Anda di halaman 1dari 19

ASKEP

KERACUNAN PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :

Nama : Feki Pati Mila Meha

Nim : PO5303203200671

Tingkat : III.A

Dosen pembimbing : Melkisedek Landi, S.Kep, Ns, MMed. Ed

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN 20222/2023
DAFTAR ISI

Cover......................................................................................1

Daftar
isi……………………………………………………………………………………
2

Bab l
pendahuluan………………………………………………………………………
…2

a.Latar
belakang………………………………………………………………….…..2

b.Rumusan
masalah………………………………………………………………….3

c.Tujuan
……………………………………………………………………………..3

Bab 2 pembahasan....…………………………………………………………..3

a Pengertian …………………………………………………………….…..4

b. Etiologi keracuna pada anak …………………………....……….4

c.
Klasifikasi………………………………………………………………….........4

d. Patofisiologi................................................…………………...….5

e. Pathway..................................................................................5

f. Manifestasi klinis...................................................................5

g. Penatalaksanaan....................................................................6

h. Pengkajian...............................................................................6

i. Diagnosa....................................................................................6

j. Intervensi...................................................................................7

k. Implementasi............................................................................7
l. Evaluasi.......................................................................................8

Bab 3
penutup……………………………………………………………………………
…8

a.
Kesimpulan………………………………………………………………………...
.........9

b.
Saran……………………………………………………………………………......
............9

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa ini, pengetahuan tentang kesehatan sudah sangat berkembang
pesat seiring berjalannya waktu. Kesehatan dalam konsep umum diartikan
sebagai sehat. Pengertian sehat juga berkembang seiring berjalannya waktu.
WHO mengartikan sehat lebih luas, lengkap dengan sehat, jasmani,
rohani, serta social dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan
yang memperkenalkan konsep subjektif dan objektif dari respon fisik dan
perilaku.
Pandangan-pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau
lebih dari perspektif berikut, biologis dan klinis, psikologis, sosiologis, dan
adaptif. Sehat adalah dinamis, statusnya berubah-ubah terus, mempengaruhi
orang-orang dalam tingkat fungsi yang bersifat fisiologis, psikologis.
UU tahun 1980 tentang pokok-pokok kesehatan pelaksanaanya antara
lainkegiatan kebersihan lingkungan. Bentuk kegiatan pembersihan selokan
halaman rumah. Pelayanan kesehatan terutama kelompok tertentu seperti ibu
hamil anak-anak (balita dan balita).
Anak usia dini (0 – 6 tahun) merupakan anak-anak yang sangat unik dan
memiliki karakteristik yang beragam sehingga diperlukan berbagai jenis
pengetahuan dan keterampilan untuk memahaminya. Karakteristik anak yang
beragam ini terkadang membuat orang tua kesulitan dalam menerapkan pola
pengasuhan dan pengawasan pada anak, terutama pada keluarga yang
memiliki anak lebih dari satu.
Gangguan kesehatan pada anak usia dini salah satunya yaitu keracunan.
Anak usia dini  belum dapat membedakan mana yang baik dimakan dan tidak.
Bahkan di usia dini, apa saja yang bisa dipegang dan dimasukkan ke mulut,
akan dilakukannya. Sekalipun beracun, anak tidak memper-
dulikannya. Maka, perlu adanya pengetahuan khusus untuk masalah tersebut
agar tidak timbulnya keraguan dan dapat membantu dalam hal penanganan
yang tepat. (Radini, 2013)

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian keracunan
2. Mengetahui penyebab keracunan
3. Mengetahui klasifikasi keracunan
4. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
5. Mengetahui asuhan keperawatan keracunan pada anak

C. Manfaat Penulisan
Agar pencegahan yang dilakukan tepat dan sesuai dengan antisipasi atau
pertolongan pertama terhadap anak yang mengalami keracunan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN KERACUNAN
Racun adalah suatu zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. (Smeltzer,
suzanna, 2009)
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2009)
Reaksi kimia racun mengganggua sistem kardiovaskular, pernapasan,
sistem syaraf pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton, 2019)

B. ETIOLOGI KERACUNAN PADA ANAK


Dalam NANDA NIC-NOC 2019, dijelaskan bahwa penyebab keracunan
ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai berat.
Secara umum yang banyak terjadi disebabkan oleh:
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan diantaranya :
- Eschericia Coli Patogen
- Staphilococus Aureus
- Salmonella
- Bacillus Parahemolyticus
- Clostridium Botulisme
- Streptococcus
2. Bahan kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo sulfat dan karbonat

3. Toksin
- Jamur
- Keracunan singkong
- Tempe bongkrek
- Bayam beracun
- Kerang

C. KLASIFIKASI KERACUNAN PADA ANAK


1) Keracunan Hidrokarbon
2) Keracunan Insektisida
3) Organofosfat
4) Keracunan Carbamate (baygon)
5) Keracunan Ketela Pohon
6) Keracunan Jengkol
7) Botulisme
8) Keracunan Makanan
9) Salisilat

D. PATOFISIOLOGI KERACUNAN PADA


Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1. Makanan
2. Bahan-bahan kimia
3. Obat-obatan
4. Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison) : oleh karena
anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang terjadi pada
anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada di rumah atau
sekitar rumah. (www.academia.edu)
PATHWAY

Masuknya insektisida Intioksikasi, insektisida


organofosfat ke GI organofosfat

Respon psikologis Hambatan aktivitas Penurunan asupan


enzim asetilkolinetrase makanan

Koping individu tidak


efektif, kecemasan Akumulasi asetilkolin pd
pemenuhan informasi ujung saraf Ketidakseimbangan
nutrisi krg dr
kbutuhan

Efek stimulasi muskarinik Efek stimulasi nikotinik Efek stimulasi


pd saraf parasimpatis pd saraf simpatis nikotik muskarinik
pd sistem saraf
pusat
Bronkospasme, hipotensi, Takikardi, hipertensi,
bradikardi, miosis, midriasis
Agitasi, gagal nafas,
muntah, lakrimasi,
penurunan tgkt
berkeringat, diare, sering
kesadaran, koma
BAK, hipersaliva

Penurunan aliran udara, Ketidakefektifan


hipoksia, penurunan aliran pola nafas, resiko
darah sistemik, ketidakefektifan
peningkatan hilangnya perfusi jaringan otak
cairan tubuh

Gangguan pertukaran gas, Gangguan tdk dpt


ketidakefektifan perfusi dikoreksi
jaringan perifer,,
ketidakseimbangan
Gagal
elektrolit
kardiorespirasi

kematian

Efek skumulasi
asetilcolin pada Kelelahan, kelemahan Defisit perawatan
neuromuscular junction fisik, fasikulasi diri

Sumber : Asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC 2019, hal:370


E. MANIFESTASI KLINIS KERACUNAN PADA ANAK
Dalam NANDA NIC-NOC 2019, dijelaskan bahwa manifestasi klinis
yang muncul adalah:

1. Gejala yang paling menonjol, meliputi:


- Kelainan visus
- Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- Gangguan saluran pencernaan
- Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
- Anoreksia
- Nyeri kepala
- Rasa lemah
- Rasa takut
- Tremor pada lidah dan kelopak mata
- Pupil miosis
3. Keracunan sedang
- Nausea
- Muntah-muntah
- Kejang dan kram perut
- Hipersaliva
- Hiperhidrosis
- Fasikulasi otot
- Bradikardi
4. Keracunan berat
- Diare
- Reaksi cahaya negatif
- Sesak nafas
- Sianosis
- Edema paru
- Inkontinensia urine dan feses
- Kovulsi
- Koma
- Blokade jantung yang berujung kematian

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan
harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan
penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan
dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.
Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat
akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan
dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil
paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan
sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan
bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang
hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan
bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah
mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
5. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi,
midriasis, febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
e. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang
rinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas
tentang obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
e. Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
7. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui
kulit sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada
keracunan parafin, minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah
lainnya.
8. Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
9. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
10. Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara
holistik dan efektif dalam biaya.
11. Observasi dan konsultasi
12. Rehabilitasi (www.academia.edu)

G. PENGKAJIAN FOKUS (PEMERIKSAAN PENUNJANG)


1. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
1) Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam
basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.
2) Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah
lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Data Obyektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.Gangguan elektrolit : hiponatremia,
hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia.
(www.academia.edu)

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap
- Urin
- Gula darah
- Cairan lambung
- Analisa gas darah
- Darah lengkap
- Osmolalitas serum
- Elektrolit
- Urea N
- Kreatinin
- Glukosa
- Transaminase hati
b. EKG
c. Foto toraks/ abdomen
d. Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat
e. Tes toksikologi kuantitatif.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA NIC-NOC 2013 diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul :
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d hipoventilasi/hiperventilasi
2. Diare
3. Nyeri abdomen akut berhubungan dengan agen cidera
4. Ketidakseimbangan
5. Gangguan pertukaran gas
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
7. Ansietas
8. Defisit perawatan diri

I. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa INTERVENSI
Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan - status pernafasan : Airway management :
pola nafas b/d ventilasi normal - Posisikan klien untuk
hipoventilasi/ - Status tanda vital dalam memaksimalkan
hiperventilasi batas normal ventilasi
Kriteria hasil : - Identifikasi pasien
- Menunjukan jalan nafas perlunya jalan nafas
yang paten - Pertahankan jalan nafas
- Tanda vital dalam yang paten
rentang normal - Terapi jalan napas
- Ventilasi mekanik bila
perlu
Diare - Eliminasi defekasi - Manajemen diare
normal. - Manajemen cairan dan
- Hidrasi (-) elektrolit
- Cairan tubuh seimbang - Pemantauan cairan
- Manajemen nutrisi
Nyeri abdomen - Kontrol nyeri yang baik - Manajemen nyeri
akut b/d agen - Tingkat nyeri menurun - Pemberian analgetik
cidera atau hilang

J. DISCHARGE PLANING
1. Jika keracunan melalui mulut :
- Jika racun tertelan, encerkan racun tersebut, plus halangi penyerapan
menggunakan air biasa, susu atau telur mentah, norit 2sdt dalam 1
gelas air, teh pekat, antasida (promag).
- Kosongkan lambung untuk memuntahkan jika kurang dari 4 jam
dengan merangsang tenggorokan dengan jari
2. Jika racun mengenai kulit/mata :
- Lepas pakaian yang terkena
- Cuci dan bilas dengan air mengalir
3. Jika racun melalui pernapasan
- Pindahkan korban ke tempat aman
- Beri oksigen murni
- Hati-hati untuk first aider
4. Jangan memberikan susu pada keracunan yang mengandung fosfat,
karena dapat bereaksi. Dimuntahkan, hanya efektif bila dlakukan dalam 2
jam pertama setelah keracunan
5. Tidak boleh dimuntahkan pada :
- Menelan asam basa kuat
- Menelan minyak
- Korban kejang ataupun ada bakat kejang
- Korban tidak sadar/ada gangguan kesadaran (Nanda, 2013)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2009)
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah : Obat-obatan, Gas toksin,  zat kimia
industri, zat kimia pertanian, makanan, bisa ular atau serangga.
Gejala Keracunan pada Anak: Rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung, Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat
lemah, Mual, muntah, haus, buang air besar cair, Sakit kepala, telinga
berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur, Bingung, Koma yang
dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan, Reaksi lain yang kadang
bisa terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di
kulit dan membran mukosa.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :Makanan, Bahan-bahan kimia, Obat-
obatan, Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison).
Macam-Macam Keracunan Pada Anak: Keracunan Hidrokarbon,
Keracunan Makanan, Keracunan Ketela Pohon, Keracunan Jengkol,
Botulisme, Salisilat.
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula
darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/
abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi
kuantitatif.
Penanganan keracunan pada Anak: Tindakan emergensi, Identifikasi
penyebab keracunan, Eliminasi racun, Pengobatan Supportif.
 Pencegahan keracunan pada Anak: Memberikan informasi secara
intensif kepada orang tua atau orang yang bertanggung jawab dalam
perawatan anak dan kepada masyarakat, Produsen bahan-bahan beracun,
Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-
anak.
 

B. Saran
Dengan saya membuat askep untuk para pembaca baik para mahasiswa
keperawatan, perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan
penatalaksanaan pada pasien keracunan pada anak dengan baik dan benar
sehingga askep penulis dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. 2009. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta :


EGC

http://www.academia.edu/6509942/MAKALAH_TOKSIKOLOGI (diunduh pada


tanggal 8 Maret 2019 pukul 00:19)

http://radinidini.blogspot.com/2013/01/keracunan (diunduh pada tanggal 8 Maret


2020 pukul 00:25)

Morton, patricia Gonce et all. 2019. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistik (Ed.8). Jakarta : Buku kedokteran EGC

Nurarif A.H, Kusuma H. 2021. Aplikasi asuhankeperawatan berdasarkan


diagnosa medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedtAction

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2009. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8. Volume 2.
Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai