Anda di halaman 1dari 89

GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN LASERASI PERINEUM DI

PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) ETIK LULUT,H.S.Tr.Keb

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Siti Nurhayati
NIM. PO.62.24.2.19.194

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah oleh Siti Nurhayati dengan judul :

“GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN LASERASI PERINEUM DI PRAKTIK


MANDIRI BIDAN (PMB) ETIK LULUT,H.S.Tr.Keb

TAHUN 2022”

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Maret 2022

Dewan Penguji

Ketua Penguji Anggota Penguji 1 Anggota Penguji 2

Noordiati, SST., MPH Riny Natalina, SST.,M.Keb Riyanti., S.SiT., M. Keb


NIP. 9800608 200112 2 NIP. 19791225 200212 2 002 NIP. 19780202 200212 2

002 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan

Noordiati,SST.,MPH Seri Wahyuni,SST.,M.Kes

NIP. 19800608 200112 2 002 NIP. 19801019 200212 2 002

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

“GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN LASERASI PERINEUM DI


PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) ETIK LULUT,H.S.Tr.Keb ”

Oleh :

Nama : Siti Nurhayati

NIM : PO.62.24.2.19.194

Proposal Laporan Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi
persyaratan dan disetujui untuk diuji:

Hari/Tanggal : Jum’at 18 Maret 2022

Waktu : 13.00 WIB Sampai Selesay

Tempat : Via Daring Zoom Meeting

Palangka Raya 18 Maret 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

RINY NATALINA, SST., M.Keb RIYANTI, S.SiT., M.Keb


NIP. 19791225 200212 2 002 NIP. 19780202 200212 2 002

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Nurhayati

NIM : PO.62.24.2.19.194

Program Studi : DIII Kebidanan

Institusi : Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah

yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan

merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai

hasil tulisan atau pikiran saya sendiri yang berjudul

“Gambaran Ibu Bersalin Dengan Laserasi Perineum Di Praktik Mandiri Bidan

(Pmb) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb ”

Apabila dekemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Tugas Akhir /

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Palangka Raya, 18 Maret 2022

Pembuat Pernyataan,

Materai 10.000

Siti Nurhayati

iii
INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat


penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh :

Nama : Siti Nurhayati


NIM : PO.62.24.2.19.194
Dengan Judul : “Gambaran Ibu Bersalin Dengan Laserasi Perineum Di
Praktik Mandiri Bidan (PMB) Etik Lulut. H,S.Tr. Keb”

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini


secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Palangka Raya,………...............2022

Saksi Responden

............................ ..............................

Peneliti

..........................

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Gambaran Ibu

Bersalin Dengan Laserasi Perineum Di PMB Etik Lulut,H.S.Tr.Keb

Kota Palangka Raya” tepat pada waktunya.

Adapun proposal laporan tugas akhir ini diajukan untuk

tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Diploma III Kebidanan di Progam Studi Diploma III

Kebidanan Poltekkes Palangka Raya.

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan

memfasilitasi penyusunan laporan ini sehingga berjalan dengan

lancar diantaranya kepada :

1. Bapak Mars Khendra Kusfriyadi, STP,MPH, selaku

Direktur Poltekkes Palangka Raya yang telah memberikan

kesempatan kepada PENULIS untuk belajar serta

meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian.

2. Ibu Riny Natalina,SST.,M.Keb selaku pembimbing utama

yang senantiasa meluangkan waktunya dalam bimbingan

dan memberikan berbagai masukan serta arahan dalam

v
penyusunan proposal ini.

3. Ibu Riyanti, S. SiT. M. Keb,selaku pembimbing kedua yang

senantiasa meluangkan waktunya dalam bimbingan dan

memberikan berbagai masukan dalam penyusunan proposal

ini.

4. Ibu Noordiati,SST.,MPH. selaku Ketua Penguji yang

senantiasa meluangkan waktunya dalam bimbingan dan

memberikan berbagai masukan serta arahan dalam

penyusunan proposal ini.

5. Dosen-dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka

Raya, yang telah memberikan ilmu selama mengikuti

pendidkan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka

Raya.

6. Rekan-rekan satu angkatan Prodi DIII Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Palangkaraya Reguler XXI yang bersama-sama

memberikan motivasi selama kegiatan dan penyusunan

proposal ini.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang sangat penulis sayangi yang

telah memberikan dukungan baik moril maupun materil,

serta kasih saying yang tiada terkira dalam setiap langkah

kaki penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah semester VI ini masih jauh dari

vi
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun, penulis

mengharapkan demi kesempurnaan laporan ini dan semoga

fproposal ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya 18 Maret 2022

Penulis

Siti Nurhayati

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................…………ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................………....iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................…………iv
INFORMED CONSENT.......................................................................…………v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN..................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4
1.4 Manfaat...................................................................................................5
1.5 Keaslian Penelitian..................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
2.1 Konsep Dasar..........................................................................................8
2.1.1 Persalinan..............................................................................8
2.1.1.1 Pengertian Persalinan................................................8
2.1.1.2 Jenis Jenis Persalinan...............................................10
2.1.1.3 Tanda Tanda Persalinan...........................................10
2.1.1.4 Tahap Persalinan......................................................11
2.1.1.5 Faktor Faktor Yang Mempengatuhi Persalinan.......15
2.1.2 Laserasi Perineum................................................................23
2.1.2.1 Pengertian.................................................................23
2.1.2.2 Faktor Faktor Laserasi Perinium Pada Persalinan. . .23
2.1.2.3 Jenis Laserasi Perineum...........................................33
2.1.2.4 Klasifikasi Laserasi Perineum..................................34
2.2 Kerangka Teori.......................................................................................36
2.3 Kerangka Konsep...................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................38

viii
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................38
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................................38
3.3 Subjek Penelitian ...................................................................................39
3.4 Variable Dan Definisi Operasional........................................................40
3.5 Instrumen................................................................................................42
3.6 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................42
3.7 Pengolahan Data.....................................................................................43
3.8 Analisis Data..........................................................................................44
3.9 Etika Penelitian .....................................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMAT ISISAN..................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................48

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...............................................................……………6
Tabel 3.1 D0 (Definisi Operasional) ......................................................................44

x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori..............................................................................36
Bagan 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................37

xi
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan di suatu negara dapat dinilai dari beberapa indikator.

Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas,

mortalitas dan status gizi. Indikator mortalitas digambarkan dari Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bila AKI dan AKB

disuatu negara rendah maka pelayanan kesehatan sudah baik di negara

tersebut dan sebaliknya bila AKI dan AKB tinggi maka pelayanan kesehatan

di negara tersebut belum baik (Riskesdas,2018).

Data menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih

tinggi berdasarkan SDIK tahun 2012 (359 per 100.000 kelahiran hidup),

kemudian melalui Survei Angka Sensus (SUPAS) terakhir pada tahun 2015

didapatkan bahwa AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian per

100.000 kelahiran hidup, hasil ini memperlihatkan angka kematian ibu ttiga

kali lipat dibandingkan target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI,2018).

Di Negara berkembang penyebab utama kematian ibu adalah faktor

obstetri langsung, yaitu perdarahan postpartum, infeksi dan eklamsia. Laserasi

perineum dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum

merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan dengan kesehatan

ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian maternal

telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan

1
2

kehamilan, persalinan dirumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah,

namun perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu

(Anggraini, 2018).

Laserasi perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum.

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. (Kemenkes RI, 2017).

Pada tahun 2015 angka kejadian robekan perinium yang terjadi di dunia

adalah 2,5 juta kasus dan diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 50%

(Permiliana,Sarumpaet,&Ziliwu,2019). Kasus ruptur perineum di Indonesia

digambarkan dalam sebuah studi yang dilakukan di Yogyakarta yang

mencatat bahwa dari populasi sejumlah 1595 wanita, terdapat 75,3% ruptur

perineum yang terdiagnosis. Ruptur terjadi pada 80,55% wanita usia muda

dan 85,05% wanita primipara (Pangastuti, 2016). Di Indonesia, prevalensi ibu

bersalin yang mengalami ruptur perineum terbanyak dalam rentang usia 32-39

tahun yaitu sebesar 62% (Kurniawan, Jingsung, Baeda, Anam, & Siagian,

2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Bandung adalah

sebesar 21,97% ibu yang bersalin pervaginam mengalami ruptur perineum

akan meninggal dunia (Andriani, 2019).

Ruptur perineum umumnya terjadi pada primigravida, tetepi tidak jarang

juga pada multigravida. Ibu bersalin primigravida mempunyai resiko tinggi

terjai ruptur karena perinium masih untuh sehingga mudah terjadi robekan,

sedangkan ibu bersalin multigravida mempunyai resiko rendah terjadi ruptur

perineum. Penyebab yang bisa mengakibatkan ruptur perineum pada paritas


3

antara lain partus prepitatus, mengejan yang terlalu kuat, edeman dan

kerapuhan pada perineum, kelunturan jalan lahir dan persalinan dengan

tindakan. (Rosmawar, 2018).

Angka kematian ibu (AKI) di Kota Palangka Raya pada tahun 2019

mencapai 38,48/100.000 KH, yang berarti setiap 100.000 kelahiran hidup

terdapat 38 atau 39 kematian ibu. Target SDGs secara nasional pada tahun

2030, mengurangi resiko angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target nasional untuk AKI pada tahun

2024 adalah 183 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019 di Kota

Palangka Raya terdapat 2 (dua) ibu meninggal, dengan penyebab kematian

adalah perdarahan salah satu penyebab perdarahan yaitu karena adanya

laserasi perinium. Jumlah kematian ibu tahun 2019 di Provinsi Kalimantan

Tengah sebanyak 74 kasus.

Praktik Mandiri Bidan (PMB) Etik Lulut H,S.Tr.Keb ini berada di kota

Palangka Raya. Adapun bentuk pelayanan yang ada pada praktik mandiri

bidan ini meliputi layanan KB baik itu kb pil maupun suntik, IUD, dan

implant, layanan pemeriksaan ibu hamil, layanan untuk anak imunisasi,

layanan ibu bersalin dan pasca bersalin. Praktik mandiri bidan ini merupakan

salah satu praktik mandiri yang cukup terkenal diwilayah kecamatan jekan

raya kota palangka raya. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan

di Praktik Mandiri Bidan Etik Lulut H.S.Tr.Keb didapatkan adanya angka

kejadian laserasi perinium pada ibu bersalin selama dua tahun terakhir yaitu

pada tahun 2020 sebanyak 151 orang dari 269 persalinan normal, dan yang
4

tidak mengalami laserasi perinium sebanyak 181 orang, dan pada tahun 2021

sebanyak 169 orang dari 293 persalinan normal, dan yang tidak megalami

laserasi perinium sebanyak 124 orang. Pada bulan Januari-Februari 2022 di

praktik mandiri bidan Etik Lulut,H.S.Tr.Keb diketahui jumlah ibu bersalin

sebanyak 52 orang, dan y ang mengalami laserasi perinium sebanyak 25 orang

(PMB Etik Lulut H,S.Tr.Keb tahun 2022).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

masalah diatas sebagai bahan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Gambaran Ibu Bersalin Dengan Laserasi Perineum di Praktik

Maandiri Bidan (PMB) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb Pada Tahun 2022”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran ibu bersalin dengan laserasi

perineum ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran ibu bersalin dengan laserasi perineum

di Praktek Madiri Bidan (PMB) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb kota Palangka

Raya.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi ibu bersalin dengan laserasi

perineum.
5

b. Diketahui gambaran ibu bersalin dengan laserasi perineum

berdasarkan karakteristik :

1) Usia ibu

2) Paritas

3) Pekerjaan

4) Usia kehamilan

5) Badan badan janin.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

dibidang kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Mendapatkan informasi gambaran ibu bersalin dengan

laserasi perinium serta dapat menambah pengetahuan tentang

laserasi perinium itu sendiri.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi di

perpustakaan dan menjadi sumber informasi tambahan untuk

penelitian selanjutnya.

c. Bagi Ibu Bersalin


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang laserasi perinium pada ibu bersalin sehingga dapat

melakukan upaya pencegahan dan meminimalisir laserasi

perinium pada saat proses bersalin.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Peneliti Metode Hasil


Peneliti
1 Risma Analisis Faktor Metode Hasil uji
Alviani,Puji Yang penelitian statistik chi
Lestari Berhubungan deskriptif aquare
(2020) Dengan retrospektif menunjukkan
Terjadinya menggunakan nilai
Laserasi Jalan total sampling 0,533>0.05,
Lahr Pada yang berarti
Persalinan menunjukkan
Normal tidak adanya
hubungan yang
signifikan
terhadap berat
badan janin
dengan kejadian
laserasi jalan
lahir.
2 Putri Diah Faktor-Faktor Metode survey Hasil uji
Pemiliana, Yang analitik dengan statistic chi-
Irma Berhubungan pendekatan square
Handayani Dengan Ruptur cross sectional menunjukkan
Sarumpaet, Perinium Pada nilai signifikan
Sanak Persalinan 0,037 (.<0,05),
Ziliwu Normal di yang berarti
(2018) Klinik Niar menunjukkan
Medan Tahun ada
2018 hubungannya
antara umur ibu
dengan rupture
perinium papa
persalinan
normal di klinik
7

Pratama Niar
Medan.
3 Rosmiarti, Hubungan Metode Hasil uji
Suci Lestari Umur Dan penelitian statistic chi-
(2017) Paritas Ibu kuantitatif square
Bersalin dengan cross menunjukkan
Dengan sectional bahwa tidak ada
Kejadian menggunakan hubungan
Laserasi di Teknik random antara umur ibu
Rumah Sakit sampling dan paritas
Pusri terhadap
Palembang kejadian
Tahun 2017 laserasi di
rumah sakit
pasutri
Palembang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Persalinan

2.1.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan

dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain

dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri

(Manuaba,2018).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

(Bandiyah,2019).

Menurut moctar (2017), beberapa istilah yang berhubungan

dengan persalinan adalah :

1. Berdasarkan umur kehamilan yaitu:

a. Abortus (keguguran) adalah pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, berat

janin <500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20

minggu.

9
10

b. Partus immaturus adalah pengeluaran hasil konsepsi

dari usia kehamilan dibawah 28 minggu dengan berat

janin kurang dari 1000 gram.

c. Partus prematurus adalah pengeluaran pengeluaran

hasil konsepsi dari usia kehamilan 28-36 minggu

dengan berat janin antara 1000-2500 gram.

d. Partus maturus atau aterm adalah persalinan pada

kehamilan 37-42 minggu, berat janin diatas 2500 gram.

e. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang

terjadi 2 minggu atau lebih dari hari perkiraan lahir.

f. Partus presipaturus adalah partus yang berlangsung

cepat.

2. Gravida dan para

a. Gravida adalah seorang perempuan yang sedang

hamil

b. Primigravida adalah seorang perempuan yang sedang

hamil pertama kalinya.

c. Nulipara adalah seseorang perempuan yang belum

pernah melahirkan bayi hidup.

d. Primipara adalah seorang perempuan yang pernah

melahirkan bayi hidup pertama kalinya.

e. Grande multipara adalah perempuan yang pernah

melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati.


11

2.1.1.2 Jenis Jenis Persalinan

Persalinan pada umum nya merupakan proses yang

fisiologis yang terjadi pada akhir kehamilan. Proses persalinan

biasanya diawali dengan kontraksi uterus yang adekuat yang

diikuti adanya pembukaan serviks, kemudian dilanjutkan

dengan pengeluaran hasil konsepsi, dan diakhiri dengan 2 jam

post partum ( Kurniarum,2018 ). Berikut jenis persalinan:

1. Persalinan pervaginam

Persalinan pervaginam disebut juga persalinan

spontan. Persalinan spontan adalah proses pengeluaran

janin secara spontan melalui pervaginam dengan presentasi

belakang kepala tanpa komlikasi baik pada ibu maupun

janin. Persalinan normal dimulai dengan kala satu

persalinan yang didefinisikan sebagai pemulaan kontraksi

secara adekuat yang ditandai ddengan perubahan serviks

yang progesif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap 10

cm (Prawirohardjo,2017)

2.1.1.3 Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Kurniarum,2018 yang merupakan tanda pasti dari

persalinan yaitu :

1. Timbulnya kontraksi uterus, bisa disebut dengan his

peralinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat


12

nyeri melingkar dari punggung sampai keperut bagian

depan, pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

2. Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya

pengeluaran lenidr dan darah sebagai tanda pemula.

3. Bloody show (lendir diserai darah dari jalan lahir)

Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his

persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada

serviks yang akan menimbulkan pendataran dan

pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang

terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah

pecah sehingga terjadi perdarahan.

2.1.1.4 Tahap Persalinan

1. Kala I (pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika

sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi

teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini

terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana

serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)

dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih

kuat dan sering terjadi selama fase aktif Pada permulaan

his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat


13

sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat

berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8

jam, Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan

pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan

multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut

maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

(Sulistyawati, 2017).

2. Kala II (pengeluaran bayi)

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan

kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan

mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan

dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak

di vulva dengan diameter 5-6 cm,. Gejala utama kala II

adalah sebagai berikut:

1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit,

dengan durasi 50-100 detik.


14

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang

ditandai dengan pengeluaran cairan secara

mendadak.

3) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan meneran karena tertekannya

fleksus frankenhouser.

4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan

mendorong kepala bayi sehingga kepala bayi

membuka pintu: Suboksiput bertindak sebagai

hipomochlion, berturut-turut lahir ubunubun besar,

dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran

paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada

punggung.

6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka

persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut:

a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian

bawah dagu, kemudian ditarik curam ke

bawah untuk melahirkan bahu depan, dan

curam ke atas untuk melahirkan bahu

belakang.

b. Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait

untuk melahirkan sisa badan bayi.


15

c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit

dan multi gravid 30 menit. (Sulistyawati dkk,

2018).

2. Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5

sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai

berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch,

karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah

dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena

plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat

bertambah panjang, terjadi perdarahan, melahirkan

plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

pada fundus uteri (Manuaba, 2017:147).

3. Kala IV (observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam.

Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan

pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesadaran pasien

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi,

dan pernafasan.
16

c. Kontraksi uterus. Terjadinya perdarahan. Perdarahan

dianggap masih normal jika jumlahnya tidak

melebihi 400-500 cc.

2.1.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Sulistywati (2018) faktor yang mempengaruhi

persalinan yaitu:

1. Power ( Kekuatan Ibu )

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma,

dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan

dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan

sekundernya adalah tenaga meneran ibu. His atau

kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot rahim pada

persalinan. His dibedakan menjadi dua yakni his

pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan atau his

palsu (false labor pains), yang sebetulnya hanya

merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks. His

ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut

bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri

yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah. His

pendahuluan tidak mempunyai pengaruh terhadap serviks.

His persalinan merupakan suatu kontraksi dari otot-otot


17

rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan

kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi

rahim bersifat otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh

kemauan, namun dapat dipengarui dari luar misalnya

rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani, 2019).

2. Passage ( jalan lahir )

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian

tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus

(lubang vagina). Janin harus berhasil menyesuikan dirinya

dengan jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu

ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai. Tulang panggul dibentuk oleh

gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis, dan

tulang-tulang sakrum. Tulang ilium atau tulang usus

merupakan tulang terbesar dari panggul yang membentuk

bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas merupakan

penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung depan

dan belakang krista iliaka yang menonjol yakni spina

iliaka anterosuperior dan spina iliaka postesuperior.

Terdapat benjolan tulang mamanjang di bagian dalam

tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan minor,

disebut linea inominata atau linea terminalis yang

merupakan bagian dari pintu atas panggul. Tulang isikum


18

atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah tulang usus,

sebelah samping belakang menonjol yang disebut spina

ichiadika. Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber

ichiadika) yang berfungsi menopang badan saat duduk.

Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah

bawah dan depan tulang ilium dengan tulang duduk

dibatasi oleh formen obturatorium. Tangkai tulang

kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus disebut

ramus superior tulang pubis. Di depan kedua tulang ini

berhubungan melalui artikulasi atau sambungan yang

disebut simfisis. Tulang sakrum atau tulang kelangkangan

yang terletak diantara kedua tulang pangkal paha. Tulang

ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan

mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5

ruas tulang yang berhubungan erat. Permukaan depan licin

dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan ke

kiri. Pada sisi kanan dan kiri di garis tengah terdapat

lubang yang dilalui oleh saraf yang disebut foramen

sakralia anterior. Tulang kelangkang yang paling atas

mempunyai tonjolan besar ke depan yang disebut

promontorium. Bagian samping tulang kelangkang

berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui

artikulasi sarco-illiaca. Ke bawah tulang kelangkang


19

berhubungan dengan tulang tungging atau tulang koksigis.

18 Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang

yang berbentuk segitiga dengan ruas 3 sampai 5 buah yang

menyatu. Pada tulang ini terdapat hubungan antara tulang

sakrum dengan tulang koksigis yang disebut artikulasi

sarco-koksigis. Diluar kehamilan artikulasi hanya

memungkinkan mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada

kehamilan dan persalinan dapat mengalami pergeseran

yang cukup longgar bahkan ujung tulang koksigis dapat

bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses

persalinan. Panggul memiliki empat bidang yang menjadi

ciri khas dari jalan lahir yakni pintu atas panggul (PAP),

bidang terluas panggul, bidang tersempit panggul, dan

pintu bawah panggul. Jalan lahir merupakan corong yang

melengkung ke depan panjangnya 4,5 cm dan belakang

12,5 cm. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul

seolah-olah berputar 90 derajat terjadi pada bidang

tersempit panggul. Pintu bawah panggul bukan merupakan

satu bidang tetapi dua bidang segitiga. Pintu atas panggul

(PAP) merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk

dari promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan

pinggir atas simfisis. Jarak antara simfisis dan

promontorium sekitar 11 cm. Yang disebut konjungata


20

vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5

sampai 13 cm yang disebut diameter transvera. Bidang

dengan ukuran terbesar atau bidang terluas panggul

merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti

lingkaran. Bidang ini memiliki batas anterior yakni pada

titik tengah permukaan belakang 19 tulang pubis. Pada

lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen

obturatorium, sedangkan batas posterior pada hubungan

antara vertebra sakralis kedua dan ketiga. Bidang dengan

ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul merupakan

bidang terpenting dalam panggul yang memiliki ruang

yang paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi

macetnya persalinan. Bidang ini terbentang dari apeks

sampai arkus subpubis melalui spina ichiadika ke sakrum,

biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra

sakralis ke 4 dan ke 5. Bidang tersempit panggul memiliki

batas-batas yakni pada tepi bawah simfisis pubis, garis

putih pada fasia yang menutupi foramen obturatorium,

spina ischiadika, ligamentum sacrospinosum, dan tulang

sakrum. Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul

sejati. Dilihat dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong,

seperti intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung

pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita isikum, dan


21

dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum. Bidang

hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana bagian

terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.

Bidang hodge tersebut antara lain:

1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada

lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan

promontorium

2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I

setinggi bagian bawah simfisis 20

3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I

setinggi spina ischiadika

4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I

setinggi tulang koksigis (Sulistyawati, 2018).

4. Passanger ( Janin Dan Plasenta )

Perubahan mengenai janin sebagai passenger

sebagian besar dalah mengenai ukuran kepala janin,

karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin dan

paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara

bagianbagian tulang kepala janin memungkinkan adanya

penyisipan antara bagian tulang sehingga kepala janin

dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses ini

disebut molase (Sulistyawati, 2018).


22

Menurut Sulistyawati (2018), Plasenta dan tali pusat

memiliki struktur berbentuk bundar atau hampir bundar

dengan diameter 15 cm sampai 20 cm dan tebal 2 cm

sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak

di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah

fundus. Bagian plasenta yang menempel pada desidua

terdapat kotiledon 21 disebut pers maternal, dan dibagian

ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin. Tali

pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk

kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup

kemungkinan bahwa tali pusat juga menyebabkan penyulit

persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat

(Sulistyawati, 2018).

Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang

penting dalam proses persalinan. Air ketuban ini dapat

dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa kesejahteraan

janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan,

memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu

tubuh janin agar tetap hangat, menahan tekanan uterus,

dan pembersih jalan lahir (Sulistyawati, 2018).

5. Psikologis

Faktor psikologis menurut Rohani (2017) yakni :


23

a. Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan

intelektual

b. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

c. Kebiasaan adat

d. Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu

6. Penolong

Peran dari penolong peralinan adalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin

terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari

kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi

proses persalinan (Rohani, 2017).


24

2.1.2 Laserasi Perinium

2.1.2.1 Pengertian

Laserasi perinium adalah luka pada bagian perineum karena

adanya robekan pada jalan lahir baik karena ruptur maupun

tindakan episiotomi pada waktu melahirkan janin (Walyani;

Purwoastuti, 2017). Luka perineum merupakan perlukaan

pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang

terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan

alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada

vagina sehingga tidak kelihatan dari luar, sehingga dapat

melemahkan dasar pinggul dan mudah terjadi prolaps

genetalia (Rukiyah; Yulianti, 2017).

2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Laserasi Perinium

Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor

ibu, faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara

faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai beriut:

1. Faktor Ibu
25

a) Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang

dialami ibu, baik persalinan yang hidup maupun

yang tidak, tetapi tidak termasuk aborsi. Semakin

banyak jumlah kehamilan, baik bayi yang

dilahirkan dalam keadaan hidup maupun mati

dapat memengaruhi status gizi ibu hamil. Jumlah

paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat

kehamilan yang berulang-ulang sehingga

mempunyai resiko. Hal ini dapat dikatakan

bahwa secara fisik jumlah paritas yang tinggi

mengurangi kemampuan uterus sebagai media

pertumbuhan janin. Kerusakan pada pembuluh

darah dinding uterus memengaruhi sirkulasi

nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan

berkurang dibandingkan kehamilan berikutnya.

Paritas yang banyak juga akan merugikan

kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan

untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu

memerlukan energi yang cukup untuk

memulihkan keadaan setelah melahirkan

anaknya) (Musni, dkk, 2017).


26

Multipara adalah wanita yang telah

melahirkan anak lebih dari satu kali atau 2 anak

atau lebih. Menurut teori Saifuddin (2018),

rupture perineum terjadi baik pada primipara

maupun multipara karena sama-sama mempunyai

resiko, tergantung bagaimana penolong

melakukan penanganan pada saat proses

persalinan serta keadaan ibu sebelum bersalin

baik kondisi fisik maupun kesiapan psikologis.

Penyebab rupture perineum pada primipara

karena kelenturan jalan lahir atau elastisitas

perineum, mengejan yang tergesa-gesa dan tidak

teratur, serta berat badan bayi baru lahir.

Sedangkan penyebab rupture perineum pada

multipara sebagian karena berat badan bayi baru

lahir, kerapuhan perineum, asuhan sayang ibu

yang kurang baik sehingga proses persalinan

kurang terkendali seperti ibu kelelahan, mengejan

sebelum waktunya sehingga partus menjadi

macet atau lambat (saifuddin, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh

Nursusilowati (2018) di RSUD Unggaran pada 1

Januari sampai 31 Desember 2017, dengan


27

kesimpulan penelitian yaitu, bahwa kejadian

ruptur perineum terdata dari 196 kasus (99%) dari

198 persalinan spontan dan vakum. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur

perineum tersebut adalah paritas multipara

dengan jumlah 131 (66,2%) dari 198 persalinan.

Penyebab yang biasa mengakibatkan rupture

perineum pada multipara adalah partus

resipitatus, mengejan terlalu kuat, edema dan

kerapuhan pada perineum, kelenturan jalan lahir,

persalinan dengan tindakan. Sedangkan dilihat

dari faktor resikonya ibu bersalin primipara yang

mempunyai resiko tinggi untuk terjadi rupture

perineum, sedangkan ibu bersalin multipara

mempunyai resiko rendah terjadi rupture

perineum, tergantung bagaimana penolong

melakukan pertolongan persalinan dan asuhan

sayang ibu pada saat proses persalinan sehingga

dapat melakukan pencegahan terhadap kejadian

rupture perineum.

b) Usia ibu

Usia perempuan paling tepat untuk hamil

dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Pada umur


28

muda (< 20 tahun) dari segi biologis

perkembangan alat-alat reproduksinya belum

sepenuhnya optimal Jika melebihi 35 tahun,

elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya

serta alat-alat reproduksi pada umumnya

mengalami kemunduran, juga wanita pada usia

ini besar kemungkinan akan mengalami kelelahan

sehingga resiko kehamilan dan kelahiran lebih

tinggi . Menurut Mochtar, meskipun umur ibu

normal pada saat kehamilan dan persalinan yaitu

umur 20-35 tahun dapat terjadi robekan perineum

apabila ibu tidak berolahraga dan rajin

bersenggama. Kelenturan jalan lahir dapat

berkurang apabila calon ibu kurang berolahraga

atau genetalianya sering terkena infeksi. Infeksi

akan mempengaruhi jaringan ikat dan otot

dibagian bawah dan membuat kelenturannya

hilang (karena infeksi membuat jalan lahir

menjadi kaku). Hal ini juga dipengaruhi oleh

perineum yang sempit dan elastisitas perineum

sehingga akan mudah terjadinya robekan jalan

lahir, oleh karena itu bayi yang mempunyai

lingkar kepala maksimal tidak dapat melewatinya


29

sehingga dapat menyebabkan rupture perineum

Cunningham G, dkk (2019).

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Mera Marhamah yang berjudul Faktor-

FaktorYang Berhubungan Dengan Kejadian

Ruptur Perineum Pada Persalinan Pervaginam Di

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta

Selatan dimana hasil uji statistik diperoleh nilai p

= 0,014 artinya p < alpha (0,05), sehingga dengan

alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan kejadian ruptur

perineum pada ibu bersalin. Hasil analisis juga

diperoleh nilai OR = artinya ibu yang berumur 20

tahun dan 35 tahun mempunyai peluang sebesar

0,286 kali untuk mengalami ruptur perineum

derajat berat dibandingkan dengan ibu yang

berumur < 20 dan >35 tahun.

Menurut asumsi peneliti, umur reproduksi

optimal bagi seorang ibu dari umur 20-35 tahun.

Alat-alat reproduksi sudah matang dan ibu sudah

siap menghadapi persalinan, terjadi kesiapan

dalam hal mempelajari sesuatu atau dalam

menyesuaikan dengan keadaan tertentu, misalnya


30

menghadapi persalinan. Pada umur <20 tahun,

organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan

sempurnasehingga bila terjadi kehamilan dan

persalinan akan lebih mudah mengalami

komplikasi.selain itu, kekuatan otot perineum dan

otot perut belum bekerja secara optimal sehingga

sering terjadi persalinan lama atau macet yang

memerlukan tindakan, seperti bedah besar.

c) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang berkaitan erat dengan

status ekonomi. Baik status ekonomi maupun

sosial sangat mempengaruhi seorang wanita

dalam memilih makanannya. Ekonomi sesorang

mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang

akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan

ekonomi tinggi kemudian hamil maka

kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan

tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan

membuat gizi ibu semakin terpantau. Ibu yang

tidak bekerja kemungkinan kurang dalam

melakukan Gerakan atau tidak mengikuti senam


31

hamil secara teratur sehingga lebih banyak yang

mengalami robekan perinium. (Andini, 2020).

2. Faktor Janin

a. Usia kehamilan

Usia kehamilan normal dan sehat selama

280 hari atau 40 minggu.

Berakhirnya kehamilan berdasarkan tuanya usia

kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan

yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau

jika berat janin kurang dari 500 gram

(WHO,2017)

2) Preterm adalah persalinan yang terjadi

antara usia 20 minggu sampai kurang dari

37 minggu atau 259 hari gestasi, dihitung

dari hari pertama haid terakhir

(WHO,2017).

3) Atrem adalah persalinan cukup bulan yang

terjadi pada usia kehamilan 37-42 minggu

dengan berat janin >2500 gram

(WHO,2017).
32

4) Posttrem adalah persalinan pada usia

kehamilan lebih dari 42 minggu

(WHO,2017).

b. Berat Badan Bayi Baru Lahir

Berat badan janin dapat mengakibatkna

terjadinya ruptur perineum yaitu berat badan janin

lebih dari 3500 gram, karena risiko trauma partus

melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan

jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin

bergantung pada pemeriksaan klinik atau

ultrasonografi. Pada masa kehamilan hendaknya

terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin

(Nasution, 2018).

3. Faktor Penolong

a. Cara Berkomunikasi Dengan Ibu Jalin kerjasama

dengan ibu dan dapat mengatur kecepatan

kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.

Kerjasama sangat bermanfaat saat kepala bayi

pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva

(crowning) karena pengendalian kecepatan dan

pengaturan diameter kepala saat melewati

introitus dan perineum dapat mengurangi

kemungkinan robekan (JNPK-KR, 2018).


33

b. Cara Memimpin Mengejan Dan Tekanan Pada

Fundus Uteri Setelah terjadi pembukaan lengkap,

anjurkan ibu hanya meneran apabila ada

dorongan kuat dan spontan untuk meneran.

Jangan menganjurkan untuk meneran

berkepanjangan dan menahan nafas, anjurkan ibu

beristirahat diantara kontraksi. Beritahukan pada

ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang

mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian

beristirahat diantara kontraksi. Penolong

persalinan hanya memberikan bimbingan tentang

cara meneran yang efektif dan benar (JNPK-KR,

2018 ). Kadang– kadang mengejan spontan pada

wanita tidak terfokus, sehingga kemajuan hanya

terjadi sedikit mengejan dengan mata terpejam

kuat-kuat dan atau berteriak terus-menerus dan

tidak ada kemajuan yang tampak setelah 20 atau

30 menit. Anjurkan ibu untuk mengubah posisi

pada kala II, hal ini membantu ibu untuk focus

dan mengejan lebih efektif. Bantulah ibu untuk

membuka mata dan mengarahkan pandangannya

pada vagina dan berfikir menekan bayi keluar.

Tindakan-tindakan ini akan menghasilkan


34

kemajuan tanpa terjadi gawat janin dan robekan

pada perineum (Penny, Rufh Ancheta, 2018 ).

c. Keterampilan Menahan Perinium Pada Saat

Ekspulsi Kepala. Saat kepala membuka vulva (5-

6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang

dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan

kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk

mengeringkan bayi segera setelah lahir).

Lindungi perineum dengan satu tangan ( dibawah

kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu

sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain

pada belakang kepala bayi. Tahan belakang

kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada

saat keluar secara bertahap melewati introitus dan

perineum. Melindungi perineum dan

mengendalikan keluarnya kepala bayi secara

bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan

berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum

(JNPK-KR, 2018).

2.1.2.3. Jenis Laserasi Perinium

Jenis laserasi perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu:

1. Ruptur
35

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan

oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses

desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.

Banyak ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan

yang robek sulit dilakukan penjahitan (Walyani;

Purwoastuti, 2017).

2. Episiotomi

Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum

yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina

cincin selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal,

otot-otot dan pasiaperineum dan kulit sebelah depan

perineum (Walyani; Purwoastuti, 2017). Indikasi untuk

melakukan tindakan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu

maupun pihak janin:

a. Indikasi janin Sewaktu melahirkan janin prematur,

tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang

berlebihan pada kepala janin. Sewaktu melahirkan

janin letak sungsang, melahirkan janin dengan

cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

b. Indikasi ibu Apabila terjadi peregangan perineum

yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi

robekan perineum, umpama pada primipara,

persalinan sungsang, persalinan dengan cunam,


36

ekstraksi vakum, dan anak besar (Wiknjosastro,

2017)

2.1.2.4 Klasifikasi Laserasi Perinium

Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:

1. Derajat I yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum. Robekan

derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik.

2. Derajat II yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot

perineum. Robekan derajat II perlu dilakukan penjahitan.

3. Derajat III yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot

perineum, dan sfingter ani eksterna. Robekan derajat III

jika penolong asuhan persalinan normal (APN) tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum

derajat tiga maka segera rujuk ke fasilitas rujukan.

4. Derajat IV yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot

perineum, sfingter ani eksterna, dan dinding rektum

anterior. Robekan derajat IV jika penolong asuhan

persalinan normal (APN) tidak dibekali keterampilan


37

untuk reparasi laserasi perineum derajat empat maka

segera rujuk ke fasilitas rujukan (Indrayani; Djami, 2017).

2.2 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


laserasi perinium :
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Usia ibu
c. Pekerjaan
2. Faktor janin
a. Usia kehamilan
b. Berat badan janin
3. Faktor penolong Laserasi Perinium
a. Cara berkomunikasi
dengan ibu
b. Cara memimpin
meneran
c. Keterampilan
menahan perinium
38

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: modifikasi teori Mudni dkk (2017), Ningrum (2020), dan


Kemenkes RI (2017)

2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan telaah Pustaka diatas maka kerangka konsep

penelitian ini sebagai adalah sebagai berikut:

Variable Independent

Variable Dependent
1. Paritas
2. Usia ibu
3. Pekerjaan Ibu Bersalin Normal
4. Usia kehamilan Dengan Laserasi
5. Berat badan Perinium
janin

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


39
40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat

deskriftif yaitu peneliti ingin mengamati faktor penyebab terjadinya laserasi

perineum pada persalinan normal.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan crossectional karena variabel

faktor yang mempengaruhi laserasi perineum sebagai variabel independent

dan laserasi perineum sebagai variabel dependen dikumpulkan pada waktu

sesaat dan bersamaan (Notoatmojo 2018).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diteliti adalah di Praktik Mandiri Bidan (PMB)

Etik Lulut,H.S.Tr.Keb di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada ibu bersalin di Praktik Mandiri Bidan

(PMB) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb dengan pengambilan data sekunder

dimulai pada bulan Maret-April tahun 2022 setelah mendapatkan izin

penelitian.
41

3.3 Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang di

teliti (Notoatmodjo,2017). Menurut Sugiono (2018) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian

ini adalah seluruh ibu bersalin pada bulan Januari-Februari tahun 2022 di

Praktik Mandiri Bidan (PMB) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb sebanyak 52 dan

yang mengalami laserasi perinium sebanyak 25 ibu bersalin.

b. Sampel

Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh

populasi dan apabila kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi, apabila subyeknya besar

dapat diambil antara10-15% atau 20-25% (Arikunto,2018).

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang


mengalami laserasi perinium pada bulan Januari-Februari di Praktik
Mandiri Bidan Etik Lulut,H.S.Tr.Keb sebanyak 25.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive

sampling adalah Teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu

(Sugiono,2017).

Kriteria Inklusi
42

Kriteria inkulsi adalah karakteristik umum subjek peneliti

dari suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti

( Nursalam 2018 ). Adapun kriteria inklusi dari responden yang

dapat menjadi sempel penelitian adalah :Ibu bersalin normal dengan

lasserasi perinium dan yang memiliki data atau rekam medik

lengkap, Ibu yang bisa membaca dan menulis. Dan Ibu yang

bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sampel (Notoatmodjo,2018). Adapun kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang tidak bersedia

menjadi responden.

3.4 Variabel Dan Definisi Operasional

a. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1) Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent (bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependent (Sugiyono, 2017). Variabel

independent pada penelitian ini yaitu umur, paritas, pekerjaan,

usia kehamilan, dan berat badan janin.

2) Variabel Dependent (Terikat)


43

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang

dipengaruh atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017). Variabel dependent pada penelitian ini yaitu

Ibu Bersalin Dengan Laserasi Perinium.

b. DO ( Definisi Operasional )

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Hasil ukur Skala


O Operasional Ukur
Dependen Derajat Format 1. Derajat 1 Nominal
1 laserasi keadaan isian 2. Derajat 2
perinium luka 3. Derajat 3
akibat 4. Derajat 4
laserasi
perinium

Independent Banyak nya Format 1. primipara Ordinal


2 Paritas anak yang isian 2. multipara
telah 3.grande
dilahirkan multipara
oleh ibu
berdasarkan
yang tercatat.

3 Usia ibu Lama waktu Format 1. <20 tahun Ordinal


hidup (dalam isian 2. 20-35 tahun
tahun) 3. >35 tahun
berdasarkan
data yang
tercatat
4 Pekerjaan Aktivitas Format 1. Tidak Nominal
atau kegiatan isian bekerja
sehari hari 2. Bekerja
yang (Laila,2017)
menghasilkan
pendapatan.
5 Usia Usia Format 1. Prematur
kehamilan kehamilan isian 2. Aterm
ibu dalam 3. Posttrem
minggu yang (Kemenkes RI,
dilihat dari 2017)
44

buku KIA
6 Berat badan Berat badan Format 1. <1500-2500 Nominal
janin bayi baru isian gram
lahir yang 2. >2500-4000
ditimbang gram
dalam 24 jam 3. >4000
pertama
kelahiran. (Rini
Sekartini,2018)

3.5 Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini

adalah format isian yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan

variabel penelitian yang harus dijawab oleh ibu bersalin selaku responden.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang yang diambil berupa variabel penelitian

yaitu paritas, umur, pekerjaan, usia kehamilan, dan berat badan

janin, menggunakan format isian. Prosedur yang dilakukan

peneliti melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Membuat surat izin penelitian di Dinas Kesehatan Kota

Palangka Raya.

b. Menyerahkan surat izin penelitian yang didapatkan dari

dinas kesehatan Kota Palangka Raya kepada Praktik Mandiri

Bidan yang akan diteliti.

c. Peneliti melakukan pengumpukan data dengan:

1) Responden diminta kesediaanya untuk berpartisipasi


45

dalam penelitian dengan menandatangani informed

consent (pernyataan kesediaan menjadi responden).

Dilanjutkan wawancara berupa anamnesa terkait HPHT

ibu.

2) Melakukan pencatatan dan pengumpulan data

3) Melakukan pengolahan dan analisis data menggunakan

SPSS serta penyusunan laporan hasil penelitian setelah

seluruh data yang diperlukan dari seluruh subyek

terkumpul.

3.7 Pengolahan Data

1. Editing

Menurut Notoadmodjo (2017) penyuntingan atau editing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan formular atau kuisioner.

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data pada

tabel yang diperoleh atau dikumpulkan dari pada responden di praktik

mandiri bidan Etik Lulut,H.S.Tr.Keb yang dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya kesalahan pengisian.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka/bilangan (Setiadi,2018). Biasanya


46

klasifikasi dilakukan dengan cara memberikan tanda/kode terbentuk

angka pada masing-masing jawaban.

3. Entry

Entry yaitu proses memasukkan data kedalam kategori tertentu

untuk dilakukan analisis data.

4. Cleaning

Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah tidak

dipakai.

3.8 Analisis Data

Data yang diambil kemudian diteliti secara univariat yang dilakukan

terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel.

Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual, kemudian

hasil penelitian disajikan dalam bentuk diagram. Dengan mengumpulkan

data,mengelompokkan data,memasukkan data dalam diagram yang berisi

frekuensi dan kemudian dihitung distribusinya dan dalam bentuk narasi.

Menurut Notoadmojo (2017) caranya yaitu dengan membagikan frekuensi

kejadian (f) dengan populasi (a) dan dikalikan 100% dengan rumus sebagai

berikut :

f
P= x 100 %
n

Keterangan
47

p : presentasi distribusi

f : frekuensi kejadian

n : populasi kejadian

3.9 Etika Penelitian

1. Mengurus surat permohonan izin penelitian dari pihak Poltekkes

Kemenkes Palangka Raya

2. Menyerahkan surat izin penelitian yang didapatkan dari pihak

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya kepada Praktik Mandiri Bidan

yang akan diteliti.

3. Informed consent

4. Annonimity (kerahasiaan nama responden) responden tidak diharuskan

untuk mencantumkan nama pada lembar kuisioner atau nama

dicantumkan dalam inisial,kemudian lembar tersebut hanya diberi

nomor kode tertentu.

5. Confidentiality (kerahasiaan) yaitu memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya.


48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Prktik Mandiri Bidan Etik Lulut

H,S.Tr.Keb yang beralamat di jalan Aries no 34, Kelurahan Menteng,

Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Praktik Mandiri Bidan

adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang

dilakukan oleh Bidan secara perorangan. Praktek bidan adalah serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien

(individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan

kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat

Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada saran

kesehatan atau program. Praktik mandiri bidan memiliki berbagai

persyaratan khusus untuk menjalankan prakteknya, seperti tempat atau

ruangan praktek, peralatan, obat – obatan.

Praktik mandiri bidan Etik Lulut ini merupakan salah satu dari 16

praktik mandiri bidan yang berada di wilayah kelurahan Menteng Kota

Palangka Raya. Praktik mandiri bidan Etik Lulut melayani berbagai

program antara lain Pelayanan KB, pelayanan imunisasi, pemeriksaan ibu

hamil, dan pelayanan ibu bersalin. Selain itu praktik mandiri bidan Etik

Lulut juga mengadakan pelayanan seperti pijat mom and baby spa,

kemudian ada juga senam hamil yang dilakukan di praktik madiri bidan

Etik Lulut. Jumlah petugas dalam praktik mandiri bidan Etik Lulut ini
49

terdiri dari 7 orang tenaga kesehatan yang telah menyelesaykan

Pendidikan bidan m DIPLOMA III Kebidanan. Ada pun Pendidikan

terakhir bidan Etik Lulut H itu sendiri adalah DIV Kebidanan.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang berjudul “ Gambaran Ibu Bersalin

Dengan Laserasi Perinium Di Praktik Mandiri Bidan Etik Lulut

H,S.Tr.Keb “ di Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya pada bulan Maret-April 2022. Dengan mengumpulkan data

secara sekunder sehingga didapatkan sampel sebanyak 38 orang ibu

bersalin normal. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :


50

Perineum Pada Ibu Bersalin Berdasarkan Derajat Laserasi

Derajat Laserasi Frekuensi %


1 3 7.9%
2 35 92.1%
3 0 0%
4 0 0%
Jumlah 38 100.0%

Berdasarkan data laserasi perineum di atas, data dinyatakan


valid karena jumlah data sesuai dengan jumlah sampel yaitu 38 ibu
bersalin (100%). Dapat dilihat bahwa mayoritas ibu bersalin
mengalami Laserasi perineum derajat 2 menjadi
frekuensi.terbanyak, yaitu sebanyak 35 pasien (92,1%) dan diikuti
oleh laserasi perineum derajat 1 sebanyak 3 frekuensi (7,9%).

4.2.2. Paritas

Distribusi frekuensi kejadian laserasi perineum pada ibu

bersalin normal berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Berdasarkan Paritas

Derajat Laserasi Frekuensi %


Primipara 10 26.3%
Multipara 28 73.7%
Grande multipara 0 0%
Jumlah 38 100.0%

Berdasarkan tabel 4.2 paritas di atas, dapat dinyatakan


bahwa jumlah frekuensi Paritas Primipara sebanyak 10 pasien
(26,3%) dan Paritas Multipara sebanyak 28 pasien (73,7%). Dapat
51

dikatakan bahwa jumlah paritas Multipara lebih banyak


dibandingkan paritas Primipara. Data di atas dinyatakan valid
karena sesuai dengan jumlah sampel , yaitu sebanyak 38 ibu
bersalin.

4.2.3. Usia Ibu

Distribusi frekuensi kejadian laserasi perineum pada ibu

bersalin normal berdasarkan usia ibu dapat dilihat pada tabel 1.5

erikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Pada Ibu Bersalin Normal Berdasarkan Usia Ibu

Derajat Laserasi Frekuensi %


<20 Tahun 2 5.3%
20-35 Tahun 34 89.5%
>35 Tahun 0 0%
Jumlah 38 100.0%

Dari tabel 4.3 dapat dinyatakan valid karena sesuai dengan


jumlah sampel, yaitu 38 ibu bersalin. Dan dapat dilihat mayoritas
laserasi perineum terjadi pada kelompok usia 20 – 35 tahun
menjadi usia ibu bersalin terbanyak yang mengalami laserasi
perineum yaitu sebanyak 34 pasien (89,5%), diikuti oleh kelompok
usia <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 2 pasien (5,3%).

4.2.4. Pekerjaan Ibu

Distribusi frekuensi kejadian laserasi perineum pada ibu

bersalin normal berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel

4.4 berikut ini :


52

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Pada Ibu Bersali Normal Berdasarkan Pekerjaan
Ibu

Derajat Laserasi Frekuensi %


Tidak Bekerja 30 78.9%
Bekerja 8 21.1%
Jumlah 38 100.0%

Berdasarkan tabel di atas data dinyatakan valid karena


sesuai dengan jumlah sampel, yaitu 38 ibu bersalin (100%).
Kelompok pekerjaan ibu yang tidak bekerja lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah ibu bersalin yang bekerja. Jumlah
frekuensi ibu bersalin yang tidak bekerja sebanyak 30 pasien
(78,9%) dan kelompok ibu bersalin yang bekerja sebesar 8 pasien
(21,1%).

4.2.5. Usia Kehamilan

Distribusi frekuensi kejadian laserasi perineum pada ibu

bersalin normal berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Pada Ibu Bersalin Normal Berdasarkan Usia
Kehamilan Nya

Derajat Laserasi Frekuensi %


Aterm 38 100.0%
Jumlah 38 100.0%

Berdasarkan data tabel usia kehamilan di atas dinyatakan


valid, karena sesuai dengan jumlah sampel yaitu 38 ibu bersalin
53

(100%). Jumlah frekuensi usia kehamilan ibu bersalin yang


terbanyak adalah Aterm sebesar 38 pasien (100%).

4.2.6. Berat Badan Janin


Distribusi frekuensi kejadian laserasi perineum pada ibu

bersalin normal berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat pada

tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi


Perineum Pada Ibu Bersalin Berdasarkan Berat
Badan Janin
Derajat Laserasi Frekuensi %
<1500-2500 gram 1 2.6%
>2500-4000 gram 37 97.4%
>4000 gram 0 0%
Jumlah 38 100.0%

Berdasarkan jumlah data diatas dinyatakan valid karena


jumlah frekuensi berat badan janin sesuai dengan jumlah sampel
sebesar 38 ibu bersalin(100%). Kejadian laserasi perineum rata rata
terjadi pada frekuensi berat badan janin >2500 – 4000 gram
menjadi yang terbanyak, yaitu 37 pasien (97,4%), diikuti oleh berat
badan janin <1500 – 2500 gram sebanyak 1 pasien (2,6%).
54

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis dua


variabel yaitu variabel independent dengan variabel dependen yang
bertujuan untuk mengetahui antara dua variabel tersebut.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan
Paritas
Laserasi Perineum
Paritas Derajat 1 Derajat 2 Total
n % n % n %
Primipara 0 0% 10 28,6% 10 26,3%
Multipara 3 100% 25 71,4% 28 73,7%
Total 3 100 35 100% 38 100%
%
Berdasarkan tabel 4.7 pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa ibu bersalin dengan paritas primipara yang mengalami
laserasi derajat II sebanyak 10 orang (28,6%), Adapun ibu bersalin
dengan paritas multipara yang mengalami derajat I sebanyak 3
orang (100%), dan derajat II sebanyak 25 orang (71,4%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi


Perineum Berdasarkan Usia Ibu

Laserasi Perineum
Usia Ibu Derajat 1 Derajat 2 Total
n % N % n %
<20 Tahun 0 0% 2 5,7% 2 5,3%
20-35 Tahun 3 100% 31 88,6% 34 89,5%
>35 Tahun 0 0% 2 5,7% 2 5,3%
Total 3 100 35 100% 38 100%
%
Berdasarkan tabel 4.8 pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa ibu bersalin dengan usia <20 tahun yang mengalami laserasi
55

derajat II sebanyak 2 orang (5,7%). Ibu bersalin dengan usia 20-35


tahun yang mengalami laserasi derajat I sebanyak 3 orang (100%),
Laserasi Perineum
Pekerjaan Ibu Derajat 1 Derajat 2 Total
n % n % n %
Tidak Bekerja 2 66,7% 28 80,0% 30 78,9%
Bekerja 1 33,3% 7 20,0% 8 21,1%
Total 3 100% 35 100% 38 100%
yang mengalami laserasi derajat II sebanyak 31 orang (88,6%).
Dan pada usia ibu bersalin >35 tahun yang mengalami laserasi
derajat II sebanyak 2 orang (5,7%).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum
Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Berdasarkan tabel 4.9 pada penelitian ini didapatkan hasil


bahwa ibu tidak bekerja yang mengalami laserasi perineum derajat
I sebanyak 2 orang (66,7%), yang mengalami laserasi perineum
derajat II sebanyak 28 orang (80,0%). Dan pada ibu bekerja yang
mengalami laserasi perineum derajat I sebanyak 1 orang (33,3%),
yang mengalami derajat II sebanyak 7 orang (20.0%).

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Berdasarkan Usia Kehamilan

Derajat Laserasi Frekuensi %


Aterm 38 100.0%
Jumlah 38 100.0%
Berdasarkan data tabel usia kehamilan di atas dinyatakan
valid, karena sesuai dengan jumlah sampel yaitu 38 ibu bersalin
(100%). Jumlah frekuensi usia kehamilan ibu bersalin yang
terbanyak adalah Aterm sebesar 38 pasien (100%).
56

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kejadian Laserasi Perineum


Berdasarkan Berat Badan Janin

Laserasi Perineum
Berat Badan Janin Derajat 1 Derajat 2 Total
n % n % n %
<1500-2500 gram 0 0% 1 2,9% 1 2,6%
>2500-4000 gram 3 100% 34 97,1% 37 97,4%
Total 3 100 35 100% 38 100%
%
Berdasarkan tabel 4.11 pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa kelompok berat badan janin <1500-2500 gram yang
mengalami laserasi derajat II sebanyak 1 orang (2,9%). Kemudian
pada kelompok berat badan janin >2500-4000 gram yang
mengalami laserasi perineum derajat I sebanyak 3 orang (100%),
dan yang derajat II sebanyak 34 orang (97,1%).
57

4.3. Pembahasan

4.3.1 Kejadian Laserasi Perineum Pada Ibu Bersalin Berdasarkan

Derajat Laserasi

Jumlah ibu bersalin normal pada bulan Maret di Praktik Mandiri

Bidan Etik Lulut H,S.Tr.Keb berjumlah 38 ibu bersalin dengan

mengalami laserasi perineum derajat II menjadi frekuensi terbanyak,

yaitu sebanyak 35 pasien (92,1%) dan diikuti oleh laserasi perineum

derajat I sebanyak 3 frekuensi (7,9%). Hal tersebut terjadi karena

beberapa faktor yaitu paritas, usia ibu, pekerjaan ibu, usia kehamilan,

dan berat badan janin.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aulia dalam

kesimpulannya tentang ibu bersalin di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

mayoritas terjadi laserasi perineum derajat II yaitu 79 responden

(57,7%) dan minoritas terjadi laserasi perineum derajat I yaitu 26

responden ((19,0%). Biasanya paling sering terjadi laserasi perineum

derajat II dan terjadi pada kelahiran anak pertama dan tidak jarang pada
58

kelahiran anak kedua disebabkan oleh beberapa faktor maternal yaitu

paritas dan faktor internal berat badan bayi (Saifuddin,2018).

Laserasi perinium adalah luka pada bagian perineum karena

adanya robekan pada jalan lahir baik karena ruptur maupun tindakan

episiotomi pada waktu melahirkan janin (Walyani; Purwoastuti, 2017).

Luka perineum merupakan perlukaan pada diafragma urogenitalis dan

muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau

persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau

pada vagina sehingga tidak kelihatan dari luar, sehingga dapat

melemahkan dasar pinggul dan mudah terjadi prolaps genetalia

(Rukiyah; Yulianti, 2017).

Macam macam derajat laserasi perineum derajat I yaitu robekan

yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit

perineum. Robekan derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak

ada perdarahan dan aposisi luka baik.

Derajat II yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot perineum.

Robekan derajat II perlu dilakukan penjahitan (Indrayani; Djami, 2017).

4.3.2 Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan Paritas

Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa jumlah frekuensi

Paritas Primipara sebanyak 10 pasien (26,3%) dan Paritas Multipara


59

sebanyak 28 pasien (73,7%). Dapat dikatakan bahwa jumlah paritas

Multipara lebih banyak dibandingkan paritas Primipara.

Menururt BKKBN, paritas adalah banyaknya kelahira hidup yang

dimiliki oleh seorang Wanita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Dyah Rahmawati (2017). Paritas ibu bersalin di Puskesmas Melati

II Sleman terdiri dari 95 sampel primipara (35,71%), 169 sampel

multipara (63,53%), dan 2 sampel grandemultipara (0,75%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Mochtar (2018) yang menyatakan bahwa dengan perineum yang masih

utuh pada primipara akan mudah terjadinya laserasi perineum. Paritas

primipara dan multipara merupakan paritas dengan resiko terjadinya

laserasi perineum yang lebih besar dibandingkan dengan paritas

grandemultipara.

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik persalinan

yang hidup maupun yang tidak, tetapi tidak termasuk aborsi. Semakin

banyak jumlah kehamilan, baik bayi yang dilahirkan dalam keadaan

hidup maupun mati dapat memengaruhi status gizi ibu hamil. Jumlah

paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang

berulang-ulang sehingga mempunyai resiko. Hal ini dapat dikatakan

bahwa secara fisik jumlah paritas yang tinggi mengurangi kemampuan

uterus sebagai media pertumbuhan janin. Kerusakan pada pembuluh

darah dinding uterus memengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana


60

jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan kehamilan berikutnya.

Paritas yang banyak juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak

memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu

memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah

melahirkan anaknya) (Musni, dkk, 2017).

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu

kali atau 2 anak atau lebih. Menurut teori Saifuddin (2018), rupture

perineum terjadi baik pada primipara maupun multipara karena sama-

sama mempunyai resiko, tergantung bagaimana penolong melakukan

penanganan pada saat proses persalinan serta keadaan ibu sebelum

bersalin baik kondisi fisik maupun kesiapan psikologis. Penyebab

rupture perineum pada primipara karena kelenturan jalan lahir atau

elastisitas perineum, mengejan yang tergesa-gesa dan tidak teratur, serta

berat badan bayi baru lahir. Sedangkan penyebab rupture perineum

pada multipara sebagian karena berat badan bayi baru lahir, kerapuhan

perineum, asuhan sayang ibu yang kurang baik sehingga proses

persalinan kurang terkendali seperti ibu kelelahan, mengejan sebelum

waktunya sehingga partus menjadi macet atau lambat (saifuddin, 2018).

4.3.3 Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan Usia Ibu

Berdasarkan hasil yang diperoleh penulis bahwa mayoritas laserasi

perineum terjadi pada kelompok usia 20 – 35 tahun menjadi usia ibu


61

bersalin terbanyak yang mengalami laserasi perineum yaitu sebanyak

34 pasien (89,5%), diikuti oleh kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun

sebanyak 2 pasien (5,3%).

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Absari, 2017 yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kejadian Laserasi Perineum Pada Persalinan Normal Di Bpm Wayan

Witri Sleman Yogyakarta dengan kesimpulan penelitian yaitu kejadian

laserasi perineum berdasarkan umur dari 41 kasus laserasi perineum

mayoritas pda kelompok umur 20-35 tahun yakni sebanyak 33 kasus

(80,5%).

Usia ibu mempengaruhi terjadinya laserasi perineum. Ibu dengan

usia >35 tahun dan <20 tahun lebih beresiko mengalami laserasi

perineum. Resiko pada kehamilan <20 tahun lebih tinggi dibandingkan

kurun waktu reprosuksi sehat antara umur 20-35 tahun, keadaan ini

disebabkan belum matang nya alat reproduksi untuk kehamilan

sehingga dapat merugikan pertumbuhan janin. Pada umur >35 tahun

resiko kehamilan dan persalinan lebih tinggi dikarenakan alat alat

reproduksi mulai terjadi penuaan dan degenerasi sehingga terjadi

penurunan fungsi yang dapat menyebabkan gangguan dalam kehamilan

dan persalinan. Pada usia ibu <20 tahun dan >35 tahun senam hamil

sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadi nya laserasi perineum.


62

Usia perempuan paling tepat untuk hamil dan melahirkan adalah

20-35 tahun. Pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis

perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal Jika

melebihi 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta

alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga

wanita pada usia ini besar kemungkinan akan mengalami kelelahan

sehingga resiko kehamilan dan kelahiran lebih tinggi . Menurut

Mochtar, meskipun umur ibu normal pada saat kehamilan dan

persalinan yaitu umur 20-35 tahun dapat terjadi robekan perineum

apabila ibu tidak berolahraga dan rajin bersenggama. Kelenturan jalan

lahir dapat berkurang apabila calon ibu kurang berolahraga atau

genetalianya sering terkena infeksi. Infeksi akan mempengaruhi

jaringan ikat dan otot dibagian bawah dan membuat kelenturannya

hilang (karena infeksi membuat jalan lahir menjadi kaku). Hal ini juga

dipengaruhi oleh perineum yang sempit dan elastisitas perineum

sehingga akan mudah terjadinya robekan jalan lahir, oleh karena itu

bayi yang mempunyai lingkar kepala maksimal tidak dapat

melewatinya sehingga dapat menyebabkan rupture perineum

Cunningham G, dkk (2019).

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mera Marhamah

yang berjudul Faktor-FaktorYang Berhubungan Dengan Kejadian

Ruptur Perineum Pada Persalinan Pervaginam Di Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan dimana hasil uji statistik


63

diperoleh nilai p = 0,014 artinya p < alpha (0,05), sehingga dengan

alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin. Hasil analisis juga

diperoleh nilai OR = artinya ibu yang berumur 20 tahun dan 35 tahun

mempunyai peluang sebesar 0,286 kali untuk mengalami ruptur

perineum derajat berat dibandingkan dengan ibu yang berumur < 20

dan >35 tahun.

4.3.4 Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 orang ibu

bersalin kelompok ibu yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah ibu bersalin yang bekerja. Jumlah frekuensi ibu bersalin

yang tidak bekerja sebanyak 30 pasien (78,9%) dan kelompok ibu

bersalin yang bekerja sebesar 8 pasien (21,1%).

Pekerjaan seseorang berkaitan erat dengan status ekonomi. Baik

status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita

dalam memilih makanannya. Ekonomi sesorang mempengaruhi dalam

pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang

dengan ekonomi tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar

sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya

pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau. Ibu yang tidak

bekerja kemungkinan kurang dalam melakukan Gerakan atau tidak


64

mengikuti senam hamil secara teratur sehingga lebih banyak yang

mengalami robekan perinium. (Andini, 2020).

4.3.5. Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan Usia Kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah frekuensi

usia kehamilan ibu bersalin yang terbanyak adalah Aterm sebesar 38

pasien (100%).

Kehamilan aterm umumnya berlangsung 37 sampai 40 minggu

atau 259 sampai 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Bila

terjadi persalinan pada saat itu, disebut dengan persalinan aterm.

Menurut Cunningham (2018), sekitar 4-14% atau rata-rata 10%

kehamilan akan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Angka ini

bervariasi dari beberapa peneliti tergantung kriteria yang dipakai.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yeni Andriani (2018),

usia kehamilan ibu yang bersalin spontan di Puskesmas Tegalrojo

Yogyakarta dengan presentasi terbesar yaitu pada usia kehamilan aterm

(41.6%).

Menurut Wafi Nur Muslihatun (2017) ada hubungan antara berat

lahir dengan usia kehamilan, berat bayi lahir dapat di kelompokkan :

bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa

gestasi <37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan (BCB, bayi yang

dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari),


65

dan bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi

>42 minggu (294 hari).

4.3.6. Kejadian Laserasi Perineum Berdasarkan Berat Badan Janin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kejadian laserasi

perineum rata rata terjadi pada frekuensi berat badan janin >2500 –

4000 gram menjadi yang terbanyak, yaitu 37 pasien (97,4%), diikuti

oleh berat badan janin <1500 – 2500 gram sebanyak 1 pasien (2,6%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elsye Theresia

Makagansa(2018), berdasarkan berat badan janin leserasi perineum

mayoritas terjadi pada berat badan lahir normal 2500-4000 gram yaitu

sejumlah (80,6%) dari 252 berat badan bayi secara keseluruhan,

sedangkan berat badan bayi tidak normal yang sejumlah 49 orang

(19,4%), dari 525 berat badan bayi secara keseluruhan.

Penelitian tersebut sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh

Wiknjosastro, bahwa bayi dengan berat badan 2500-4000 gram

memiliki resiko lebih besar untuk mengalami laserasi perineum dari

pada bayi dengan berat badan <2500 gram.

Hubungan yang sangat era tantara berat badan bayi lahir (BBL)

dengan kejadian tingkat laserasi perineum ditemukan pada penlitian

Darmiyanti & Anggarani (2018) di RSUD Wangaya Denpasar, yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara berat badan bayi lahir (BBL)
66

dengan kejadian tingkat laserasi perineum pada ibu bersalin normal

primipara, penelitian ini menunjukkan semakin besar berat badan bayi

yang dilahirkan akan meningkatkan kejadian laserasi perineum dengan

area yang luas pula. Hal ini dikarenakan perineum tidak cukup kuat

untuk menahan regangan kepala bayi dengan berat lahir yang besar,

sehingga pada saat proses kelahiran bayi dengan berat badan lahir besar

sering terjadi laserasi perineum mulai derajat satu hingga empat.

Pada saat hamil wanita harus makan makanan yang mengandung

nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal

harganya. Namun pada Wanita hamil yang mengalami kenaikan berat

badan lebih dari yang seharus nya harus lebih menjaga pola makanan

yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak

sangat mempengaruhi kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan

yang berlebihan pada ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin dan

bisa menyebabkan bayi besar (Dian,2018).


67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Gambaran Ibu Bersalin Dengan

Laserasi Perineum di Praktik Mandiri Bidan Etik Lulut H,S.Tr.Keb kota

Palangka Raya maka dapat di ambil kesimpulan:

5.1.1 Dari 38 ibu bersalin dengan paritas multipara yang mengalami

laserasi perineum lebih besar 28 (73,7%) dibandingkan dengan

paritas primipara yang mengalami laserasi perineum ringan yaitu

hanya 10 (26,3%).
68

5.1.2. Dari 38 ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum dengan

derajat I lebih besar yaitu sebanyak 35 (92,1%), yang mengalami

laserasi perineum dengan usia 20 – 35 tahun menjadi usia ibu

bersalin terbanyak, yaitu sebanyak 34 pasien (89,5%), diikuti oleh

kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 2 pasien (5,3%).

5.1.3. Dari 38 ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum dengan

kelompok pekerjaan ibu yang tidak bekerja lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah ibu bersalin yang bekerja. Jumlah

frekuensi ibu bersalin yang tidak bekerja sebanyak 30 pasien

(78,9%) dan kelompok ibu bersalin yang bekerja sebesar 8 pasien

(21,1%).

5.1.4. Dari 38 ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum rata rata

frekuensi usia kehamilan ibu bersalin yang terbanyak adalah Aterm

sebesar 38 pasien (100%).

5.1.5. Berdasarkan berat badan janin>2500 – 4000 gram menjadi yang

terbanyak, yaitu 37 pasien (97,4%), diikuti oleh berat badan janin

<1500 – 2500 gram sebanyak 1 pasien (2,6%).

5.2. Saran

Setelah mendapatkan hasil penelitian maka dapat memberikan

beberapa saran :

5.2.1 Bagi Peneliti


69

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta menerapkan ilmu

yang telah di dapatkan selama kuliah.

5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi untuk melengkapi referensi (perpustakaan)

sehingga dapat menunjang pengetahuan dan wawasan mahasiswa

untuk dapat meningkatkan kualitas Pendidikan bagi mahasiswa

serta dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.

5.2.3. Bagi Petugas Kesehatan Instansi Terkait

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi atau

masukan mengenai ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum

pada persalinan normal, yang diharapkan dapat meningkatkan

peran bidan dalam memberikana asuhan persalinan normal, dengan

cara memberikan penyuluhan dan konseling mengenai pencegahan

dan penanggulangan laserasi perineum seperti melakukan senam

hamil pada ibu dan peningkatan kunjungan ANC.


70

FORMAT ISIAN

GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN LASERASI PERINIEUM DI

PRAKTIK MANDIRI BIDAN ETIK LULUT,H.S.Tr.Keb PADA TAHUN 2022

Nomor Responden :

Tanggal wawancara :
71

Keterangan atau petunjuk pengisian

1. Setiap pertanyaan harus dijawab dengan jujur, karena menjawab

pertanyaan dibawah ini jawaban yang benar adalah kejujuran itu sendiri.

2. Pertanyaan dijawab dengan mengisi lembar pernyataan yang telah

diberikan

1. Biodata Responden

Nama Ibu : Nama Suami :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

2. Riwayat kehamilan, persalinan

Hamil Tgl/ BBL JK Jenis Usia Penyulit Penolo Ke


ke Bln/Thn persa kehamil kehamil ng t
linan an an
72

3. Laserasi perinium

Ya dimana…….

4. Jika laserasi perinium,derajat : 1/2/3/4

Tindakan :

Penjahitan …

Tidak dijahit …

DAFTAR PUSTAKA

Pemiliana, P. D., Sarumpaet, I. H., & Ziliwu, D. S. (2019). Faktor - Faktor Yang

Berhubungan Dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Klinik


73

Niar Medan Tahun 2018 Article history : Address : Email : Phone : 2(2),

170–182.

Istiana, S., Rahmawati, A., & Kusumawati, E. (2020). Pengaruh derajat laserasi

perineum terhadap skala nyeri perineum pada ibu post partum. Jurnal

Kebidanan, 9(1), 53. https://doi.org/10.26714/jk.9.1.2020.53-60

Di, P., Goeteng, R. R., & Purbalingga, T. (2019). HUBUNGAN UMUR IBU DAN

PARITAS DENGAN DERAJAT LASERASI. 3(2).

Kejadian, G., Laserasi, D., Spontan, P., Ibu, P., Primipara, B., Faktor, B., Di, J.,

Pacet, P., Bandung, K., Tugas, L., Diajukan, A., Studi, P. P., Kebidanan, I. I.

I., Bhakti, S., Bandung, K., Npm, W. S., Tinggi, S., Kesehatan, I., Kencana,

B., … Kebidanan, D. I. I. I. (2017). B a n d u n g 2 0 1 8.

Penelitian, L., Kejadian, A., Perineum, R., Ibu, P., Puskesmas, D. I., &

Penjaringan, K. (2014). Angka Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu

Bersalin. April, 13–18.

Kejadian, G., Perineum, R., Normal, P., & Puskesmas, D. I. (2018). Gambaran

kejadian rupture perineum pada persalinan normal di puskesmas

jumpandangbarutahun 2017. 3, 87–94.

Puerperium, T., & Characteristics, I. (2019). Jurnal kebidanan. 9, 153–159.

Mutmainah, H., Yuliasari, D., & Mariza, A. (2019). Pencegahan Rupture

Perineum pada Ibu Bersalin dengan Pijat Perineum. Jurnal Kebidanan, 5(2),

137–143.

Endah, S. N. (2017). Hubungan Paritas Dengan Terjadinya Robekan Perineum

Spontan Pada Persalinan Normal. Jurnal Of Nurse Internasionalurnal Of


74

Nurse Internasional, 2(1), 147–157.

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/

view/66%5Cnhttp://jurnal.unissula.ac.id/index.php/

majalahilmiahsultanagung/article/download/66/60%5Cnhttp://

jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/66/60

Sukarni, Margareth. (2017). Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jogjakarta: Nuha

Medika

Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah. 2019, Profil Kesehatan Provinsi

Kalimantan tengah Tahun 2019.

Kurniawan, F., Jingsung, J., Anam, A., Siagian, H. J., Sembilanbelas, U., Kolaka,

N., Tenggara, S., & Tenggara, S. (2020). Jurnal kebidanan. 10, 138–142.

Dewi, M. S., & Suwarno, Y. O. (2014).. In Binus Business Review (Vol. 5, Issue

2, p. 588).

Paramaduhita, A. V., & Mustikasari, E. (2018). In Asian Journal of Accounting

Research (Vol. 3, Issue 1, pp. 112–122).

Wagenaar, A. C., Livingston, M. D., Markowitz, S., & Komro, K. A. (2019). In

SSM - Population Health (Vol. 7, p. 100356).

Ibrahim, I. (2014). In Procedia - Social and Behavioral Sciences (Vol. 164, pp.

522–527).

Szarowská, I. (2014). In Procedia Economics and Finance (Vol. 12, pp. 662–

669).

Endah, S. N. (2016). Hubungan Paritas Dengan Terjadinya Robekan Perineum

Spontan Pada Persalinan Normal. Jurnal Of Nurse Internasionalurnal Of


75

Nurse Internasional, 2(1), 147–157.

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/

view/66%5Cnhttp://jurnal.unissula.ac.id/index.php/

majalahilmiahsultanagung/article/download/66/60%5Cnhttp://

jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/66/60

Lontaan, A., & Rantung, M. (2015). Faktor-Faktor Yang ang Berhubungan

Dengan Robekan n Ja Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin. 3, 54–60.

Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., & Makassar, U. M. (2020). No Title. 1–90.

Publikasi, N. (2019). ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN


LASERASI PERINEUM DERAJAT 2 DI PMB WINDA MAOLINDA,
MM.,M.Keb BANJARMASIN.
Muliati, S. (2018). Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada
Ibu Nifas Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.
76

Anda mungkin juga menyukai