Anda di halaman 1dari 175

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

BERKESINAMBUNGAN PADA NY. X


DI TEMPAT PRAKTIK X

Proposal Laporan Tugas Akhir


Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan
Pendidikan DIII Kebidanan pada Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Surakarta

Disusun Oleh :
Inggrid Nadilawati
NIM. P27224020275

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN

PADA Ny X

DI TEMPAT PRAKTIK X

Oleh:

Inggrid Nadilawati

NIM. P27224020275

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Proposal Laporan Tugas Akhir Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Tanggal,.........................

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dewi Susilowati, S.Si.T.,Bdn.,M.Kes Siswiyanti, S.Kep.,M.Kes


NIP.198007132005012001 NIP.196208241986032001
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA Ny X

DI TEMPAT PRAKTIK X

Oleh:

Inggrid Nadilawati

NIM. P27224020275

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal Laporan Tugas Akhir

Pada tanggal :.........................

Penguji Utama

Rossalina, S.SiT.,M.Keb

NIP.197705152008122002

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Dewi Susilowati, S.Si.T.,Bdn.,M.Kes Siswiyanti, S.Kep.,M.Kes


NIP.198007132005012001 NIP.196208241986032001

Ketua Jurusan Kebidanan Kaprodi D-III Kebidanan


Poltekkes Surakarta Poltekkes Surakarta

Sih Rini Handajani,M.Mid Dewi Susilowati, S.Si.T.,Bdn.,M.Kes


NIP.197312031998032001 NIP.198007132005012001
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Inggrid Nadilawati

NIM : P27224020275

Program Studi : D-III Kebidanan

Angkatan : 2020

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas

Akhir saya yang berjudul :

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA Ny X

DI TEMPAT PRAKTIK X

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tanggal,.............................

Penulis

Inggrid Nadilawati

NIM. P27224020275
RIWAYAT HIDUP

Nama : Inggrid Nadilawati

Tempat, Tanggal Lahir : Metro, 27 November 2001

Agama : Islam

Alamat : Dusun III, 014/005, Taman Endah, Purbolinggo,

Lampung Timur, Lampung

Riwayat Pendidikan :

1. SD Kartika VIII-V Jakarta Selatan


2. SD Negeri 1 Tambah Dadi Lampung Timur
3. SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur
4. SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Laporan Asuhan

Kebidanan Berkesinambungan Di Tempat Praktik Mandiri Bidan “Bina Husada”

Danguran Klaten Selatan dengan baik dan tepat waktu.

Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Surakarta.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan

banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bp. Sudiro, S.Kp, Ners, M.Pd., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Surakarta.

2. Ibu Sih Rini Hnadajani, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Surakarta

3. Ibu Dewi Susilowati, S.SiT.,Bdn.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-

III Kebidanan Poltekkes Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga

Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.

Ibu Siswiyanti, S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan

6
Laporan Tugas Akhir ini.

4. Pimpinan Tempat Praktik X beserta pegawai yang telah memberi ijin dan

membantu penelitian ini.

5. Ibu .................. yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan

Laporan Tugas Akhir ini.

6. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki

penulis.

7. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Surakarta yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi maupun

kompetisi yang sehat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut

andil dalam terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan

penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................2
B. Perumusan Masalah..........................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................7
1. Tujuan Umum...........................................................................7
2. Tujuan Khusus...........................................................................7
D. Manfaat Penelitian............................................................................7
1. Manfaat Teoritis........................................................................7
2. Manfaat Aplikatif......................................................................7
E. Keaslian Penelitian...........................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................9
A. KONSEP DASAR............................................................................9
1. Kehamilan.................................................................................9
2. Asuhan Neonatal.....................................................................43
3. Persalinan................................................................................45
4. Bayi Baru Lahir.......................................................................77
5. Nifas........................................................................................84
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan........................100
i. Konsep Dasar COC...............................................................100
ii. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan................................101

8
DAFTAR TABEL

Table 1 Pemberian Vaksin TT...............................................................................41


Table 2 Pemberian Vaksin TT...............................................................................42
Table 3 Perbedaan His Pendahuluan dan Persalinan.............................................49
Table 4 Penilaian APGAR Sumber : Walyani, 2017...........................................145
Table 5 Klasifikasi Tekanan Darah Usia.............................................................156

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diameter kepala....................................................................................53


Gambar 2 Letak janin.............................................................................................54
Gambar 3 Kala I.....................................................................................................54
Gambar 4 Kala II....................................................................................................55
Gambar 5 Putaran paksi dalam..............................................................................56
Gambar 6 Gerakan kepala janin, gambar 7 kelahiran bahu depan.........................56

10
11
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kemenkes 2021,

keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indicator utama

yaitu Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator tersebut yaitu selama periode

kehamilan, persalinan, dan nifas. Jumlah kematian ibu di Indonesia pada

tahun 2021 sebanyak 7.389 kematian. Jumlah ini menunjukkan peningkatan

sebesar 4.627 kematian dari tahun 2020. Berdasarkan penyebab, kematian

ibu pada tahun 2021 terkait Covid-19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan

sebanyak 1.330 kasus, dan hipertensi sebanyak 1.077 kasus (Kemenkes,

2021).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2021 data yang

dilaporkan kepada Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

menunjukkan penurunan jumlah kematian balita pada tahun 2021 sebanyak

27.566 kematian balita sedangkan 2020 sebanyak 28.158 kematian. Dari

seluruh kematian neonatal yang dilaporkan, sebagian besar 79,1% terjadi

pada usia 0-6 hari, dan sebesar 20,9% terjadi pada usia 7-28 hari. Pada masa

post neonatal atau usia 29 hari – 11 bulan sebesar 18,5% dan kematian anak

balita sebesar 8,4% (Kemenkes, 2021).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

2020, pada tahun 2018-2019 AKI di Daerah Istimewa Yogyakarta

1
2

mengalami kenaikan menjadi 36 per 43.005 kelahiran hidup, pada tahun

2020 kasus kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami

kenaikan kembali menjadi 40 kasus per 41.030 kelahiran hidup. Kasus

terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul (20 kasus) dan terendah di kota

Yogyakarta. Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan karena

penyakit lain-lain (20), perdarahan (6) hipertensi dalam kehamilan (3),

infeksi (5), dan gangguan sistem peredaran darah (6). Sedangkan, AKB di

Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2018 mengalami kenaikan

sebanyak 5 kasus menjadi 318, di tahun 2019 mengalami penurunan

sebnayak 3 kasus menjadi 315. Pada tahun 2020 mengalami penurunan

cukup banyak yaitu 33 kasus menjadi 282. Penyebab umum kematian bayi

dan neonatal di di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah asfiksia pada saat

lahir karena lama di jalan kelahiran, letak melintang, dan panggul sempit.

Selain itu, penyebab lain kematian bayi yang sering dijumpai antara lain

kelainan bawaan (Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul

2021, angka kematian ibu pada tahun tahun 2020 naik menjadi 7 kasus

dengan angka harapan hidup 74,12 dan di tahun 2021 mengalami kenaikan

drastis menjadi 16 kasus dengan angka harapan hidup sebesar 74,22.

Dibandingkan dengan capaian Provinsi DIY, AKI di Gunung Kidul lebih

rendah, tetapi bukan penyumbang terbanyak kasus kematian ibu. Sedangkan

untuk angka kematian bayi pada tahun 2021 terjadi penurunan capaian

kinerja dari target 7,2 per 1000 kelahiran hidup tercapai 10,3 per 1000
3

kelahiran hidup. Penurunan itu terjadi akibat masih tingginya kasus

prematur, dan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) yang menjadi penyebab

utama kasus kematian bayi, keteratasan sarana kesehatan seperti ruang rawat

perinatology menyebabkan penanganan pada kasus neonatal risiko tinggi

kurang optimal dan tingginya kasus covid-19 pada ibu hamil menyebabkan

peningkatan kasus kematian bayi di Gunung Kidul (Dinas Kesehatan

Kabupaten Gunung Kidul, 2021).

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan

Angka Kematian Ibu salah satunya yaitu melalui program pelayanan

antenatal terpadu. Antenatal Terpadu merupakan pelayanan antenatal di

fasilitas kesehatan yang komprehensif dan terpadu, yang mencakup upaya

promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitative. Hal tersebut merupakan

salah satu bentuk perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berguna

untuk mencegah dan menanggulangi adanya penyakit atau gangguan yang

dapat membahayakan kesehatan. Dengan mengikuti atau melakukan

pemeriksaan antenatal terpadu juga bisa mendapatkan kehamilan yang

sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2014, upaya kesehatan anak

dapat dilakukan melalui pelayanan kesehatan janin dalam kandungan,

kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, anak bali, dan pra sekolah,

kesehatan anak usia sekolah dan remaja, dan perlindungan kesehatan anak

(Indrwati, 2018 dalam Fatahilah, 2020).


4

Selain pada masa kehamilan, upaya yang dilakukan untuk

menurunkan kematian ibu dan bayi yaitu mendorong agar setiap persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas kesehatan. Oleh

sebab itu, rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2020-2024

menetapkan persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (PF)

sebagai salah satu indicator upaya kesehatan keluarga, menggantikan

indicator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) (Kemenkes,

2021).

Untuk pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan minimal empat

kali dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu pada

6 jam – 2 hari setelah persalinan, pada hari ke 3 – 7 setelah persalinan, dan

pada hari ke 8 – 28 hari setelah persalinan, terakhir pada hari ke 29 – hari ke

42 setelah persalinan (Kemenkes, 2021).

Contunity of Care (COC) merupakan asuhan berkesinambungan

dimana bidan sebagai peran utama dalam perencanaan, pengorganisasian,

dan pemberi asuhan yang diberikan kepada seorang wanita dari awal

periode kehamilan sampai pada masa nifas (RCOG 2001). Beberapa asuhan

tersebut dapat diberikan dengan berkonsultasi dengan staf medis yang

sesuai. Dalam model ini, bidan sebagai tokoh utama memimpin dengan

penuh tanggung jawab untuk menilai kebutuhan, merencanakan asuhan,

merujuk ke tokoh professional lain yang sesuai, dan memastikan penyediaan

layanan persalinan. Dengan demikian model asuhan yang dipimpin oleh

bidan bertujuan untuk memberikan perawatan baik di lingkungan


5

masyarakat maupun rumah sakit, biasanya untuk wanita sehat dengan

kehamilan tanpa komplikasi dan melakukan kolaborasi dengan tokoh

professional kepada wanita yang mengalami komplikasi atau beresiko

tinggi. (Midwife-led continuity models versus other models of care for

childbearing women, oleh Sandal J, dkk, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, mengenai tentang asuhan kebidanan

berkesinambungan pada masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, dan

pada masa Nifas bertujuan untuk mencegah adanya beberapa gangguan pada

ibu dan anak. Maka dari itu diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten

yaitu bidan yang memiliki kewenangan terhadapan kesehatan ibu dan bayi

untuk melakukan asuhan yang berkesinambungan. Maka penulis tertarik

mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan

Berkesinambungan Pada Ny. X di Tempat Praktik Mandiri Bidan X”

dengan mengacu pada KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007

Tentang Standar Asuhan Kebidanan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan dalah

“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny.X di

Tempar Praktik X?”.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu Hamil

Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) di Tempat Praktik X

dengan mengacu pada KEPEMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengumpulan Data Subyektif dan Obyektif

b. Melakukan Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.

c. Menyusun Perencanaan

d. Melakukan Implementasi/penatalaksanaan asuhan kebidanan

e. Melakukan evaluasi tindakan yang telah diberikan

f. Membuat Pencatatan Asuhan Kebidanan dengan metode SOAP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang Asuhan kebidanan berkesinambungan

pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Neonatus.

2. Manfaat Aplikatif

a. Institusi : Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam pemberian asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan neonatus di X.
7

b. Manfaat bagi Profesi Bidan

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan neonates.

c. Manfaat bagi Klien dan masyarakat

Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari penyulit

yang mungkin timbul pada masa hamil, bersalin, nifas maupun,

neonatus sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan untuk

mendapatkan penanganan.

E. Keaslian Penelitian

Studi kasus atau penelitian sejenis pernah dilakukan oleh :

1. Fatkhul Yuni Ayu Ristiyani (2021) dengan judul Asuhan Kebidanan

Berkesinambungan Pada Ny.K di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dentatama

Sragen. Dengan hasil penelitian kehamilan, persalinan, dan nifas

berjalan dengan normal, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Asuhan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

menurut KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VII/2007 dengan model

pendokumentasian SOAP.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

1. Kehamilan

a. Pengertian

Masa Kehamilan dimulai dari pembuahan hingga

lahirnya janin. Lamanya hamil normal yaitu 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai

dari pembuahan sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan, dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan. (Prawirohardjo, 2018:89).

Kehamilan merupakan suatu mata rantai yang

berkesinambungan dan dimulai dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi

migrasi spermatozoa dan ovum, proses konsepsi, nidasi (implantasi)

pada endometrium, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang

hasil konsepsi hingga kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih

dari 300 hari (43 minggu). (Prawirohardjo, 2020:213).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah

perubahan fisiologis. Kehamilan juga merupakan proses alamiah

untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan bisa

8
9

terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai

dengan terjadinya menstruasi. (Amelia, P., Cholifah, 2018:100)

Berdasarkan pemahaman dari para ahli penulis dapat

menyimpulkan bahwa kehamilan merupakan penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang akan dilanjutkan proses konsepsi nidasi

di endometrium. Kehamilan tersebut terjadi selama 40 minggu dan

tidak lebih dari 43 minggu. Dan ketidaknyamanan atau perubahan-

perubahan yang terjadi pada ibu hamil itu normal apabila tidak

terdapat indikasi yang mencurigakan.

b. Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda pasti kehamilan yaitu tanda yang menunjukkan

langsung keberadaan janin yang dapat dilihat oleh pemeriksa seperti

dokter/bidan. Tanda-tanda pasti kehamilan yaitu adanya gerakan

janin dalam Rahim, adanya denyut jantung janin, terdapat bagian-

bagian janin yang dapat diraba, da nada kerangka dari janin tersebut.

Tanda-tanda tersebut bisa dilihat ketika seorang wanita

memeriksakan diri ke tempat kesehatan yang memfasilitasi hal

tersebut.

Tanda pasti kehamilan yang pertama yaitu adanya

gerakan janin dalam Rahim. Gerakan janin ini harus dapat diraba

dengan jelas dan baru bisa dirasakan pada usia sekitar 20 minggu.

Gerakan tersebut bisa dirasakan oleh pemeriksa.


10

Tanda pasti kehamilan yang kedua yaitu terdapat denyut

jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengar pada usia 12

minggu menggunakan alat dopler. Pada usia 18-20 minggu

kehamilan bisa didengar menggunakan alat stethoscope laenec.

Tanda pasti yang ketiga yaitu terdapat bagian-bagian

janin. Bagian-bagian tersebut yaitu jika teraba bagian besar janin

kemungkinan kepala atau bokong, serta bagian kecil janin

kemungkinan ekstremitas atas dan bawah. Dengan melakukan USG

bagian-bagian janin dan kerangka janin dapat terlihat dengan jelas

(Walyani, E, S., 2020:69-70).

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu hamil Trimester III

1) Perubahan Fisiologis Trimester III

Perubahan yang sering terjadi pada ibu hamil

trimester III adalah perubahan fisiologis dan psikologis.

Perubahan-perubahan tersebut cepat terjadi setelah fertilisasi

dan berlanjut selama kehamilan. Adaptasi yang dilakukan ibu

hamil adalah bentuk respon dari tubuh untuk diberikan pada

janin atau jaringan janin, serta sebagai komunikasi ibu terhadap

janin (Rukiah, 2014:26).

Menurut Tyastuti, S 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif, perubahan fisiologis yang

terjadi pada ibu hamil yaitu perubahan pada system reproduksi,

perubahan pada payudara, perubahan system kekebalan tubuh,


11

perubahan system pernapasan, perubahan system perkemihan,

dan perubahan pada system pencernaan. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada ibu hamil disebabkan oleh berubahnya

hormone esterogen dan progesterone.

a) Perubahan pada sistem reproduksi

Perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester III

yaitu pada system reproduksi yaitu pada uterus ibu hamil.

Pada ibu hamil uterus akan tumbuh membesar, primer

maupun sekunder akibat dari pertumbuhan atau perubahan

pada isi intrauterine. Hormone esterogen dapat

menyebabkan hiperlapsia pada jaringan dan hormone

progesterone berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus

(Amelia, P., Cholifah, 2018:73).

Serviks Uteri akan berubah warna menjadi

kebiruan/livide akibat stimulasi esterogen dan perlunakan

progesterone yang mengalami hipervaskularisasi. Sekresi

lendir serviks meningkat serta memberikan gejala keputihan

pada ibu hamil (Amelia, P., Cholifah, 2018:73-74).

Vagina/vulva juga akan mengalami

hipervaskulasi dan berwarna merah kebiruan atau disebut

tanda chadwick karena pengaruh esterogen dan

progesterone (Amelia, P., Cholifah, 2018:74).


12

Fungsi ovarium akan diambil alih oleh plasenta

sejak usia kehamilan 16 minggu terutama pada fungsi

produksi esterogen dan progesterone. Pada saat kehamilan,

ovarium akan beristirahat dan tidak akan terjadi pematangan

folikel baru, tidak akan terjadi ovulasi, serta tidak terjadi

daur hormonal menstruasi (Amelia, P., Cholifah, 2018:74).

b) Perubahan payudara

Pada trimester ketiga, putting susu akan

mengeluarkan kolostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu

yang berwarna putih kekuningan. Pada ibu hamil payudara

akan membesar dan tegang yang menyebabkan terjadinya

hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montgomery ,

terutama di daerah aerola dan papilla akibat pengaruh

melanofor yang membuat putting susu membesar dan

menonjol. Hipertrofi kelenjar Montgomery yaitu kelenjar

yang memproduksi minyak di daerah aerola. Kelenjar

Montgomery disbeut juga turbekel montgomery, turbekel

ini adalah kelenjar sebasea (lemak) yang kelihatan di sekitar

putting susu yang berfungsi untuk pelumas putting susu

(Tyastuti, S 2016:25-26).

c) Perubahan system kekebalan

Pada ibu hamil terjadi perubahan Ph pada

vagina yang membuat sekresi vagina berubah dari asam


13

menjadi basa sehingga pada ibu hamil rentan terhadap

infeksi vagina. Jumlah limfosit pada ibu hamil akan

semakin meningkat ketika umur kehamilan bertambah.

Dengan umur kehamilan yang sidah tua, akan ditemukan sel

sel limfoid yang berfungsi membentuk molekul

imunoglobin. Imunoglobin yang dibentuk yaitu

imunoglobin Gamma A dan Imunoglobin Gamma G.

Imunoglobin Gamma- A dibentuk pada kehamilan dua

bulan dan baru banyak ditemukan saat bayi dilahirkan dan

Imunoglobin Gamma G yang diperoleh janin berasal dari

plasenta ibu dengan cara pinositosis, hal itu disebut dengan

kekebalan pasif yang diperoleh dari ibunya (Tyastuti, S

2016:28).

d) Perubahan system pernapasan

Pada kehamilan 32 minggu lebih, biasanya ibu

hamil akan mengeluh sesak napas yang disebabkan karena

uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan

mendorong ke atas yang menyebabkan tinggi diafragma

bergeser 4 cm. Peningkatan Hormon esterogen pada

kehamilan dapat menyebabkan peningkatan vaskularisasi

pada salran pernapasan atas. Kapiler yang membesar

tersebut menyebabkan edema dan hyperemia pada hidung,

faring, laring, trachea, dan bronkus yang menyebabkan


14

adanya sumbatan pada hidung dan perubahan pada suara

ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga

menyebabkan membrane timpani dan tuba eustaki bengkak

sehingga menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri, dan

rasa penuh pada telinga (Tyastuti, S 2016:28-29).

e) Perubahan system perkemihan

Menurut Rukiah, 2014 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi menyatakan bahwa karena adanya penurunan

tonus otot dasar panggul akibat progesterone dan

peningkatan tekanan akibat penambahan isi uterus

menyebabkan ibu hamil tidak mampu untuk mengendalikan

aliran urine akibat desakan yang ditimbulkan oleh

peningkatan tekanan intraabdomen yang mendadak. Akibat

perubahan ini, banyak ibu hamil trimester tiga yang

mengeluhkan sering kencing (Rukiah, 2014).

f) Perubahan system pencernaan

Menurut Tyastuti, S 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif menyatakan aliran

darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat

menyebabkan hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon

esterogen juga menyebabkan gusi hyperemia dan cenderung

mudah berdarah (Tyastuti S, 2016).


15

Menurut Rukiah, 2014 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi menyatakan bahwa peningkatan progesterone

yang besar dan menurunnya kadar motalin menyebabkan

tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga

motilitas seluruh traktus berkurang. Hal tersebut

menyebabkan makanan akan lebih lama berada di dalam

usus yang dapat menimbulkan obstipasi pada ibu hamil

(Rukiah, 2014).

d. Perubahan Psikologis Trimester III

Menurut Tyastuti, 2016 dalam Buku Asuhan Kebidanan

Kehamilan Komprehensif trimester ketiga adalah periode aktif untuk

kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Trimester tiga seringkali disebut

periode menunggu dan waspada karena ibu merasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester ini ibu hamil akan

mengalami ketidaknyamanan meliputi :

a) Merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu;

b) Meningkatnya kewaspadaan akan timbulnya tada dan gejala

persalinan;

c) Khawatir bayinya lahir dalam keadaan tidak normal

d) Takut akan rasa sakit yang timbul pada saat persalinan;

e) Rasa tidak nyaman;


16

f) Kehilangan perhatian khusus yang diterima selama

kehamilan sehingga memerlukan dukungan baik dari suami,

keluarga maupun tenaga kesehatan;

g) Persiapan aktif untuk bayi dan orang tua.

e. Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III

Menurut Walyani, 2020 dalam buku Asuhan Kebidanan pada

Kehamilan menyatakan bahwa tanda-tanda dini bahaya atau

komplikasi ibu dan masa kehamilan lanjut yaitu adanya pengeluaran

cairan pervaginam, gerakan janin tidak teraba, nyeri perut yang hebat,

bengkak pada wajah dan jari-jari tangan, dan penglihatan kabur.

1) Keluar Cairan Pervaginam

Menurut Walyani, 2020, mengatakan bahwa cairan

pervaginam dalam kehamilan itu hal normal apabila tidak

berupa perdarahan yang banyak, air ketuban maupun leukhore

atau keputihan yang patologis. Sedangkan menurut Rukiah,

2014 dalam Buku Asuhan Kebidanan adalah keluarnya cairan

mendadak yang diikuti bau yang khas namun berbeda dengan

bau air seni. Cairan yang keluar pun tidak terlalu deras dan tidak

disertai rasa mulas atau sakit perut. Namun biasanya ibu tidak

menyadari bahwa cairan ketuban merembes sedikit demi sedikit

yang menyebabkan air ketuban berkurang.

Penyebab keluarnya cairan pervaginam menurut

Walyani, 2020 adalah adanya ketegangan rahim yang berlebihan


17

seperti kehamilan ganda atau hidramion, kelainan letak janin,

kelainan bawaan dari selaput ketuban, dan adanya infeksi yang

kemudian menimbulkan proses biomekanik pada selaput ketuan

sehingga memudahkan ketuban pecah.

Menurut Walyani, 2020 menyatakan penanganan

dalam mempertahankan kehamilan sampai matur atau cukup

bulan dapat diberikan kortikosteroid untuk kematangan paru

janin, sedangkan pada janin yang tidak bisa diselamatkan

dipertimbangkan untuk dilakukan induksi. Pada usia kehamilan

aterm dianjurkan untuk dilakukan terminasi kehamilan dalam

waktu 6-24 jam bila tidak ada his spontan.

2) Gerakan Janin Tidak Teraba

Menurut Walyani, 2020, gerakan janin adalah suatu

hal yang biasa terjadi pada usia kehamilan 16-18 minggu untuk

ibu hamil multigravida dan pada ibu primigravida akan terasa

gerakan janin pada usia kehamilan 18-20 minggu. Gerakan janin

akan melemah pada waktu tidur. Gerakan janin harus bergerak

paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam yaitu minimal 10

gerakan dalam 12 jam. Gerakan janin akan lebih terasa jika ibu

sedang berbaring atau istirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik.

Menurut Rukiah, 2014, menyatakan bahwa bumil

harus waspada terhadap jumlah gerakan janin. Menilai gerakan


18

janin yang berkurang dapat dilakukan dengan metode

perhitungan gerakan janin oleh Cardiff Count to ten yaitu:

a) Perhitungan sekali dalam sehari

b) Buat standar perhitungan pada waktu yang sama atau

tanyakan kepada ibu hamil untuk memilih waktu yang

dipunyai dan waktu janin biasanya aktif

c) Catat berapa lama yang dibutuhkan untuk mencapai 10

gerakan

d) Harus ada minimal 10 gerakan yang teridentifikasi selama

10 jam.

Jika kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam atau jika

terjadi peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan atau tidak

ada gerakan sampai 10 jam maka lakukan uji NST (Fetal

Nonstress Test) secepatnya.

3) Nyeri Perut Yang Hebat

Menurut Walyani, 2020, menyatakan Nyeri

abdomen yang mungkin menunjukkan mengancam jiwa adalah

yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat,

kadang-kadang dapat disertai dengan perdaraham lewat jalan

lahir.
19

Hal ini bisa berarti Appendicitis (radang usus

buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan),

aborsi (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan

preterm, gastritis (maag), penyakit kantong empedu, solution

placenta, penyakit menular seksual, dan infeksi saluran kemih

atau infeksi lain.

4) Bengkak pada Wajah dan Jari-Jari Tangan

Menurut Rukiah, 2020, bengkak adalah penimbunan

cairan yang berlebihan di dalam cairan tubuh dan biasanya dapat

diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,

jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan biasa

ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa

penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu,

kenaikkan berat badan ½ kilogram perminggu nya masih

dianggap normal, tetapi bilan kenaikan 1 kilogram beberapa kali

dalam satu minggu, maka perlu kewaspadaan terhadap

timbulnya preeklamsia.

Bengkak biasanya menunjukkan masalah serius

apabila muncul di daerah muka dan tangan. Hal ini dapat

disebabkan kare adanya tanda anemia, gagal jantung, dan pre

eklamsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk edema

karena menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia,

disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin yang berfungsi


20

untuk mengangkut oksigen dalam darah. Hal tersebut

menyebabkan kadar cairan di dalam darah lebih tinggi

disbanding kadar Hb yang akan mengakibatkan penimbunan

cairan dalam jaringan tubuh (Walyani, 2020:149-150).

5) Penglihatan Kabur

Menurut Walyani, 2020, menyatakan bahwa

penglihatan kabur yaitu masalah visual yang bisa mengancam

jiwa karena adanya perubahan visual atau penglihatan secara

mendadak.

Penyebab dari penglihatan kabur ini yaitu karena

pengaruh hormonal. Karena perubahan hormonal inilah

penglihatan ibu yang semula tajam bisa berubah pada saat

kehamilan. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit

kepala yang hebat dan mungkin bisa menandakan preeklamsia

(Walyani, 2020: 148).

f. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan pada Trimester III

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan Kebidanan

Kehamilan Komprehensif, ketidaknyamanan di trimester III yaitu

edema, sering BAK, gatal dan kaku pada jari, haemoroid, keputihan,

sesak napas, nyeri ulu hati, perut kembung, pusing, sakit kepala, sakit

punggung atas dan bawah, varises pada kaki atau vulva, konstipasi atau
21

sembelit, dan kram pada kaki. Ketidaknyamanan pada ibu hamil

trimester III yaitu :

1) Edema

Edema biasanya terjadi di kehamilan II dan III.

Faktor penyebab dari edema yaitu

a) Pembesaran uterus pada ibu hamil yang mengakibatkan

tekanan pada vena pelvik sehingga menumbulkan gangguan

sirkulasi, hal ini biasanya terjadi pada waktu ibu hamil

duduk atau berdiri dalam waktu yang lama,

b) Tekanan pada vena cava inferior pada saat berbaring

telentang,

c) Kadar sodium atau natrium meningkat karena pengaruh

hormonal,

d) Yang terakhir yaitu karena ibu hamil menggunakan pakaian

yang ketat.

Untuk meringankan edema tersebut, sebaiknya ibu

hamil menghindari menggunakan pakaian ketat, tidak

mengkonsumsi makanan yang berkadar garam tinggi, saat

bekerja atau istirahat hindari duduk atau berdiri terlalu lama.


22

Saat istirahat, naikkan tungkai selama 20 menit berulang-ulang

dan ibu hamil dengan usia kehamilan lanjut disarankan makan

makanan yang tinggi protein (Tyastuti, 2016:135-136).

2) Sering Buang Air Kecil

Menurut Tyastuti 2016, sering buang air kecil

disebabkan karena uterus membesar yang disebabkan karena

penurunan bagian bawah janin sehingga menekan kandung

kemih. Meningkatnya kadar ekskresi sodium (unsur Na)

membuat pekerjaan fisiologis ginjal berubah dan produksi urine

meningkat. Menurut Walyani, Elisabeth Siwi 2020 dalam buku

Asuhan Kebidanan Kehamilan Sering buang air kecil

disebabkan karena adanya penurunan janin ke pintu atas

panggul atau PAP yang membuat tekanan pada kandung kemih

ibu.

Upaya yang bisa ibu hamil lakukan untuk

mengurangi buang air kecil tersebut bisa dengan memperbanyak

minum di siang hari untuk menjaga keseimbangan hidrasi dan

apabila di malam hari ibu bisa membatasi minum setelah makan

malam. Juga ibu diharapkan mengurangi minum minuman yang

mengandung diuretic seperti teh, kopi, cola, dan kafein. Saat


23

tidur, ibu hamil dianjurkan untuk miring ke kiri dengan kaki

ditinggikan dan untuk mencegah infeksi saluran kemih, ketika

selesai buang air kecil alat kelamin dibersihkan dan dikeringkan

(Tyastuti,2016:136).

3) Gatal dan kaku pada jari

Penyebab dari gatal-gatal ini belum diketahui pasti,

kemungkinan penyebabnya adalah hypersensitive terhadap

antigen placenta. Adanya pembesaran rahim membuat

perubahan dalam gaya berat yang mengakibatkan postur ibu

hamil berubah yakni dimana posisi bahu dan kepala ke

belakang. Perubahan tersebut digunakan untuk

menyeimbangkan lengkungan punggung dan berat tubuh yang

cenderung condong ke depan yang membuat syaraf di lengan

tertekan sehingga mengakibatkan rasa gatal dan kaku pada jari

(Tyastuti, 2016:136).

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk

meringankan gatal tersebut yaitu mengompres dengan air

dingin. Ibu hamil juga harus bisa menjaga posisi tubuh yang

baik saat berdiri, duduk maupun ketika mengambil sesuatu,

pastikan posisi tubuh jangan membungkuk tetapi tulang

belakang tetap diusahakan dalam posisi tegak. Dan apabila ibu

sudah merasa lelah lebih baik berbaring (Tyastuti, 2016:136).

4) Haemoroid
24

Haemoroid dapat terjadi karena adanya konstipasi.

Hal ini berhubungan dengan meningkatnya progesterone yang

menyebabkan peristaltic usus lambat dan juga tertekannya vena

haemoroid karena pembesaran uterus.

Haemoroid sendiri bisa dicegah dengan

menghindari hal yang menyebabkan konstipasi atau

menghindari mengejan pada saat defikasi. Ibu hamil juga

dianjurkan untuk membiasakan defikasi yang baik yaitu jangan

duduk terlalu lama di toilet. Membiasakan diri untuk senam

kagel secara teratur dan lakukan duduk pada bak 3-4 kali sehari

dengan air hangat selama 15-20 menit (Tyastuti, 2016:137).

5) Keputihan

Pada ibu hamil, keputihan ini sering menjadi

keluhan, karena keluarnya cairan atau lendir dari vagina lebih

banyak sehingga harus sering mengganti celana dalam. Hal ini

bisa terjadi pada ibu hamil trimester pertama, kedua, maupun

ketiga. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar

hormone estrogen dan terjadinya penebalan dinding rahim atau

hyperplasia pada mukosa vagina.

Untuk meringankan keputihan tersebut, ibu hamil

harus rajin membersihkan alat kelamin dan mengeringkannya

setiap sehabis buang air kecil atau buang air besar. Saat

membersihkan alat kelamin atau ketika cebok sebaiknya


25

dilakukan dari arah depan ke belakang dan apabila celana dalam

keadaan basah segera ganti. Ibu hamil juga disarankan untuk

menggunakan celana dalam yang terbuat dari katun sehingga

menyerap keringat dan membuat sirkulasi udara yang baik

(Tyastuti, 2016:138).

6) Sesak napas

Biasanya sesak napas terjadi pada kehamilan

trimester II dan berlanjut sampai akhir kehamilan. Sesak napas

ini terjadi Karena pembesaran uterus dan pergeseran organ-

organ abdomen. Pembesaran uterus membuat pergeseran

diafragma naik sekitar 4 cm. Peningkatan hormmon

progesterone ini membuat hyperventilasi atau meningkatnya laju

pernapasan. Menurut Walyani, 2020 dalam buku Asuhan

Kebidanan pada Kehamilan menyatakan pada kehamilan 33-36

minggu banyak ibu hamil yang mengalami kesusahan untuk

bernapas. Hal tersebut dikarenakan adanya tekanan bayi yang

berada di bawag diafragma menekan paru paru ibu, tetapi

setelah kepala bayi sudah turun ke rongga panggul biasanya

pada 2-3 minggu sebelum persalinan akan bisa bernapas dengan

mudah.
26

Untuk meringankan susah napas tersebut bisa

dengan menganjurkan ibu hamil agar membiasakan diri untuk

bernapas secara normal, berdiri tegak dengan kedua tangan

direntangkan di atas kepala kemudian menarik napas panjang

dan selalu menjaga sikap tubuh yang baik agar ibu hamil tenang

(Tyastuti, 2016:139).

7) Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati dapat disebabkan karena

meningkatnya produksi progesterone. Nyeri juga dapat

disebabkan oleh adanya pergeseran lambung karena pembesaran

uterus. Apendiks kan bergeser kea rah lateral dan ke atas

sehingga mnimbulkan refluks lambung yang dapat

mengakibatkan rasa nyeri ulu hati.

Untuk meringankan nyeri ulu hati tersebut data

dengan menghindari makanan yang berminyak, menghindari

kopi dan rokok, mengunyah permen karet, dan minum air

mineral 6-8 gelas sehari (Tyastuti, 2016:140-141).

8) Perut kembung

Ibu hamil biasanya mengatakan masuk angina

apabila merasakan perutnya kemung. Penyebab perut kembung

yaitu karena peningkatan hormonprogesterone yang dapat

menyebabkan mortilitas usus turun sehingga pengosongan usus


27

lambat. Dengan kehamilan pun dapat menyebabkan perbesaran

uterus yang dapat menekan usus besar.

Untuk meringankan hal tersebut yaitu menghindari

makan makanan yang mengandung gas, mengunyah makanan

dengan sempurna, melakukan senam teratur, membiasakan BAB

teratur, dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman bisa menekuk

lutut ke arah dada (Tyastuti, 2016:141).

9) Pusing

Rasa pusing menyebabkan ibu hamil merasa tidak

nyaman. Jika rasa pusing tersebut tidak ditangani dengan benar

dapat menyebabkan tekanan darah rendah dan sampai

meninggal. Rasa pusing biasanya dirasakan ibu hamil mulai dari

trimester II hingga trimester III, yang bisa saja disebabkan

karena hypoglycemia atau gula darah rendah.

Untuk terhindar dari rasa pusing, ketika ibu hamil

akan bangun tidur, lakukan secara perlahan dan hindari berdiri

terlalu lama di area yang panas dan sesak. Dan juga sebaiknya

ibu hamil tidak mengambil posisi berbaring telentang, karena

penambahan berat badan dan pembesaran uterus menyebabkan

vena cava inferior tertekan sehingga menghambat dan

mengurangi jumlah darah yang dialirkan menuju hati dan

jantung (Tyastuti, 2016:141-142).

10) Sakit kepala


28

Sakit kepala dapat terjadi ketika ibu hamil kelelahan

atau keletihan. Dapat juga terjadi karena spasme atau

ketegangan otot. Ketegangan otot pada mata juga dapat

menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala juga bisa disebabkan

oleh kongesti atau akumulasi berlebihan cairan tubuh. Biasanya

kongesti ini terjadi ketika dinamika cairan syaraf berubah.

Untuk mengurangi atau meringankan sakit kepala

bisa dengan melakukan masase leher dan otot bahu. Ibu hamil

juga dianjurkan untuk tidur cukup di malam hari dan istirahat

cukup di siang hari. Jangan lupa untuk membawa bekal jika

akan berpergian. Pastikan untuk minum, kurang lebih 10 gelas

per hari untuk kebutuhan minimal cairan tubuh. Selain itu cara

yang dapat dilakukan untuk mengurangi sakit kepala yaitu bisa

dengan mandi air hangat, menjaga ruangan tetap bersih, rapi,

dan bebas asap rokok. Ibu hamil juga dapat melakukan jalan

santai di udara segar, istirahat di tempat yang tenang, dan dapat

juga melakukan senam yoga yang disarankan untuk ibu hamil

(Tyastuti, 2016:142).

11) Sakit punggung

Sakit punggung biasanya terjadi dari trimester II

berlanjut pada trimester III. Sakit punggung bisa disebabkan

karena pembesaran payudara yang dapat menyebabkan

ketegangan otot dan keletihan. Posisi tubuh yang membungkuk


29

ketika mengangkat barang dapat merangsang sakit punggung,

hal ini berkaitan dengan kadar hormone yang meningkat

sehingga menyebabkan tulang rawan pada sendi besar menjadi

lembek.

Sakit punggung bisa diringankan dengan

menggunakan bra yang dapat menopang payudara secara benar

dengan ukuran yang tepat. Hindari juga sikap hiperlordosis,

jangan menggunakan sepatu atau sandal hak tinggi, upayakan

untuk tidur dengan kasur yang keras. Dapat juga melakukan

aktivitas dengan memperhatikan body mekanik seperti

mempertahankan postur yang baik, dan hindari sikap

membungkuk, menekuk lutut saat mengangkat barang. Lakukan

juga olahraga teratur, senam atau yoga untuk ibu hamil

(Tyastuti, 2016:142).

12) Varises pada kaki atau vulva

Varises pada kaki menyebabkan rasa tidak nyaman

pada ibu hamil. Varises dapat terjadi karena keturunan atau oleh

peningkatan hormone esterogen sehingga jaringan elastic

manjadi rapuh. Varises juga dapat terjadi karena jumlah darah

yang meningkat di vena bagian bawah.

Untuk mengurangi hal tersebut upayakan untuk

tidak duduk atau berdiri terlalu lama, melakukan olahraga secara


30

teratur, memakai sepatu yang berisi bantalan, dan bisa dengan

berbaringdengan kaki ditingikan atau bersandar pada dinding

(Tyastuti, 2016:143).

13) Konstipasi atau sembelit

Konstipasi adalah BAB keras atau susah BAB. Hal

ini sering terjadi pada ibu hamil trimester II dan trimester III.

Penyebab dari konstipasi ini adalah gerakan peristaltic usus

lambat yang menyebabkan meningkatnya hormone

progesterone. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh motilitas

usus besar lambat sehingga menyebabkan penyerapan air pada

usus meningkat. Selain itu konstipasi dapat terjadi karena ibu

hamil terlalu banyak mengonsumsi suplemen zat besi atau

karena adanya penekanan uterus yang membesar pada usus.

Untuk meringankan konstipasi, dapat dilakukan

dengan olahraga yang teratur, meningkatkan asupan cairan

minimal 8 gelas sehari, minum cairan panas atau sangat dngin

pada saat perut kosong, makan sayur, dan nasi beras merah.

Biasakan untuk tidak menahan BAB, segera BAB ketikaada

dorongan, dan tidak mengkonsmsi buah apel segar dan buah

kopi karen dapat meningkatkan konstipasi (Tyastuti, 2016:138-

139).

14) Kram pada kaki


31

Kram pada kaki biasanya dirasakan oleh ibu hamil

mulai usia kehamilan 24 minggu. Kram yang dirasakan ibu

hamil sangatlah sakit. Tidak jarang juga, masalah kram kaki ini

sampai pada masa persalinan yang mengakibatkan

ketidaknyamanan ketika bersalin. Penyebab dari kram ini belum

pasti, namun ada beberapa kemungkinan diantaranya adalah

kadar kalsium dalam darah rendah, uterus membesar sehingga

menekan pembuluh darah pelvic, keletihan dan sirkulasi darah

ke tungkai bagian bawah kurang.

Untuk meringankan kram pada kaki bisa dengan

memenuhi asuhan kalsium yang cukup seperti susu dan sayuran

berwarna hijau gelap. Biasakan untuk olahraga teratur, menjaga

kaki dalam keadaan hangat, mandi air hangat sebelum tidur,

meluruskan kaki dan lutut (dorsofleksi), duduk dengan

meluruskan kaki, pijat otot-otot yang kram, dan rendam kaki

yang kram dalam air hangat aatau bisa menggunakan bantal

pemanas (Tyastuti, 2016:139).

g. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester tiga menurut

Tyastuti, S 2016 dalam buku Asuhan Kebidanan Kehamilan

Komprehensif meliputi ;

1) Dukungan dari suami dan keluarga; suami yang menerima dan

memahami perubahan yang terjadi pada istrinya, akan


32

merencanakan dan mendiskusikan tentang rencana persalinan.

Suami mempunyai peran penting untuk memperhatikan keadaan

istrinya saat hamil, karena seorang istri yang merasa nyaman

selama hamil, akan menjadi semangat sehingga mempermudah

dalam persalinan yang artinya mencegah terjadinya persalinan

lama. Dukungan dari keluarga pun sangat penting untuk

kenyaman ibu hamil karena dengan melibatkan ayah ibu, mertua

mapun saudara saudara jauh menajdikan ibu merasa bahwa

kehamilan tersebut sangat ditunggu dan didambakan.

2) Support dari tenaga kesehatan pada ibu hamil; peran bidan

dalam perubahan psikologis adalah memberi support atau

dukungan moral bagi klien, meyakinkan ibu dapat melalui

kehamilan dengan baik, meyakinkan ibu bahwa akan menjadi

pendamping selama persalinan dan membimbing pada kelas ibu

hamil, serta menjalin hubungan baik dan saling percaya.

3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan; kebutuhan yang bisa

diberikan pada ibu yaitu merasa dicintai dan dihargai, ibu harus

merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak.

4) Persiapan menjadi orang tua; kebutuhan psikologis dalam

mempersiapkan menjadi orang tua yaitu ibu hamil maupun

bapak bayi sudah memikirkan matang matang tentang

kebutuhan bayi dan harus bisa menerima konsekuensi yang akan

terjadi kedepannya. Serta cara untuk persiapan menjadi orang


33

tua dapat didapatkan dengan mengikuti kelas pendidikan

kelahiran atau kelas antenatal.

5) Persiapan Sibling; persiapan ini bisa dialkukan dengan

mengajak anak untuk berkomunikasi dengan sang adik ketika di

dalam kandungan dengan cara diajak meraba perut ibunya

ketika ada gerakan janin dan ketika sang adik sudah lahir

berikan peran sang kakak untuk membantu mengganti popok

adik dengan meminta untuk mengambilkan popok sehingga

kakak merasa senang dan menerima adiknya. Persiapan sibling

ini disesuaikan dengan umur sehingga persiapan orang tua bisa

tepat dan sibling akan menerima kehadiran adiknya dengan

senang hati tanpa ada cemburu.

h. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan Kebidanan

Kehamilan Komprehensif menyatakan kebutuhan fisik ibu hamil yang

harus dipenuhi tidak sama dengan sebelum hamil, karena ibu hamil

harus memenuhi kebutuhan pada janin, plasenta maupun drinya

sendiri. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan fisik ibu hamil ini sangat

menentukan kualitas kehamilannya. Kebutuhan fisik ibu hamil sendiri

yaitu kebutuhan oksigen, kebutuhan nutrisi, personal hygiene, pakaian,

eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik, exercise atau senam

hamil, istirahat, dan imunisasi.

1) Kebutuhan Oksigen
34

Pada kehamilan terjadi perubahan pada system

respirasi, untuk memenuhi kebutuhan O2, selain itu ada desakan

diafragma yang disebabkan leh dorongan Rahim yang

membesar. Hal tersebut menyebabkan ibu hamil akan bernapas

lebih dalam. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya aktifitas

paru-paru pada ibu hamil, karena selain memnuhi kebutuhan

oksigen pada ibu, ibu hamil juga harus mencukupi kebutuhan

oksigen pada janin. Untuk menghindari kejadian kekurangan

oksigen, sebaiknya ibu hamil menghindari tempat kerumunan.

Adapun cara untuk memnuhi kebutuhan ibu hamil yakni

melakukann jalan-jalan pagi, duduk-duduk dibawah pohon yang

rindang, dan berada d ruang dengan ventilasi yang cukup

(Tyastuti, 2016:47).

2) Kebutuhan Nutrisi

Pada saat hamil, ibu harus makan makanan yang

mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun bukan makanan

mahal. Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori

per hari, juga ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang

mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan.

Kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester III sangat

penting karena sebagai bekal untuk menjalankan persalinan.

Nutrisi ibu hamil yang dibutuhkan yaitu kalori. Kebutuhan

kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 sampai 80.000


35

kilo kalori (kkal) dengan penambahan berar badan sekitar 12,5

kg. Pertambahan kalori ini sangat dibutuhkan menjelang

persalinan, oleh sebab itu ibu hamil memerlukan tambahan

kalori sebesar 285-300 kkal. Tambahan kalori diperlukan untuk

pertumbuhan jaringan janin dan plasenta dan menambah volume

darah serta cairan amnion atau ketuban. Kalori juga berguna

sebagai cadangan ibu untuk keperluan melahirkan dan

menyusui. Kalori dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak.

Kebutuhan gizi ibu hamil yang kedua yaitu vitamin

B6 atau Pridoksin. Vitamin ini dibutuhkan tubuh untuk

menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia disalam tubuh yang

melibatkan enzim. Vitamin ini juga berperan dalam

pembentukan neurotransmitter atau senyawa kimia penghantar

pesan antar saraf. Vitamin B6 yang diperlukan ibu hamil

trimester III yaitu 2,2 miligram sehari dan bisa didapatkan dari

makanan hewani.

Selanjutnya ibu hamil membutuhkan yodium

sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan mengontrol

setiap metabolism sel baru yang terbentuk. Bila kekurangan

senyawa ini, perkembangan janin akan terhambat dan terganggu

yang menyebabkan tumbuh kerdil. Sebaliknya, jika

mengonsumsi yodium terlalu banyak, sel baru akan tumbuh


36

secara berlebihan yang menyebabkan janin tumbuh melampaui

ukuran normal.

Yang keempat yaitu tiamin (B1), Riboflavin (B2).

Dan Niasin (B3). Vitamin ini membantu enzim untuk mengatur

metabolism system pernafasan dan energy. Ibu hamil dianjurkan

untuk minum tiamin sekitar 1,2 mg per hari, Riboflavin sekitar

1,2 mg perhari, dan Niasin 11 mg per hari. Vitamin B tersebut

dapat diperoleh dari keju, susu, kacang-kacangan, hati, dan telur.

Yang terakhir yaitu mineral atau air. kebutuhan

cairan sangat penting untuk pertumbuhan se-sel baru, mengatur

suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-

zat gizi, serta mempertahankan volume darah yang meningkat

semasa kehamilan. Dengan mencukupi kebutuhan cairan, ibu

hamil akan terhindar dari sembelit serta risiko terkena infeksi

saluran kemih. Selain air putih, ibu bisa mengonsumsi jus buah,

makanan berkuah, dan buah-buahan (Walyani, 2020:90-92).

3) Personal Hygiene

Selama kehamilan kelenjar keringat sangat aktif

karena pengaruh hormone sehingga wanita hamil akan sering

berkeringat. Peningkatan kelenjar sebasea tersebut normal

terjadi pada ibu hamil. Terapi yang dapat digunakan ibu hamil
37

untuk merilekskan tubuh yaitu berendam atau mandi dengan air

hangat, hal tersebut juga membantu melawan insomnia dan

membuat wanita hamil merasa segar. Menganjurkan ibu untuk

sikat gigi dua kali, ganti pakaian dua kali, dan mandi minimal

dua kali untuk menjaga kebersihan terutama perawatan kulit

karena dungsi ekskresi dan keringat bertambah (Walyani,

2020:92).

4) Pakaian

Pakaian yang digunakan ibu hamil harus nyaman

digunakan, tidak boleh terlalu ketat karena bisa menghambat

sirkulasi darah. Jika menggunakan korset, pilihlah korset yang

dapat membantu menahan perut bawah yang melorot dan

mengurangi nyeri punggung. Penggunaan korset ini tidak boleh

menimbulkan tekanan pada perut yang membesar karena

menyebabkan ibu hamil merasa tak nyaman dan dapat

menimbulkan tekanan pada uterus.

5) Eliminasi

Menurut Walyani, 2020 dalam buku Asuhan

Kebidanan Pada Kehamilan menyatakan sering buang air kecil

merupakan keluhan umumyang dirasakan ibu hamil, terutama

pada trimester I dan III. Hal tersebut terjadi ketika trimester ke

III karena adanya pembesaran janin yang menyebabkan desakan


38

pada kantung kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan sangat

tidak dianjurkan karena akan menyebabkan dehidrasi.

Kondisi perubahan hormonal menyebabkan daerah

kelamin menjadi lebih basah. Hal tersebut menyebabkan jamur

(trichomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal

dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu,

sehingga kebanyakan ibu hamil menggaruk dan menyebabkan

ketika berkemih terdapat residua tau sisa yang memudahkan

infeksi kandung kemih. Untuk mengurangi infeksi kandung

kemih tersebut, ibu hamil dianjurkan untuk minum dan menjaga

kebersihan sekitar alat kelamin (Walyani, 2020:98).

6) Seksual

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan, hamil bukan merupakan halanan untuk

melakukan hubungan seksual. Pada trimester III, dianjurkan

untuk melakukan hubungan seksual secara hati-hati karena hal

tersebut dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga

kemungkinan dapat terjadi partus premature, fetal bradicardia

pada janin sehingga menyebabkan fetal distress.

Pada trimester ketiga minat dan libido menurun

karena rasa nyaman sudah berkurang. Penyebab dari minat

seksual menurun yaitu pegal di punggung dan pinggul, tubuh

bertambah berat dengan ceoat, napas lebih sesak, dan kembali


39

merasa mual. Tetapi jika pada trimester ketiga tidak mengalami

penurunan libido itu adalah hal normal karena biasanya ibu

hamil tersebut menikmati kehamilannya. (Tyastuti, 2016:52).

7) Mobilisasi dan body mekanik

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif, mobilisasi merupakan

kemampuan seseorang untuk bergerak secara beas, mudah,

teratur, dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan hidup sehat. Gerak tubuh yang perlu diperhatikan

oleh ibu hamil yakni postur tubuh, mengangkat beban dan

mengambil barang tidak boleh sambil membungkuk, bangun

dari posisi berbaring tidak boleh dengan cepat dan terburu-buru,

pada saat berjalan sebaiknya memakai sepatu atau sandal yang

pas dan nyaman, dan yang teakhir ibu hamil dianjurkan untuk

tidak melakukan posisi berbaring telentang karena dapat

menekan pembuluh darah yang sangat penting yaitu vena cava

inferior sehingga mengganggu oksigenisasi dari ibu ke janin.

Manfaat dari mobilisasi adalah menjadikan sirkulasi

darah menjadi lebih baik, nafsu makan bertambah, pencernaan

menjadi lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Ibu hamil juga

disarankan untuk berjalan-jalan di pagi hari karena pada saat itu

udara masih bersih dan segar (Tyastuti, 2016:54).

8) Exercise atau Senam Hamil


40

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif, menyatakan selama

kehamilan, olahraga dapat membantu tubuhnya siap untuk

menghadapi kelahiran. Olahraga yang banyak dianjurkan adalah

jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan,relaksasi, latiahan otot

ringan, dan mendapatkan udara segar. Sekalipun senam paling

popular dan banyak dilakukan ibu hamil, jenis olahraga ini tidak

dapat dilakukan secara sembaranga. Hindari melakukan

peregangan yang berlebihan, khususnya otot perut, punggung,

dan Rahim. Bila ingin melakukan senam aerobic, pilihlah

gerakan yang tanpa benturan. Hindari juga gerakan lompat,

melempar, serta memutar atau mengubah arah tubuh dengan

cepat.sebaiknya ikuti senam khusus ibu hamil, karena gerakan-

gerakannya memang dikhususkan untuk kehamilan (Tyastuti,

2016).

9) Istirahat

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif, menyatakan bahwa

istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan

jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan

pertumbuhan janin, serta membantu wanita tetap kuat dan

mencegah penyakit, keguguran, tekanan darah tinggi, bayi sakit,

dan lain-lain. Istirahat yang dianjurkan pada ibu hamil yaitu


41

tidur 8 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari. Jika ibu

tidak bisa tidur, gunakan untuk berbaring dengan kaki terangkat

untuk mengurangi duduk terlalu lama (Tyastuti, 2016).

10) Imunisasi

Menurut Tyastuti, 2016 dalam buku Asuhan

Kebidanan Kehamilan Komprehensif menyatakan bahwa

imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

tubuh seseorang terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan

toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus. Imunisasi TT sebaiknya

diberikan pada ibu hamil dengan usia kehamilan antara tiga

bulan dampai satu bulan sebelum persalinan dengan jarak

minimal empat minggu.

Table 1 Pemberian Vaksin TT

Interval Lama
%
Antigen (waktu perlindungan
perlindungan
minimal) (tahun)
Pada kunjunan
pertama
TT 1 (sedini - -
mungkin pada
kehamilan)
4 minggu
TT 2 3 80
setelah TT 1
6 bulan
TT 3 5 95
setelah TT 2
42

1 tahun
TT 4 10 99
setelah TT 3
1 tahun 25-seumur
TT 5 99
setelah TT 3 hidup
Catatan : Ibu yang belum pernah imunisasi DPT/TT/Td atau
tidak tahu status imunisasinya. Ibu hamil harus melengkapi
imunisasinya sampai TT 5, tidak harus menunggu kehamilan
berikutnya.

Table 2 Pemberian Vaksin TT

Perna Lama
%
h Interval (minimal) perlundungan
perlindungan
(kali) (tahun)

TT 2, 4 minggu setelah
1 3 80
TT 1 (pada kehamilan)

TT 3, 6 bulan setelah TT

2 (pada kehamilan, jika


2 5 95
selang waktu minimal

memenuhi)

3 TT 4, 1 tahun setelah TT 10 99
43

4 TT 5, setelah TT 4 25-seumur hidup 99

TT 5 Tidak perlu lagi 25-seumur hidup 99

Catatan : Untuk ibu yang sudah pernah mendapatkan


imunisasi DPT/TT/Td) Sumber : (WHO,2013) dalam
Tyastuti, 2016:59-60

2. Asuhan Neonatal

a. Pengertian

Menurut Kementerian Kesehatan R1, pemeriksaan ANC

(Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara

optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,

menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta

kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Menurut Tyastuti,

S 2016 dalam buku Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

asuhan antenatal adalah pendidikan promosi kesehatan serta upaya

deteksi, sehingga begitu ada kelainan segera diketemukan dan

dilakukan upaya penatalaksanaan.

b. Tujuan

Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI 2018, Tujuan dari

Antenatal Care (ANC) yaitu :

a) Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan

kesehatan pada ibu serta tumbuh kembang janin

b) Mengetahui adanya komplikasi kehamilan sejak dini


44

c) Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan

bayi

d) Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat

melahirkan bayi dengan selamat

e) Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu

f) Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk

menerima kelahiran anak agar mengalami tumbuh kembang

dengan normal.

g) Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dan

memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

c. Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care

Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI 2020, Pelayanan

antenatal dilakukan minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan

dengan rincian 2 kali di trimester I (kehamilan 13 minggu), 1 kali di

trimester II (kehamilan 14 – 26 minggu), dan 3 kali di trimester III

(kehamilan 27- 40 minggu). Minimal 2 kali diperiksa oleh dokter saat

kunjungan di trimester I dan trimester III.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun

2019, Standar Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan

kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :

a) Timbang berat badan,

b) Pengukuran tekanan darah,

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),


45

d) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU),

e) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ),

f) Pemberian imunisasi,

g) Pemberian Tablet Tambah Darah minimal 90 tablet,

h) Tes Laboratorium pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),

i) Tatalaksana/penanganan kasus,

j) Temu wicara (Konseling).

3. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan merupakan klimaks kehamilan dimana sistem yang

tidak Nampak berhubungan saling bekerjasama untuk melahirkan bayi

(Manuaba, 2008 dalam Walyani, 2021:4).

Persalinan merupakan proses membuka serta menipisnya

serviks dan janin yang turun kedalam jalan lahir, sedangkan kelahiran

merupakan proses dimana janin serta ketuban di dorong keluar melalui

jalan lahir (Prawirohardjo, 2018:100).

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran

janin pada usia cukup bulan (37-42 minggu), lahir dengan presentasi

belakang kepala dan berlangsung dalam 18 jam spontan, tanpa adanya

komplikasi pada ibu dan janin (Prawirohardjo, 2018:100).


46

Dari beberapa uraian pengertian tersebut persalinan merupakan

proses pengeluaran janin yang melawati jalan lahir pada usia

kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu.

b. Tanda-Tanda Persalinan

1) Adanya Kontraksi Rahim

Tanda awal ibu akan melahirkan yaitu adanya kontraksi,

kontraksi yang dirasakan ibu saat mendekati proses persalinan

yaitu teratur dan semakin lama intensitasnya semakin

meningkat. Kontraksi ini akan digunakan untuk

mempersiapkan jalan lahir untuk membesar (Walyani, 2021:7).

2) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir yang awal mulanya menyumbat jalan lahir dan menebal

akan terlepas dan terdorong keluar yang menandakan bahwa

mulut Rahim menjadi lunak dan membuka (Walyani, 2021:9).

3) Keluarnya air ketuban

Apabila ketuban yang menjadi tempat berlindung bayi sudah

pecah, maka bayi harus segera keluar. Apabila ibu merasakan

air rembes tanpa ditandai dengan kontraksi merupakan tanda

dari ketuban pecah dini. Ketika ketuban pecah dini terjadi,

dapat meningkatkan resiko infeksi terhadap bayi (Walyani,

2021:10).

4) Pembukaan serviks
47

Membukanya leher Rahim sebagai respon terhadap kontraksi

tidak dapat dirasakan oleh ibu, tetapi dapat di periksa oleh

tenaga kesehatan agar dapat menentukan penipisan dan

pembukaan leher harim ( Simkin, 2007 dalam Walyani

2021:11)

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Penyebab mulainya proses persalinan terdapat beberapa teori

serta penjelasannya, menurut Mutmainnah, (2017) yaitu :

1) Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron

Progesteron merupakan hormon yang menyebabkan terjadinya

relaksasi otot rahim, sedangkan hormon estrogen

meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama masa

kehamilan, hormon progesteron dan esrogren diproduksi

seimbang, maka menghambat kontraksi selama kehamilan.

Namun memasuki usia keamilan 7 bulan dan seterusnya

produksi progesteron konstan dan sedikit menurun akibatnya

menjelang persalinan terjadi kontraksi. Kontraksi yang terjadi

disebut kontraksi brakton yang nantinya akan bertindak

sebagau kontraksi dalam proses persalinan.

2) Teori Oksitosin
48

Hormon progesteron yang menurun membuat oksitosin di

dalam tubuh dapat aktif menciptakan kontraksi sehingga

persalinan dapat berlangsung.

3) Teori Postagladin

Hormon prostaglandin dihasilkan oleh deciduas merupakan

salah satu penyebab mulainya persalinan.

4) Teori Plasenta Menjadi Tua

Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta akan menjadi

tua akan menyebabkan turunya hormon progesterone dan

estrogen sehingga menimbulkan kejang pembuluh darah dan

menyebabkan kontraksi.

5) Distensi Rahim

Semakin bertambah usia kehamilan maka otot rahim akan

semakin meregang. Rahim yang membesar dapat

menyebabkan iskemi obot yang dapat menimbulkan kontraksi.

6) Teori Iritasi Mekanik

Ganglion servikale yang terdapat di belakang servik apabila di

tekan oleh kepala janin maka akan menimbulkan kontraksi.

d. Faktor yang mempengaruhi Proses Persalinan

Pada proses persalinan pasti ada faktor-faktor yang

mempengaruhi persalinan diantaranya yaitu :

1) Power
49

Power atau kekuatan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persalinan, kekuatan yang dibutuhkan ibu

dalam melakukan proses persalinan antara lain :

a) His

His merupakan gelombang kontraksi dari ritmis otot

polos pada dinding uterus dimulai dari fundus uteri

(Walyani, 2021:20).

Table 3 Perbedaan His Pendahuluan dan Persalinan

His Palsu His sesungguhnya

Tidak teratur Teratur

Interval Panjang Interval makin pendek

Kekuatan tetap Semakin lama semakin

kuat

Dirasakan terutama di Dirasakan paling sakit di

daerah perut daerah punggung

Tidak ada perubahan Intensitas semakin kuat

walaupun ibu berjalan apabila ibu berjalan

Sumber : Prawirohardjo, 2018:38

(1) Pembagian His dan sifatnya

(a) His Palsu

Pada His Palsu, his yang terjdi tidak kuat,

tidak teratur dan tidak terjadi dilatasi servik

(Walyani, 2021:21).
50

(b) His Pembukaan Kala I

His yang terjadi saat proses pembukaan mulai

makin teratur dan sakit hingga pembukaan

lengkap 10 cm (Walyani, 2021:21).

(c) His mengejan Kala II

His yang terjadi untuk proses pengeluaran

janin akan terasa sangat kuat, teratur,

terkoordinasi dan lama (Walyani, 2021:21).

(d) His Kala III

Kontraksi yang terjadi saat kala III

kontraksinya sedang untuk mengeluarkan

plasenta (Walyani, 2021:22)

(e) His Kala IV

Kontraksi lemah, akan sedikit nyeri. Kontraksi

pada masa ini juga bertujuan mengembalikan

kondisi Rahim (Walyani, 2021:22)

(2) Pengaruh his

Ketika terjadi his maka akan mempengarhui

terhadap servik yaitu servik menipis dan berdilatasi

sehingga mengakibatkan janin turun (Kurniarum,

2016).

(3) Pengkajian his


51

Saat mengobservasi his perlumemperhatikan

beberapa hal yaitu :

(a) Frekuensi

Yaitu jumlah his yang terjadi dalam kurun

waktu tertantu.

(b) Durasi

Yaitu waktu seberapa lama kontraksi dalam 1

kali kontraksi.

(c) Intensitas

Yaitu merupakan kekuatan kontraksi yang

dapat di ukur dalam satuan mmHg dibedakan

menjadi kuat, sedang dan lemah.

(d) Interval

Merupakan masa rileksasi diantara kontraksi

(e) Datangnya kontraksi

Dapat dibedakan menjadi kadang-kadang,

sering dan teratur

(4) Cara mengukur kontraksi

Mengukur kontraksi yaitu dilakukan dalam waktu 10

menit dan menghitung durasi setiap kontraksi,

dengan tanda (`) untuk menit dan (``) untuk detik.

Contoh hasil penghitungan kontraksi :

3x/10`/40-50``/ kuat dan teratur.


52

b) Mengejan

Agar persalinan berjalan dengan lancer ibu harus

mengejan sekuat mungkin teratur seiraman dengan

instruksi yang diberikan. Beberapa hal yang bisa

dilakukan agar proses mengejan yang dilakukan lancer

maka ibu perlu :

(1) Mengikuti senam hamil mulai semester 2 untuk

membantu melemaskan otot panggul dan

menguatkan nafas yang akan diperlukaan saat

persalinan.

(2) Ketika mengejan tetaplah rileks dan usahakan

jangan merasa tegang, karena Ketika tegak akan

menyulitkan ibu saat mengejan.

(3) Ikuti instruksi mengejan dengan baik, Ketika panik

maka akan membuat dorongan mengejan tidak

teratur yang membuat mengejan menjadi tidak

efisien.

2) Pessage

Passage atau jalan lahir merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi proses persalinan, karena jalan

lahir terdiri atas bagian tulang, sendi, otot serta ligament


53

dimana Ketika persalinan pervaginam terjadi, janin haruslah

melewati jalan lahir tersebut.

3) Passenger

Passenger atau janin dapat mempengaruhi jalan

lahir karena besar serta posisinya Ketika hendak melewati

jalan lahir. Ukuran-ukuran yang berperan dalam proses

persalinan tergantung dengan drajat fleksi kepala yaitu :

a) Presentasi belakang kepala maka janin akan melewati

jalan lahir dengan diameter suboksipitobregmatikus (±

9,5 cm).

b) Presentasi puncak kepala maka janin akan melewati jalan

lahir dengan diameter oksipitofrontalis (± 11,5 cm).

c) Presentasi dahi maka janin akan melewati jalan lahir

dengan diameter oksipitomentalis (± 13,0 cm).

d) Presentasi muka maka janin akan melewati jalan lahir

dengan diameter submentobregmatikus (± 9,5 cm).

Gambar 1 Diameter kepala


54

Selain diameter kepala janin, letak posisi janin juga

mempengaruhi proses persalinan.

e. Mekanisme Persalinan

Gambar 2 Letak janin

Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala kala I atau yang dinamakan

kala pembukaan, kala II yaitu kala pengeluaran, kala II disebut juga

kala uri serta kala IV merupakan kala mulai lahirnya plasenta

(Prawiroharjo, 2018:29).

1) Kala I

Proses persalinan akan dimulai apabila terdapat tanda his serta

keluar lendir bercampur darah yang keluar karena serviks

mulai

Gambar 3 Kala I
55

membuka. Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika

pembukaan hampir lengkap (Prawiroharjo, 2018:30).

2) Kala II

Gambar 4 Kala II

Pada proses persalinan kala II his yang terjadi akan lebih cepat,

sekitar 2 sampai 3 menit sekali. Dalam keadaan ini kepala bayi

sudah masuk panggul tekanan akan dirasakan pada panggul

sehingga his yang terjadi menimbulkan rasa ingin mengejan.

Akan terjadi tekanan pada rektum serta keinginan untuk buang

air besar sehingga perineum menonjol dan anus mulai

membuka. Setelah itu labia akan membuka dan kepala janin

akan tampak didepan vulva dengan kekuatan mengejan

maksimal kepala janin dilahirkan. His akan mulai terjadi lagi

untuk mengeluarkan anggota tubuh bayi (Prawiroharjo,

2018:31-32).

3) Kala III
56

Setelah proses melahirkan bayi, uterus akan teraba

keras, dalam beberapa menit uterus akan kembali berkontraksi

lagi untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim

(Prawirohardjo, 2018:32).

Menurut Prawirohardjo, (2018) apabila sudah

memasuki proses persalinan dan his cukup kuat, maka kepala

janin akan masuk melintasi pintu atas panggul, ketika sumbu

kepala janin tertahan jaringan dibawahnya, maka kepala janin

akan melakukan fleksi di dalam rongga panggul. Selanjutnya

kepala akan masuk dalam ruang panggul, kepala janin turun

menjumpai diafragma pelvis sehingga kepala bayi melakukan

rotasi yang disebut putaran paksi dalam. Kepala janin turun

hingga ke dasar panngul, setelah itu kepala akan melakukan

dafleksi agar dapat dilahirkan Ketika kepala sudah tampak

didepan vulva, maka akan lahir secara berturut-turut dahi,

muka dan dagu. Setelah kepala bayi lahir maka kepala akan

berotasi yang disebut putaran paksi luar untuk dapat

menyesuaikan bahu pada jalan lahir sehingga dapat dilahirkan.

Gambar 5 Putaran paksi dalam

Gambar 6 Gerakan kepala janin, Gambar 7 Kelahiran bahu depan


57

f. Partograf

Partograf digunakan untuk :

1) Sebagai elemen yang penting dalam asuhan persalinan, selama

fase aktif kala I persalinan hingga bayi lahir partograf

digunakan semua ibu.

2) Semua tempat yang memberikan pelayanan persalinan.

3) Semua yang menolong proses persalinan.

Halaman Depan Partograf

Pada halaman depan partograf menyertakan observasi pada

fase aktif persalinanserta memuat lajur serta kolom untuk mencatat

hasil dari pemeriksaaan selama fase aktif dalam proses persalinan

(Prawiroharjo, 2020:316).

Halaman depan partograf ini berisikan :

1) Informasi mengenai ibu

Informasi mengenau ibu yang tercantum dalam partograf

yaitu nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan

rekam medik, serta tanggal dan waktu saat dirawat.

2) Waktu saat pecahnya ketuban

3) Kondisi janin

Observasi yang dilakukan salah satunya terhadap kondisi

janin, dalam observasi ini yang di perhatikan yaitu meneganai


58

DJJ, warna dan adanya air ketuban serta penusupan kepala

janin.

4) Kemajuan persalinan

Dalam melakukan tindakan observasi partograf yang perlu

diperhatikan dalam kemajuan persalinan yaitu pembukaan

serviks, penurunan bagian terbawah janin atau presentasi

janin, garis waspada atau garis bertindak.

5) Jam dan waktu

Jam dan waktu yang dimaksud dalam melakukan observasi

partograf yaitu waktu mulainya fase aktif serta waktu aktual

saat melakukan pemeriksaan atau penilaian.

6) Kontraksi uterus

Frekuensi serta lamanya kontraksi yang terjadi juga penting

untk di observasi dalam partograf.

7) Obat serta cairan yang diberikan kepada ibu

Dalam memberikan asuhan persalinan obat yang di berikan

seperti oksitodin serta cairan infus juga diperlukan dalam

melakukan observasi pada partograf.

8) Kondisi ibu

Selain mengobservasi kondisi janin, kondisi ibu juga perlu di

observasi yaitu, nadi, tekanan darah, temperature suhu, serta

volume, aseton dan protein pada urin.


59

9) Asuhan, Pengamatan yang dilakukan serta keputusan klinik

yang diambil di catat dalam kolom yang tersedia disisi

partograf atau catatan kemajuan persalinan.

Cara Pengisian Partograf

1) Informasi Tentang Ibu

Melangkapi bagian awal partograf secara teliti di bagian atas

menegenai informasi dari ibu seta mencatat waktu terjadinya

pecah ketuban.

2) Kondisi janin

a) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Mengobservasi DJJ dilakukan setiap 30 menit sekali.

Setiap kotak kecil menunjukan waktu 30 menit pada

lembar partograf. Sedangkan skala angka yang terdapat

di samping kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan

menyertakan tanda titik pada garis yang tersedia sesuai

dengan perhitungan angka yang menunjukan DJJ

(Prawiroharjo, 2020).

b) Warna dan Adanya Air Ketuban

Setiap kali melakukan pemeriksaan nilai warna ketuban

apanila ketuban telah pecah. Setelah melakukan

pemeriksaan catatlah hasil penilaian pada kolom yang

tersedia dengan lambing berikut :


60

(1) U : ketuban utuh atau belum pecah

(2) J : ketuban yang pecah berwarna jernih

(3) M : ketuban yang pecah bercampur mekonium

(4) D : ketuban yang pecah bercampur dengan

darah

(5) K : ketuban sudah pecah tetapi tidak ada air

ketuban (kering)

Apabila saat pemeriksaan terdapat air ketuban yang

bercampur dengan mekonium maka pantau DJJ

untuk mengenali tanda gawat janin, apakah DJJ <

100x/menit atau > 180x/menit. Mekonium yang

tercampur pada air ketuban bukan berarti menjukan

gawat janin, apabila meconium yang ditemukan

kental maka segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan

yang dapat menangani asuhan kegawatdaruratan

(Prawirohardjo, 2020:317-319).

c) Molase

Menurut Prawirihardjo, (2020) molase atau penyusupan

kepala perlu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan

seberapa jauh kepala jain dapat menyesuaikan dengan

panggul ibu. Ketika tulang kepala janin tumpeng tindih

maka ada kemungkinan adanya disproporsi tulang

panggul atau yang bisa di sebut CPD (Cephalo Pelvic


61

Disproportion). Setiap kali melakukan pemeriksaan

penting untuk mencatat nilai dari penyusupan kepala

janin. Pencatatan pada partograf dapat di tuliskan dengan

symbol sebagai berikut :

(1) 0 : tulang pada kepala janin terpisah atau tidak

bersentuhan.

(2) 1 : tulang pada kepala janin hanya saling

bersentuhan.

(3) 2 : tulang pada kepala janin saling tumpeng tindih,

tetapi masih bisa untuk di pisahkan.

(4) 3 : tulang pada kepala janin tumpeng tindih serta

tidak dapat dipisahkan.

3) Kemajuan persalinan

Kolom serta lajut dua pada partograf yaitu pencatatan untuk

kemajuan persalinan. Pada partograf sebelah kiri tertera angka

0 sampai 10 yaitu merupakan besarnya dilatasi serviks dan

menunjukan pertambahan dilatasi servik sebesar 1 cm

sedangkan 1 sampai 5 juga menunjukan sejauh mana

penurunan janin. Setiap kotak keil pada kolom ini menunjukan

30 menit (Prawiroharjo, 2020:319).

a) Pembukaan Servik

Melakukan pemeriksaan kemajuan pembukaan servik

dilakukan serta dicatat setiap 4 jam. Beri tanda “X” pada


62

garis waktu yang sesuai dengan waktu pemeriksaan.

Setelah itu hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan

dengan saris utuh.

b) Penurunan Bagian Terbawah atau Presentasi Janin

Pemeriksaan dilakukan setiap 4 jam , nilai turunnya

bagian terbawah janin. Penurunan kepala janin di bagi

menjadi 5 kategori dengan symbol 5/5 sampai 0/5.

Tuliskan simbol “O” pada kolom sesuai garis waktu

pemeriksaan. Hubungkan tanda “O” pada setiap

pemeriksaan dengan garis terputus.

c) Garis Waspada atau Garis Bertindak

Fase aktif persalinan harus dimulai dari garis waspada.

Apabila garis waspada dimulai dari pembukaan 4 cm dan

garis waspada berakhir pada pembukaan lengkap maka

harapnnya setiap 1 jam terjadi pembukaan 1 cm. Namun,

apabila pada pemeriksaan pembukaan serviks kurang dari

1cm dalam 1 jam maska di pertimbangkan untuk tindakan

intervensi seperti pemberian oksitosin atau persiapan

rujukan. Sedangkan garis bertindak berada sejajar dengan

garis waspada, apabila pembukaan serviks berada pada

sebelah kanan garis bertindak maska harus dilakukan

tindakan untuk menyelesaikan persalinan.


63

4) Jam dan waktu

a) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Pada kolom waktu di partograf tertera angka 1 sampai 16,

dimana setiap kotak menyatakan waktu satu jam.

b) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan Dilakukan

Pada kotak yang tertera pada kolom waktu, saat ibu masuk

kedalam fase aktif catat waktu aktual pada kolom waktu

dan berikan tanda “X” pada garis kiri sesuai dengan waktu

aktual.

5) Kontraksi uterus

Setiap kotak yang tertera menggambarkan satu kontraksi pada

setiap 30 menit. Lakukan pemeriksaan lamanya kontraksi

selama 10 menit dalam satuan detik. Lalu nyatakan jumlah

kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan :

(a) Titik-titik apabila lamanya kontraksi < 20 detik

(b) Garis-garis apabila kontraksi lamanya kontraksi antara 20-

40 detik

(c) Isi penuh kota apabila lamanya kontraksi > 40 detik

6) Obat-obatan serta cairan I.V.

Kolom tersebut untuk mencatat obat serta cairan I.V. yang

dimasukan kepada ibu.


64

a) Oksitosin

Apabila telah diberikan tetesan oksitosin maka

dokumentasikan dalam bentuk catatan setiap 30 menit

jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan

I.V. dalam satuan tetesan per menit.

b) Obat-obatan lain dan cairan I.V

Catat pemberian oabat-obatan sesuai dengan waktu

pemberiannya

7) Kondisi ibu

a) Nadi, Tekanan Darah serta Temperatur

(1) Lakukan pemeriksaan nadi setiap 30 menit. Beri tanda

“titik (.)” pada garis kolom waktu saat melakukan

pemeriksaan.

(2) Lakukan pemeriksaan tekanan darah ibu setiap 4 jam.

Beri tanda panah “↕”pada garis waktu saat

pemeriksaan

(3) Lakukan pemeriksaan temperatur tubuh ibu setiap 2

jam serta catat temperatur dalam kotak yang

disediakan.

b) Volume Urin, Protein atau aseton

Mengukur volume urin setiap 2 jam , apabila memungkan

periksa juga protein dan aseton dalam urin ibu.


65

8) Asuhan pengamakan dan keputusan klinik

Catatlah semua hasil pemeriksaan, asuhan liannya, dan

keputusan klinik yang lain di sisi luar kolom partograf.

Halaman Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan catatan persalinan, dimana

berisikan peristiwa maupun proses selama kala I hingga Kala IV.

Pencatatan yang dilakukan bertujuan untuk memantau sejauh mana

telah dilakukan asuhan persalihan dan memastikan bahwa

persalinan aman (Prawirohardjo, 2020:323).

Cara Mengisi Partograf

1) Data Dasar

Pada data dasar yang terdapat dipartograf, bagian perlu diisi

yaitu terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat

tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan, dan

pendamping pada saat merujuk. Isi data dengan cermat. Untuk

pertanyaan nomer 5 lingkari jawaban yang sesuai

(Prawirohardjo, 2020:325).

2) Kala I

Data diisi sesuai dengan masalah yang dihadapi saat persalinan.

Sedangkan pertanyaan nomor 9 dilingkari dengan penyataan

yang sesuai (Prawirohardjo, 2020:326).


66

3) Kala II

Pertanyaan pada data kala II dapat diisi sesuai dengan tindakan

yang dilakukan, serta pada nomor 13 hingga 16 dapat

menuliskan tanda “√” pada kotak yang tersedia, selanjutnya

apabila memilihjawaban “Ya” maka tuliskan tindakan dan atau

indikasi yang diberikan (Prawiroharjo, 2020:326).

4) Kala III

Pada pengisian data kala II isi dengan jawaban sesuai dengan

tindakan yang diberikan saat menolong persalinan, untuk

pertanyaan nomor 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang sesuai

(Prawirohardjo, 2020:327).

5) Kala IV

Pada data kala IV yaitu melakukanpemeriksaan setiap 15 menit

dalam 1 jam pertama lalu 30 menit pada 1 jam kedua

(Prawirohardjo, 2020:329).

6) Bayi Baru Lahir

Lembar yang berisikan informasi mengenai bayi bayi lahir,

maka isi date tersebut sesuai dengan pemeriksaan yang

dilakukan. Untuk nomor 36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai

(Prawiroharjo, 2020:328).

g. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan menurut Mutmainnah (2017), tahapan

persalinan ada 4 tahap yaitu :


67

1) Kala I

Kala I persalinan yaitu mulai dari terjadinya kontraksi hingga

terjadi pembukaan servis lengkap (10 cm). Kala I persalinan

berlangsung sekitar 18-24 jam. Kala I terbagi atas 2 fase yaitu

fase laten dan fase aktif (Kurniarum, 2016).

a) Fase laten

Fase ini berlangsung selama 8 jam. Proses ini memakan

waktu yang cukup lama sehingga pembukaan berlangsung

sangat lambat sehingga hanya mencapai ukuran 3cm.

b) Fase aktif

Pada fase aktif terbagi lagi menjadi 3 fase yaitu :

(1) Fase Akselerasi

Fase dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm

bertambah menjadi 4 cm.

(2) Fase Dilatasi

Fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan sangat cepat

terjadi dari 4 cm hingga 9 cm dalam kurun waktu 2

jam..

(3) Fase Deselarasi

Merupakan fase dimana pembukaan 9 cm hingga

pembukaan lengkap yaitu pembukaan 10 cm

berlangsung sangat lambat hingga 2 jam.


68

Pada fase aktif ini , frekuensi serta lamanya kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap. Pembukaan

servik yang terjadi dari 4 cm hingga 10 cm pada

primigravida akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1

cm per jam sedangkan pada multigravida yaitu 2 cm

per jam.

2) Kala II

Kala II atau yang dapat disebut dengan kala pengeluaran

merupakan proses setelah pembukaan lengkap 10 cm sampai

bayi lahir. Pada primigravida proses kala II ini berlangsung

selama 2 jam sedangkan pada multigravida selama 2 jam

(Mutmainnah, 2017).

Tanda dan gejala kala II menurut Kurniarum, (2016) yaitu :

a) Keinginan ibu untuk meneran

b) Perineum menonjol

c) Vulva, vagina dan sphincter anus membuka

d) Pengeluaran air ketuban meningkat

e) His lebih cepat dan kuat sekitar 2-3 kali

f) Pembukaan lengkap 10 cm

3) Kala III

Melalui proses kelahiran bayi, plasenta juga mulai terlepas

karena sifat retraksi otot Rahim yang dimulai dari bayi lahir

hingga plasenta lahir dalam kurun waktu tidak lebih dari 30


69

menit (Mutmainnah, 2017). Tanda bahwa plasenta telah lepas

menurut Kurniarum, (2016) yaitu :

a) Perubahan ukuran serta bentuk uterus.

b) Uterus menjadi bundar (globuler) dan uterus terdorong ke

atas karena plasenta sudah terlepas.

c) Tali pusat akan memanjang.

d) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba.

4) Kala IV

Kala IV dimualai dari lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelah kelahiran plasenta. Pada fase ini penting dilakukan

pemantauan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang

mungkin terjadi dalam fase ini, pemantauan dilakukan setiap 15

menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.

Observasi yang dilakukan saat kala IV yaitu :

a) Kesadaran ibu.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

c) Kontraksi uterus.

d) Perdarahan yang terjadi, masih dianggap dalam batas

normal apabila tidak melebihi kisaran 400-500 cc.

h. Perubahan Fisiologis pada masa Persalinan

Perubahan fisiologis yang normal terjadi selama proses

persalinan, yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan

yang bisa diobservasi secara klinis agar bisa mendeteksi tanda-tanda


70

atau gejala gejala yang mungkin tidak normal. (Walyani, 2017:33).

Peran bidan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu selama

proses bersalin. Bidan harus mengetahui perubahan-perubahan yang

terjadi pada ibu untuk mendeteksi tidak normalnya perubahan tersebut,

sehingga bidan bisa memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan

ketidaknormalan tersebut. (Kurniarum, 2016:30).

1) Perubahan Uterus

Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri dan menjalar ke

depan dak ke bawah abdomen. Segmen atas Rahim bersifat aktif

dan berkontraksi, sedangkan segmen bawah Rahim bersifat aktif

relokasi dan dilatasi (Kurniarum, 2016:32).

2) Perubahan Bentuk Rahim

Ketika terjadi kontraksi, sumbu panjang Rahim bertambah

panjang, sedangkan ukuran melintang, dan ukuran muka

belakang berkurang (Kurniarum, 2016:32).

3) Faal Ligamentum Rotundum

Fundus awalnya bersandar pada tulang punggung dan berpindah

ke depan mendesak dinding perut yang menyebabkan sumbu

Rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir. Karena hal

tersebut, fundus uteri terikat sehingga pada saat terjadi

kontraksi, fundus tidak bisa naik ke atas (Kurniarum, 2016:32).


71

4) Perubahan Serviks

Dilatasi serviks adalah pemendekan kanalis servikalis 1-2 cm

yang menyebabkan menjadi lubang dengan pinggir yang tipis

(Kurniarum, 2016:33). Pembukaan serviks dikarenakan

pembesaran ostiun oteri eksterna yang melingkar disekitar

ostium meregang untuk dilewati kepala janin (Walyani,

2017:37).

5) Perubahan Sistem Urinaria

Ketika persalinan ibu akan sering buang air kecil karena

peningkatan cardiac output, kenaikan filtrasi glomerulus, dan

peningkatan aliran plasma ginjal. Maka dari itu, ibu tidak boleh

menahan buang air kecil karena dapat menghambat penurunan

kepala janin dan bisa membuta trauma pada mukosa kandung

kemih pada saat persalinan (Kurniarum, 2016:33).

6) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul

Pada kala I, ketuban juga meregangkan vagina sehingga dapat

dilewati bayi, setelah ketuban pecah perubahan pada dasar

panggul karena dinding depan bayi menjadi saluran berdinding

tipis, saat kepala janin terdapat di depan vulva, pembukaan

vulva menghadap ke atas karena peningkatan pembuluh darah

pada bagian vagina dan dasar panggul membuat peregangan

yang kuat yang bisa menyebabkan jaringan tersebut robek yang

dapat menimnbulkan perdarahanbanyak (Kurniarum, 2016:33).


72

7) Perubahan Metabolisme.

Metabolisme ketika persalinan akan meningkat karena

kecemasan ibu menghadapi persalinan, yang ditandai dengan

meningkatnya suhu badan, denyut nadi, pernapasan, dan

mengeluarkan banyak keringat (Walyani, 2017:34).

8) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah systole akan meningkat 10-20 mmHg dan

diastole sekitar 5-10 mmHg ketika terdapat kontraksi (Walyani,

2017:34).

9) Perubahan Suhu Badan

Perubahan suhu tubuh ketika akan bersalin adalah hal normal,

kenaikan suhu tersebut sekitar 0,5-1°C. Namun jika hal tersebut

berjalan lama, dapat dicurigai ibu mengalami dehidrasi. Untuk

mengatasi hal tersebut, ibu bisa dengan minum cairan yang

banyak agar suhu dapat turun (Walyani, 2017:34).

10) Denyut Jantung

Denyut jantung ketika kontraksi akan sedikit naik disbanding

sebelum masuk persalinan. Meskipun wajar, denyut jantung

harus dikontrol untuk mengidentifikasi infeksi (Walyani,

2017:35).

11) Pernapasan
73

Ketika terasa nyeri, pernapasan akan mengalami kenaikan. Hal

tersebut bisa ditangani dengan mengatur pernapasan agar

menjadi lebih rileks (Walyani, 2017:35).

12) Perubahan Sistem Pencernaan

Selama persalinan, motilitas lambung dan penyerapan makanan

padat akan terhambat yang dapat menyebabkan konstipasi dan

membuat ibu hamil mengalami mual muntah pada fase kala I

persalinan (Kurniarum, 2016:35).

13) Perubahan Pada Hematologi

Jumlah sel darah putih akan meningkat secara progresif di awal

kala I (5.000) sampai akhir pembukaan lengkap (15.000). saat

persalinan, waktu pembekuan darah akan menurun, tetapi kadar

fibrinogen plasma akan meningkat. Hal tersebut disebabkan

karena aktivitas uterus dan muskulus skeletal.

14) Nyeri

Selama kala I persalinan, nyeri disebabkan oleh dilatasi serviks

dan distensi segmen uterus bawah. Pada kala II, nyeri

disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada

bagian bawah vagina dan perineum. Ketika dilatasi serviks

mencapai 8-9 cm, kontraksi mencapai intensitas puncak.

Biasanya ibu akan lebih sensitive dan kehilangan control

(Kurniarum, 2016:36-37).
74

i. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Bidan sebagai penyokong asuhan dan pendampingan persalinan

diharapkan bisa memberikan pertolongan, bimbingan , dan dukungan

pada saat proses bersalin. Asuhan yang mendukung dimaksudkan

asuhan yang bersifat aktif dan mengikuti klien selama proses bersalin.

1) Kebutuhan Fisiologis ibu yakni

a) Kebutuhan Oksigen

Suplai oksigen yang tidak cukup, bisa menghambat proses

kemjuan persalinan dan bisa mengganggu kesejahteraan

janin. Oksigen yang cukup bisa diusahakan dengan

mengatur sirkulasi udara yang baik selama persalinan

berlangsung. Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan

pakaian yang ketat. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen

adalah denyut jantun janin baik dan stabil (Kurniarum,

2016:81).

b) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Asupan makanan yang cukup adalah sumber energy untuk

sel-sel di dalam tubuh. Kadar gula darah yang rendah dapat

menyebabkan hipoglikemia, sedangkan kekurangan cairan

dapay menyebabkan dehidrasi ketika proses bersalin.

Pastikan ibu untuk memenuhi asupan nutrisi dan cairan

selama proses persalinan (Kurniarum, 2016:81-82).

c) Kebutuhan Eliminasi
75

Bidan perlu memfasilitasi kebutuhan eliminasi selama

bersalin, karena dapat membantu peroses kemajuan

persalinan dan akan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.

Anjurkan ibu untuk buang air kecil stiap 2 jam sekali

selama prosesbersalin (Kurniarum, 2016:82).

d) Kebutuhan Hygiene

Dalam hal ini, bidan dapat memberikan asuhan kepada ibu

bersalin, karena dengan menjaga personal hygiene ibu

akan merasa rileks, aman, mencegah infeksi, mencegah

gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada

jaringan, dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.

(Kurniarum, 2016:83).

e) Kebutuhan Istirahat

Bidan bisa memberikan kesempatan ibu untuk istirahat

ketika proses bersalin (kala I, II, III, IV) dengan

menganjurkan ibu untuk rileks tanpa adanya tekanan

emosional dan fisik. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk

makna dan minum di sela-sela kontraksi atau melakukan

hal-hal yang menyenangkan untuk melepas lelah.

(Kurniarum, 2016:84).

f) Posisi dan Ambulasi


76

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, yang

bertujuan untuk menjaga proses kelahiran bayi berjalan

senormal mungkin. Dengan memahami posisi tersebut,

diharapkan bisa menghindari kejadian yang tidak

diinginkan. (Kurniarum, 2016:84).

g) Pengurangan Rasa Nyeri

Nyeri persalinan adalah kejadian yang subjektif tentang

respon tubuh terhadap kontraksi uterus, dilatasi dan

penipisan serrviks, serta penurunan janin selama proses

bersalin. Respons tubuh terhadap nyeri yaitupeningkatan

tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter

puil, dan ketegangan otot. Jika rasa nyeri ini tidak

ditangani secara tepat, bisa menyebabkan rasa khawatir,

tegang, takut, dan stress, yang mengakibatkan terjadinya

persalinan lama. (Kurniarum, 2016:89).

j. Kebutuhan Psikologis Ibu Bersalin

Sebagai bidan diharapkan mampu menjadi seseorang yang bisa

diandalkan oleh ibu bersalin seperti memberikan dukungan,

bimbingan, dan pertolongan pada saat proses persalinan. Asuhan yang

bersiifat mendukung artinya bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan

yang sedang berlangsung. Apabila seorang bidan sedang sibuk, maka


77

ia harus memastikan bahwa ada seseorang yang bisa mendampingi ibu

ketika proses persalinan. Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang

terdekat seperti suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter

(Walyani, 2016:27).

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir merupakan individu yang baru saja mengalami

proses kelhairan dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterin ke kehidupan ektrauterin. Selain itu, bayi baru lahir

merupakan individu yang sedang bertumbuh (Sembiring, J.B, 2019:4).

Bayi baru lahir merupakan bayi yang berumur 0 sampai dengan

28 hari (Permenkes RI No.53, 2014:2).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bayi baru

lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan menyesuaikan

diri mulai dari usia 0 sampai dengan 28 hari setelah kelahiran.

b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1) Termoregulasi

Ketika setelah bayi lahir berada di tempat yang suhunya lebih

rendah dari dalam kandungan bisa menyebabkan bayi

kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi, konversi, dan

radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit (Walyani, 2021:127).


78

Mekanisme kemungkinan terjadinya hilangnya panas tubuh dari

bayi ke lingkungan meliputi :

a) Konveksi

Kehilangan panas tubuh bayi dikarenakan aliran udara di

sekeliling bayi.

b) Konduksi

Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung

kontak dengan permukaan yang lebih dingin.

c) Radiasi

Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi

yang lebih dingin.

d) Evaporasi

Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap

(Walyani, 2021:128).

Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas

tubuh bayi yaitu :

a) Luasnya permukaan tubuh bayi.

b) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum

berfungsi secara sempurna.

c) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan

menyimpan panas (Walyani, 2021:130).

2) Sistem pernafasan
79

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal

terjadi dalam 30 menit pertama setelah lahir. Selain karena

adanya surfaktan, yang adanya tarikan napas dan pengeluaran

napas dengan merintis sehingga udara bisa bertahan di dalam.

Cara bayi baru lahir bernapas adalah dengan cara bernapas

ifrakmatik dan abdominal sedangkan untuk frekuensi dan

dalamnya bernapas belum teratur. Jika surfaktan berkurang,

maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga

menyebabkan atelectasis. Pada kondisi tersebut (anoksia), bayi

baru lahir masih dapat mempertahankan hidupnya karena

adanya kelanjutan metabolisme anterobik (Sembiring, J.B,

2019:4).

3) Sistem pencernaan

Volume lambung bayi baru lahir sangat terbatas,

yaitu kurang dari 30 cc pada bayi baru lahir cukup bulan, dan

volume lambung ini akan menigkat perlahan seiring

pertumbuhan bayi. Karena volume perut bayi yang terbatas,

maka penting untuk mengatur asupan cairan bayi dengan

frekuensi sedikit tapi sering, misalnya memberikan ASI sesuai

keinginan bayi. Usus bayi masih belum matang, sehingga belum

bisa melindungi diri dari zat berbahaya yang masuk ke saluran

pencernaan. Bayi baru lahir juga tidak dapat menahan air


80

seefektif orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan

diare yang lebih parah pada bayi baru lahir (Walyani, 2021:134).

4) Sistem kardiovaskuler dan darah

Tekanan dari peningkatan aliran darah ke jantung

kiri menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak

darah yang mengandung oksigen melewati duktus arteriosus,

menyebabkan organ berkontraksi sehingga membatasi jalan

pintas melalui duktus arteriosus. Peningkatan aliran darah ke

paru-paru meningkatkan sirkulasi limfatik dan membantu

mengeluarkan cairan dari paru-paru dan merangsang perubahan

aliran darah janin ke ektopik. Darah jantung bayi yang baru lahir

sepenuhnya mengandung oksigen saat berada di perut dan

mengalir ke seluruh jaringan tubuh lainnya. Dalam waktu

singkat, bayi baru lahir mengalami perubahan tekanan yang

besar, meskipun perubahan ini belum siap secara anatomis

setelah beberapa minggu, penutupan fungsional foramen ovale

dan duktus anteriosus terjadi segera setelah kelahiran, ini adalah

hal terpenting bagi bidan untuk mengerti bahwa perubahan-

perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan

mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi (Sembiring, J.B,

2019:6).

5) Metabolisme glukosa
81

Bayi baru lahir memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu untuk memfungsikan otak. Saat bayi lahir dan tali pusat

diklem kemudian dipotong, bayi harus mempertahankan kadar

glukosanya sendiri. Kadar glukosa darah pada bayi akan turun

dengan cepat yaitu 1-2 jam pertama kelahiran.

Kadar gula darah tali pusat yaitu 65mg/100ml akan

menurun menjadi 50mg/100ml dalam waktu 2 jam setelah lahir.

Pada jam-jam pertama setelah lahir neonatus memerlukan energi

tambahan yang diambil dari hasil metabolisme asam lemak

sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120mg/100ml. Jika

perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau danya

gangguan pada metabolism asam lemak yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi

akan mengalami hipoglikemia, contohnya terdapat pada bayi

BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM, dan lain-lain.

Pencegahan penurunan kadar glukosa darah dapat dilakukan

dengan 3 cara, yaitu:

a) Melalui penggunaan ASI (setelah lahir secepat mungkin

bayi baru lahir sehat harus diberi ASI).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)

c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama

lemak (gluconeogenesis).
82

Bayi baru lahir yang tidak mampu mencerna

makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari

glikogen (glikogenisasi), hal ini terjadi apabila bayi memiliki

persediaan glikogen yang cukup. Selama bulan-bulan terakhir

kehidupan dalam rahim, bayi yang sehat menyimpan glukosa

sebagai glikogen terutama pada hati. Bayi yang mengalami

hipotermia pada saat setelah lahir akan mengalami hipoksia dan

akan menggunakan pesediaan glikogen di jam pertama

kelahiran. Maka dari itu menjaga kehangatan bayi merupakan

hal yang sangat penting. Pada bayi cukup bulan sehat

kesetimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai 3-4 jam

pertama. Otak bayi berada dalam keadaan beresiko jika semua

persediaan digunakan pada jam pertama kelahiran. Bayi baru

lahir kurang bulan, leat bulan, dan yang mengalami hambatan

pertumbuhan dalam lahir dan distress janin adalah resiko utama

karena persediaan energy berkurang atau digunakan sebelum

lahir.

Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak

khusus meliputi kejang-kejang secara halus, sianosis, apnea,

menangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan.

Dampak jangka panjang hipoglikemia adalah kerusakan yang

meluas di seluruh sel-sel otak, bidan harus selalu ingat bahwa


83

hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya (Walyani,

2021:131).

6) Sistem ginjal

Bayi baru lahir cukup bulan mempunyai beberapa

deficit structural dan sungsional pada system ginjal. Kejadian

defisit tersebut akan membaik pada bulan pertama kehidupan

dan merupakan satu-satunya masalah untuk bayi baru lahir yang

sakit atau mengalami stress. Keterbatsan fungsi ginjal menjadi

konsekuensi khusus ketika bayi baru lahir membutuhkan cairan

intravena atau obat yang meningkatkan kemungkinan kelebihan

cairan.

Pada ginjal bayi baru lahir, sirkulasi ginja melemah

dan laju filtrasi glomerulus berkurang, yang dengan mudah

menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus

yang belum matang dapat menyebabkan kehilangan natrium

dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain

(Walyani, 2021:134).

c. Kunjungan Neonatal

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.21 tahun 2021

cakupan kunjungan neonatal dilakukan paling sedikit sebanyak 3 kali

kunjungan, yaitu:

1) KN 1 : dilakukan satu kali kunjungan pada umur 6-48 jam

setelah lahir.
84

2) KN 2 : dilakukan satu kali kunjungan pada umur 3-7 hari setelah

lahir.

3) KN 3 : dilakukan satu kali pada umur 8-28 hari setelah lahir.

Menurut KEMENKES RI tahun 2020 pada KN 1 pada umur 6-

48 jam dilakukan pelayanan meliputi :

1) Pemotongan dan perawatan tali pusat.

2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

3) Injeksi vitamin K1.

4) Pemberian salep/tetes mata antibiotic.

5) Imunisasi Hepatitis B.

Pada KN 3 dilakukan pada umur 8-28 hari setelah lahir meliputi :

1) ASI eksklusif.

2) Perawatan tali pusat, menjaga kehangatan tubuh bayi, dan cara

memandikan bayi.

3) Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),

apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan, bayi harus

segera dibawa ke rumah sakit.

Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi

harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Nifas

a. Pengertian
85

Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan

plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke

saluran reproduktif Wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga

disebut puerpurium. (Varney, 1997 dalam Walyani, 2017)

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Ambarwati, 2010 dalam Walyani, 2017)

Masa Nifas atau puerperium adalah masa sesudah partus selesai

sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011

dalam Walyani, 2017)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

masa nifas merupakan masa kembalinya alat reproduksi seperti

sebelum kehamilan setalah proses persalinan hingga 40 Minggu.

b. Perubahan Fisiologi masa Nifas

1) Sistem Kardiovaskular

Setelah proses melahirkan dan terhentinya aliran darah menuju

ke plasenta mengakibatkan beban jantung meningkat karena

denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat ( Walyani,

2017).

2) Sistem Hematologi
86

Kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun pada hari pertama

masa nifas, namun dengan adanya viskositas darah lebih kental

sehingga meningkatkan pembekuan darah. Keadaan hemokrit

dan hemoglobin dalan tubuh akan kembali ke keadaan sebelum

hamil dalam kurun waktu 4-5 minggu, tambahan-tambahan yang

dibutuhkan saat masa kehamilan akan berkurang seiring dengan

masa hidup sel darah merah dan akan kembali ke keadaan

sebelumnya. Menurut intrupsi data klinik kementrerian

Kesehatan tahun 2021 nilai Leukosit normal yaitu berkisar

3200-10.000/mm3. Leukosit akan meningkat selama proses

persalinan dan akan tetap tinggi hingga masa nifas sekitar 10-12

hari berkisar antara 20.000-25.000/mm3 (Walyani, 2017).

3) Sistem Pencernaan

Setelah proses melahirkan asupan makan akan mengalami

penurunan, selain itu kerja usus juga belum kembali normal,

butuh waktu 3—4 hari untuk kembali normal (Walyani, 2017).

4) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Menurut Walyani, (2017) setelah proses persalinan uterus

berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelumnya saat

sebelum hamil (involusi).


87

(1) Setelah bayi lahir fundus uteri setinggi pusat

(2) Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri teraba 2 jari di

bawah pusat

(3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pada

pertengahan pusat simpisis

(4) Tinggi fundus sudah tidak teraba diatas simpisis setelah

2 minggu

(5) Fundus uteri akan bertambah kecil setelah 6 minggu

post partum

b) Lochea

Lochea merupakan cairan sisa secret yang berasal dari

cavum uteri dan vagina dalam masa nifas ( Walyani, 2017).

Macam-macam Lochea :

(1) Lochea Rubra ( Cruenta )

Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel

desidua, verniks kaseosa lanugo dalam mekonium,

selama 2 hari postpartum.

(2) Lochea Sanguniolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7

postpartum.

(3) Lochea Serosa


88

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-

14 postpartum.

(4) Lochea Alba

Cairan putih setelah 2 minggu

(5) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi , keluar cairan seperti nanah berbau

busuk

(6) Locheastasis

Lochea yang tidak lancar keluar

c) Serviks

Bersama dengan uterus serviks mengalami involusi.

Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2-

3 jari jari tangan, serviks akan menutup setelah 6 minggu

(Walyani, 2017).

d) Vulva dan Vagina

Setelah melalui proses persalinan vulva dan vagina akan

tetap kendur akibat peregangan dan peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, setelah 3

minggu vulva dan vagina akan kembali kekeadaan

sebelum hamil (Walyani, 2017).

e) Perineum
89

Perineum yang teregang oleh kepala bayi akibat proses

persalinan akan berangsur-angsur kembali setelah 5 hari

walaupun akan lebih kendur dari masa sebelum hamil

(Walyani, 2017).

f) Payudara

ASI yang pertama kali muncul pada awal masa nifas

adalah kolostrum. Kolostrum sangat baik untuk imunitas

bayi. Pelepasan oksitosin yang distimulasi isapan bayi

menyebabkan kontraksi sek miopitel di dalam payudara

sehingga mengeluarkan ASI (Walyani, 2017).

5) Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan dan plasenta lahir maka kadar

hormone estrogen yaitu hormone yang berperan menahan air

akan mengalami penunuran hingga dapat menyebabkan diuresis.

Keadaan ini akan Kembali setelah 6 minggu (Walyani, 2017).

6) Sistem Gastrointestinal

Setelah proses melahirkan asupan makan ibu juga akan

menurun, serta usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali

normal (Walyani, 2017)

c. Perubahan Psikologis

Menurut Walyani, (2017) seorang wanita setelah menjalani

kehidupan sebagai anak, menjadi istri dan berubah menjadi seorang ibu
90

tentunya memperlukan waktu untuk beradaptasi dengan peran barunya.

Tak heran apabila dalam menjalani peran barunya ibu kerap menangis,

lekas marah serta sering bersedih. Adaptasi yang dilakukan ibu untuk

bersiap menghadapi peran barunya sudah dimulai sejak kehamilan,

menjelang persalinan dan setelah proses persalinan selesai. Peran serta

dukungan keluarga dan teman terdekat berperan penting dalam masa

adaptasi ini. Berapa fase yang akan dialami seorang ibu saat masa nifas

yaitu :

1) Fase taking in

Pada fase ini terjadi saat hari pertama hingga hari kedua saat

persalinan, dimana saat fase ini perlu memperhatikan kondisi

psikologis ibu untuk mencegah gangguan psikologis yang

mungkin dapat dialami oleh ibu pasca persalinan seperti mudah

menangis dan tersinggung. Gangguan yang mungkin dialami ibu

yaitu :

a) Rasa kecewa karena tidak mendapat apa yang diinginkan

terhadap bayinya seperti jenis kelamin tertentu, warna kulit,

dan lainnya.

b) Ketidaknyamanan yang dialami ibu akibat dari perubahan

fisik yang terjadi setelah proses persalinan

c) Rasa bersalah ketika seorang ibu belum berhasil menyusui

bayinya
91

d) Suami atau keluarga yang tidak mambantu ibu dapat

membuat seorang ibu merasa tidak nyaman.

2) Fase taking hold

Fase ini merupakan fase yang terjadi antara 3 – 10 hari setelah

melahirkan. Dalam periode ini dibutuhkan dukungan moral

untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri seorang ibu. Pada

periode ini mungkin ibu akan merasa khawatir akan

ketidakmampuannya serta rasa tanggung jawabnya terhadap

bayinya. Belajar cara merawat bayinya, bagaimana cara

menyusui yang baik dan benar, cara merawat luka pada bekas

jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan dapat

membuat ibu lebih baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu.

3) Fase letting go

Fase dimana ibu menerima tanggung jawab tentang peran

barunya, terjadi pada 10 hari setelah melahirkan. Pengetahuan

serta adaptasi yang dialami seorang ibu akan meningkat, ibu

sudah memahami bagaimana cara merawat bayinya sehingga ibu

merasa lebih percaya diri dalam menerima peran barunya. Peran

serta suami dan keluarga untuk mendukung ibu dalam merawat

bayinya masi dangat dibutuhkan ibu sehingga ibu dapat

beristirahat yang cukup serta mendapatkan kondisi fisik yang

baik untuk merawat bayinya.

d. Kebutuhan pada Masa Nifas


92

Setelah melalui proses kehamilan dan persalinan tubuh

mengalami banyak perubahan, saat masa nifas tubuh akan kembali

berangsur-angsur seperti masa sebelum hamil. Tentunya proses

tersebut membutuhkan nutrisi, isirahat, ambulasi dini dan lain

sebagainya untuk mempercepat proses serta menjaga agar tubuh tetap

prima. Berikut kebutuhan dasar ibu nifas :

1) Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi saat masa nifas akan meningkat,

karena nutrisi yang di makan bukan hanya untuk mempercepat

proses tubuh untuk kembali kekeadaan sebelum hamil tetapi

juga digunakan untuk memproduksi ASI. Maka, nutrisi yang di

konsumsi oleh ibu harus bergizi dan cukup kalori. Menu

makanan yang harus dikonsumai ibu dengan teratur tidak terlalu

asin, tidak terlalu pedas atau berlemak. Harus mengandung

sumber tenaga, pembangun serta pelindung.

Konsumsi karbohidrat untuk sumber tenaga dan

energi diperlukan tubuh untuk pembakaran tubuh dan

pembentukan jaringan baru dapat berupa beras, sagu, jagung,

tepung terigu serta ubi. Sedangkan lemak dapat diperoleh dari

sumber hewani (mentega dan susu) dan (minyak kelapa dan

margarin). Sumber pembangun berupa protein di perlukan tubuh

untuk pertumbuhan dan pengganti sel yang rusak. Sumber

protein diperoleh dari hewan yaitu ikan, udang, kepiting, daging


93

ayam, hati, dan telur, sedangkan dari tumbuhan yaitu berupa

kacang tanah, kedelai, tempe, tahu, dan kacang hijau. Sumber

penngatur dan pelindung yauti mineral, vitamin serta air dapat

diperoleh dari sayuran dan buah buahan segar (Walyani, 2017).

2) Kebutuhan cairan

Asupan tablet tambah darah dan vitamin A diberikan selama 40

hari masa nifas. Cairan yang cukup didalam tubuh mencegah

terjadinya dehidrasi. Cairan serta vitamin didalam tubuh

digunakan dalam proses metabolisme ( Walyani, 2017).

3) Kebutuhan ambulasi

Menerurut Walyani, (2017) mobilisasi dini memiliki berbagai

manfaat yaitu :

a) Melancarkan pengeluaran lochea

b) Ibu merasa sehat

c) Mempercepat proses involusi alat kandungan

d) Fungsi usus, sirkulasi paru serta perkemihan menjadi lebih

baik

e) Memperlancar peredaran darah, sehingga ASI lebih lancar.

f) Memungkinkan untuk dapat mengajarkan ibu tentang cara

merawat bayi

g) Mencegah thrombosis pada pembulih di tungkai.

4) Kebutuhan eliminasi

a) BAK
94

Jika persalinan dilakukan secara normal seharusnya dalam

berkemih tidak mengalami hambatan, berkemih dalam

dilakukan sendiri secepatnya. Kebanyakan ibu nifas dapat

melakukan BAK sendiri setalah 8 jam persalinan. Bila

dalam 3 hari ibu masih tidak bisa berkemih sendiri,

dilakukan rangsangan dengan di kompres air hangat pada

kandung kemih (Walyani, 2017).

b) BAB

Setelah proses persalinan ibu akan bisa buang air besar

setelah sehari pasca persalinan. Bila 3-4 hari belum bisa

buang air besar sebaiknya diberikan obat rangsangan per

oral atau per rektal (Walyani, 2017).

5) Kebersihan diri

Dengan menjaga kebersihan diri akan meningkatkan

kenyamanan diri ibu serta mengurangi sumber infeksi baik pada

luka perineum maupun pada kulit. Anjurkan untuk mandi serta

untuk mengganti pakaian dan alas tempat tidur agar lingkungan

dimana ibu tinggal bersih. Mengajarkan ibu untuk

membersihkan daerah kewanitannya dengan cara mencuci

tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah membersihkanya,

membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke

belakang, kemudian membersihkan sekitar anus. Jika ibu

memiliki luka episiotomi atau laserasi maka saat membersihkan


95

area kewanitaanya ibu disarankan tidak menyentuh luka serta

dianjurkan untuk mengganti minimal 2 kali pembalut yang

digunakan (Walyani, 2017).

6) Kebutuhan istirahat dan tidur

Ibu membutuhkan istirahat yang cukup setelah melalui proses

persalinan. Walaupun masih harus terjaga untuk merawat serta

menyusui bayinya, peran keluarga sangat penting untuk

membantu ibu dapat beristirat dengan tenang.

7) Kebutuhan seksual

Aman dalam melakukan hubungan seksual apabila begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ibu yang melahirkan boleh

berhubungan seksual setelah 6 minggu pasca persalinan.

Batasan waktu 6 minggu didasarkan pada pola pikir bahwa luka

akan sembuh dalam kurun waktu tersebut. Namun sebelum

melakukan hubungan seksual ibu harus terlebuh dulu melakukan

program kontrasepsi karena akan ada kemungkinan hamil

kembali (Walyani, 2017).

8) Kebutuhan perawatan payudara

Melakukan perawatan payudara sebaiknya dilakukan dari masa

nifas agar payudara tidak keras dan putting lemas. Apabila bayi

yang dilahirkan meninggal maka pengeluaran ASI harus di

hentikan dengan cara membalut payudara hingga tertekan. Ibu


96

yang menyusui bayinya haruslah menggunakan bra yang

menyongkong payudara dan menjaga payudara agar tetap kering

dan bersih. Apabila putting lecet maka oleskan ASI pada puting

(Walyani, 2017).

9) Senam Nifas

Selama melalui masa hamil dan persalinan tubuh ibu mengalami

banyak perubahan seperti dinding perut yang kendor,

longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Senam nifas

sangat baik dilakukan oleh ibu setelah proses persalinan untuk

menjaga kesehatan serta mengembalikan keadaan tubuh seperti

sebelum hamil. Senam nifas dapat membantu memperbaiki

sirkulasi darah, memperbaiki punggung serta sikap tubuh setelah

hamil dan melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan

peregangan otot abdomen, serta membuat ibu lebih rileks

(Walyani, 2017).

10) Renacana KB

Kb sangat penting bagi ibu yang baru saja melahirkan,

menggunakan KB harapanya agar ibu tidak hamil lagi sebelum 2

tahun agar dapat merawat anak, keluarga serta tubuhnya serta

mengistirahatkan alat kandunganya (Walyani, 2017).

e. Tahapan masa Nifas


97

Menurut Walyani (2017) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap,

yaitu :

1) Puerpuriumdini

Merupakan tahapan dimana ibu pulih setelah masa persalinan

ditandai dengan berdiri dan berjalan.

2) Puerpurium intermedial

Tahapan ini merupakan tahap dimana alat genital pulih

menyeluruh.

3) Remote puerpurium

Merupakan masa dimana waktu yang diperlukan agar pulih serta

sehat sempurna seperti sebelum kehamilan, mungkin akan

membutuhkan waktu yang lama.

f. Kunjungan

Menurut Kemenkes RI tahun, (2020) kunjungan pada saat masa

nifas dibagi menjadi 4 : (Pedoman-bagi-ibu-hamil,-ibu-nifas-dan-BBL-

selama-social-distancing_1577).

1) KF 1 : Kunjungan Nifas yang dilaksanakan pada 6 jam

sampai 2 hari setelah proses persalinan.

2) KF 2 : Kunjungan Nifas yang dilaksanakan pada hari ke 3 – 7

setelah proses persalinan.

3) KF 3 : Kunjungan Nifas yang dilaksanakan pada hari ke 8 –

28 setelah proses persalinan.


98

4) KF 4 : Kunjungan NIfas yang dilaksanakan pada hari ke 29 –

42 etelah proses persalinan.

Kunjungan saat masa nifas dilakukan untuk membantu

ibu selama proses nifas serta memperhatikan kondisi bayi baru lahir

terutama penanganan terhadap tali pusat bayi, sehingga apabila

ditemukan komplikasi dapat segera merujuk dan mencegah kematian

ibu nifas. Menurut Walyani, (2017) frekuensi kunjungan pada ibu

nifas yaitu :

1) Kunjungan I

a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas karena

atonia uteri

b) Mendeteksi serta merawat penyebab perdarahan, merujuk

apabila terjadi perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling ibu dan keluarga, bagaimana cara

mencegah terjadinya perdarahan.

d) Pemberian ASI

e) Menjaga bayi agar tetap hangat dengan mencegah agar

tidak terjadi hipotermia.

2) Kunjungan II

a) Memastikan bahwa involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilicus.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.
99

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda

penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi

baru lahir, tali pusat serta merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda

penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi

baru lahir, tali pusat serta merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan IV

a) Menanyakan apakah ada penyulit saat merawat bayi

b) Memberikan konseling kb secara dini

g. Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas


100

Tujuan dilakukanya Asuhan pada ibu nifas menurut Walyani,

(2017) dan Wahyuningsih, (2018) yaitu :

1) Tujuan umum :

Membantu ibu dan keluarga selama masa transisi awal dalam

mengasuh anak.

2) Tujuan Khusus :

a) Menjaga kesehatan ibu serta bayi secara fisik maupun

psikologinya, peran keluarga sangat penting dalam masa ini

yaitu untuk memberikan nutrisi dan dukungan, sehingga

kesehatan ibu dan bayinya terjaga.

b) Melakukan skrining yang komprehensif yaitu bidan

melakukan manajemen asuhan pada ibu dalam masa nifas

secara sistematik. Sehingga dapat mendeteksi dini penyulit

serta komplikasi yang dialami.

c) Mendeteksi gangguan, mengobati serta merujuk apabila

dicurigai terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

d) Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang perawatan

Kesehatan diri, nutrisi, KB, Menyusui, pemberian imunisasi

dan pperawatan bayi sehat.

e) Memberikan pelayanan KB.


101

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan

i. Konsep Dasar COC

Menurut RCOG 2001 dalam Midwife-Led Continuity Models

Versus Other Models Of Care For Childbearing Women oleh

Sandall(2016) berpendapat bahwa asuhan berkesinambungan didefinisikan

sebagai asuhan di mana bidan adalah tokoh utama untuk melakukan

asuhan berkesinambungan dari perencanaan, pengorganisasian, dan

pemberian perawatan yang diberikan kepada perempuan dari awal masa

kehamilan sampai masa nifas. Dalam asuhan tersebut bidan bertanggung

jawab terhadap kebutuhan klien, dari perencanaan, mengambil tindakan

yang dibutuhkan, dan memastikan klien mendapatkan pelayanan

maternitas yang sesuai. Asuhan kebidanan berkelanjutan ini bertujuan

untuk memberikan perawatan baik di lingkungan masyarakat maupun

rumah sakit untuk menciptakan kehamilan yang sehat dan meminimalisir

komplikasi (Sandall, 2016:7).

Di Indonesia bidan harus memiliki kompetensi asuhan

berkesinambungan berdasarkan Undang-Undang Kebidanan Indonesia

No.4 Tahun 2019, agar bidan melakukan deteksi dini kasus komplikasi

resiko selama kehamilan, persalinan, nifas, termasuk perawatan pasca

keguguran dan tindak lanjut dengan rujukan. Semua wanita harus

menerima asuhan kebidanan berkelanjutan sebagai standar emas untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan bayi (Susanti, 2020).


102

ii. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan

Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan

yang meliputi :

1) STANDAR I : Pengkajian (Rumusan Format Pengkajian)

a) Data Subjektif

(1) Identitas

(a) Nama

Tanyakan nama lengkap ibu dan suami. Bisa juga

ditanyakan nama panggilan ibu dan suami.

(b) Umur

Tanyakan umur ibu dan suami. Hal ini untuk

mengetahui apakah ibu termasuk dalam ibu dengan

risiko tinggi atau tidak. Usia wanita yang dianjurkan

hamil adalah wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia

dibawah 20 tahun meningkatkan insiden pre

eklamsia dan usia diatas 35 tahun meningkatkan

terjadinya diabetes mellitus tipe II, hipertensi kronis,

persalinan preterm, dan IUGR (Varney, dkk, 2007

dalam Surtinah, dkk 2019:2).

(c) Suku/Bangsa
103

Asal daerah atau bang seorang perempuan

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai pola

nutrisi dan adat istiadat yang dianut.

(d) Agama

Untuk mengetahui keyakinan yang dianut ibu dan

keluarga, sehingga bisa mengarahkan ibu untuk

berdoa sesuai keyakinannya.

(e) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga

tenaga kesehatan dapat melakukan komunikasi

untuk pemberian konseling yang dibutuhkan ibu.

(f) Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan klien untuk mengetahui

apakah ibu hamil tersebut dalam keadaan asupan

gizi yang cukup atau kurang.

(g) Alamat

Untuk mempermudah melakukan follow up pada

perkembangan ibu.

(2) Keluhan Utama

Keluhan utama yaitu alasan klien datang ke tempat

fasilitas kesehatan. Dituliskan sesuai dengan apa yang


104

diungkapkan klien serta menanyakan sejak kapan hal

tersebut dikeluhkan. Biasanya keluhan yang terjadi pada

kehamilan trimester III yaitu sering buang air kecil,

edema, nyeri punggung, dan nyeri ulu hati.

(3) Riwayat Obstetri

(a) Riwayat Menstruasi untuk mengkaji kesuburan dan

siklus haid ibu. Hal yang dikaji yaitu :

Menarche : Untuk mengetahui pertama kali

mengalami menstruasi (normalnya

umur 9 tahun sampai 13 tahun).

Siklus Haid : Normalnya siklus haid yaitu kurang

lebih 28 hari.

Lama Haid : Untuk mengetahui ada atau tidaknya

gangguan pada lamanya waktu

menstruasi pada klien. Lama haid

normalnya 3-8 hari.

Banyaknya : Untuk mengetahui ada atau tidaknya

gangguan pada jumlah perdarahan

menstruasi pada klien. Menstruasi

normal biasanya akan mengganti

pembalut 2-3 kali per hari.

Dismenorhea : Untuk mengetahui ada atau tidaknya

nyeri saat menstruasi.


105

(b) Riwayat Perkawinan

Riwayat persalinan perlu dikaji untuk mengetahui

kondisi psikologis ibu. Kondisi psikologis ibu akan

mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,

persalinan, dan pada masa nifas (Handayani,

2017:166).

(c) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui komplikasi

pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu yang

digunakan untuk mengidentifikasi masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada kehamilan,

persalinan, dan nifas kali ini (Handayani, 2017:166).

(d) Riwayat Kontrasepsi

Untuk mengetahui ibu pernah menggunakan metode

kontrasepsi apa saja dan untuk merencanakan

penggunaan metode kontrasepsi setelah masa nifas

ini (Handayani, 2017:167).

(e) Riwayat Kehamilan Sekarang

Untuk mnegetahui komplikasi yang terjadi pada

kehamilan sekarang. Hari Pertama Haid Terakhir

digunakan untukmenentukan tafsiran tanggal


106

persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang

dirasakanibu bertujuan untuk mengkaji keadaan

janin (Handayani, 2017:166)

(4) Riwayat Kesehatan

(a) Riwayat Penyakit Terdahulu

Untuk mengetahui ada tidaknya bekas opersai dan

penyakit yang pernah diderita seperti masalah

kardiovaskuler, malaria, diabetes, hipertensi,

HIV/AIDS (Handayani, 2017:166).

(b) Riwayat Penyakit Sekarang

Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan

ketika terjadi komplikasi yang mungkin terjadi di

kehamilan, persalinan, dan nifas kali ini.

(c) Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit

dari pengaruh keluarga seperti diabetes mellitus dan

hipertensi (Handayani, 2017:166).

(5) Data Kebiasaan Sehari-hari

(a) Nutrisi, tanyakan pada klien tentanng jenis,

kesukaan, pantangan makanannya agar mengetahui

pemenuhan nutrisi selama kehamilan.


107

(b) Eliminasi, tanyakan pada klien perubahan yang

terjadi baik buang air kecil maupun buang air besar

selama kehamilan.

(c) Aktivitas, tanyakan pada ibu apakah ada gangguan

pada saat melakukan kegiatan sehari-hari.

(d) Istirahat (tidur), tanyakan tentang pola, lama, dan

gangguan tidur pada klien, baik istirahat siang hari

maupun malam hari.

(e) Psikososial, data psikososial harus digali untuk

mengetahui dukungan dan peran pasangan serta

keluarga saat kehamilan ini. Hal tersebut dikaji

untuk mengetahui keadaan kesehatan mental ibu

(Handayani, 2017:167)

b) Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum

Baik, apabila kesadaran penuh, tanda-tanda vital

normal serta dapat memenuhi kebutuhannya secara

mandiri.

(2) Kesadaran

Untuk menilai status kesadaran ibu. Kesadaran yang

memberikan respon yang cukup stimulus adalah

kesadaran composmentis (Handayani, 2017:167).


108

(3) Berat Badan

Ibu hamil yang cukup gizi akan mengalami

pertambahan berat badan rata-rata sebesar 12,5 kg

selama 9 bulan kehamilannya dan akan melahirkan

bayi dengan berat badan rata-rata 3,3 kg (Kemkes

RI, 2022).

(4) Tinggi Badan

Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin dengan

normal. Batas minimal tinggi badan ibu hamil yaitu

145 cm, bila kurang dari itu mungkin bisa

mengalami panggul sempit (Handayani, 2017:167).

(5) LILA

Standar minimal LILA bagi ibu yaitu 23,5 cm.

(6) Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah normal pada orang dewasa sehat

adalah 100/60-140/90 mmHg, tetapi tergantung pada

usia dan variable lainnya. WHO menetapkan

hipertensi jika tekanan sistolik ≥160 mmHg dan

diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita sehat tidak hamil,

kisaran denyut jantung nya berada pada angka 70,

dan ketika hamil akan bertambah berkisar 15-20

denyut per menit. Pernapasan orang dewasa normal

antara 16-20×/menit. Suhu tubuh normal orang


109

dewasa yaitu 25,8-37,3°C (Handayani, 2017:167-

168).

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala

(a) Rambut

Memeriksa rambut apakah dalam keadaan

bersih atau kotor, ada ketombe atau tidak.

(b) Muka

Memeriksa apakah terdapat cloasma gravidarum

atau tidak dan melihat apakah ada

pembengkakan di daerah wajah (Handayani,

2017:168).

(c) Mata

Dilakukan pemeriksaan mata untuk mengetahui

keaadan sclera apakah berwarna putih atau

tidak, keadaan konjungtiva untuk mengkaji

munculnya anemia, dan dilakukan pengkajian

terhadap mata kabur untuk mendeteksi

kemungkinan mengalami pre eklamsia

(Handayani, 2017:168).

(d) Hidung

Memeriksa apakah ada polip atau tidak.


110

(e) Mulut

Untuk mengkaji kelembaban mulut dan

mengecek ada tidaknya stomatitis. Mengecek

gigi apakah bersih atau tidak (Handayani,

2017:168).

(2) Leher

Untuk melihat pakah ada pembesaran kelenjar tyroid

atau pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar

limfe).

(3) Dada dan Payudara

Payudara akan mengalami banyak perubahan ketika

hamil untuk persiapan laktasi setelah janin lahir.

Perhatikan dan periksa apakah ada benjolan yang

tidak normal, perhatikan juga apakah payudara

simetris atau tidak. Memeriksa apakah putting susu

menonjol atau tidak, apabila putting susu data, cubit

aerola disisi putting dengan ibu jari serta telunjuk,

tekan ke dalam lalu ditarik keluar secara perlahan.

Perhatikan juga keluarnya cairan kolostrum atau

cairan lain, dan perhatikan retraksi dada (Handayani,

2017:168).

(4) Abdomen

(a) Inspeksi
111

Periksa apakah muncul striae gravidarum dan

line gravidarum pada permukaan kulit.

(b) Palpasi

Leopold 1, pemeriksaan menghadap ke arah

muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus uteri

dan bagian janin yang terdapat di fundus. Jika

pada fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

kemungkinan bokong, bila teraba keras

melenting kemungkinan kepala.

Leopold 2, pemeriksaan ini untuk menentukan

batas samping Rahim kanan dan kiri,

menentukan letak punggung janin dan jika letak

lintang untuk menentukan letak kepala janin.

Bagian yang teraba memanjang seperti papan

dan keras kemungkinan punggung, sedangkan

jika teraba kecil-kecil, banyak kemungkinan

ekstremitas.

Leopold III, untuk menentukan bagian terbawah

janin dan menentukan apakah bagian bawah

tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau

masih dapat digerakkan.

Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah kaki

ibu hamil dan menentukan konvergen (kedua


112

jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti bagian

terendah janin elum masuk panggul) atau

divergen (kedua jari-jari pemeriksa tidak

menyatu yang berarti bagian terbawah janin

masuk ke atas pintu atas panggul. Presentasi

normal janin adalah presentasi kepala dengan

letak memanjang dan sikap janin fleksi. Denyut

jantung janin normal antara 120-160 ×/menit

(Handayani, 2017:168-169).

Tafsiran Berat Janin dapat ditentukan melalui :

Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas

panggul menggunakan rumus :

Berat Janin = (TFU-12) × 155 gram

Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas

panggul menggunakan rumus :

Berat Janin = (TFU-11) × 155 gram

(5) Genetalia

Memeriksa genetalia ibu untuk mengetahui apakah

ada varises atau tidak, jika terdapat varises maka

akan beresiko terjadinya perdarahan karena

pengaruh hormone esterogen dan progesterone yang

menyebabkan pelebaran pembuluh darah.


113

Memeriksa keadaan anus, apakah terdapat

haemoroid atau tidak (Handayani, 2017:169).

(6) Ekstremitas

Untuk memeriksa apakah terdapat edema di

ekstremitas atas dan bawah, apakah terdappat

varises, dan melihat apakah ada atau tidak reflex

patella pada ekstremitas bawah.

c) Pemeriksaan Penunjang

(1) Pemeriksaan Hemoglobin

Pemeriksaan hemoglobin adalah pengambilan darah

melalui jaringan perifer untuk mengetahui kadar

hemoglobin dalam darah. Dari pemeriksaan Hb

tersebut akan dapat disimpulkan apakah ibu

menderita anemia atau tidak dengan kualisifikasi

jika mendapatkan Hb 11 gr/dl tidak anemia, 9-10

gr/dl anemia ringan, 7-8 gr/dl anemia sedang, dan <7

gr/dl anemia berat (Rukiah, 2014:167).

(2) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah ini dignkan untuk

mempersiapkan calon pendonor darah jika sewaktu-

waktu diperlukan karena mengalami keadaan

kegawatdaruratan.

(3) Pemeriksaan Protein Urine


114

Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui

komplikai adanya pre eklamsia pada ibu hamil yang

sering menyebabkan masalah dalam kehamilan

maupun persalinan dan terkadang menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu dan bayi jika tidak

segera ditangani (Rukiah, 2014:168).

(4) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi letak

janin, perlekatan plasenta, lilitan tali pusat, gerakan

janin, denyut jantung janin, mendeteksi tafsiran

berat janin dan tanggal persalinan serta

mendeteksiadanya kelainan pada kehamilan.

2) STANDAR II : Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah

Kebidanan

a) Analisa

Analisa atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan. Diagnosa ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar diagnosis

kebidanan (Walyani, 2020:161).

b) Masalah dalam kehamilan Trimester III biasanya seperti

edema, sering BAK, gatal dan kaku pada jari, haemoroid,

keputihan, sesak napas, nyeri ulu hati, perut kembung,


115

pusing, sakit kepala, sakit punggung atas dan bawah, varises

pada kaki atau vulva, konstipasi atau sembelit, dan kram pada

kaki.

c) Kebutuhan yang dibutuhkan ibu hamil trimester III yaitu :

(1) Kebutuhan psikologi seperti dukungan suami dan

keluarga, dukungan dari tenaga kesehatan, rasa aman dan

nyaman, persiapan menjadi orang tua, dan persiapan

saudara kandung atau sibling.

(2) Kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan oksigen,

kebutuhan nutrisi ibu hamil, personal hygiene, pakaian,

eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik, senam

hamil, istirahat, dan imunisasi.

3) STANDAR III : Perencanaan

a) Beritahu ibu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan

hasilpemeriksaan agar ibu mengetahui tentang keadaan diri

dan janinnya.

b) Berikan ibu tablet Fe untuk pemenuhan tambah darah ibu dan

janin.

c) Jelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan

trimester III untuk mengantisipasi sejak dini adanya

komplikasi yang mungkin muncul pada ibu.

d) Jelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan yang terjadi

pada kehamilan trimester III dan cara mengatasinya.


116

e) Beritahu ibu bahwa ketidaknyamanan tersebut merupakan hal

wajar atau fisiologis pada ibu hamil serta beritahu ibu

bagaimana cara adaptasi pada ketidaknyamanan tersebut.

f) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menggunakan

pakaian yang tipis dan menyerap keringat untuk mengurangi

rasa panas, anjurkan ibu untuk mengubah posisi tidur dan

memberikan sentuhan lembut bila ibu merasa kenceng-

kenceng agar kenceng-kenceng berkurang serta ibu bisa

istirahat.

g) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genetalia

h) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang

i) Berikan KIE tentang tanda-tanda persalinan

j) Tanyakan pada ibu apakah ibu sudah menentukan rencana

persalinan, seperti tempat persalinan yang dipilih,

transportasi yang digunakan ke tempat persalinan, dan biaya

yang dibutuhkan.

k) Tanyakan pada ibu siapa yang akan ibu pilih sebagai

pendamping persalian

l) Tanyakan pada ibu siapa yang membuat keputusan apabila

terjadi kegawatdaruratan

m) Tanyakan pada ibu siapa calon pendonor darah yang dipilih

saat dibutuhkan ketika persalinan


117

n) Beritahu ibu untuk mempersiapkan segala sesuatu keperluan

ibu dan bayi saat persalinan

o) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika

ada keluhan.

4) STANDAR IV : Implementasi

a) Memberitahu ibu kondisi ibu dan jannnya berdasarkan hasil

pemeriksaan

b) Memberi ibu tablet Fe untukpemenuhan tambah darah ibu

dan janin

c) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan di

trimester III untuk mengantisipasi sejak dini jika adanya

komplikasi yang mungkin muncul pada ibu

d) Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan kehamilan

trimester III dan cara mengatasinya

e) Memberitahu ibu bahwa ketidaknyamanan pada kehamilan

trimester III adalah hal wajar atau fisiologis serta

memberitahu cara adaptasi terhadap ketidaknyamanan

tersebut

f) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menggunakan

pakaian yang tipis dan menyerap keringat untuk mengurangi

panas, mengubah posisi tidur dan memberikan sentuhan

lembut bila merasa kenceng-kenceng

g) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genetalia


118

h) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang

i) Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan

j) Menanyakan kepada ibu apakah ibu sudah menentukan

rencana persalinan seperti tempat persalinan yang dipilih,

transportasi yang digunakan ke tempat persalinan, dan biaya

yang dibutuhkan

k) Menanyakan kepada ibu siapa yang akan dipilih ibu sebagai

pendamping persalinan

l) Menanyakan ibu siapa yang membuat keputusan apabila

terjadi kegawatdaruratan

m) Menanyakan kepada ibu siapa calon pendonor darah yang

dipilih saat dibutuhkan dalam persalinan

n) Memberitahu ibu untuk mempersiapkan segala sesuatu

keperluan ibu dan bayi saat persalinan

o) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau

jika ada keluhan.

5) STANDAR V : Evaluasi

a) Ibu mengerti kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil

pemeriksaan

b) Ibu bersedia untuk minum tabet Fe untuk pemenuhan tambah

darah ibu dan janin


119

c) Ibu mengerti tentang tanda bahay kehamilan trimester III

untuk mengantisipasi sejak dini apabila terdapat komplikasi

yang muncul pada ibu

d) Ibu mengetahui tentang ketidaknyamanan pada kehamilan

trimester III dan cara mengatasinya

e) Ibu mengetahui ketidaknyamanan tersebut adalah hal normal

atau fisiologis dan paham bagaimana cara adaptasi

terhadapketidaknyamanan tersebut.

f) Ibu bersedia untuk istirahat cukup, menggunakan pakaian

yang tipis dan menyerap keringat untuk mengurangi rasa

panas, mengubah posisi tidur dan memberikan sentuhan

lembut apabila tersapat kenceng-kenceng

g) Ibu bersedia menjaga kebersihan daerah genetalia

h) Ibu bersedia melakukan pemeriksaan Hb ulang

i) Ibu paham tanda-tanda persalinan

j) Ibu sudah menentukan rencana persalinan yang meliputi

tempat persalinan yang dipilih yaitu Bidan X, transportasi

yang digunakan ke tempat persalinan mobil serta biaya yang

dibutuhkan sudah dipersiapkan

k) Ibu memilih suaminya ketika persalinan

l) Ibu sudah menentukan pembuat keputusan saat terjadi

kegawatdaruratan yaitu suaminya


120

m) Ibu sudah menentukan calon pendonor darah yang dipilih

ketika dibutuhkan saat persalinan yaitu adiknya

n) Ibu sudah mempersiapkan segala sesuatu keperluan ibu dan

bayi saat persalinan

o) Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu

lagi atau jika ada keluhan.

6) STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnose dan atau masalah,

serta kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku secara

SOAP dalam status klien, rekam medis/Buku KIA/kartu pasien.

a) S (Subjektif), pendokumentasian pengumpulan data melalui

anamnesa. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut

pandang klien.

b) O (Objektif), pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien

c) A (Anamnesa), mengakkan masalah atau diagnose

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif

yang dikumpulkan.

d) P (Pentalaksanaan), mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan Kebidanan Kala I

1) Standar I : Pengkajian

a) Data Subyektif
121

(1) Keluhan Utama

Keluhan utama berisikan tentang alasan ibu datang ke

tenaga kesehatan. Pada masa mendekati persalinan

biasanya ibu merasakan sakit pada perut dan pinggang

akibat kontraksi yang lebih kuat.

(2) Pola Nutrisi

Untuk mengetahui kapan terakhir ibu makan dan

minum.

(3) Pola Eliminasi

Untuk mengetahui kandung kemih kosoh atau penuh.

Jika penuh anjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih

dahulu.

(4) Pola Istirahat

Untuk mengetahui apakah ibu istirahat dengan cukup

atau tidak.

(5) Personal Hygiene

Untuk mengetahui kapan terakhir kali mandi, keramas,

gosok gigi, dang anti pakaian sebelum ibu merasakan

kenceng-kenceng.

(6) Data Psikososial

Untuk mengetahui apakah kehamilan ini didukung oleh

keluarga atau tidak, mengetahui perubahan perilaku,


122

dan mengetahui tingkat energy yang dimiliki ibu untuk

menjalani persalinan (Prawirohardjo, 2018:107).

b) Data Obyektif

(1) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum

Mengkaji keadaan umum ibu dan tingkat energy

dan emosi ibu.

(b) Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi

berlangsung. Peningkatan yang terjadi pada sistolik

yaitu 10-20 mmHg dan pada diastolic 5-10 mmHg.

Peningkatan suhu tubuh pun juga terjadi pada ibu

yang akan bersalin. Peningkatan tersebut tidak

lebih dari 0,5°C - 1°C. Pada saat kontraksi pula,

frekuensi nadi dan pernapasan akan mengalami

sedikit peningkatan.

Jika ibu sudah memasuki kala I fase aktif, tenaga

kesehatan akan mengkaji tekanan darah, denyut

jantung janin, serta his setiap 30 menit dan dicatat

pada partograf (Walyani, 2021:55-56).

(2) Pemeriksaan Fisik


123

(a) Inspeksi Abdomen

Untuk mengetahui tanda fisiologis seperti

munculnya garis-garis pada permukaan kulit

(Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada

perut (Linea Gravidarum) serta untuk mengetahui

apakah terdapat bekas operasi pada perut atau

tidak.

(b) Palpasi Abdomen

Leopold 1 : Digunakan untuk menentukan tinggi

fundus uteri dan bagian janin yang

terdapat pada fundus.

Leopold 2 : Digunakan untuk menentukan batas

s samping Rahim kanan dan kiri,

menentukan letak punggung janin

dan pada letak lintang.

Leopold 3 : Untuk menentukan bagian terbawah

janin dan menentukan bagian

terbawah tersebut sudh masuk

panggul atau belum.

Leopold 4 : Untuk menentukan bagian terbawah

janin dan berapa jauh bagian

terbawah janin masuk ke pintu atas panggul.

(c) Auskultasi Denyut Jantung Janin


124

Frekuensi denyut jantung janin normal berada di

rentang 120-150/menit. (Prawirohardjo, 2018 edisi

1 cetakan keenam:39).

Untuk mengetahui teratur tidaknya denyut jantung

janin tersebut didengarkan denyut jantung janin 5

detik pertama, kemudian5 detik ketiga dan 5 detik

kelima. Dalam keadaan normal denyut jantung

janin akan terdengar 12; 12; 12, bila ada perbedaan

lebih dari dua, makan denyut jantung janin tersebut

tidak teratur. (Prawirohardjo, 2018 edisi 1 cetakan

keenam:39).

(d) Kontraksi

Kontraksi yang sesungguhnya bisa ditinjau melalui

rasa sakit yang teratur, semakin lama semakin

kuat,bagian punggung akan terasa lebih sakit,

intesitas rasa sakit akan semaking kuat jika

digunakan untuk berjalan serta serviks akan

membuka dan menipis (Prawirohardjo, 2018 edisi

1 cetakan keenam:38).

(e) Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Dilakukan untuk mengetahui pengeluaran

pervaginam, kemajuan persalinan, posisi ketuban,


125

presentasi, dan keadaan serviks (Prawirohardjo,

2018 edisi 1 cetakan keenam:42-43).

(3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan yaitu

pemeriksaan hemoglobin (Hb), Protein urine,

melakukan CTG atau Cardiotocograpy yang bertujuan

untuk mengkaji kesejahteraan janin.

2) Standar II : Perumusan diagnose

Perumusan diagnose disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, yaitu GXPXAX umur 25 tahun usia kehamilan 37

minggu inpartu kala I fase aktif dan janin tunggal hidup.

Masalah ditulis sesuai keluhan atau keadaan ibu. Ketika

persalinan biasanya ibu tampak cemas, takut, atau khawatir.

Kebutuhan yang diberikan berdasarkan masalah ibu.

3) Standar III : Perencanaan

a) Perencanaan Kala I fase laten

(1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

agar ibu tahu hasil pemeriksaannya.

(2) Beritahu ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan dalam

dan pengukuran tanda-tanda vital setiap 4 jam dan suhu

2 jam sekali.

(3) Anjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela

kontraksi untuk menambah energy.


126

(4) Ajarkan ibu cara relaksasi pernapasan untuk

mengurangi nyeri.

(5) Beritahu ibu untuk miring kiri

(6) Anjurkan ibu untuk buang air kecil apabila kandung

kemih penuh.

(7) Beritahu keluarga untuk memberikan dukungan pada

ibu selama proses persalinan.

(8) Berikan teknik counter pressure untuk mengurangi

nyeri.

b) Perencanaan Kala I fase aktif

(1) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu, denyut

jantung janin, menghitung his setiap 30 menit

menggunakan partograf.

(2) Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu.

(3) Beritahu ibu untuk melakukan posisi yang nyaman.

(4) Beritahu keluarga untuk mendampingi ibu selama

proses persalinan.

(5) Ajari ibu teknik relaksasi dengan menarik napas

panjang untuk mengurangi rasa nyeri.

(6) Berikan sentuhan, pijatan, atau contour pressure untuk

mengurangi nyeri.

(7) Siapkan partus set.


127

(8) Beritahu ibu dan keluarga tentang perkembangan dan

kemajuan persalinan.

4) Standar IV : Implementasi

a) Implementasi Kala I Fase Laten

(1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan.

(2) Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pengukuran

tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali dan suhu 2 jam

sekali.

(3) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk

menambah energy.

(4) Mengajarkan ibu cara relaksasi pernapasan untuk

mengurangi nyeri.

(5) Memberitahu ibu untuk miring kiri.

(6) Anjurkan ibu untuk buang air kecil.

(7) Memberitahu keluarga untuk memberikan dukungan

pada ibu selama proses persalinan.

(8) Memberikan teknik contour pressure pada ibu untuk

mengurangi nyeri.

b) Implementasi Kala I Fase Aktif

(1) Melakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu, denyut

jantung janin, menghitung his setiap 30 menit

menggunakan partograf.
128

(2) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan caran ibu.

(3) Memberitahu ibu untuk mencari posisi yang nyaman.

(4) Memberitahu keluarga untuk mendampingi ibu selama

proses persalinan.

(5) Mengajari ibu teknik relaksasi dengan cara menarik

napas panjang untuk mengurangi nyeri.

(6) Memberikan sentuhan, pijatan, dan counter pressure

untuk mengurangi nyeri.

(7) Menyiapkan partus set.

(8) Memberitahu ibu dan keluarga tentang perkembangan

dan kemajuan persalinan.

5) Standar V : Evaluasi

a) Evaluasi Kala I Fase Laten

(1) Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dankemajuan

persalinan.

(2) Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan pengukuran

tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali dan suhu 2 jam

sekali.

(3) Ibu bersedia makan dan minum untuk menambah

energy.

(4) Ibu mengerti dan dapat melakukan relaksasi pernapasan

dengan benar.

(5) Ibu bersedia miring kiri.


129

(6) Ibu bersedia untuk buang air kecil.

(7) Keluarga bersedia memberikan dukungan pada ibu

selam aproses persalinan.

(8) Telah diberikan counter pressure pada ibu untuk

mengurangi rasa nyeri.

b) Evaluasi Kala I Fase Aktif

(1) Telah dilakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu,

denyut jantung janin, menghitung his setiap 30 menit

menggunakan partograf.

(2) Ibu bersedia untuk memenuhi nutrisi dan cairan sebagai

persiapan kelahiran.

(3) Ibu memilih untuk berbaring miring kiri.

(4) Keluarga bersedia untuk mendampingi ibu selama

proses persalinan.

(5) Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi

dengan benar.

(6) Telah diberikan sentuhan, pijatan, dan counter pressure

untuk mengurangi rasa nyeri.

(7) Partus set telah disiapkan.

(8) Ibu dan keluarga telah mendapatkan informasi

mengenai perkembangan dan kemajuan persalinannya.


130

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dilakukan secara lengkap, cermat, pendek,

dan nyata mengenai keadaan yang diketahui dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada daftar isisan yang

tersedia dan dicatat dalam bentuk SOAP.

a) S yaitu data Subyektif, mendokumentasikan hasil

pemeriksaan anamnesa klien.

b) O yaitu data Obyektif, mendokumentasikan hasil-hasil

pemeriksaan terhadap klien.

c) A yaitu Analisa, mendokumentasikan diagnose dan masalah

kebidanan.

d) P yaitu Penatalaksanaan, mendokumentasikan semua

prerencanaan dan penatalaksaan yang telah dilaksanakan,

seperti kegiatan yang akan dilakukan, tindakan segera,

tindakan secara menyeluruh, pelatihan, dukungan,

kerjasama, evaluasi, dan rujukan.

Asuhan Kebidanan Kala II (Catatan Perkembangan I)

1) Standar I : Pengkajian

a) Data Subyektif

(1) Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan ibu seperti mules dan ingin

mengejan.
131

(2) Data Obyektif

(a) Kesadaran Umum

Digunakan untuk mengetahui kesadaran ibu

(b) Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi

berlangsung. Peningkatan yang terjadi pada sistolik

yaitu 10-20 mmHg dan pada diastolic 5-10 mmHg

(Walyani, 2021:55).

(c) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi :

Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan seperti

anus dan vagina membuka, perineum menonjol,

ibu mempunyai keinginan untuk meneran

(Prawirohardjo, 2020:341).

Auskultasi :

Untuk mengetahui frekuensi denyut jantung janin.

Frekuensi normal berada di rentang

120-150×/menit dengan rata-rata 140×/menit

(Prawirohardjo, 2018:39).

(d) Vaginal Toucher

Dilakukan untuk menentukan ibu hamil dalam

keadaan inpartu atau tidak, untuk menentukan


132

faktor janin dan panggul, dan menentukan

perkiraan persalinan (Prawirohardjo, 2018:39).

(1) Pembukaan Serviks

Dilakukan pemeriksaan dalam untuk

mengetahui pembukaan sudah lengkap (10

cm) atau belum.

(2) Selaput Ketuban

Untuk mengetahui apakah selaput ketuban

pecah atau belum. Ketuban normalnya berupa

semburan cairan berwarna jernih atau sedikit

keruh. (Prawirohardjo, 2020: 306).

(3) Penurunan Kepala

Untuk memastikan sampai mana penurunan

kepala.

(4) Bagian Terbawah Janin

Untuk mengetahui bagian terbawah janin. Jika

presentasi kepala akan teraba bulat keras,

ubun-ubun besar dan kecil. (Prawirohardjo,

2018:43-44).

2) Standar II : Prumuan Masalah dan atau Analisa


133

Perumusan diagnose disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, yaitu GXPXAX umur 25 tahun usia kehamilan 37

minggu inpartu kala II Normal.

3) Standar III : Perencanaan

a) Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaannya

bahwa pembukaan sudah lengkap.

b) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk

bersalin.

c) Ajari ibu cara meneran yang benar.

d) Lakukan Pertolongan persalinan dengan standar Asuhan

Persalinan Normal (APN).

4) Standar IV : Implementasi

a) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bahwa pembukaan sudah lengkap.

b) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk

bersalin.

c) Mengajari ibu cara meneran yang benar.

d) Melakukan pertolongan persalinan sesuai standar Asuhan

Persalinan Normal (APN) (Prawirohardjo, 2020:341-347).

5) Standar V : Evaluasi

a) Ibu sudah tahu hasil pemeriksaannya bahwa pembukaannya

sudah lengkap (10) dan ibu mau untuk bersikap kooperatif

di setiap tindakan yang akan diberikan.


134

b) Ibu memilih posisi berbaring atau litotomi untuk bersalin.

c) Ibu mengerti dan bisa meneran dengan benar.

d) Telah dilakukan pertolongan persalinan dengan standar

Asuhan Persalinan Normal.

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dilakukan secara lengkap, cermat, pendek,

dan nyata mengenai keadaan yang diketahui dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada daftar isisan yang

tersedia dan dicatat dalam bentuk SOAP.

a) S yaitu data Subyektif, mendokumentasikan hasil

pemeriksaan anamnesa klien.

b) O yaitu data Obyektif, mendokumentasikan hasil-hasil

pemeriksaan terhadap klien.

c) A yaitu Analisa, mendokumentasikan diagnose dan masalah

kebidanan.

d) P yaitu Penatalaksanaan, mendokumentasikan semua

prerencanaan dan penatalaksaan yang telah dilaksanakan,

seperti kegiatan yang akan dilakukan, tindakan segera,

tindakan secara menyeluruh, pelatihan, dukungan,

kerjasama, evaluasi, dan rujukan.

Asuhan Kebidanan Kala III

1) Standar I : Pengkajian

a) Data Subyektif
135

Untuk mengetahui keluhan setelah melahirkan.

b) Data Obyektif

(1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui kesadaran ibu.

(2) Palpasi

Untuk mengetahui apakah terdapat janin kedua atau

tidak.

(3) Kontraksi Uterus

Kontraksi dikatakan baik apabila terasa keras dan tidak

terdapat perdarahan (Prawirohardjo, 2018:49).

(4) Inspeksi

Untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda

pelepasan plasenta, seperti tali pusat bertambah

panjang, terdapat semburan darah, serta uterus

berbentuk globuler atau menjadi lebih bulat

(Prawirohardjo, 2018:117).

(5) Perdarahan Per Vaginam

Dilakukan pengkajian untuk mengukur darah yang

meresap pada kain atau untuk memastikan berapa

banyak kantong darah 500 cc dapat terisi

(Prawirohardjo, 2018:119).
136

(6) Kandung Kemih

Kandung kemih yang penuh akan memaksa uterus ke

atas dan menghambat uterus berkontraksi

(Prawirohardjo, 2018:119).

2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnose disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, yakni PxAx umur 25 tahun inpartu kala III normal.

3) Standar III : Perencanaan

a) Lakukan Manajemen Aktif Kala III (Jepit dan gunting tali

pusat dengan jarak 2-3 cm, suntikkan oksitosin 10 IU secara

IM untuk merangsang kontraksi, lakukan peregangan tali

pusat terkendali, serta masase fundus) (Prawirohardjo,

2018:117).

b) Observasi tanda pelepasan fisiologi plasenta seperti tali

pusat bertambah panjang, terdapat semburan darah, serta

uterus berbentuk globuler atau menjadi lebih bulat

(Prawirohardjo, 2018:117).

c) Lahirkan plasenta dan periksa kelengkapan plasenta.

d) Setelah plasenta lahir, tetap lakukan masase fundus untuk

mengurangi pengeluaran perdarahan dan uterus tetap

berkontraksi (Prawirohardjo, 2018:117).

4) Standar IV : Implementasi
137

a) Melakukan Manajemen Aktif Kala III (Menjepit dan

menggunting tali pusat dengan jarak 2-3 cm, menyuntikkan

oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat

terkendali, serta melakukan masase fundus).

b) Melakukan observasi dan ada tanda pelepasan fisiologi

plasenta.

c) Plasenta telah dilahirkan dan plasenta lengkap

d) Melakukan masase fundus untuk mengurangi pengeluaran

perdarahan dan uterus tetap berkontraksi.

5) Standar V : Evaluasi

a) Telah dilakukan Manajemen Aktif Kala III (tali pusat sudah

dijepit dan digunting, telah diberikan oksitosin 10 IU secara

IM, telah dilakukan peregangan tali pusat terkendali, dan

telah dilakukan masase fundus.

b) Telah diobservasi dan terdapat tanda pelepasan fisiologi

plasenta.

c) Plasenta telah lahir dan lengkap.

d) Telah dilakukan masase fundus.

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dilakukan secara lengkap, cermat, pendek,

dan nyata mengenai keadaan yang diketahui dan dilakukan


138

dalam memberikan asuhan kebidanan pada daftar isisan yang

tersedia dan dicatat dalam bentuk SOAP.

a) S yaitu data Subyektif, mendokumentasikan hasil

pemeriksaan anamnesa klien.

b) O yaitu data Obyektif, mendokumentasikan hasil-hasil

pemeriksaan terhadap klien.

c) A yaitu Analisa, mendokumentasikan diagnose dan masalah

kebidanan.

d) P yaitu Penatalaksanaan, mendokumentasikan semua

prerencanaan dan penatalaksaan yang telah dilaksanakan,

seperti kegiatan yang akan dilakukan, tindakan segera,

tindakan secara menyeluruh, pelatihan, dukungan,

kerjasama, evaluasi, dan rujukan.

Asuhan Kebidanan Kala IV

1) Standar I : Pengkajian

a) Data Subyektif

Mengkaji keadaan ibu setelah bersalin dan keluhan yang

dirasakan ibu.

b) Data Obyektif

(1) Pemeriksaan Umum

Dilakukan pengkajian untuk mengetahui kondisi dan

energy ibu.

(2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


139

Tekanan darah normal yaitu pada rentang ≤140/90

mmHG, suhu tubuh normal yaitu ≤38°C, pernapasan

normal berada di angka 18×/menit.

Jika tekanan darah berada di angka ≤90/60 mmHg dan

nadi ≥100×/menit kemungkinan terjadi masalah seperti

demam atau perdarahan.kemudian jika suhu tubuh ibu

≥38°C kemungkinan ibu mengalami dehidrasi atau

terdapat infeksi. (Walyani, 2021:106).

(3) Pemeriksaan Perineum

Untuk mengetahui luka robekan pada perineum dan

vagina yang memerlukan penjahitan.(Prawirohardjo,

2018:119).

Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat :

(a) Derajat I : dari mukosa vagina,fauchette

posterior, kulit perineum.

(b) Derajat II : dari mukosa vagina, fauschette

posterior, kulit perineum, otot

erineum.
140

(c) Derajat III : dari mukosa vagina, fauchette

posterior, kulit perineum, otot perineum, otot

spinter ani eksterna.

(d) Derajat IV : dari mukosa vagina, fauchette

posterior, kulit perineum, otot perineum, otot

pinter ani eksterna, dinding rectum

anterior. (Walyani, 2021:95).

(4) Fundus dan Kontraksi Uterus

Pemeriksaan fundus digunakan untuk merasakan

apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di bawah

umbilicus atau tidak (Prawirohardjo, 2018:119).

(5) Kandung Kemih

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi

kandung kemih penuh atau tidak, karena jika penuh

akan memaksa uterus ke atas dan menghambat uterus

berkontraksi (Prawirohardjo, 2018:119).

2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

Perumusan diagnose disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, yakni PxAx umur 25 tahun inpartu kala IV normal.

3) Standar III : Perencanaan


141

a) Observasi keadaan umum, periksa tanda-tanda vital, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus, serta perdarahan setiap 15

menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam

berikutnya untuk memantau keadaan ibu.

b) Periksa adanya robekan jalan lahir atau tidak untuk

dilakukan penjahitan.

c) Bersihkan ibu agar nyaman.

d) Beritahu keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.

Ibu boleh makan dan minum untuk mengembalikan energy

setelah bersalin.

e) Anjurkan ibu agar tidak menahan BAK.

f) Rendam alat menggunakan cairan klorin sebelum dicuci

menggunakan sabun dan disterilkan.

4) Standar IV : Implementasi

a) Mengobservasi keadaan umum ibu,memeriksa tanda-tanda

vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, serta perdarahan

setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit

pada 1 jam berikutnya untuk memantau kondisi ibu.

b) Memeriksa apakah ada robekan jalan lahir yang

memerlukan penjahitan.

c) Membersihkan atau menyibin ibu.


142

d) Memberitahu keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

ibu.

e) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.

f) Merendam alat menggunakan cairan klorin sebelum

dibersihkan menggunakan sabun dan disterilkan.

5) Standar V : Evaluasi

a) Telah dilakukan observasi keadaan umum, telah dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus, serta perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan setiap 30 menit di 1 jam berikutnya untuk memantau

keadaan ibu.

b) Telah dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada

robekan jalan lahir yang memerlukan penjahitan.

c) Ibu telah disibin dan merasa nyaman.

d) Keluarga mengerti dan ibu telah memenuhi kebutuhan

nutrisinya.

e) Ibu bersedia untuk tidak menahan BAK.

f) Alat telah dibersihkan dan direndam cairan klorin sebelum

dicci menggunakan sabun dan disterilkan.

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dilakukan secara lengkap, cermat, pendek,

dan nyata mengenai keadaan yang diketahui dan dilakukan


143

dalam memberikan asuhan kebidanan pada daftar isisan yang

tersedia dan dicatat dalam bentuk SOAP.

a) S yaitu data Subyektif, mendokumentasikan hasil

pemeriksaan anamnesa klien.

b) O yaitu data Obyektif, mendokumentasikan hasil-hasil

pemeriksaan terhadap klien.

c) A yaitu Analisa, mendokumentasikan diagnose dan masalah

kebidanan.

d) P yaitu Penatalaksanaan, mendokumentasikan semua

prerencanaan dan penatalaksaan yang telah dilaksanakan,

seperti kegiatan yang akan dilakukan, tindakan segera,

tindakan secara menyeluruh, pelatihan, dukungan,

kerjasama, evaluasi, dan rujukan. (Handayani, 2017:178-

179).

3. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan

dengan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan

yang meliputi :

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir sampai 2 jam

a. Standar I : Pengkajian Data Subjektif Dan Objektif

1) Data Subjektif
144

a) Identitas Bayi

(1) Nama : Untuk mengenal bayi

(2) Jenis Kelamin : Untuk memberikan informasi

pada I ibu dan keluarga serta

memfokuskan saat pemeriksaan

genetalia.

(3) Anak ke- : Untuk mengkaji aanya

kemungkinan slibling rivalry (Handayani,

2017:179).

b) Identitas Orang Tua

(1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.

(2) Umur

Usia orang tua mempengaruhi kemampuannya

dalam mengasuh dan merawat bayinya.

(3) Suku/Bangsa

Suku atau bangsa seorang ibu berpengaruh

terhadap pola pikir.

(4) Agama

Untuk mengetahui keyakinan orang tua agar dapat

menuntun anaknya sesuai dengan kepercayaan

yang dianut sejak lahir.

(5) Pendidikan
145

Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua

yang akan mempengaruhi pola asuh dan

pemenuhan kebutuhan bayinya.

(6) Pekerjaan

Status ekonomi orang tua penting untuk

mempengaruhi pemenuhan nutrisi dan gizi

bayinya.

(7) Alamat

Untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam

mengikuti perkembangan bayi (Handayani,

2017:179).

c) Data Kesehatan

(1) Riwayat Kehamilan

Untuk mengetahui ada atau tidaknya komplikasi

yang terjadi saat kehamilan bayi yang baru

dilahirkan.

(2) Riwayat Persalinan

Untuk menentukan tindakan segera pada bayi baru

lahir (Handayani, 2017:180).

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Composmentis


146

(2) Tanda-tanda Vital :

(a) Suhu bayi

Suhu bayi normal berkisar antara 36,5-37,5°C

pada pengukuran diaxila (Walyani, 2021:152).

(b) Nadi

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-

140 kali permenit (Walyani 2021:152).

(c) Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir masih belum

teratur kedalaman, kecepatan, dan iramanya.

Pernafasan bervariasi dari 30-60 kali permenit

(Walyani, 2021:152).

(d) Tekanan darah

Pada bayi baru lahir tekanan darah renah dan

sulit untuk diukur secara akurat. Rata-rata

tekanan darah pada saat lahir yaitu 80/64

mmHg (Walyani, 2021:152).

(3) Antropometri

Pengukuran antropometri meliputi pengukuran

lingkar kepala dengan ukuran normal sekitar 33-35

cm, lingkar aa 30,5-33 cm, panjang badan 45-50

cm, berat badan bayi 2500-4500 gram (Walyani,

2021:151).
147

(4) Apgar Score

Penilaian APGAR score meliputi :

Tanda 0 1 2

Appearan Biru pucat, Badan Semuany

ce tungkai biru pucat, a merah

muda

Pulse Tidak teraba <100 >100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis

kuat

Activity Lemas/ Gerakan Aktif/

lumpuh sedikit/flek fleksi

si tungkai tungkai

baik/reaks

i melawan

Respirator Tidak ada Lambat, Baik,

y tidak menangis

teratur kuat

Table 4 Penilaian APGAR Sumber : Walyani, 2017

Hasil dari nilai APGAR score dinilai setiap

variable dengan angka 0,1, dan 2, nilai tertinggi

ialah 10, kemudian bisaditentukan dalam keadaan

bayi sebagai berikut :


148

Nilai 7-10 menunjukan bayi dalam kondisi baik

(vigorous baby).

Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi

sedang dan membutuhkan tindakan respirasi.

Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi

serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai

ventilasi (Walyani, 2021:151).

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dimulai dari :

(1) Kulit

Verniks atau lemak tidak perlu dibersihkan karena

berfungsi untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.

Perhatikan warna, pembengkakan atau bercak-

bercak hitam, dan tanda lahir, kemudian perhatikan

adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada

bayi kurang bulan (Walyani, 2021:156).

(2) Kepala

Fontanel anterior teraba datar. Jika cembung, bisa

terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial,

sedangkan fontanel yang cekung

mengidentifikasikan adanya dehidrasi. Moulding

harus sudah hilang dalam waktu 24 jam kelahiran.

Selfahematoma muncul pada 12-36 jam setelah


149

kelahiran dan cenderung semakin besar ukurannya,

memerlukan waktu hingga 6 minggu untuk dapat

hilang (Johnson dan Taylor, 2005, dalam

Handayani, 2017:180).

(3) Mata

Kedua mata bersih tanpa tanda-tanda rabas dan

mata harus dibersihkan (Johnson dan Taylor, 2005,

dalam Handayani, 2017:181).

(4) Telinga

Patikan jumlah, bentuk, dan posisi pada bayi cukup

bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga

berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas. Daun telinga yang letaknya rendah

(low seat ears) terdapat pada bayi yang mengalami

sindrom tertentu (Pierrerobin). Perhatikan

kemungkinan adanya kulit tanbahan atau aurikel

yang dapat beruhubungan dengan abnormalitas

ginjal (Walyani, 2021:181).

(5) Hidung

Tidak ada kelainan bawaan atau cacat lahir

(Handayani, 2017:181).

(6) Mulut
150

Mulut terlihat bersih, lembab dan tidak ada

kelainan seperti palatoskisis ataupun

labiopalatoskisis (bibir sumbing) (Johnson dan

Taylor, 2005, dalam Handayani, 2017:181).

(7) Leher

Periksa kesimetrisan leher. Raba leher bayi untuk

mendeteksi adanya pembengkakan, seperti kista

higroma dan tumor sternomastoid. Bayi dapat

menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Adanya selaput kulit menginikasikan adanya

abnormalitas kromosom, seperti sindrom Turner

dan adanya lipatan kulit berlebih di bagian

belakang leher menginikasikan adanya Trisomo 21

(Johnson dan Taylor, 2005, dalam Handayani

2017:181).

(8) Klavikula

Memastikan keutuhan terutama pada presentasi

bokong atau distosia bahu, karena keduanya

beresiko menyebabkan fraktur klavikula, yang

menyebabkan hanya mampu bergerak seikit

bahkan tidak dapat bergerak sama sekali (Johnson

dan Taylor, 2005, dalam Handayani, 2017:181).

(9) Dada
151

Tidak terdapat retraksi dinding dada bawah yang

dalam WHO, 2013, alam Handayani, 2017:181).

(10) Umbikulus

Untuk mendeteksi adanya perdarahan tali pusat,

tanda-tanda pelepasan dan infeksi tali pusat dan

umbikulus harus diperiksa setiap hari. Biasanya,

tali pusat akan putus dalam 5-6 hari. Tanda awal

terjadinya infeksi yaitu adanya kemerahan disekitar

umbikulus, tali pusat berbau busuk dan lengket.

(Johnson dan Taylor, 2005, dalam Handayani,

2017:181).

(11) Punggung

Ciri-ciri abnormalitas pada bagian punggung yaitu

spina bifida, adanya pembengkakan, lesung, atau

bercak kecil berambut yang menunjukkan

abnormalitas meulla spinalis atau kolumna

vettebrata (Walyani, 2021:182).

(12) Genetalia
152

Pada perempuan vagina berlubang, uretra

berlubang, dan labia minora telah menutupi labia

mayora.

Pada laki-laki testis berada dalam skrotum dan

penis berlubang pada ujungnya (Saifuddin, 2006,

dalam Handayani, 2017:182).

(13) Perut

Pada bayi baru lahir perut harus berbentuk bulat

dan bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat

bernafas. Pantau adanya pembengkakan, bila perut

sangat cekung kemungkinan terdapat hernia

diafragmatika, perut yang membuncit

kemungkinan karena hepatosplenomegali atau

tumor lainnya. Bila perut kembung kemungkinan

adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau

duktus omfaloentriskus persisten (Walyani,

2021:154)

(14) Anus

Pastikan tidak ada lesung atau sinus dan memiliki

sfinger ani (Johnson dan Taylor, 2005, dalam

Handayani, 2017:182).
153

(15) Eliminasi

Keluarnya urine dan meconium merupakan

indikasi kepatenan ginjal dan saluran

gastrointestinal bagian bawah (Johnson dan Taylor,

2005, dalam Handayani, 2017:182).

b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Mengidentifikasi diagnosis pada bayi baru lahir dengan nomenklatur

kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan

(NCB SMK). Masalah yang kemungkinan terjadi pada bayi baru

lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan,

ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI, 2010, dalam

Handayani, 2017).

c. Standar III : Perencanaan

Merencanakan asuhan pada bayi baru lahir meliputi membersihkan

jalan nafas, potong dan rawat tali pusat, pertahankan suhu tubuh bayi

dengan mengeringkan tubuh bayi menggunakan handuk dan

melakukan IMD, berikan vitamin K 1 mg, lakukan pencegahan

infeksi pada tali pusat, kulit, dan mata, kemudian berikan imunisasi

Hb-0. Monitoring TTV setiap 1 jam sekali terdiri dari suhu, nadi,

dan respirasi (Bobak, dkk, 2005, dalam Handayani 2017).

d. Standar IV : Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan disesuaikan dengan rencana asuhan

yang sudah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif,


154

efisien dan aman berdasarkan evidence based pada bayi, yaitu

membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, dan melakukan IMD, memberi

vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit,

dan mata serta memberi imunisasi Hb-0 (Bobak, dkk., 2005, dalam

Handayani, 2017).

e. Standar V : Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah selesai melakukan asuhan yang telah

diberikan sesuai dengan kondisi bayi, komunikasikan kepada orang

tua atau keluarga, kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi

bayi.

1) Bayi menangis kuat dan bergerak aktif.

2) Bayi telah dikeringkan menggunakan handuk dan telah

dilakukan IMD selama 1 jam.

3) Tali pusat bayi telah dirawat dengan benar.

4) Suhu tubuh bayi terjaga kehangatannya dengan cara dibedong.

Bayi telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep mata, dan

imunisasi Hb-0. (Handayani, 2017).

f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dilakukan dengan lengkap, akurat, singkat, dan

jelas mengenai keadaan yang ditemukan dan memberikan asuhan

kebidanan yang ditulis valam bentuk SOAP.


155

a) S : Data subyektif, mencatat anamnesa mengenai klien.

b) O : Data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan kepada

pasien.

c) A : Hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan.

d) P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang telah dilakukan (Handayani, 2017).

4. Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas

1) Standar I : Pengkajian

a) Data Subyektif

(1) Keluhan utama

Pada saat masa nifas apakah ada keluhan atau tidak.

Keluhan yang akan dirasakan ibu nifas adalah rasa

nyeri pada jalan lahir, nyeri perut, payudara membersar,

nyeri pada ulu hati, kaki bengkak, konstipasi, putting

susu pecah-pecah dan hemoroid (Varney, dkk, 2007

dalam Handayani, 2018).

(2) Riwayat Obtetric

Hal yang sangat penting dikaji untuk mengetahui

proses persalinan mengalami komplikasi atau tidak

karena berpangaruh saat masa nifas, yaitu perlu di

ketahui mengenai riwayat kehamilan, persalinan dan


156

nifas yang lalu serta riwayat persalinan sekarang

(Walyani, 2017).

(3) Data psikososial

Untuk mengetahui bagaimana respon ibu serta

keluarganya dalam menerima anggota keluarga baru

mereka untuk kenyamanan ibu adanya respon positif

dari keluarga terhadap bayi maka akan mempercepat

proses adaptasi ibu dalam menerima peran barunya.

Selain respon keluarganya respon ibu terhadap dirinya

sendiri serta terhadap bayinya juga penting dalam

kesiapan ibu menerima perannya serta peraannya

apakah ibu gembira memiliki buah hati (Walyani,

2017).

(4) Data pengetahuan

Pengetahuan ibu terhadap masa nifas dikaji untuk

mengetahui sejauh mana ibu mengerti tentang kondisi

yang sedang dialaminya.

(5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan ibu nifas yaitu nutrisi, kebersihan diri,

istirahat, eliminasi serta kebutuhan seksual (Walyani,

2017).

b) Data Objektif
157

Data objektif yang di perlukan dalam melakukan asuhan

kebidanan nifas yaitu meliputi :

(1) Keadaan umum

Mengkaji keadaan umum ibu untuk mengetahui tingkat

energi dan emosi ibu (Walyani, 2017).

(2) Tanda-tanda vital

Setelah proses persalinan tetap harus waspada terhadap

tanda-tanda vital ibu dimana untuk mengatasi

kemungkinan akan terjadinya perdarahan < 1 jam pasca

bersalin.

(a) Suhu

Suhu dapat naik sekitar 0,5 oC dari keadaan

normal, namum dalam 12-24 jam akan Kembali

normal (Walyani, 2017).

Suhu tubuh normal berkisar antar 36 oC – 37,5 oC

Dikatakan tidak normal apabila :

Hipotermia apabila suhu tubuh kurang dari suhu

tubuh normal.

Hipertermia apabila suhu tubuh lebih dari suhu

tubuh normal (Sulistyowati, 2018).


158

(b) Tekanan Darah

Menurut Walyani, 2017 tekanan darah setelah

proses melahirkan 2-6 jam pertama akan

mengalami peningkatan sekitar 15 mmHg pada

systole dan 10 mmHg pada diastole serta akan

kelmbali normal setelahnya.

Table 5 Klasifikasi Tekanan Darah Usia

Kategori Sistole Diastole

Normal <130 < 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 180-209 110-119

Hipertensi derajat 4 ≥ 210 ≥ 120

Sumber : Sulistyowati, 2018.

(c) Nadi

Menurut Sulisyowati, 2018 Nadi Normal

Dewasa yaitu 60-100 x/menit. Ketidaknormalan

nadi dapat disebut :

Takikardi : frekuensi nadi dalam 1 menit lebih dari

normal.
159

Bradikardi : frekuensi nadi dalam 1 menit kurang

dari normal.

Apabila saat pemeriksaan nadi, iramanya tidak

teratur (irregular) harus dikonfirmasi dengan

auskultasi jantung. Denyut nadi dengan penyulit

persalinan dapat mencapai > 100 x/menit

(Walyani,2017).

(d) Pernafasan

Dalam menilai pernafasan yaitu tipe pernafasan,

frekuensi, kedalaman serta suara nafas (Walyani,

2017). Pernafasan normal pada dewasa yaitu

berkisar antara 12-20 x/menit. Menurut Setyowati,

2018 Ketidaknormalan pernafasan dapat disebut :

Takipnea : Pernafasan lebih dari 20 x/menit.

Bradipnea : Pernafasan kurang dari 12 x/menit.

(3) Pemeriksaan Fisik

(a) Payudara

Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat

benjolan, pembesaran kelenjar, dan

bagaimmanakah keaaan puting susu ibu dan kaji

pengeluaran ASI. Umumnya ASI keluar 2-3 hari

setelah melahirkan. Namun, dipayudara sudah

terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi,


160

karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotic

pembunuh kuman (Rukiyah, 2013).

Saat melakukan pemeriksaan pada payudara

pastikan apakah puting menonjol, adakah benjolan,

adakah nanah atau tidak (Walyani, 2017).

Selain itu pemeriksaan payudara dilakukan untuk

mengkaji apakah ibu menyusui bayinya atau tidak,

dapat dilihat apakah ada kolostrum atau air susu

yang keluar, apakah terdapat tanda infeksi

payudara seperti kemerahan serta muncul nanah

dari putting susu (Varney, dkk, 2007 dalam

Handayani, 2017).

(b) Perut

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu memastikan

apakah ada atau tidaknya nyeri pada perut (Varney,

dkk, 2007 dalam Handayani, 2017).

Periksa apakah uterus berkontraksi dengan baik,

apakah konsistensinya keras atau tidak, serta

periksa seberapa tinggi fundus uteri apakah sesuai

dengan involusi uteri atau tidak (Walyani, 2017).

(c) Kandung kemih

Jika kandung kemih ibu dalam keadaan penuh

maka bantu ibu untuk mengkosongkan kandung


161

kemih serta anjurkan ibu agar tidak menekan

apabila terasa ingin BAK. Apabila dalam waktu 6

jam setelah persalinan ibu tidak dapat berkemih

maka bantu ibu dengan menyiramkan air hangat ke

vulva ibu (Walyani, 2017).

(d) Perineum

Pada pemeriksaan perineum periksalah bagaimana

jahitan laserasinya untuk mengkaji adanya nyeri,

pembengkakan, ada tidaknya kemerahan pada

perineum serta kerapatan jahitan apabila ada

jahitan ( Varney, dkk, 2007 dalam Handayani,

2017).

(e) Lochea

(1) Lochea Rubra ( Cruenta )

Berisi darah segar dan sisa sisa selaput

ketuban, sel desidua, verniks kaseosa lanugo

dalam mekonium, selama 2 hari postpartum.

(2) Lochea Sanguniolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari

ke 3-7 postpartum.

(3) Lochea Serosa


162

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

hari ke 7-14 postpartum.

(4) Lochea Alba

Cairan putih setelah 2 minggu

(5) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi , keluar cairan seperti nanah

berbau busuk

(6) Locheastasis

Lochea yang tidak lancar keluar

2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Merumuskan diagnosa pada masa nifas disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti P2A0 usia 25 tahun postpartum

fisiologis. Dalam merumuskan masalah disesuaikan dengan

kondisi yang dialami ibu. (Varney, dkk, 2007 dalam Handayani,

2017).

3) Standar III : Perencanaan

Menurut Handayani, (2017) Rencana tindakan akan disusun

berdasarkan kondisi yang dialami ibu selama masa nifas serta

sesuai dengan prioritas, tindakan segera, tindakan antisipasi serta

asuhan secara komprehensif. Rencana asuhan Kebidanan akan

disesuaikan dengan kebijakan program nasional diantaranya yaitu

a) Periksa tanda-tanda vital


163

b) Periksa tinggi fundus uteri

c) Periksa lochea

d) Periksa pengeluaran pervaginam

e) Periksa payudara

f) Berikan KIE tentang nutrisi, eliminasi, mobilisasi dini, ASI

ekslusif, cara menyusui yang benar serta perawatan payudara.

g) Berikan pelayanan KB pasca persalinan.

4) Standar IV Implementasi

Pelaksanaan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun serta dilakukan secara

komprehensif berdasarkan evidence based (Handayani, 2017).

5) Standar V : Evaluasi

Menurut Handayani, (2017) Evaluasi dilakukan setelah selesai

melakukan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan sesuai

dengan kondisi ibu kemudian dicatat dan dikomunikasikan

dengan ibu dan keluarga. Evaluasi yang dicatat yaitu seperti :

a) Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

b) Telah dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri

c) Telah dilakukan pemeriksaan lochea

d) Telah dilakukan pemeriksaan pengeluaran pervaginam

e) Telah dilakukan pemeriksaan payudara


164

f) Telah diberikan KIE tentang nutrisi, eliminasi, mobilisasi

dini, ASI ekslusif, cara menyusui yang benar serta perawatan

payudara ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.

g) Ibu telah memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan.

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Menurut Handayani, (2018). pencatatan Asuhan Kebidanan Nifas

dilakukan secara lengkap, akurata, singkat serta jelas sesuai

dengan keadaan atau kejadian yang dialami ibu selama pemberian

asuhan. Pencatatan dilakukan dengan metode SOAP.

a) S : Data Subjektif merupakan hasil yang di dapat dari hasil

anamnesa dengan ibu.

b) O : Data Objektif merupakan hasil dari pemeriksaan yang

dilakukan terhadap ibu nifas.

c) A : Analisa merupakan diagnose dan masalah yang sesuai d

dengan keadaan ibu.

d) P : Penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai