Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA KLIEN HEMOROID


INTERNAL DI DUSUN RECOBANTENG RT 02 RW 02 KELURAHAN
WONOREJO KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

RIA FADHLA

P27220018074

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

2020
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA KLIEN HEMOROID


INTERNAL DI DUSUN RECOBANTENG RT 02 RW 02 KELURAHAN
WONOREJO KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

Karya Tulis Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma DIII Keperawatan

RIA FADHLA

P27220018074

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ria Fadhla

NIM : P27220018074

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, 19 November 2020

Pembuat pernyataan

Ria Fadhla

NIM : P27220018074

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ria Fadhla NIM P27220018074 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Nyeri pada Klien Hemoroid Internal di Dusun
Recobanteng Rt 02 Rw 02 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Surakarta, 19 November 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Widodo MN Sunarto S.ST.,Ns.,M.Kes

NIP: 197006041998031002 NIP :19751217200812 1 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ria Fadhla NIM P27220018074 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Nyeri pada Klien Hemoroid Internal di Dusun
Recobanteng Rt 02 Rw 02 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 21
Desember 2020

Dewan Penguji

Ketua Penguji Anggota Penguji I

Sunarto S.ST.,Ns.,M.Kes Widodo MN

NIP :19751217200812 1 001 NIP: 197006041998031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan

Widodo,MN

NIP: 197006041998031002

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN

NYERI PADA KLIEN HEMOROID INTERNAL DI DUSUN RECOBANTENG

RT 02 RW 02 KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN KEDUNGGALAR

KABUPATEN NGAWI”

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Widodo, M.N., selaku Ketua Jurusan Keperawatan telah memberikan

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Surakarta, sekaligus selaku pembimbing yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

2. Sunarsih Rahayu,SKep.,Ns.,MKep, selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

3. Sunarto S.ST.,Ns.,M.Kes, selaku penguji ketua yang telah banyak

mengarahkan dan memberi dorongan sampai studi kasus ini.

4. Semua dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang

bermanfaat.

v
5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Untuk sahabat-sahabat ku alumni ma’had madinatul hikmah yang

meskipun berbeda tempat dalam menimba ilmu tapi masih selalu memberikan

support dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Teman-teman tercinta kelas 3BD3 Keperawatan yang saling menyemangati

dan membantu satu sama lain.

8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

memberi doa dan semangatnya.

Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan, amin.

Surakarta, 29 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iv

KATA PENGANTAR...................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus............................................................................... 4
1. Tujuan Umum........................................................................... 4
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................... 6

A. Konsep Dasar.........................................................................................6
1. Pengertian................................................................................. 6
2. Etiologi...................................................................................... 6
3. Patofisiologi dan Pathway..........................................................7
4. Klasifikasi................................................................................ 9
5. Manifestasi Klinik................................................................... 10
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 11
7. Diagnosa Banding................................................................... 12
8. Penatalaksanaan ......................................................................13
9. Komplikasi.............................................................................. 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................16
1. Pengkajian................................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan............................................................18
3. Intervensi Keperawatan...........................................................18
4. Implementasi Keperawatan......................................................22
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................22
C. Kerangka Teori....................................................................................24
D. Kerangka Konsep................................................................................ 25

vii
BAB III METODE STUDI KASUS..............................................................26

A. Desain studi kasus................................................................................26


B. Subjek Studi Kasus..............................................................................26
C. Fokus Studi Kasus................................................................................27
D. Definisi Operasional............................................................................27
E. Tempat dan Waktu...............................................................................27
F. Pengumpulan Data...............................................................................28
G. Analisa Data dan Penyajian.................................................................29
H. Etika Studi Kasus.................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathways Hemoroid.......................................................................8

viii
Gambar 2.2 Kerangka Teori............................................................................24

Gambar 2.3Kerangka Konsep..........................................................................25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Jadwal Kegiatan Studi Kasus

ix
Lampiran 2 Surat Permohonan Calon Responden

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Instrumen Studi Kasus

Lampiran 5 Lembar Konsultasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era yang serba

modern ini tentunya menimbulkan dampak yang signifikan terhadap

kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Gaya hidup

yang dulunya bergantung pada alam, sekarang perlahan mulai bergerak

kearah yang serba instan. Pola konsumsi makanan yang kurang sehat

serta kurangnya aktivitas fisik menimbulkan beberapa masalah

kesehatan yang perlu mendapat perhatian.

Tercatat terjadi peningkatan kurangnya konsumsi masyarakat akan

buah dan sayur sebesar 2% pada dua kali survei. Pada tahun 2013,

tercatat terdapat 93,5% masyarakat Indonesia yang berusia diatas 10

tahun hanya mengkonsumsi buah dan sayur dibawah 5 porsi sehari.

Sedangkan ditahun 2018, tercatat 95,5% masyarakat Indonesia

mengkonsumsi buah dan sayur dibawah 5 porsi perhari (Riskesdas,

2013; Riskesdas, 2018). Konsumsi buah dan sayur masyarakat

Indonesia pada tahun 2016 hanya sebesar 174 gram per kapita per hari,

angka ini dinilai masih sangat jauh dari rekomendasi WHO/FAO yakni

sebesar 400 gram per kapita per hari. Rendahnya konsumsi sayur dan

buah dapat menyebabkan beragam penyakit saluran pencernaan dan

konstipasi yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan (BPS, 2017).

1
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai sulitnya defekasi yang

dialami 2 minggu atau lebih, dan biasanya menyebabkan masalah yang

signifikan pada pasien. Jika konstipasi tidak segera diatasi, maka akan

menimbulkan komplikasi seperti inkontinensia fekal dan urin,

hemoroid, fisura anus, impaksi fekal, perdarahan rektum, infeksi

saluran kemih, obstruksi atau perforasi usus, serta prolaps rektum (Dwi

Nurbadriyah, 2020). Konstipasi kronis pada kehamilan akan

meningkatkan risiko terjadinya hemoroid. Feses yang keras membuat

ibu hamil mengejan lebih sehingga mengakibatkan rektum

membengkak dan berdarah akibat pecahnya pembuluh darah di anus

(Astikasari, 2015).

Diseluruh dunia, prevalensi penderita dengan gejala hemoroid

diperkirakan mencapai 4,4% dari total populasi umum. Di Amerika

Serikat, sepertiga dari 10 juta orang dilaporkan mencari penanganan

medis terkait gejala hemoroid, sehingga menghasilkan 1,5 juta resep

pengobatan medis terkait hemoroid per tahun. Prevalensi hemoroid

meningkat seiring bertambahnya usia, dan puncaknya terjadi pada usia

45-65 tahun (Perry, R, 2019).

Hemoroid merupakan penyebab tersering perdarahan rektal serta

ketidaknyamanan anal. Ketidaknyamanan ini kebanyakan dalam

bentuk nyeri yang sangat mengganggu. Hemoroid internal sebenarnya

tidak dapat menyebabkan nyeri, hal ini dikarenakan lokasi hemoroid

berada di atas dentate line yang tidak memiliki syaraf kulit. Akan

2
tetapi, hemoroid internal dapat menyebabkan nyeri perianal apabila

telah terjadi prolaps yang disebabkan oleh spasme kompleks pada

sfingter disekitar lokasi hemoroid. Nyeri pada daerah perianal tersebut

dapat diminimalisir dengan cara reduksi. Hemoroid internal juga dapat

mengakibatkan nyeri akut apabila telah terjadi inkarserasi dan

strangulasi. Strangulasi yang diserta adanya nekrosis menyebabkan

ketidaknyamanan yang lebih parah. Spasme sfingter pada hemoroid

internal seringkali juga menimbulkan trombosis eksternal yang dapat

menimbulkan nyeri kulit akut. Kumpulan gejala tersebut biasanya

disebut dengan krisis hemoroid akut dan membutuhkan pengobatan

segera (Perry, R, 2019).

Salah satu teknik atau tindakan keperawatan yang dapat membantu

mengurangi intensitas nyeri antara lain relaksasi nafas dalam dan

distraksi (Wahyudi & Abdul, 2016). Selain teknik relaksasi nafas

dalam dan distraksi, rendam duduk (Sitz Bath) yang dilakukan dengan

frekuensi tiga sampai empat kali per hari dapat menghilangkan rasa

sakit dan nyeri pada pasien dengan gangguan anorektal dengan cara

merilekskan spasme otot sfingter (Smeltzer & Bare, 2002).

Banyaknya prevalensi penderita hemoroid perlu mendapat asuhan

keperawatan yang tepat guna mencegah terjadinya komplikasi lebih

lanjut seperti perdarahan, thrombosis, serta infeksi. Penatalaksanaan

nyeri seperti kompres hangat, pemberian rendam duduk (Sitz Bath)

dengan frekuensi yang tepat perlu di intervensikan, hal ini dikarenakan

3
nyeri masih menjadi keluhan tersering yang dilaporkan oleh pasien

dengan hemoroid. Pendidikan kesehatan mengenai pentingnya

konsumsi buah dan sayur sebagai sumber serat tubuh, perlu dilakukan

mengingat rendahnya konsumsi serat merupakan salah satu faktor yang

memperberat kondisi hemoroid.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud

melaksanakan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri

Pada Klien Hemoroid Internal di Dusun Recobanteng Rt 02 Rw 02

Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan nyeri pada klien

dengan hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02

Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Tujuan umum dilakukan studi kasus ini adalah untuk

mengetahui gambaran asuhan keperawatan nyeri pada klien dengan

hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02 Kelurahan

Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

4
2. Tujuan khusus

Tujuan khusus studi kasus ini secara terperinci adalah sebagai

berikut:

a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien

dengan hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW

02 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02

Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi

c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien

dengan hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW

02 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan

hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02

Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

hemoroid internal di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02

Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi

5
f. Membahas hasil-hasil temuan studi kasus berdasarkan teori

dan hasil penelitian terbaru.

D. Manfaat studi kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Institusi Pendidikan

Sebagai referensi pengembangan dan peningkatan mutu

pelayanan pada masyarakat khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan nyeri pada pasien dengan hemoroid

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan nyeri pada

pasien dengan hemoroid internal

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan

pemberian asuhan keperawatan nyeri pada pasien dengan hemoroid

internal

4. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penatalaksanaan

pasien dengan hemoroid internal

6
5. Pasien

Diharapkan masalah pasien yang berkaitan dengan hemoroid

internal dapat teratasi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hemoroid

1. Pengertian hemoroid

Hemoroid berasal dari kata “Haima” dan “Rheo” yang dalam

istilah medis diartikan sebagai pelebaran pembuluh darah. Pelebaran

pembuluh darah ini secara otomatis mengakibatkan pembesaran vena

(varises) pada Pleksus hemoroidialis dan seringkali ditandai dengan

adanya tonjolan membran mukosa yang melapisi daerah anus dan

rektum (Sudarsono, 2015; Diyono & Mulyanti, 2016; Nugroho, 2014)

2. Etiologi

Hemoroid sebenarnya tidak berhubungan dengan kondisi medis

atau penyakit tertentu, akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi

yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hemoroid (Muttaqin & Sari,

2011). Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya

hemoroid antara lain antara lain mengejan yang berlebih saat

melakukan defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, serta obesitas.

Faktor tersebut mengakibatkan peningkatan tekanan inta-abdominalis

yang selanjutnya ke daerah anorektal dan tekanannya berulang terus

menerus sehingga mengakibatkan prolaps pada vena hemoroidialis

(Ratnawati, 2017).

Lemahnya dinding anorektal yang didapat sejak lahir akan

memudahkan munculnya hemoroid apabila mendapat tambahan faktor

8
lain seperti mengejan terlalu kuat dan lama, serta konstipasi.

Hubungan antara riwayat penyakit keluarga di masa lalu dengan

kejadian hemoroid belum didapati hubungan yang relevan, akan tetapi

kebiasaan yang telah dilakukan oleh anggota keluarga memiliki

peranan penting pada anggota keluarga yang lain (Ulima, 2012).

Menurut Diyono & Mulyanti (2016), terdapat beberapa kondisi

yang mampu menjadi pencetus terjadinya hemoroid. Beberapa kondisi

tersebut antara lain :

1) Peningkatan tekanan intra-abdomen. Mis : kegemukan, kehamilan,

konstipasi

2) Komplikasi dari penyakit Cirhosis hepatis

3) Terlalu banyak duduk

4) Tumor abdomen/pelvis

5) Mengejan saat BAB

6) Hipertensi portal

3. Patofisiologi dan pathway

a. Patofisiologi

Hemoroid diawali dengan munculnya tenesmus. Tenesmus

akan meningkatkan tekanan intra abdomen dan hemoroidialis

sehingga vena-vena hemoroidialis mengalami distensi. Ketika

ampula rektum terisi oleh feses, diperkirakan akan terjadi obstruksi

vena. Peningkatan tekanan dan obstruksi yang berulang dalam

jangka waktu yang lama mengakibatkan dilatasi vena-vena

9
hemoroidialis secara permanen. Selain itu, distensi juga

mengakibatkan thrombosis dan perdarahan (Black & Hawks,

2014).

Kehamilan atau obesitas menimbulkan ketegangan abnormal

dari otot sfingter internal yang pada akhirnya menurunkan venous

return. Terlalu lama duduk di toilet atau pada saat membaca

diyakini menyebabkan penurunan relative venous return di daerah

perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan

kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Hipertensi portal telah

sering disebutkan dalam hubungan dengen hemoroid. Perdarahan

masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya

bersifat masif. Varises anorekatal terjadi di midrektum, di antara

sistem portal dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering

pada pasien non-sirosis, serta jarang mengalami perdarahan

(Muttaqin & Sari, 2011).

10
b. Pathways
Konstipasi,diare,sering mengejan,kongesti pelvis pada kehamilan,fibrinoma
uteri,pembesaran prostat,tumor rectum,tekanan intra abdomen
Kongesti vena plexus hemoroidialis

Aliran balik vena terganggu

Tekanan perifer meningkat dan pelebaran vena hemoroidialis (varices)

Internal I intake serat adequate Sembuh

II

III

IV Prolaps pembuluh darah

Eksternal Akut Peningkatan tekanan darah pada kapiler Risiko perdarahan

Kronik Dilatasi pembuluh darah

Muncul 5 tanda infeksi

Terjepit sfingter anal Eksudat Peningkatan permeabilitas endotilia/cairan

Inflamasi/peradangan Diskontinuitas jaringan Sianosis sel

Pelepasan mediator kimia

Menghantarkan rangsang ke substansi gelatinosa Merangsang ujung saraf perifer

Cortex cerebri (persepsi nyeri) Nyeri

Ambang nyeri menurun

Ketakutan pada prognosis Cemas

Kurang informasi mengenai penyakit Defisit pengetahuan

Sumber : (Guyton & Hall, 2006; Brunner & Suddarth, 1996)

Gambar 2.1 Pathways

11
4. Klasifikasi

Menurut (Black & Hawks, 2014), hemoroid diklasifikasikan

menjadi dua kategori, yakni hemoroid internal dan hemoroid eksternal.

a. Hemoroid eksternal

Hemoroid eksternal merupakan varises dalam pleksus

hemoroidialis dan menimbulkan massa yang membesar pada

anus. Hemoroid eksternal terbagi lagi menjadi dua kelompok,

yakni hemoroid eksternal akut dan hemoroid eksternal kronik

(Sjamsuhidayat & Jong, 2011).

1) Hemoroid eksternal akut

Hemoroid eksternal akut ditandai dengan

pembengkakan berwarna kebiruan serta berbentuk

bulat pada pinggiran anus. Pembengkakan ini

sebenarnya adalah sebuah hematoma.

2) Hemoroid eksternal kronik

Hemoroid jenis ini ditandai dengan adanya satu atau

lebih lipatan kulit yang terdiri dari jaringan

penyambung sedikit pembuluh darah, merupakan

kelanjutan hemoroid eksternal yang mengalami

thrombosis.

b. Hemoroid internal

Hemoroid internal merupakan varises dalam pleksus

hemoroidialis superior yang terjadi diatas batas muko-kutaneus

12
(Linea pektinata) dan dilapisi oleh membran mukosa dan di

inervasi oleh sistem saraf otonom. Hemoroid internal

diklasifikasikan kedalam empat kategori berdasarkan

derajatnya (Diyono & Mulyanti, 2016).

1) Derajat I

Hemoroid internal derajat I ditandai dengan tidak

adanya prolaps pada pleksus hemoroid superior dan

hanya terdapat luka kecil yang masuk ke anak kanal.

2) Derajat II

Hemoroid derajat ini ditandai dengan adanya

prolaps setelah defekasi, namun dapat masuk kembali

secara spontan.

3) Derajat III

Hemoroid internal derajat III ditandai dengan

adanya prolaps setelah defekasi, namun tidak dapat

masuk kembali secara spontan, sehingga memerlukan

dorongan manual dengan jari.

4) Derajat IV

Inkarserasi merupakan tanda khas pada hemoroid

internal derajat IV. Biasanya prolaps tidak dapat

dimasukkan kembali kedalam anus meskipun telah

didorong secara manual.

13
5. Manifestasi klinik

Manifestasi yang paling umum pada hemoroid eksternal adalah

munculnya massa pada anus, sedangkan hemoroid internal dicirikan

oleh perdarahan dan prolaps (protrusi keluar anus). Manifestasi lain

yang bisa ditemukan pada pasien dengan hemoroid adalah rasa gatal

pada anus dan konstipasi. Nyeri dapat ditemukan jika terdapat

thrombosis yang berkaitan (Black & Hawks, 2014).

a. Hemoroid internal

Manifestasi klinis paling umum pada hemoroid internal adalah

terjadinya perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar

dan tidak bercampur dengan fases, dapat hanya berupa garis pada

fases atau kertas pembersih (tissue toilet) (Maher, 2006).

Hemoroid internal juga menimbulkan lendir yang dapat

menyebabkan dermatitis lokal atau biasa disebut dengan Pruritus

ani (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid dapat mengakibatkan

anemia apabila terjadi perdarahan kronik (Diyono & Mulyanti,

2016).

b. Hemoroid eksternal

Manifestasi klinis dari hemoroid eksternal umumnya berupa

benjolan, namun ketika defekasi musculus sphincter ani eksternal

akan berotasi kearah luar membentuk bibir anorektum (Ulima,

2012). Gatal dan nyeri ketika defekasi, serta tidak adanya

perdarahan merupakan ciri lain dari hemoroid eksternal (Rosdahl,

14
C. & Kowalski, M., 2017). Nyeri biasanya berlangsung selama 7-

14 hari bergantung pada resolusi thrombosis (Muttaqin & Sari,

2011).

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan guna mempertegas

diagnosa hemoroid menurut (Ratnawati, 2017) antara lain :

a. Pemeriksaan fisik ( Rectal Touche/colok dubur )

Pada hemoroid internal stadium awal, biasanya tidak dapat

teraba namun menimbulkan rasa nyeri. Hal ini dikarenakan

tekanan vena didalamya tidak terlalu tinggi. Hemoroid dapat

teraba apabila ukurannya besar. Apabila hemoroid sering

mengalami prolaps, akan terjadi penebalan selaput lendir.

Apabila terjadi thrombosis dan fibrosis, akan terasa padat

dengan dasar yang lebar pada saat dilakukan perabaan.

Pemeriksaan colok dubur ini juga dilakukan untuk

menyingkirkan diagnosa pembanding berupa karsinoma

rectum.

b. Pemeriksaan dengan teropong ( anoskopi : Rectoscopy )

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan

kecurigaan hemoroid internal yang tidak menonjol keluar.

Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran

dengan pasien berada pada posisi litotomi.

15
Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vaskuler yang

menonjol kedalam lumen. Apabila pasien diminta untuk

sedikit mengejan, maka akan terlihat pembesaran hemoroid

dan prolaps akan terlihat lebih jelas. Banyaknya benjolan,

derat, letak dan keadaan lain seperti polip, fisura ani, maupun

tumor ganas juga harus diperhatikan.

c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dilakukan guna memastikan

penyebab keluhan bukan berasal dari keganasan atau proses

radang. Feses juga harus diperiksa guna memastikan adakah

darah yang samar.

d. Rontgen.

e. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

diagnosa.

7. Diagnosa banding

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama pada kasus

hemoroid internal. Namun hal ini juga terjadi pada kasus karsinoma

kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit

lain yang tidak begitu sering terjadi di kolorektum. Kandiloma perianal

dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dengan

hemoroid yang mengalami prolaps. Adanya lipatan kulit sentinel pada

garis tengah dorsal yang disebut umbai kulit, dapat menunjukkan

adanya fisura anus (Sjamsuhidayat & Jong, 2011).

16
8. Penatalaksanaan

Menurut (Black & Hawks, 2014), penatalaksanaan pada pasien

dengan hemoroid dibagi menjadi dua,antara lain sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan keperawatan

1) Mencegah konstipasi

Rasa nyeri yang timbul ketika defekasi terkadang

membuat pasien menahan keinginan untuk defekasi. Hal

ini mengakibatkan feses menjadi keras dan impaksi feses.

Sarankan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi

serat dan mencukupi kebutuhan cairan dengan banyak

minum untuk mencegah mengejan berlebihan. Ingatkan

pasien untuk tidak duduk terlalu lama di kloset karena

posisi ini mengganggu aliran darah dan menambah

tekanan pada pembuluh darah di daerah anus.

2) Mengurangi nyeri

Lakukan mandi berendam ( Sitz Bath ) selama 15

menit dengan frekuensi 3-4 kali sehari. Kompres Witch

hazel juga turut membuat mukosa terasa nyaman.

Anastesi topical atau preparat steroid seperti lidokain atau

krim steroid dapat mengurangi nyeri dan gatal.

17
b. Penatalaksanaan bedah

1) Skleroterapi

Skleroterapi dilakukan dengan injeksi agen

sklerosing (zat yang dapat menyebabkan pembentukan

jaringan parut) diantara vena-vena anus dan sekitarnya.

Prosedur ini akan menciptakan reaksi inflamasi yang

menyebabkan thrombosis dan fibrosis. Prosedur ini dapat

dilakukan pada pasien rawat jalan, akan tetapi prosedur

ini membutuhkan 1 sampai 4 injeksi tiap 5 atau 7 hari.

Agen sklerosing juga dapat melukai kanal anus.

2) Ligasi

Ligasi adalah suatu prosedur yang umum dilakukan

hanya pada hemoroid internal. Dokter akan memasukkan

suatu tabung kecil dengan dua lumen yang memiliki pita

karet kecil pada lapisan dalam (ligator) menggunakan

bantuan anoskop. Hemoroid kemudian ditangkap dengan

forsep dan ditarik melalui ligator. Pita karet kemudian

diletakkan disekitar dari leher hemoroid. Meskipun

mengalami perdarahan, masalah yang sering timbul pada

prosedur ini adalah timbulnya rasa nyeri. Pasien akan

diberikan resep laksatif guna mencegah trauma lokal dari

massa feses yang mengeras. Dalam 8 hingga 10 hari, pita

18
karet ini akan memotong leher hemoroid dan jaringan

sisanya akan lepas.

3) Cryosurgery

Prosedur ini menggunakan teknik pembekuan

jaringan hemoroid hingga jaringan nekrosis dan lepas.

Akan tetapi prosedur ini tidak lagi digunakan karena

berisiko mengalami inkomplet nya penghancuran

hemoroid.

4) Laser

Prosedur ini menggunakan teknik pembakaran

jaringan hemoroid menggunakan sinar laser. Prosedur ini

minim perdarahan namun tetap menimbulkan rasa nyeri.

5) Hemoroidektomi

Prosedur ini, vena hemoroidal akan di eksisi, dan

area pemotongan dibiarkan terbuka untuk sembuh melalui

proses granulasi atau dapat juga ditutup menggunakan

jahitan. Metode terbuka memberikan efek yang amat

sangat nyeri, namun tingkat keberhasilan tinggi.

Sedangkan teknik jahitan, minim rasa nyeri akan tetapi

rawan infeksi dan penyembuhan luka yang buruk.

19
9. Komplikasi

Beberapa komplikasi dapat terjadi apabila tidak mendapatkan

penanganan yang tepat (Ratnawati, 2017). Komplikasi yang mungkin

terjadi antara lain :

1) Thrombosis

Thrombosis pada hemoroid dapat terjadi sebagai akibat

darah yang membeku pada saat perdarahan terjadi.

2) Peradangan

Terjadinya iritasi akibat tekanan vena hemoroidialis dapat

memicu terjadinya peradangan atau infeksi karena faktor area

yang rawan di diami oleh bermacam-macam mikroorganisme

yang terbawa oleh kotoran.

3) Perdarahan

Pada hemoroid derajat satu, darah keluar secara menetes

dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang terjadi,

kecuali apabila terjadi pecahnya pembuluh darah besar. Hemoroid

dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal.

Apabila hemoroid ini mengalami perdarahan, darah yang keluar

bisa saja sangat banyak.

Perdarahan yang paling umum dijumpai adalah jenis

perdarahan kronis, dan apabila terjadi secara berulang dapat

meningkatkan risiko anemia dikarenakan eritrosit yang diproduksi

tubuh tidak dapat mengimbangi jumlah yang keluar.

20
Perdarahan akut meningkatkan risiko terjadi nya syok

hipovolemik,sedangkan perdarahan kronik dapat menyebabkan

anemia (Diyono & Mulyanti, 2016).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Menurut Ratnawati (2017), pengkajian pada pasien dengan hemoroid

meliputi :

a. Identitas pasien

Identitas yang di kaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,

status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, alamat, dan nomor registrasi. Identitas penanggung

jawab.

b. Keluhan utama

Pasien hemoroid biasanya datang dengan keluhan berupa

perdarahan terus menerus saat melakukan defekasi, terdapat

benjolan pada anus, serta keluhan nyeri pada saat defekasi.

Keluhan nyeri perlu mendapat pengkajian khusus untuk

menentukan intervensi yang tepat. Pengkajian dilakukan

menggunakan format PQRST (Morton, 2005).

21
1) Provokasi/Paliatif

Merupakan hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya

nyeri, biasanya berupa trauma pada anggota tubuh yang

menjalani prosedur bedah.

2) Qualitay/Quantity

Merupakan rasa gejala nyeri yang dialami pasien. Pasien

dengan pasca operasi biasanya akan merasakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk atau sayatan.

3) Region/Radiation

Merupakan tempat terjadinya rasa nyeri setelah defekasi

atau mengejan.

4) Severity

Tingkat nyeri yang dirasakan pasien, dinilai dengan skala

0-10.

5) Timing

Waktu terjadinya nyeri, lama nyeri berlangsung, dan dalam

kondisi seperti apa nyeri itu muncul.

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit yang perlu di telusuri meliputi :

1) Riwayat penyakit sekarang

2) Riwayat penyakit dahulu

3) Riwayat penyakit keluarga

4) Riwayat sosial

22
Riwayat rasa tidak nyaman pada area rektal seperti

gatal, rasa terbakar, serta nyeri selama defekasi juga perlu

dikaji. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan mengenai

riwayat penyakit juga meliputi adanya perdarahan rectum,

banyaknya perdarahan, serta warna dan frekuensi

terjadinya perdarahan. Pertanyaan lain mengenai riwayat

diet juga turut ditanyakan, termasuk asupan serat

(Smeltzer & Bare, 2002).

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara pasien di

baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk

dan menempel pada tempat tidur.

1) Inspeksi

a) Pada saat dilakukan inspeksi,lihat adakah benjolan

disekitar anus

b) Apakah benjolan tersebut terlihat saat prolaps

c) Amati warna benjolan,apakah kebiruan,

kemerahan, serta kehitaman

d) Apakah benjolan tersebut terletak diluar

2) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan cara Rectal touche atau

colok dubur. Prosedur nya dengan menggunakan

sarung tangan yang diberikan vaselin, kemudian

23
pemeriksa memasukkan satu jari kedalam anus.

Apakah ada benjolan, dan bagaimana kepadatannya.

Lihat juga adanya perdarahan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (2016) yang sering

muncul pada pasien dengan hemoroid antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asuan serat

c. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal

(varises)

d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

3. Intervensi keperawatan

Intevensi keperawatan yang dapat disusun berdasarkan SIKI

(2018) adalah sebagai berikut :

a. Manajemen nyeri

1) Obervasi

a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

24
2) Terapeutik

a) Berikan teknik non farmakologis (relaksasi nafas dalam,

kompres hangat/dingin pada rektal, sitz bath)

b) Kontrol lingkungan yag memperberat nyeri

3) Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

4) kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik

b. Manajemen konstipasi

1) Observasi

a) Periksa tanda dan gejala konstipasi

b) Perika pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,

bentuk, volume, dan warna)

c) Identifikasi faktor risiko konstipasi

d) Monitor tanda dan gejala ruptur usus atau peritonitis

2) Terapeutik

a) Anjurkan diet tinggi serat

b) Lakukan massase abdomen, jika perlu

c) Berikan enema atau irigasi, jika perlu

3) Edukasi

a) Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan

25
b) Anjurkan peningkatan cairan, jika tidak ada kontra

indikasi

c) Latih buang air besar secara teratur

d) Ajarkan cara mengatasi konstipasi

4) Kolaborasi

a) Konsultasikan dengan tim medis tentang penurunan

peningkatan frekuensi suara usus

b) Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

c. Pencegahan perdarahan

1) Observasi

a) Monitor tanda dan gejala perdarahan

b) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin

2) Terapeutik

a) Batasi tindakan invasif

b) Hindari pengukuran suhu rektal

3) Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

b) Anjurkan meningkatkan ciran untuk mencegah konstipasi

c) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perluIdentifikasi

kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang

bersifat individu

26
d. Reduksi ansietas

1) Obervasi

a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

c) Monitor tanda ansietas

2) Terapeutik

a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan

b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

c) Dengarkan dengan penuh perhatian

d) Gunakan pendekatan tenang yang meyakinkan

e) Diskusikan perencanaan yang realistis tentang peristiwa

yang akan datang

3) Edukasi

a) jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

b) informasikan secara faktual mengenai diagnosis,

pengobatan, dan prognosis

c) latih kegiatan pengalihan

4) kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian anti ansietas, jika perlu

e. Edukasi kesehatan

1) Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

27
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku-perilaku hidup bersih dan

sehat

2) Terapeutik

a) Sediakan materi pendidikan kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi

a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meingkatkan

perilaku hidup bersih dan

f. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah

Menurut Ratnawati (2017), terdapat beberapa pendidikan atau

edukasi yang dapat dilakukan pada pasien terkait pendidikan

dirumah.

1) Instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan area

perianal

2) Dorong pasien untuk segera merespon dengan cepat apabila

muncul dorongan defekasi

3) Instruksikan pasien untuk diet tinggi cairan dan serat

4) Pasien diinstruksikan untuk diet yang ditentukan,laksatif yang

dapat digunakan dengan aman,dan pentingnya latihan

28
5) Dorong pasien untuk melakukan ambulasi sesegera

mungkin,anjurkan latihan tingkat sedang

6) Ajarkan cara melakukan Sitz Bath pada pasien setelah defekasi

selama 1 sampai 2 minggu setelah pembedahan

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2014).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua skill yang dimiliki

dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien,baik secara

umum maupun secara khusus pada pasien hemoroid. Pada pelaksanaan

ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen

dan dependen.

5. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2014).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

atau muncul masalah baru, evaluasi dibuat secara SOAP dengan

melihat tujuan, kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format evaluasi

menggunakan:

S : Subjectif adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari

pasien setelah tindakan diperbaiki.

29
O : Objectif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan

tindakan.

A : Analisis adalah membandingkan antara informasi subjectif dan

objectif dengan tujuan dan criteria hasil kemudian diambil kesimpulan

bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau muncul

masalah baru.

P : Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,

dibatalkan ada msalah baru, selesai (tujuan tercapai).

Menurut Smeltzer (2002), hasil yang diharapkan pada tahap

evaluasi antara lain :

a. Mendapatkan pola eliminasi normal

Mendapatkan pola eliminasi normal biasanya ditandai

dengan kemapuan pasien dalam menyusun waktu untuk melakukan

defekasi. Selain itu, pasien juga segera berespon ketika terdapat

dorongan untuk defekasi. Pasien juga mampu menggunakan latihan

relaksasi sesuai kebutuhannya, mengkonsumsi makanan tinggi

serat, serta meningkatkan intake cairan. Pasien juga melaporkan

konsistensi feses yang lunak dan berbentuk,serta penurunan

ketidaknyamanan pada abdomen.

b. Mengalami penurunan ansietas

30
c. Mengalami penurunan intensitas nyeri

Biasanya ditandai dengan kemampuan pasien dalam

mengatur posisi yang memperingan kondisi nyeri, menerapkan

kompres hangat/dingin pada area rektal,serta mampu melakukan

rendam duduk (Sitz Bath) empat kali sehari.

d. Menaati program terapeutik

Pasien mampu mempertahankan kondisi perianal tetap

kering, serta melaporkan konsistensi feses yang lunak dan

berbentuk secaara teratur dijumpai.

e. Bebas dari masalah perdarahan

Tidak ditemukannya hemoragi dan tanda vital dalam

rentang normal.

31
C. Kerangka Teori
Kurang konsumsi serat, konstipasi kronik, diare, sering mengejan, kongesti pelvis
pada kehamilan, fibrinoma uteri, pembesaran prostat, tumor rectum, peningkatan
tekanan intra abdomen
Hemoroid
Internal Eksternal
I II III IV Akut Kronik

Spasme sfingter
Prolaps Risiko perdarahan
Merangsang ujung saraf
Cortex cerebri mempersepsikan nyeri
Nyeri akut
Ambang nyeri menurun
Defisit pengetahuan Kurang terpapar informasi Ansietas

Keterangan : Diagnosa pada pasien

Diagnosa yang mungkin muncul

Gambar 2.2 Konsep Teori

32
D. Kerangka konsep

Asuhan Keperawatan Nyeri

Hemoroid internal Intensitas nyeri menurun


dengan nyeri akut
1. Melaporkan nyeri berkurang
dengan manajemen nyeri
2. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
3. Menerapkan kompres
hangat/dingin secara mandiri
4. Menerapkan rendam duduk (sitz
bath) secara mandiri

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

33
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rencana Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan memberikan gambaran asuhan

keperawatan nyeri pada pasien dengan hemoroid internal yang mengalami

nyeri. Proses yang akan digunakan meliputi proses pengkajian, penegakan

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, serta tahap evaluasi.

Data-data didapat melalui wawancara yang mendalam, observasi, serta

pemeriksaan fisik pada pasien, sehingga dapat ditarik kesimpulan desain

studi kasus ini menggunakan jenis dan rancangan deskriptif dengan

pendekatan studi kasus.

Studi kasus merupakan eksaminasi sebagian besar atau seluruh

aspek-aspek potensial dari unit atau kasus khusus yang dibatasi secara

jelas (serangkaian kasus). Suatu kasus tersebut dapat berupa kasus

individu, keluarga, pusat kesehatan masyarakat, rumah perawat, atau suatu

organisasi (Crabtree & Miller, 1998; Ahmadi, 2014)

Langkah-langkah yang digunakan dalam studi kasus ini diawali

dengan melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,

menyusun intervensi, mengimplementasikan intervensi yang telah disusun,

kemudian melakukan evaluasi terhadap proses keperawatan yang telah

dilakukan. Langkah-langkah tersebut diakhiri dengan pendokumentasian

proses keperawatan sebagai bukti pertanggungjawaban dan

pertanggunggugatan. Dalam studi kasus ini, penulis akan melakukan

34
pengambilan kasus pada pasien hemoroid internal dengan masalah berupa

nyeri.

B. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah seorang pasien hemoroid internal

yang mengalami nyeri di Dusun Recobanteng Rt 02 Rw 02 Kelurahan

Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

C. Fokus studi kasus

Studi kasus ini berfokus pada asuhan keperawatan nyeri pada

pasien hemoroid internal.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional pada proposal karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :

1. Hemoroid

Hemoroid merupakan pelebaran vena didalam pleksus hemoroidialis

yang ditandai dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi

anus dan rectum dan seringkali menimbulkan ketidaknyamanan pada

bagian anal.

2. Hemoroid internal

Hemoroid internal adalah suatu pelebaran didalam pleksus

hemorodialis namun hanya akan terlihat apabila telah terjadi prolaps.

35
3. Nyeri

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang mengganggu dan bersifat

subjektif.

E. Tempat dan Waktu

Studi kasus ini akan dilaksanakan di Dusun Recobanteng Rt 02

Rw 02 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

pada bulan Januari 2021.

F. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada studi kasus ini yaitu ;

1. Metode observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam

penelitian apapun, termasuk penelitian kualitatif, dan digunakan untuk

memperoleh informasi atau data sebagaimana tujuan penelitian

(Ahmadi, 2014). Pengumpulan data pada studi kasus ini dilakukan

dengan cara pengamatan secara langsung terhadap responden untuk

mengetahui respon nyeri, derajat keparahan hemoroid, serta adakah

tanda-tanda infeksi yang menyertai.

2. Metode wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan menggali informasi melalui

wawancara. Informasi tersebut meliputi identitas pasien dan

penanggung jawab, keluhan utama pasien, riwayat kesehatan, ada atau

36
tidaknya nyeri, karakteristik nyeri berdasarkan metode PQRST, dan

pengaruh nyeri terhadap pemenuhan aktifitas dan latihan.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada area rektum dan anus untuk

mengetahui kondisi abnormal fisik pasien. Pemeriksaan dilakukan

menggunakan metode inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan dengan cara

inspeksi digunakan untuk melihat apakah ditemukan tanda-tanda

hemoroid prolaps ketika pasien mengejan, tanda-tanda infeksi, serta

adakah komplikasi yang menyertai. Pemeriksaan fisik dengan cara

palpasi dilakukan dengan metode rectal touche atau colok dubur untuk

mengetahui seberapa besar benjolan, serta untuk merasakan adakah

gangguan anorektal lain. Pengukuran respon nyeri dilakukan

menggunakan numeric scale serta tanda-tanda vital responden.

G. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisa data yang diambil oleh penulis adalah penelitian studi

kasus deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengkaji serta menjelaskan suatu fenomena berdasarkan fakta

empiris di lapangan (Nursalam, 2013). Analisa deskriptif yang akan

dilakukan pada studi kasus ini adalah analisa data keperawatan, yaitu

dengan menganalisa masalah dengan etiologi sehingga dapat diambil suatu

diagnosa keperawatan. Apabila diagnosa keperawatan telah ditemukan,

maka selanjutnya dapat dilakukan perencanaan, pelaksanaan tindakan

37
yang telah direncanakan, serta evaluasi terhadap respon klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

H. Etika Studi Kasus

1. Informed consent

Informed consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara

peeliti dan penulis yang berbentuk lembar persetujuan (Hidayat, 2007).

Informed consent diberikan kepada responden setelah responden diberi

penjelasan tentang tujuan penelitian, prosedur penelitian, manfaat

penelitian, serta kerahasiaan pasien. Apabila subjek menolak untuk

dijadikan subjek studi kasus, maka penulis tidak akan memaksa dan

menghormati hak subjek.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga privacy atau kerahasiaan responden, hasil studi

kasus atau lembar lembar pengumpulan data ini tidak mencantumkan

nama tetapi hanya menggunakan kode. Pada studi kasus ini digunakan

kode berupa inisial nama pasien.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Penulis menjamin kerahasiaan seluruh informasi yang didapat dari

responden, baik data yang berbentuk hardfile maupun data yang

berbentuk softfile akan disimpan ditempat yang hanya diketahui oleh

penulis dan instansi.

38
4. Ethical Clearance (kelayakan etik)

Dalam melakukan suatu penelitian dengan subjek apapun,

khususnya subjek manusia, peneliti harus memperhatikan hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga penelitian yang akan dilakukan harus menjunjung tinggi nilai

kebebasan manusia. Terdapat beberapa prinsip etichal clearance

(kelayakan etik) yang harus diperhatikan sebelum suatu penelitian

antara lain prinsip manfaat, prinsip menghormati manusia, serta prinsip

keadilan (Hidayat, 2007).

39
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Astikasari, N. D. (2015). KONSTIPASI PADA IBU HAMIL.

Black, J. ., & Hawks, J. . (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Elsevier.

Brunner, & Suddarth. (1996). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.). Jakarta:

EGC.

Crabtree, F. B., & Miller, L. W. (1998). Doing Qualitative Research. Research

Methods for Primary Care. (3rd ed.). New Delhi: Sage Publication.

Diyono, & Mulyanti, S. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan

(1st ed.). Jakarta: EGC.

Dwi Nurbadriyah, W. (2020). Asuhan Keperawatan Konstipasi dengan

Pendekatan 3S SDKI, SLKI dan SIKI. Malang: Literasi Nusantara.

Guyton, A., & Hall, J. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.). Jakarta:

EGC.

Hidayat, A. A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Maher, K. (2006). Brunner and Suddarthʼs Text-book of Medical-Surgical

Nursing. Gastroenterology Nursing, 15(4), 182.


https://doi.org/10.1097/00001610-199302000-00010

Morton, P. . (2005). Critical Care Nursing : a Holistic Approach (8th ed.).

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, S. H. . (2014). Hubungan Aktifitas Fisik dan Konstipasi dengan Derajat

Hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Surya, 2(18), 41–50.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika.

Perry, R, K. (2019). Hemorrhoids. Retrieved from

https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI. Proceedings, Annual

Meeting - Air Pollution Control Association, 6, Riss, S., Weiser, F. .,

Schwameis, K., Riss, T., M. https://doi.org/1 Desember 2013

Riskesdas. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. HASIL UTAMA

RISKESDAS 2018.
Rosdahl, C., B., & Kowalski, M., T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar.

Jakarta: EGC.

Sjamsuhidayat, R., & Jong, W. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd ed.). Jakarta:

EGC.

Smeltzer, S., & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Jakarta: EGC.

Sudarsono, D. F. (2015). Diagnosis dan penanganan hemoroid, 4, 31–34.

Tarwoto, & Wartonah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan (5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.

Ulima. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hemoroid Pada Usia 21-30 Tahun.

Universitas Diponegoro Semarang.


LAMPIRAN
Lampiran 1

RENCANA JADWAL KEGIATAN STUDI KASUS

N Jenis Tahun 2020-2021


Se Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju
o Kegiatan
p t v s n b r r i n l
1. Pengajuan
Judul
2. Mencari
Literature
3. Penyusunan
Proposal
4. Sidang
Proposal
5. Perbaikan
Proposal
6. Perizinan
7. Pengumpula
n Data
8. Analisa Data
9. Penulisan
laporan hasil
penyusunan
karya tulis
ilmiah
10 Uji
Sidang/Hasil
. KTI
11 Perbaikan
Hasil KTI
.

Lampiran 2
SURAT PEROMOHONAN CALON RESPONDEN

Surakarta, Januari 2021

Kepada Calon Responden Penelitian


Di Dusun Recobanteng RT 02 RW 02
Desa Wonorejo Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ria Fadhla
NIM : P27220018074
Pendidikan : Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surakarta
Dengan ini meminta anda untuk berpatisipasi dengan sukarela dalam
penelitian studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri pada Klien
Hemoroid Internal di Dusun Recobanteng Rt 02 Rw 02 Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”. Penelitian ini tidak menimbulkan
akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu/ Saudara sebagai responden. Kerahasiaan
semua informasi yang diberikan akan kami jaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu/ Saudara telah menjadi reponden dan hal-
hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri maka Bapak/Ibu/ Saudara
diperbolehkan untuk mengundurkan diri tidak ikut dalam penelitian ini. Apabila
Bapak/Ibu/ Saudara menyetujui menjadi responden maka, saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani persetujuan.
Demikian, atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Ria Fadhla

P27220018074

Lampiran 3

Informed Consent
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Ria Fadhla judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Hemoroid Internal di Dusun Recobanteng Rt 02 Rw 02 Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini


secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
untuk mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Surakarta, Januari 2021

Mengetahui

Saksi Yang memberi Persetujuan

…………………….. ……………………………

Peneliti

Ria Fadhla

NIM.P27220018074

Lampiran 4

INSTRUMEN STUDI KASUS


Format Asuhan Keperawatan Nyeri

A. Format Pengkajian Keperawatan


1. Data Demografi
a. Biodata
1) Nama :
2) Usia :
3) Jenis Kelamin :
4) Alamat :.
5) Status Perkawinan :
6) Agama :
7) Pekerjaan :
8) No. Rekam Medik :
9) Tanggal Masuk :
10) Tanggal Pengkajian :
b. Penanggung jawab
1) Nama :
2) Usia :
3) Jenis Kelamin :
4) Pekerjaan :
5) Hubungan Dengan Klien :
2. Keluhan Utama
(Keluhan Klien Sehingga Dia Membutuhkan Pertolongan Medik)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Waktu Timbulnya Penyakit Kapan?
c. Bagaimana Awal Munculnya?
d. Keadaan Penyakit Apakah Sudah Membaik, Parah atau Tetap
Sama?
e. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan?
f. Kondisi Saat Dikaji (PQRST)?
P: S:

Q: T:

R:

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya
Menyerang?
b. Bagan genogram
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Apakah pernah menderita penyaki yang sama :
b. Kebiasaan :
1) Merokok :
2) Makanan :
6. Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan
a. Apakah Pernah Menderita Penyakit/Trauma Yang Menyebabkan
Rasa Nyeri? .
b. Jika Ya, Kapan Terjadi ?
c. Faktor Yang Meringankan
d. Apakah Pernah Membeli Obat Untuk Menghilangkan Rasa Nyeri?
e. Selain Obat, Tindakan Apa Yang Dilakukan :
1) Nonton
2) Nyanyi
3) Cerita
4) Dll;
f. Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas
a. Sebelum berada di RS
1) Tidur :
2) Makan :
3) Bekerja :
4) Interaksi Sosial :
b. Selama berada di RS
1) Tidur :
2) Makan :
3) Bekerja /aktivitas :
4) Interaksi Sosial :
c. Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
1) Mual :
2) Muntah :
3) Pusing :
4) Konstipasi :
5) Suhu Tubuh :
6) Menggigil :-
7) Dll; :
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah :
2) Pernapasan :
3) Suhu :
4) Nadi :
b. Bicara
c. Muskuloskeletal
1) Kekuatan otot
2) Status Neurologis
d. Tingkat kesadaran
e. Pemeriksaan Diagnostic:
f. Therapi Medis

B. Format Analisa Keperawatan

No Data Masalah Etiologi Problem


C. Format Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
D. Format Implementasi Keperawatan

No Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi Paraf


E. Format Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Respon Paraf


Jam

Alat Ukur Skala Nyeri


Skala Intensitas Nyeri ( Numerik )

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Nyeri sedang Nyeri berat

Lampiran 5

LEMBAR KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai