, A., Stikes ’, K., & Yogyakarta, A.
(2011). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Derajat Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswa Diii Kebidanan.
Stikes ’aisyiyah, D. I., Ermiatun, Y., Program, A., Stikes ’, K., & Yogyakarta, A.
(2011). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Derajat Nyeri
Dismenore Pada Mahasiswa Diii Kebidanan.
Sartiwi, W., Herlina, A., Kumalasari, I., & Andriyani, D. (2019). Analisis
Pengetahuan Siswi Terhadap Penatalaksanaan Dismenore di SMPN 12
Padang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Safitri, R., Rahman, N., & Hansanah. (2015). Hubungan Asupan Kalsium dan
Aktivitas olahraga ... ( Riska, Nurdin, Hasanah).
Salam ade, U. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dismenore Primer di Pondok Pesantren Al-Imdad Yogyakarta. Hal 6.
Suryani, I. (2015). Pengaruh Pemberian Jus Brokoli ( Brassica oleracea varian
italica) Terhadap Kadar Kolestrol, HDL dan Trigliserida Serum Tikus Galur
Wistar. Jurnal Kesehatan Umus Brebes.
Studi, P., Jenjang, K., Iv, D., & Kesehatan, F. I. (2017). Penurunan Tingkat
Dismenore Primer.
Wahyuni, S., & Indahsari, L. N. (2014). Efektifitas Terapi Kombinasi Abdominal
Exercise Dan Minuman Kunyit Asam Terhadap Dismenore Pada Remaja
Putri Di Pondok Pesantren Manbaâ€TMU Chafidhil Qurâ€TMan Desa
Tambakselo Wirosari Grobogan. Prosiding Seminar Nasional &
Internasional, 2(1).
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

No responden : (diisi peneliti)

Tanggal pengisian : (diisi peneliti)

Responden yang saya hormati,

Nama : Nor Rahmi

NIM : PO.62.24.2.16.200

Alamat : Jl. G.Obos XV

Adalah mahasisiwi DIV kebidanan mahasiswi Kebidanan semester VIII


Poltekkes Kemenkes Palangka Raya akan melakukan penelitian dengan judul
Efektivitas Jus Wortel dan Jus Alpukat terhadap Penurunan Dismenorea
Terhadap Remaja putri DIII Kebidanan Semester II di Poltekkes kemenkes
Palangka Raya.

Bersama ini saya mohon kesedian saudara untuk menjawab pertanyaan-


pertanyaan, mendatangani lembar-lembar persetujuan dan yang akan dilakukan
pada saat penelitian berlangsung.

Jawaban akan saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan sebagai


penelitian, sehingga tidak akan mempengaruhi/menghambat karir atau hambatan
lain yang berkaitan dengan tugas yang di laksanakan saudara.

Atas bantuannya dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya.

Palangka Raya, ..............2020


Responden Peneliti

( ) ( Nor Rahmi )

PENGANTAR UNTUK RESPONDEN

Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui Efektivitas Jus Wortel dan


Jus Alpukat terhadap Penurunan Dismenorea Terhadap Remaja putri DIII
Kebidanan Semester II di Poltekkes kemenkes Palangka Raya.

Penelitian ini memerlukan bantuan dari semua mahasisiwi D III


kebidanan Semester II yang sedang menstruasi yang sedang mengelami
dismenorea untuk memberikan informasi dengan cara menjawab pertanyaan yang
merupakan pendapatan pribadi dalam wawancara.

Tanpa partisispasi para saudara, maka peneliti ini tidak dapat berjalan
sesuai dengan harapan. perlu diberitahukan bahwa informasi yang saudara
berikan semata-mata hanya atas keperluan penelitian, untuk itu peneliti menjamin
kerahasiannya, atas segala bantuannya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Palangka Raya..................2020

Nor Rahmi
LEMBAR PENILAIAN SKALA DISMENOREA

Judul penelitian :Efektivitas Pemberian Jus Wortel Dan Jus Alpukat Terhadap
Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri DIII Kebidanan
Semester II Di Poltekkes Kemenkes Kesehatan Palangka Raya

Tanggal Wawancara :
A. DATA RESPONDEN

Nama mahasiswi :
Umur :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Telp/Hp :
Tinggi badan : cm
Berat badan : kg

B. GAMBARAN DISMENOREA

1. Apakah saat haid anda mengelami nyeri ....

a.Ya

B.Tidak

2. Jika Ya lanjutkan pertanyaan sebagai berikut :


a.saat usia berapa anda pertama kali haid....

b.berapa hari lama haid anda....

3. Apakah nyeri haid anda dalam pengobatan khusus....

a.Ya

b.Tidak

4. Apakah pola makan anda teratur.....

a.Ya

b.tidak

5. Apakah anda saat menstruasi menganggu aktivitas perkuliahan...

a.Ya

b.tidak

C. SKALA PENILAIAN NYERI

Jika dalam bentuk skala, nyeri mentruasi yang sering anda alamai berada pada

angka
Keterangan skala 0-10 ( sumber; Karen Lee 2018, ProHealyh.Com)

1. Tidak nyeri

2. Nyeri sangat ringan, hampir tidak terlihat. Sebagian besar tidak

memikirkannya

3. Rasa sakit ringan. Mengganggu dan mungkin tarikan yang lebih kuat

4. Nyeri terlihat dan menggangu, tetapi masih terbiasa dan beradaptasi

5. Nyeri sedang, jika terlihat dalam suatu kegiatan, itu dapat diabaikan

untuk periode waktu, tetapi masih mengganggu

6. Rasa nyeri yang cukup kuat. Tidak bisa diabaikan lebih dari beberapa

menit, tapi dengan upaya yang masih dapat mengatur untuk bekerja

atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial

7. Rasa sakit yang cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal

sehari-hari dan kesulitan berkonsultasi.

8. Rasa sakit parah yang mendominaasi indera tubuh dan secara

signifikan membatasi kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-

hari atau hubungan sosial.

9. Nyeri hebat. Aktivitas fisik sangat terbatas. Berkomunikasi

membutuhkan upaya lebih.


10. Sakit yang parah. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis atau

merintih tak terkendali.

11. Rasa sakit yang tak tarkatakan. Terbaring ditempat tidur dan mungkin

mengigau. Sangat sedikit orang akan pernah mengalami tingkat rasa

sakit ini.
Lampiran 2

NOMO NAMA UMUR MENARCHE LAMA HAID POLA MAKAN SKALA NYERI SEBELUM SKALA NYERI
R RESPONDEN PERLAKUAN SESUDAH
PERLAKUAN
1 Santi Raya 18 13 7 2 3 1
2 Putri Aulia 17 13 7 2 5 4
3 Cindy 17 13 7 2 4 2
4 Bela Angelia 17 13 6 1 6 5
5 Aty Yang Meiy 18 11 5 1 6 3
6 Athaya Putri 18 13 6 1 4 2
7 Ayu Nur K 18 13 7 1 5 3
8 Sheema 18 12 6 2 5 2
9 Wine Natasya 19 15 5 1 5 2
10 Nur Aini 18 15 5 1 5 2
11 Ling Ling Wei 18 16 6 2 5 3
12 Sovina 19 12 7 2 5 4
13 Olga 19 13 5 1 5 3
14 Made 17 14 6 2 3 0
15 Dhea Amanda 18 11 6 1 3 1
16 Rima Yuniasi 18 13 5 2 4 1
17 Mana 18 13 6 2 4 3
18 Issabelia muliya 17 10 5 2 5 3
19 Putri Resiul 18 13 7 2 5 2
20 Rima 19 14 4 2 2 1
Lampiran 3 : lembar observasi skala nyeri
No Nama Alamat Skala nyeri prepost Skala nyeri posttest Tanda tangan
1 Santi Raya 3 1
2 Putri Aulia 5 4
3 Cindy 4 2
4 Bela Angelia 6 5
5 Aty Yang Meiy 6 3
6 Athaya Putri 4 2
7 Ayu Nur K 5 3
8 Sheema 5 2
9 Wine Natasya 5 2
10 Nur Aini 5 2

No Nama Alamat Skala nyeri prepost Tanda tangan


Skala nyeri posttest
1 Ling Ling Wei 5
3

2 Sovina 5
4

3 Olga 5
3

4 Made 3
0

5 Dhea Amanda 3
1

6 Rima Yuniasi 4
1

7 Mana 4
3

8 Issabelia muliya 5
3

9 Putri Resiul 5
2

10 Rima 2
1
Lampiran foto kegiatan

Anda mungkin juga menyukai