OLEH :
ANGGRIANI PUSPITA AYU
P07120317002
I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan keluhan
dan gejala – gejala.Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau vena (pleksus
hemoroidalis) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15 %. Hemoroid adalah pelebaran
varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales (bacon) (Kapita Selekta
Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik (Buku Ajar Ilmu Bedah). Hemoroid adalah dilatasi
varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior, akibat peningkatan tekanan
vena yang persisten (Kamus Kedokteran Dorland).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi
menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises
vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena
hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna
timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam
sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal.
Apabila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal,
dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter ani membantu pembatasan
pembesaran tersebut.Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah
pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter ani.Peningkatan tekanan intra
abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini
disalurkan ke vena anorektal.Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan
peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal.Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran
darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang
mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, hal ini akan menyebabkan pendarahan dalam
feces. Jumlah darah yang hilang sedikit tetapi apabila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia.Hemoroid eksternaakan ditandai di bagian luar sfingter anal
tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena
ruptur.Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
peradangan dan nyeri hebat.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan antara lain :
Timbul rasa gatal dan nyeri.
Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi.
Pembengkakakn pada area anus.
Nekrosis pada area disekitar anus.
Perdarahan/prolaps.
G. Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.
4. Anemia
Kehilangan darah kronis dari wasir dapat menyebabkan anemia, di mana Anda tidak
memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke sel-sel Anda,
sehingga kelelahan dan kelemahanseringkali melanda.
5. Strangulata wasir: Jika suplai darah ke wasir internal terputus, wasir mungkin
"tercekik" dandapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan menyebabkan kematian
jaringan (gangren).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMOROID
Analcanal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rectal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid (Halverson,2007).
Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk
mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person,
Person, danWexner (2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan
sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi
di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada analcanal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoid oskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi
untuk kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rectal dan rasa tak
nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, poliprektal, dan kanker. Pemeriksaan
dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada
pasien dengan umur diatas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah
dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).
Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy. Dengan cara ini
dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran.Penderita dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya
besarnya dan keasaan lain dalam anus seperti polip, fissure ani dan tumor ganas harus
diperhatikan. Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat dari pada hemoroid.
I. PENATALAKSANAAN HEMOROID
1. Penatalaksaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tata laksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada,
meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010).
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat
dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat
awal hemoroid(Zhoudkk,2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan
konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air
besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta
pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortiko steroid, dan anti septik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain
itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek anti inflamasi meskipun belum diketahui bagaimana
mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).
2. Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajatI
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan
indikasi tata laksana pembedahan hemoroid antara lain:
Hemoroid internal derajat II berulang.
Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rectum menonjol keluar anus
Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien.
3. Pencegahan hemoroid
Dapat dilakukan dengan:
Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah- buahan,
sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air dikolon. Hal ini
membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan
tekanan pada vena anus.
Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari
mengejan.
J. TERAPI FARMAKOLOGI
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
Obat yang memperbaiki defekasI.
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja
(stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain
psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar
(ex.: laxadine, dulcolax, dll).
Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus.Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan
Faktu.Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus.Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis.Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk
lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2
tablet selama 3 hari.Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala
inflamasi, kongesti, edema, dan prolapse.
Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut
Doenges (2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :
Rencana tindakan :
b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinya secara realistis.
Kriteria hasil :
a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptik yang
ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan eksoriasi.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus
yang masih baru.
Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien tidak mengalami
perdarahan, tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan darah 120 mmHg,
nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 - 370C ± 0,50C
Rencana tindakan :
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi
lain jika diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi
yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil yang
maksimal.
e. Awasi jika terjadi anemia
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme otot sfingter
ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang,
Kriteria hasil :
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang mengalami
peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau
sit bath dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan
meningkatkan penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”, Jakarta : EGC.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny”M”
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Nama : Tn “F”
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Swasta
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Nyeri
2. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nyeri dibagian anus, Pasien mengatakan adanya penonjolan masa
di anal kanal Pasien mengeluh penonjolan akan bertambah keluar saat mengedan dan
BAB. Klien mengatakan kebiasaan mengedan dan menahan BAB
P : Disebabkan karena adanya penonjolan masa dianus.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk duri
R : Di bagian anus ,untuk penjalarannya nyeri dibagian abdomen kuadran bawah.
S : Skala nyerinya 7 dari 1-10 dan nyeri sedang, kira-kira lamanya nyeri 5-10 menit,
T : Nyeri datang saat BAB dan juga mendadak
Pasien mengatakan lemas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada hari Sabtu, 18 April 2020 pukul 09.30 WITA pasien datang
ke Puskesmas Meninting dengan diantar keluarga dengan keluhan nyeri serta tidak
kuat untuk berdiri. Kemudian dari Puskesmas Meninting pasien di rujuk ke RSUD
Kota Mataram, akan tetapi pasien minta surat rujukan untuk hari Senin, 20 April 2020
pukul 08. 00 WITA, pasien dirujuk ke poli dalam RSUD Kota Mataram, setelah
melakukan pemeriksaan pasien dianjurkan untuk rawat inap karena hemoroidnya
harus segera di operasi, lalu pasien dan keluarganya menyetujuinya dan akhirnya di
rawat di ruang irna VI C
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memang memiliki riwayat hemaroid sekitar 3 bulan yang lalu
pasien pernah di rawat di RSUD Kota Mataram dengan diagnose sama seperti
sekarang, tetapi pada saat itu pasien tidak dianjurkan untuk operasi sehingga di
perbolehkan pulang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Anemia, tetapi tidak
ada penyakit keturunan seperti Hipertensi , DM, dll
Genogram
A
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= garis keturunan
= garis hubungan pernikahan
------- = garis tinggal serumah
= meninggal
= pasien
A = hipertensi
C. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien langsung berobat ke dokter atau
puskesmas jika pasien sakit
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien langsung melapor ke perawat ruangan di rumah
sakit jika pasien memiliki keluhan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dan
selalu habis serta minum –+ 6 gelas atau 1500 cc per hari
Saat sakit:
pasien mengatakan saat sakit pasien makan 3 kali sehari dan selalu habis serta minum
air putih -+ 5gelas atau 1250 cc per hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1 X sehari dengan konsistensi
berbentuk, warna bercampur darah danBAK 4 - 5 X sehari dengan warna kuning
jernih dan bau khas urin
Saat sakit :
Pasien mengatakan Frekuensi BAB 1 x sehari tapi keluarnya sedikit-sedikit dan ada
masa yang keluar di anusnya, serta feces berwarna hitam dan adanya pendarahan.
Fecesnya lunak
- Pemeriksaan fisik
- Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, simetris, rambut berwarna hitam bercampur putih,
tidak ada ketombe, tampak bersih
Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
- Wajah
Inspeksi : Wajah tampak lemas, pucat, tidak ada lesi, Klien tampak meringis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Mata
Inspeksi :Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikteris, tidak
menggunakan alat bantu pengelihatan(mata)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Hidung
Inspeksi :Hidung simetris, tidak ada secret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering dan pucat ,sianosis , tidak ada sariawan,
- Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri tekan
- Thorax
Paru - paru :
Inspeksi :Bentuk dada normal chest, pergerakan dada seimbang
Palpasi : Vokal premitus normal kiri kanan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi :Suara nafas vesicular, S1 dan S2 tunggal
- Abdomen
Inspeksi :Perut tampak datar, tidak ada lesi
Aukultasi : Tidak ada
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan pada kuadran bawah
- Ekstremitas
Atas :
Inspeksi : Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kiri, tidak terdapat lesi
Palpasi : Akral dingin, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis (kembali dalam 2
detik), CRT kembali labih dari 2 detik, kulit tampak kering
Bawah
Inspeksi :Tidak ada odema, bentuk simetris
Palpasi : Akral dingin, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis ( kembali dalam 2
detik ), CRT kembali lebih dari 2 detik, kulit tampak kering
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium
Tanggal : 20 April 2020
F. Terapi Obat
A. Analisa Data
DO:
distensi dan stasis vena
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidur
miring menghindari
kongesti vena pleksus
daerah yang nyeri
rektalis inferius
- S : Skala nyerinya 7 dari
1-10 dan nyeri sedang,
pembengkakan pinggir
kira-kira lamanya nyeri anus
5-10 menit,
- Tampak Nyeri tekan
nyeri
abdomen kuadran
bawah
B. Rumusan Diagnosa
1. Nyeri b.d pembengkakan pinggir anus di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri
dibagian anus, adanya darah saat BAB dan feces ukurannya kecil serta berwarna
hitam.Disebabkan karena adanya penonjolan masa dianus, Nyeri seperti ditusuk-tusuk
duri, Di bagian anus ,untuk penjalarannya nyeri dibagian abdomen kuadran bawah, Nyeri
datang saat BAB dan juga mengendan, Klien tampak meringis, Klien tampak tidur miring
menghindari daerah yang nyeri, Skala nyerinya 7 dari 1-10 dan nyeri sedang, kira-kira
lamanya nyeri 5-10 menit,Tampak Nyeri tekan abdomen kuadran bawah
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d pendarahan ditandai dengan Klien
mengeluh lemas, Klien mengeluh BAB sering berdarah, Klien tampak lemas, tampak
aktivitasnya dibantu keluarga, Klien tampak pucat, Klien tampak berbaring di ranjang,
Kulit klien tampak kering, Mukosa bibir kering dan pucat, Adanya pendarahan saat BAB,
Konjungtiva anemis. Hb 4,1 , Ht 16 %, Trombosit 723 x 103
Ttv
TD : 90/60 mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC
3. Resiko konstipasi b.d tidak adekuatnya feces yang keluar ditandai dengan Pasien
mengatakan BAB nya tidak teratur dan BAB keluarnya sedikit, Pasien mengatakan
adanya penonjolan masa di anal kanal , Pasien mengeluh penonjolan akan bertambah
keluar saat mengedan dan BAB, Klien mengatakan kebiasaan mengedan dan menahan
BAB, Frekuensi BAB 1 x sehari tapi keluarnya sedikit-sedikit dan ada masa yang keluar
serta feces hitam dan adanya pendarahan. Fecesnya lunak, Tampak tidak ada bising usus
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Prioritas Masalah
1. Nyeri b.d pembengkakan pinggir anus
Intervensi Keperawatan
Senin ,20 1. Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian nyeri yang
April pembengkak keperawatan selama 3 x24 jan, komperhensif meliputi
an pinggir
2020 diharapkan nyeri berkurang dengan lokasi,kualitas,intensitas,dan
anus
kriteria hasil faktopr pencetus
Berikan informasi tenteng
1. Keluhan nyeri kilen dapat
nyeri seperti penyebab
berkurang
nyeri,seberapa lama akan
2. Sekala nyeri berkurang atau
berlangsung dan antisipasi
tidak ada nyeri
ketidak nyamanan dari
3. Kebiasaan mengedan dapat
prosedur
berkurang
Berikan teknik modalitas
4. Klien mnerasa nyaman
nyeri:relaksasi ,distraksi,dan
dengan posisinya
kompres
5. Pendarahan saat BAB dapat Observasi tingkat rasa tidak
teratasi nyaman pasien
Berikan lingkungan yang
nyaman
Kolaborasi:
Berikan analgetik pada pasien
Ketidak Setelah dilakukan tindakan Monitor ttv
efektipan perfusi keperawatan selama 3 x 24 jam Periksa edema,pengisian
jarinagan perifer diharapkan ketidakefektipan perfusi kapiler,warna,dan suhu
b.d perdarahan jaringan perifer dapat teratasi dengan ekstremitas
kriteria hasil sebagai berikut: Kolaborasi untuk pemeriksaan
laboratorium khususnya
1. Kilen dapat beraktifitas tanpa
hemogoblin,hematocrit dan
bantuan orang lain/secara
trombosit
mandiri
Kolaborasi untuk pemberian
2. Kadar hemoglobin dan
hematocrit dalam batas multivitamin
3. Periksa edema,pengisian
09.00
3. Warna kulit baik,
kapiler,warna,dan suhu
membran mukosa
ekstremitas
tidak pucat, dasar
kuku tidak pucat
CRT>2dtk
4. Kolaborasi pemberian
Packed Red Cell (PRC) 4. Pemberian PRC 1
sesuai indikasi
kantong sebanyak
5. Kolaborasi untuk
150 cc
pemeriksaan laboratorium
HB :10g/dL
khususnya
HTC : 35%
hemogoblin,hematocrit dan Trombosit : 400
Pasien mengatakan
trombosit
tidak lemas
8. Pasien
III 9. Pantau status cairan,
mengatakan
makan sesuai diit
yang diberikan
rumah sakit, BAB
3x frekuensi
sedang,kinstitensi
lembek
bercamour darah
dan merasakan
nyeri, BAK 4x
P : Intervensi dilanjutkan
- Persiapan Operasi hemoroid
07.30 II
A: Masalah tertasi
P: Intervensi di hentikan
P: Intervensi dilanjutkan.