Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny” M“

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID DI RUANG IRNA VI C

RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL 20 – 23 APRIL 2020

OLEH :
ANGGRIANI PUSPITA AYU
P07120317002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HMOROID

I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan keluhan
dan gejala – gejala.Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau vena (pleksus
hemoroidalis) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15 %. Hemoroid adalah pelebaran
varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales (bacon) (Kapita Selekta
Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik (Buku Ajar Ilmu Bedah). Hemoroid adalah dilatasi
varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior, akibat peningkatan tekanan
vena yang persisten (Kamus Kedokteran Dorland).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi
menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises
vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena
hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna
timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam
sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).

B. KLASIFIKASI DAN DERAJAT (SUDOYO ARU, DKK 2009)


Berdasarkan gambaran klinis hemoroid dibedakan menjadi :
1) Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani
bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena
tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol
keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan
operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
- Derajat I
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi
tidak dapat di masukan lagi.
2) Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah
otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak
kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang
sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna
dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah: ; Sering rasa sakit dan nyeri, Rasa
gatal pada daerah hemorid. Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena
ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
C. ETIOLOGI
Faktor predisposisi merupakan faktor penyebab yang berasal dari herediter,
anatomi, makanan, psikis dan sanitasi.Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor
mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal).Menurut
Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi
hemoroid.Hemoroid berdarah akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang
melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum. Apabila terjadi trombosis, ulserasi,
dan perdarahan maka akan menimbulkan nyeri. Darah segar sering tampak sewaktu
defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an. 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan
vena yang melebar. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
 Mengejan pada waktu defekasi yang sulit.
 Pola buang air besar yang salah.
 Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor.
 Konstipasi menahun tanpa pengobatan.
 Kehamilan.
 Usia tua.
 Konstipasi kronik
 Diare akut
 Hubungan seks peranal.
 Kurang minum air dan kurang makan makanan yang berserat.
 Kurang Olahraga.
Faktor resiko hemoroid :
 Keturunan ; Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
  Anatomic ; Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus
hemorhoidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
 Pekerjaan ; Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat
barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid
 Umur ; Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis
 Endokrin ; Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus
(sekresi hormon kelaksin)
 Mekanis ; Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi
dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
 Fisiologis ; Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita
dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis
 Radang ; Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu
berkurang.

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal.
Apabila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal,
dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter ani membantu pembatasan
pembesaran tersebut.Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah
pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter ani.Peningkatan tekanan intra
abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini
disalurkan ke vena anorektal.Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan
peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal.Dengan
berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran
darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang
mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, hal ini akan menyebabkan pendarahan dalam
feces. Jumlah darah yang hilang sedikit tetapi apabila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia.Hemoroid eksternaakan ditandai di bagian luar sfingter anal
tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena
ruptur.Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
peradangan dan nyeri hebat.
E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan antara lain :
 Timbul rasa gatal dan nyeri.
 Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi.
 Pembengkakakn pada area anus.
 Nekrosis pada area disekitar anus.
 Perdarahan/prolaps.

G. Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.
4. Anemia
Kehilangan darah kronis dari wasir dapat menyebabkan anemia, di mana Anda tidak
memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke sel-sel Anda,
sehingga kelelahan dan kelemahanseringkali melanda.
5. Strangulata wasir: Jika suplai darah ke wasir internal terputus, wasir mungkin
"tercekik" dandapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan menyebabkan kematian
jaringan (gangren).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMOROID
Analcanal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rectal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid (Halverson,2007).
Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk
mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person,
Person, danWexner (2007) menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan
sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi
di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada analcanal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoid oskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi
untuk kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rectal dan rasa tak
nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, poliprektal, dan kanker. Pemeriksaan
dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada
pasien dengan umur diatas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah
dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).
Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy. Dengan cara ini
dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran.Penderita dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya
besarnya dan keasaan lain dalam anus seperti polip, fissure ani dan tumor ganas harus
diperhatikan. Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat dari pada hemoroid.
I. PENATALAKSANAAN HEMOROID
1. Penatalaksaan Konservatif
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan
pengobatan konservatif. Tata laksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada,
meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010).
Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat
dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat
awal hemoroid(Zhoudkk,2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan
konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air
besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu pengobatan serta
pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortiko steroid, dan anti septik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain
itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek anti inflamasi meskipun belum diketahui bagaimana
mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).

2. Pembedahan
Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajatI
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan
indikasi tata laksana pembedahan hemoroid antara lain:
 Hemoroid internal derajat II berulang.
 Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
 Mukosa rectum menonjol keluar anus
 Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
 Kegagalan penatalaksanaan konservatif
 Permintaan pasien.

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:


a. Skleroterapi.
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 Ml oilphenol 5 %, vegetableoil,
quinine, dan ureahydrochlorate atau hypertonicsalt solution. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi
inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan thrombosis intravaskular. Reaksi ini
akan menyebabkan fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Persondkk,2007). Senapati
(1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan
mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.
b. Rubberband ligation.
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis iskemia,
ulserasi dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding
rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeridan perdarahan.
c. Infrared thermocoagulation.
Sinar inframerah masuk kejaringan dan berubah menjadi panas. Manipulasi
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan
jaringan. Prosedurini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan
hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.
d. Bipolar Diathermy.
Menggunakan energy listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan
pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid
internal derajat rendah.
e. Laser haemorrhoidectomy.
f. Cryotherapy.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah untuk
merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan Kristal yang terbentuk didalam sel,
menghancurkan membrane sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan
banyak waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik
yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid (American Gastroenterological
Association, 2004).
g. Stappled Hemorrhoidopexy.
Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian proksimal
dentateline. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa
nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy (Halverson, 2007). Menurut Nagie (2007),

3. Pencegahan hemoroid
Dapat dilakukan dengan:
Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah- buahan,
sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air dikolon. Hal ini
membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan
tekanan pada vena anus.
 Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
 Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari
mengejan.

J. TERAPI FARMAKOLOGI
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
 Obat yang memperbaiki defekasI.
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja
(stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain
psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar
(ex.: laxadine, dulcolax, dll).

 Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus.Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan
Faktu.Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus.Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
 Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis.Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk
lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
 Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2
tablet selama 3 hari.Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala
inflamasi, kongesti, edema, dan prolapse.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
Pada hemoroid eksterna, umumnya pasien mengeluh :
o Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus
o Adanya rasa gatal pada daerah anus
o Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari
anus)
o Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus.

Pada hemoroid interna, umumnya pasien mengeluh:


o Adanya darah segar menetes dari anus
o Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar
o Selain itu, data subyektif lain yang mungkin muncul antara lain :
o Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami
o Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab encer terus
menerus dalam waktu lama
o Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang berserat) dan
kurang minum air.
o Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari (apakah pekerjaannya
mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama).
o Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami seperti
pembesaran prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita.
o Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang
dialaminya.
b. Data Obyektif
 Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus (prolaps)
 Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus
 Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus
 Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari anus.
 Adanya strangulasi pada daerah anus
 Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat
 Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun duduk
 Pasien tampak gelisah dan cemas
2. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid pre


dan post operasi hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007), Smeltzer &
Bare (2002), NANDA (2007) :

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan.


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit
atau jaringan anal
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka
di anus yang masih baru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area
rektal/ anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek
spasme otot spingter ani sekunder akibat operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
3. INTERVENSI

Fokus intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut
Doenges (2000), Carpenito-Moyet (2007), dan NANDA (2007) :

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi sekunder akibat rencana


pembedahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang.

Kriteria hasil : Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat


dalam berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur
cukup melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat
yang dapat diatasi.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan


prosedur pembedahan
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan.

b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinya secara realistis.

c. Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong, preokupasi dengan


antisipasi perubahan/ kehilangan, perasaan tercekik.
Rasional : pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan/ diagnosa/prognosa
penyakit.

d. Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun


pada ruang operasi.
Rasional : pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan
ketidakmampuan untuk melatih kontrol.

e. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.


Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan.
Rasional : ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien
menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan
berbelit-belit.
f. Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi perasaan tegang dan rasa cemas.

g. Berikan obat sesuai indikasi


Rasional : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan


anal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas kulit membaik.

Kriteria hasil :

 Mencapai penyembuhan luka.


 Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan kesembuhan
dan mencegah komplikasi.
Rencana tindakan :

a. Beri penguatan pada balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptik yang
ketat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan eksoriasi.

b. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.


Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/
berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi
yang lebih serius.
c. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses
penyembuhan.

d. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.


Rasional : mencegah kontaminasi luka.
e. Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan.
Rasional : membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus
yang masih baru.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami perdarahan.

Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, pasien tidak mengalami
perdarahan, tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan darah 120 mmHg,
nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 - 370C ± 0,50C

Rencana tindakan :

a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi.


Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien
sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.

b. Monitor tanda vital


Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.

c. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan.


Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat
membantu menentukan intervensi selanjutnya.

d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi
lain jika diperlukan.
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi
yang diberikan pada pasien sehingga mampu memberikan hasil yang
maksimal.
e. Awasi jika terjadi anemia
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya.

f. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan


perdarahan: pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan
untuk menghentikan perdarahan.

4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme otot sfingter
ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang,
Kriteria hasil :

 Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.


 Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
 Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
 Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
Rencana tindakan :

a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)


Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur.

b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang mengalami
peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.

c. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.


Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.

d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rectal hangat atau
sit bath dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan
meningkatkan penyembuhan (pendekatan perineal).
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,
pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.

f. Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam pertama.


Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidakmengalami infeksi.
Kriteria hasil :

a. Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan


b. dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk
mencegah infeksi.
c. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.
Rencana tindakan :
a. Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.
Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosokomial
b. Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
c. Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptic
Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu
d. Batasi pengunjung
Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.

e. Batasi alat-alat invasive untuk benar-benar perlu saja


Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.

f. Dorong dan pertahankan masukan TKTP


Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
g. Beri therapy antibiotik rasional sesuai program dokter.
Rasional : mencegah segera terhadap infeksi
h. Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase,purulen)
Rasional : deteksi dini proses infeksi

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang


dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Setiap rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan dicatat dalam catatan keperawatan, yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan
yang diberikan kepada pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap


pendekatan yaitu, independen, dependen, dan interdependen. Tindakan
keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tanpa peetunjuk dan perintah oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan
dan memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga
sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat dalam melaksanaan tindakan keperawatan yaitu kognitif,
sikap, dan psikomotor

5. EVALUASI

Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan berapa jauh diagnosa keperawatan, tindakan
keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan sudah berhadil dicapai,
kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah
baru, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan.berhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroidektomi
adalah klien mampu merawat diri sendiri dan tidak ada komplikasi. Klien dapat
menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan

Keperawatan”, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.

Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”, Jakarta : EGC.

Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku

Satu, Jakarta : Salemba Medika.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny” M“

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID DI RUANG IRNA VI C

RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL 20 – 23 APRIL 2020

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien

Nama : Ny”M”

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Sasak/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Bahasa yang digunakan : Indonesia, sasak

Alamat : Sandik Indah

Diagnose medis : Hemoroid

Identitas Penanggung jawab

Nama : Tn “F”

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku / Bangsa : Sasak/Indonesia


Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sandik Indah

Hubungan dengan pasien : Suami pasien

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Nyeri
2. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nyeri dibagian anus, Pasien mengatakan adanya penonjolan masa
di anal kanal Pasien mengeluh penonjolan akan bertambah keluar saat mengedan dan
BAB. Klien mengatakan kebiasaan mengedan dan menahan BAB
P : Disebabkan karena adanya penonjolan masa dianus.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk duri
R : Di bagian anus ,untuk penjalarannya nyeri dibagian abdomen kuadran bawah.
S : Skala nyerinya 7 dari 1-10 dan nyeri sedang, kira-kira lamanya nyeri 5-10 menit,
T : Nyeri datang saat BAB dan juga mendadak
Pasien mengatakan lemas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada hari Sabtu, 18 April 2020 pukul 09.30 WITA pasien datang
ke Puskesmas Meninting dengan diantar keluarga dengan keluhan nyeri serta tidak
kuat untuk berdiri. Kemudian dari Puskesmas Meninting pasien di rujuk ke RSUD
Kota Mataram, akan tetapi pasien minta surat rujukan untuk hari Senin, 20 April 2020
pukul 08. 00 WITA, pasien dirujuk ke poli dalam RSUD Kota Mataram, setelah
melakukan pemeriksaan pasien dianjurkan untuk rawat inap karena hemoroidnya
harus segera di operasi, lalu pasien dan keluarganya menyetujuinya dan akhirnya di
rawat di ruang irna VI C
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memang memiliki riwayat hemaroid sekitar 3 bulan yang lalu
pasien pernah di rawat di RSUD Kota Mataram dengan diagnose sama seperti
sekarang, tetapi pada saat itu pasien tidak dianjurkan untuk operasi sehingga di
perbolehkan pulang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Anemia, tetapi tidak
ada penyakit keturunan seperti Hipertensi , DM, dll

Genogram

A
Keterangan :
= laki-laki

= perempuan
= garis keturunan
= garis hubungan pernikahan
------- = garis tinggal serumah
= meninggal
= pasien
A = hipertensi

6. Keadaan kesehatan lingkungan


Pasien mengatakan tinggal di daerah bagus dengan jarak antara rumah pasien dengan
tetangga berdempet – dempetan karena tinggan di BTN, anak pasien rutin
membersihkan rumah 2 x sehari dan selalu membuka jendel sehingga sinar matahari
bisa masuk di pagi hari, pencahayaan dan sirkulasi udara baik.
7. Riwayat kesehatan lainnya
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi baik alergi makanan ataupun alergi obat

C. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien langsung berobat ke dokter atau
puskesmas jika pasien sakit
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien langsung melapor ke perawat ruangan di rumah
sakit jika pasien memiliki keluhan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dan
selalu habis serta minum –+ 6 gelas atau 1500 cc per hari
Saat sakit:
pasien mengatakan saat sakit pasien makan 3 kali sehari dan selalu habis serta minum
air putih -+ 5gelas atau 1250 cc per hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1 X sehari dengan konsistensi
berbentuk, warna bercampur darah danBAK 4 - 5 X sehari dengan warna kuning
jernih dan bau khas urin
Saat sakit :
Pasien mengatakan Frekuensi BAB 1 x sehari tapi keluarnya sedikit-sedikit dan ada
masa yang keluar di anusnya, serta feces berwarna hitam dan adanya pendarahan.
Fecesnya lunak

4. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidur -+ 8
jam perhari
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien tetap tidur sebentar-bentar dengan nyenyak jika
tidak merasakan nyeri dan lama tidurnya tidak menentu, tidur ketika malam hari
sekitar 6 jam karna sering terbangun karena nyeri. Klien tampak tidur miring
menghindari daerah yang nyeri

5. Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan Mandiri
Saat sakit :
Pasien mengatakan pasien melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi dengan
dibantu oleh keluarganya karena masih terus merasakan nyeri di anusnya dan juga
terpasang selang infus dan juga pasien tampak lemas. Tampak pasien berbaring di
ranjang

6. Pola hubungan dan peran


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan harmonis
Saat sakit :
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga perawat dan pasien lain di sekitarnya
baik

7. Pola sensori dan kognitif


Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada masalah dalam hal kecerdasan
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih bisa membaca berbicara dan daya ingat
juga baik

8. Pola persepsi dan konsep diri


Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit Pasien adalah orang yang percaya diri dan
bersemangat ketika berinteraksi dengan orang lain
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien tetap bersemangat dan percaya bahwa
ia pasti sembuh

9. Pola seksual dan reproduksi


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah berhubungan seksual semenjak Manopous
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah berhubungan seksual

10. Pola koping atau penanggulangan stres


Sebelum sakit :
Pasien mengatakan setiap ada masalah pasien selalu bercerita ke keluarga
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan setiap ada masalah di bicarakan dengan keluarga dan
perawat

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien selalu shalat lima waktu
Saat sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa shalat dan berdoa di atas tempat tidur

D. Observasi dan pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : sedang
GCS : E4V5M6
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda Vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 66 x/menit
Suhu : 36 oC

- Pemeriksaan fisik
- Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, simetris, rambut berwarna hitam bercampur putih,
tidak ada ketombe, tampak bersih
Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
- Wajah
Inspeksi : Wajah tampak lemas, pucat, tidak ada lesi, Klien tampak meringis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Mata
Inspeksi :Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikteris, tidak
menggunakan alat bantu pengelihatan(mata)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Hidung
Inspeksi :Hidung simetris, tidak ada secret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering dan pucat ,sianosis , tidak ada sariawan,
- Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri tekan
- Thorax
Paru - paru :
Inspeksi :Bentuk dada normal chest, pergerakan dada seimbang
Palpasi : Vokal premitus normal kiri kanan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi :Suara nafas vesicular, S1 dan S2 tunggal
- Abdomen
Inspeksi :Perut tampak datar, tidak ada lesi
Aukultasi : Tidak ada
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan pada kuadran bawah
- Ekstremitas
Atas :
Inspeksi : Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan kiri, tidak terdapat lesi
Palpasi : Akral dingin, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis (kembali dalam 2
detik), CRT kembali labih dari 2 detik, kulit tampak kering
Bawah
Inspeksi :Tidak ada odema, bentuk simetris
Palpasi : Akral dingin, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis ( kembali dalam 2
detik ), CRT kembali lebih dari 2 detik, kulit tampak kering
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium
Tanggal : 20 April 2020

Parameter Flags Hasil Satuan Nilai normal


WBC 5,34 10^3 / uL 3,60 – 11,00
Neu% H 75,5 % 50,0 – 70,0
Lym % L 13,0 % 25,0 – 40,0
Mon % 3,8 % 2,0 – 8,0
Eos % H 5,0 % 2,0 – 4,0
Bas % H 2,7 % 0,0 – 1,0
RBC 3,80 10^6 /uL 3,80 – 5,20
HGB L 4,1 g/dL 11,7 – 15,5
HCT L 16 % 35,0 – 47, 0
MCV L 75,4 fL 80,0 – 100,0
MCH L 22,1 Pg 26,0 – 34,0
MCHC L 29,3 g/dL 32,0 – 36,0
RDW-CV H 22,9 % 11,5 – 14,5
RDW-SD H 69,6 fL 35,0 – 56,0
PLT 723 10^3 / uL 150 – 440
MPV 9,2 fL 7,2 – 11, 1
PDW 15,5 9,0 – 17,0
PCT 0,185 % 0, 108 – 0,282
P-LCC 48 10^3/ uL 30 – 90
P-LCR 24,1 % 11,0 – 45,0

F. Terapi Obat

No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan obat


1 Parasetamol 100ml Inj. Infus Untuk meredakan nyeri
infus vena
2 Dulcolax 5mg Oral Mengatasi konstipasi
3 Caviplex Oral Caviplex merupakan sejumlah suplemen
multi vitamin yang membant
penyembuhan orang sakit dengan
kandungan vitamin dan mineral yang
ada di dalamnya
4 Nacl 0,9 % 20 tpm Intra Nacl merupakan cairan isotonic yang
vena bermanfaat pada pasien yang mengalami
hopovolemi
5 Transfuse PRC 150 cc Intra Transfusi PRC digunakan untuk
vena menaikan kadar Hb
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny”M” No. Rm : 121234

Umur : 48 tahun Ruangan : Irna VI C

A. Analisa Data

No Sympton Etiologi Problem


1 DS: Nyeri
-Pasien mengatakan nyeri Bendungan vena pleksus
dibagian anus, adanya darah hemoroid
saat BAB dan feces
ukurannya kecil serta
berwarna hitam. gangguan aliran balik
vena
P : Disebabkan karena adanya
penonjolan masa dianus.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
duri
tekanan vena meningkat
R : Di bagian anus ,untuk
penjalarannya nyeri dibagian
abdomen kuadran bawah.
T : Nyeri datang saat BAB dan
juga mengendan dilatasi

DO:
distensi dan stasis vena
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidur
miring menghindari
kongesti vena pleksus
daerah yang nyeri
rektalis inferius
- S : Skala nyerinya 7 dari
1-10 dan nyeri sedang,
pembengkakan pinggir
kira-kira lamanya nyeri anus
5-10 menit,
- Tampak Nyeri tekan
nyeri
abdomen kuadran
bawah

2 Ds : Dilatasi vena Ketidak efektifan


- Klien mengeluh lemas
hemoridialis perfusi jaringan
- Klien mengeluh BAB
perifer
sering berdarah
DO :
Tidak adekuat aliran balik
- Klien tampak lemas,
vena
tampak aktivitasnya
dibantu keluarga
- Klien tampak pucat
penurunan suplai darah
- Klien tampak berbaring
ke bagian ekstremiats
di ranjang
- Kulit klien tampak
kering
penurunan haemoglobin
- Mukosa bibir kering dan
dan hematokrit
pucat
- Adanya pendarahan saat
BAB
pendarahan
- Konjungtiva anemis
- Hb 4,1
- Ht 16 %
- Trombosit 723 x 103
- Ttv
TD : 90/60 mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC

3. DS : Dilatasi vena hemoridialis Risiko Konstipasi


- Pasien mengatakan di anal kanal
BAB nya tidak teratur
dan BAB keluarnya
sedikit Penyempitan anal kanan
- Pasien mengatakan
adanya penonjolan masa
di anal kanal tidak adekuatnya feces
- Pasien mengeluh yang keluar
penonjolan akan
bertambah keluar saat
mengedan dan BAB kebutuhan tubuh kurang
- Klien mengatakan dari normal
kebiasaan mengedan
dan menahan BAB
DO ; akumulasi feces di rectum
- Frekuensi BAB 1 x
sehari tapi keluarnya
sedikit-sedikit dan ada
masa yang keluar serta
feces hitam dan adanya
pendarahan. Fecesnya
lunak
- Tampak tidak ada bising
usus

B. Rumusan Diagnosa
1. Nyeri b.d pembengkakan pinggir anus di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri
dibagian anus, adanya darah saat BAB dan feces ukurannya kecil serta berwarna
hitam.Disebabkan karena adanya penonjolan masa dianus, Nyeri seperti ditusuk-tusuk
duri, Di bagian anus ,untuk penjalarannya nyeri dibagian abdomen kuadran bawah, Nyeri
datang saat BAB dan juga mengendan, Klien tampak meringis, Klien tampak tidur miring
menghindari daerah yang nyeri, Skala nyerinya 7 dari 1-10 dan nyeri sedang, kira-kira
lamanya nyeri 5-10 menit,Tampak Nyeri tekan abdomen kuadran bawah
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d pendarahan ditandai dengan Klien
mengeluh lemas, Klien mengeluh BAB sering berdarah, Klien tampak lemas, tampak
aktivitasnya dibantu keluarga, Klien tampak pucat, Klien tampak berbaring di ranjang,
Kulit klien tampak kering, Mukosa bibir kering dan pucat, Adanya pendarahan saat BAB,
Konjungtiva anemis. Hb 4,1 , Ht 16 %, Trombosit 723 x 103
Ttv
TD : 90/60 mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC
3. Resiko konstipasi b.d tidak adekuatnya feces yang keluar ditandai dengan Pasien
mengatakan BAB nya tidak teratur dan BAB keluarnya sedikit, Pasien mengatakan
adanya penonjolan masa di anal kanal , Pasien mengeluh penonjolan akan bertambah
keluar saat mengedan dan BAB, Klien mengatakan kebiasaan mengedan dan menahan
BAB, Frekuensi BAB 1 x sehari tapi keluarnya sedikit-sedikit dan ada masa yang keluar
serta feces hitam dan adanya pendarahan. Fecesnya lunak, Tampak tidak ada bising usus
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny”M” No. Rm : 121234

Umur : 48 tahun Ruangan : Irna VI C

A. Prioritas Masalah
1. Nyeri b.d pembengkakan pinggir anus

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d pendarahan


3. Risiko konstipasi b.d tidak adekuatnya feces yang keluar

Intervensi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan / Intervensi


Keperawatan

Senin ,20 1. Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri yang
April pembengkak keperawatan selama 3 x24 jan, komperhensif meliputi
an pinggir
2020 diharapkan nyeri berkurang dengan lokasi,kualitas,intensitas,dan
anus
kriteria hasil faktopr pencetus
 Berikan informasi tenteng
1. Keluhan nyeri kilen dapat
nyeri seperti penyebab
berkurang
nyeri,seberapa lama akan
2. Sekala nyeri berkurang atau
berlangsung dan antisipasi
tidak ada nyeri
ketidak nyamanan dari
3. Kebiasaan mengedan dapat
prosedur
berkurang
 Berikan teknik modalitas
4. Klien mnerasa nyaman
nyeri:relaksasi ,distraksi,dan
dengan posisinya
kompres
5. Pendarahan saat BAB dapat  Observasi tingkat rasa tidak
teratasi nyaman pasien
 Berikan lingkungan yang
nyaman
 Kolaborasi:
Berikan analgetik pada pasien
Ketidak Setelah dilakukan tindakan  Monitor ttv
efektipan perfusi keperawatan selama 3 x 24 jam  Periksa edema,pengisian
jarinagan perifer diharapkan ketidakefektipan perfusi kapiler,warna,dan suhu
b.d perdarahan jaringan perifer dapat teratasi dengan ekstremitas
kriteria hasil sebagai berikut:  Kolaborasi untuk pemeriksaan
laboratorium khususnya
1. Kilen dapat beraktifitas tanpa
hemogoblin,hematocrit dan
bantuan orang lain/secara
trombosit
mandiri
 Kolaborasi untuk pemberian
2. Kadar hemoglobin dan
hematocrit dalam batas multivitamin

normal  Kaji kemampuan aktivitas

3. Frekuensi tekanan darah dan pasien

nadi dalam batas normal  Kolaborasi pemberian Packed


Red Cell (PRC) sesuai indikasi
4. Trombosit dalam batas
 Kolaborasi pemberian O2
normal
5. Tidak ada tanda-tanda anemis

Resiko Setelah melakukan tindakan  Pantau status cairan,meliputi


konstipasi b.d keperawatan 3x24 jam, tidak terdapat asupan dan keluaran
tidak adekuatnya indikasi dengan gangguan eliminasi  Fasilitasi pemberian diet
feces yang dengan kriteria hasil : TKTP, berikan dalam posisi
keluar kecil tepi sering
1. Makan sesuai diit tinggi serat
 Kolaborasi dengan ahli gizi
2. BAB dan mampu untuk
untuk menetapkan komposisi
membentuk dan
dan jenis diet yang tepat.
mengeluarkan feces secara
 Kolaborasi dalam pemberian
efektif
obat
3. BAB tidak berwarna hitam
 Kaji dan dokumentasikan
dan bercampur darah warna dan konsistensinya,
frekuensi, adanya impaksi,
tidak ada bising usus dan
distensi abdomen pada
keempat kuadran
 Pantau tanda dan gejala
rupture/peritonitis
 Identifikasi factor presipitasi
 Ajarkan pasien tentang efek
diet (mis; cairan dan serat)
pada eliminasi
 Tekankan penghindaran
mengedan selama defekasi
untuk mencegah perubahan
tanda vital, sakit kepala/
pendarahan.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama : Ny”M” No. Rm : 121234

Umur : 48 tahun Ruangan : Irna VI C

Hari/ tgl Dx Jam Implementasi Respon paraf


Senin , I,II,II 08.30 1. Melakukan pengkajian 1. P : Disebabkan
20 I WITA karena adanya
nyeri yang
April penonjolan masa
2020 komperhensif dianus.
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk duri
R : Di bagian
anus ,untuk
penjalarannya
nyeri dibagian
abdomen kuadran
bawah.
S : Skala nyerinya
7 dari 1-10 dan
nyeri sedang, kira-
kira lamanya nyeri
5-10 menit,
T : Nyeri datang
saat BAB dan juga
mengendan
2. Monitor ttv
2. Ttv
TD: 90/60 mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC
3. Pantau status
3. Pasien mengatakan
cairan,meliputi asupan baru BAB1x dan
BAK 2x Dan
dan keluaran
belum makan
apapun ,terpasang
infus 500flash
4. Menekankan
4. Pasien mengerti
penghindaran mengedan dan tidak akan
terlalu untuk
selama defekasi
mengendan
5. Periksa
10.00
edema,pengisian
I,II 5. Warna kulit pucat,
kapiler,warna,dan suhu membran mukosa
pucat, dasar kuku
ekstremitas
pucat
6. Mengajarkan teknik 6. Pasien mengerti
dan mampu
modalitas nyeri:
melakukan
relaksasi nafas dalam ebanyak 3x
7. Pasien mengatakan
7. Kolaborasi:
13.00 nyerinya masih
Berikan analgetik anti 8. Pasien
nyeri mengatakan masih
merasakan nyeri
10.15 8. Kolaborasi pemberian
Packed Red Cell (PRC)
sesuai indikasi 6. Pemberian PRC 1
9. Kolaborasi untuk kantong sebanyak
150 cc
pemeriksaan
15.00 HB :5.6g/dL
laboratorium khususnya HTC : 30%
Trombosit : 550
hemogoblin,hematocrit
dan trombosit 7. Pasien di anjurkan
diit tinggi serat

10. Kolaborasi dengan ahli


III
gizi untuk menetapkan
komposisi dan jenis diet
yang tepat.

Selasa, I,II 14.00 1. Lakukan pengkajian 1. P : Disebabkan


21 April karena adanya
nyeri yang
2020 penonjolan masa
komperhensif dianus.
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk duri
R : Di bagian
anus ,untuk
penjalarannya
nyeri dibagian
abdomen kuadran
bawah.
S : Skala nyerinya
6 dari 1-10 dan
nyeri sedang,
kira-kira lamanya
nyeri 5 menit,
T : Nyeri datang
saat BAB dan
juga mengendan
2. Ttv
2. Memonitor Ttv
TD: 100/70
mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC
14.15
3. Mengajarkan teknik
3. Pasien dapat
modalitas mengalihkan
nyerinya dengan
nyeri:Distraksi
mengajak
anaknya berbicara
4. Kaji kemampuan
4. Pasien perlu
aktivitas pasien bantuan keluarga
jika ingin bangun
dari tempat tidur,
tampak makan di
bantu oleh
keluarganya
5. Observasi tingkat rasa 5. Pasien
mengatakan tidak
tidak nyaman pasien
nyaman untuk
6. Berikan lingkungan duduk
6. Pasien dapat
yang nyaman
beristirahat
7. Kolaborasi:Berikan dengan tenang
18.00 analgetik pada pasien 7. Pasien tampak
rileks,tidak
meringis
III 8. Periksa kesakitan
19.00
edema,pengisian
8. Warna kulit
kapiler,warna,dan suhu pucat, membran
mukosa pucat,
ekstremitas
dasar kuku pucat
9. Kolaborasi pemberian
Packed Red Cell (PRC) 9. Pemberian PRC 1
sesuai indikasi kantong sebanyak
150 cc
HB :7,7g/dL
10. Kolaborasi untuk
HTC : 30%
pemeriksaan Trombosit : 450
laboratorium khususnya
hemogoblin,hematocrit
dan trombosit
11. Kolaborasi untuk
pemberian multivitamin
19.00 10. Pasien tampak
tidak lemas
12. Pantau status cairan,

11. Pasien mengatakan


13. Fasilitasi pemberian diet
makan sesuai diit
TKTP, berikan dalam yang diberikan
rumah sakit, BAB
posisi kecil tepi sering
3x frekuensi
sedang,kinstitensi
lembek bercamour
darah, BAK 4x

12. Pasien mengatakan


19.15 14. Tekankan penghindaran tidak terlalu
mengendan secara
mengedan selama
berlebih
defekasi
13. Tidak terdapat
15. Pantau tanda dan gejala
rupture
rupture/peritonitis
14. Pasien mengatakan
16. Kolaborasi dalam
pemberian obat anti BAB 3x frekuensi
sedang,kinstitensi
konstipasi
lembek bercamour
darah

Rabu , I,II 08.00 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. P : Disebabkan


22 WITA karena adanya
yang komperhensif
April penonjolan masa
2020 dianus.
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk duri
R : Di bagian
anus ,untuk
penjalarannya
nyeri dibagian
abdomen kuadran
bawah.
S : Skala nyerinya
8 dari 1-10 dan
nyeri sedang,
kira-kira lamanya
nyeri 5 menit,
T : Nyeri datang
saat BAB
mengendan dan
duduk
- Pasien tampak
meringis
kesakitan
2. Ttv
2. Memonitor TTV
TD: 120/70
mmHg
RR : 20x/menit
N : 66 x/menit
S : 36 oC

3. Periksa edema,pengisian
09.00
3. Warna kulit baik,
kapiler,warna,dan suhu
membran mukosa
ekstremitas
tidak pucat, dasar
kuku tidak pucat
CRT>2dtk
4. Kolaborasi pemberian
Packed Red Cell (PRC) 4. Pemberian PRC 1
sesuai indikasi
kantong sebanyak
5. Kolaborasi untuk
150 cc
pemeriksaan laboratorium
HB :10g/dL
khususnya
HTC : 35%
hemogoblin,hematocrit dan Trombosit : 400
Pasien mengatakan
trombosit
tidak lemas

6. Menganjurkan teknik 5. Pasien


10.00
modalitas nyeri:relaksasi mengatakan
atau distraksi. sudah melakukan
tehnik relaksasi
tetapi nyerinya
masih terasa
7. Kolaborasi:Berikan 6. Pasien tetap
13.00
analgetik pada pasien merasakan nyeri
walaupun sudah
diberikan obat
13.15 8. Kaji kemampuan aktivitas 7. Pasienn
pasien mengatakan tidak
mampu bergerak
karna rasa sakit
yang dirasakan di
bagian anusnya

8. Pasien
III 9. Pantau status cairan,
mengatakan
makan sesuai diit
yang diberikan
rumah sakit, BAB
3x frekuensi
sedang,kinstitensi
lembek
bercamour darah
dan merasakan
nyeri, BAK 4x

10. Tekankan penghindaran 9. Pasien


mengedan selama defekas mengatakan tidak
terlalu
mengendan secara
berlebih
11. Pantau tanda dan gejala
15. Terdapat rupture
rupture/peritonitis
V. Evaluasi
Nama : Ny”M” No. Rm : 121234
Umur : 48 tahun Ruangan : Irna VI C

Hari/tgl Jam Diagnosa Evaluasi


Kamis , 07.30 I S : pasien mengatakan semakin merasakan nyeri
23 April P : Disebabkan karena adanya penonjolan masa dianus.
2020
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk duri

R : Di bagian anus ,untuk penjalarannya nyeri dibagian


abdomen kuadran bawah.

T : Nyeri datang saat BAB mengendan dan duduk

4. Klien mengatakan keluhan nyeri saat BAB


masih ada

O : Pasien tampak meringis kesakitan

5. S : Skala nyerinya 8 dari 1-10 dan nyeri sedang,


kira-kira lamanya nyeri 5 menit,

A : Masalah tidak teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Persiapan Operasi hemoroid
07.30 II

S: Klien mengatakan tidak lemas

O: Warna kulit baik, membran mukosa tidak pucat,


dasar kuku tidak pucat CRT>2dtk

HB :10g/Dl, HTC : 35%, Trombosit : 400

A: Masalah tertasi

P: Intervensi di hentikan

III S : Pasien mengatakan makan sesuai diit yang diberikan


rumah sakit, BAB 3x frekuensi sedang,

O: Konstitensi lembek bercampur darah


A: Masalah teratasi sebagian,

P: Intervensi dilanjutkan.

- Pantau warna BAB serta perdarahan di bagian


anus

Anda mungkin juga menyukai