Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANOREKSIA GERIATRI
RUANG KHUSUS PENYAKIT DALAM (RKPD)
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

OLEH

NOORBAITI

P07120117068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KEPERAWATAN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Noorbaiti

NIM : P07120117068

Judul : Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Anoreksia Geriatri di Ruang Khusus Penyakit
Dalam (RKPD) RSUD Ratu Zalecha Martapura

Martapura, 02 Juli 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

………………………… M. Rasyid, S.Kep,Ns, MPH

Mengetahui,

Kepala Ruangan

…………………………..
A. Pengertian
Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu
makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan.
Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan
keinginannya dalam hal makan, ini berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan keadaan
kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep fisiologis.
Anoreksia adalah tidak adanya selera makan atau individu tersebut tidak tertarik untuk
menelan makanan. Pada istilah klinik, anoreksia total adalah hilangnya rasa lapar yang
diakibatkan proses patologis. Anoreksia biasanya berkaitan dengan proses penyakit yang
secara langsung menghambat atau menekan pusat lapar atau merangsang aktivitas pusat
kenyang. Oleh karena anoreksia berkaitan dengan banyak proses penyakit, maka tugas utama
tenaga medis adalah menentukan apakah anoreksia yang terjadi pada pasien bersifat
patologik atau fisiologik/psikologik, dan mengoreksi penyebab utamanya.
Anoreksia dapat terjadi karena penurunan selera makan (anoreksia sejati) atau terjadi
karena faktor lain yang tidak mempengaruhi selera makan (pseudoanoreksia). Penurunan
selera makan yang bersifat sementara dapat terjadi karena rasa takut, latihan berat, atau
perubahan menu makanan.
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang
dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut (6). Batas umur untuk usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut:
1. Umur lanjut (elderly): 60-74 tahun
2. Umur tua (old): 75-90 tahun
3. Umur sangat tua (very-old): > 90 tahun

B. Etiologi
1. Biologis
Ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama wanita pada orang
yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi umum. Model
biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di
hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan
kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun
model biologis ini masih dalam tahap perkembangan. Studi tentang anoreksia nervosa
menunjukkan bahwa gangguan tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena
itu, kerentanan genetik mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress
emosional. Kerentanan genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau
kerentaan umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara
langsung mencakup disfungsi hipotalamus.( Videbeck, 2008 )
2. Perkembangan
3. Lingkungan
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan
makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh
penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik.
(Videbeck, 2008)
4. Psikologis
5. Sosiokultural
Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah
status gizi yang bersangkuan dipertahankan pada kondisi optimum agar kualitas kehidupan
yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan oleh :
1) Perubahan komposisi tubuh.
2) Perubahan lingkungan atau kondisi kesehatan.
3) Perubahan nafsu makan dan regulasi ambilan energy
4) Perubahan patofisiologi yang menyebabkan kehilangan pengecapan lidah, penciuman,
dan nafsu makan dengan bertambahnya usia.
5) Pengosongan lambung yang tertunda (gastroparesis)
6) Masalah mengunyah dan menelan
7) Penggunaan obat-obatan
8) Menutup diri dan Depresi
C. Manifestasi Klinis
1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.
2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
4. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
5. Amenorea
6. Kulit kering bersisik
7. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah
8. Kulit berubah kekuningan
9. Gangguan tidur
10. Konstipasi
11. Erosi eosopagus
12. Alam perasaan depresi
13. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi
14. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
15. Erosi email dan dentin tinggi

D. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah medis yang berat.
Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
1. Pemantauan medis
2. Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
3. Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
4. Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan dan perilaku
kompulsif – obsesif
Obat-obat yang dapat digunakan :
a. Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), terutama bila
salah satu komponen penyakitnya adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin,
Desipramin, Fluoksetin, Sertralin).
b. Penggantian estrogen untuk amenore.
E. Patofisiologi
Sosiokoltural Psikologis
Biologis

Hubungan dengan Fungsi sosial


Serotonin keluarga (sejarah Seksual
(takut gemuk
keluarga, depresi,
obesitaas)
akohol dan gangguan
makanan)

Anoreksia

Berkurangnya Lipolis meningkat


Kelemahan
intake Cairan dan
makanan

Berat badan Energi berkurang


Dehidrasi

Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh Gangguan
aktifitas sehari-
hari
Defisit Volume Cairan

Hambatan Mobilitas
Fisik

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG (Elektrokardiogram) bradikardia umum terjadi
2. Pemeriksaan Laboratorium
- Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum
- Urinalisis
- Hitung darah lengkap
- Kadar Glukosa Serum
- Kadar TSH (thyroid stimulating hormone), kortisol
3. Uji fungsi hepar
4. Komposisi tubuh, densitas tulang dan kaji adanya hiperkarotenemia

G. Komplikasi
1. Jantung : bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
2. Gastrointestinal : esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
3. Ginjal : abnormalitas urea serum dan elektrolit
4. Skelet : osteoporosis, faktor patologik
5. Endokrine : penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan hormon pertumbuhan,
peningkatan glukoneogenesis
6. Metabolik : penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan, gangguan tidur
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku\bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Ruangan di
Rawat, No. Reg, Status Perkawinan, Tanggal Masuk RS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa
Medis, Alamat.

- Kaji Keluhan Utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit keluarga

2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tentang data-data tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, data antropometri.

2. Kulit
Tentang data hasil pengkajian sistem integumen/kulit, keadaan umum kulit, kebersihan,
integritas kulit, tekstur, kelembaban, adanya ulkus/luka, turgor, warna kulit dan bentuk
kelainan lain dari kulit.
3. Kepala dan Leher
Tentang data hasil pengkajian daerah kepala, distribusi rambut, keadaan umum kepala,
kesimetrisan, adanya kelainan pada kepala secara umum.
Pengkajian leher yaitu adanya pelebaran vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran kelenjar limfe, keterbatasan gerak leher, kelainan lain.
4. Mata
Tentang data hasil pengkajian daerah mata dan fungsi sistem penglihatan, keadaan mata
secara umum, konjungtiva (anemis, peradangan, trauma), adanya abnormalitas pada
mata/kelopak mata, visus,daya akomodasi mata, penggunaan alat bantu penglihatan,
kelainan/gangguan saat melihat.
5. Hidung
Tentang data hasil pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman, keadaan
umum hidung, jalan nafas/adanya sumbatan pada hidung, polip, peradangan,
sekret/keluar darah, kesulitan bernafas, adanya kelainan bentuk dan kelainan lain.
6. Telinga
Keadaan umum telinga, kebersihan, gangguan saat mendengar, penggunaan alat
pendengaran, adanya, adanya kelainan bentuk dan gangguan lain.
7. Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut, keadaan umum mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya
peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, faring), adanya kelainan bentuk dan
gangguan lain.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Hasil inspeksi (perkembangan/ekspansi dada, kesimetrisan dada), palpasi (kesimetrisan
dada, taktil premitus), perkusi (paru: resonan, adanya penumpukan
sekret/cairan/darah),auskultasi (pernafasan: suara nafas,jantung: bunyi jantung).
Sirkulasi: perfusi darah ke perifer, warna ujung-ujung jari, bibir, kelembaban kulit, urine
output,keluhan pusing, pandangan kabur saat berubah posisi, CRT. Keluhan lain seperti
dada berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas
9. Abdomen
Inspeksi : keadaan umum abdomen, pergerakan nafas, adanya benjolan, warna kulit.
Palpasi: adanya massa pada abdomen, tugor kulit, adanya asites.
Perkusi: bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak untuk jaringan padat.
Auskultasi: peristaltik usus per menit.
10. Genetalia dan Reproduksi
Keadaan umum alat genital dan fungsi sistem reproduksi. Kelainan pada anatomi dan
fungsi. Keluhan dan gangguan pada sistem reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Hasil pengkajian ekstremitas atas dan bawah. Rentang gerak, kekuatan otot, kemampuan
melakukan mobilisasi, keterbatasan gerak, adanya trauma/kelainan pada kaki/tangan,
insersi infus, keluhan/gangguan lain.
KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/saat sakit)
Di rumah : kebiasaan, aktivitas, pola istirahat, gangguan aktivitas.
Di RS: kemampuan beraktivitas, gangguan aktivitas.
2. Personal Hygiene
Di rumah : kebiasaan mandi,keramas,gosok gigi (personal hygiene)
Di RS : gambaran umum kebersihan klien, kemampuan untuk perawatan diri.
3. Nutrisi
Di rumah : kebiasaan makan, pantangan, makanan yang bisa menyebabkan alergi.
Di RS : pola makan, gangguan makan, diit yang diberikan.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Di rumah : kebiasaan/pola BAB dan BAK, keluhan/gangguan saat eliminasi.
Di RS : pola BAB dan BAK, perubahan pola eliminasi.
5. Seksualitas
Pola seksualitas, keluhan seksualitas.
6. Psikososial
Hubungan klien dengan orang lain, hubungan klien dengan keluarga, orang terdekat,
hubungan klien dengan tenaga kesehatan, keadaan psikologis klien, penerimaan dan
harapan klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien tentang penyakitnya.
7. Spiritual
Kepercayaan klien terhadap Tuhan, keyakinan klien tentang sakit yang dideritanya.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Ketidak
Mampuan Mencerna Makanan
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Injury Biologis
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
4. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Ketidakseimbangan Intake
Cairan Dengan Pengeluaran Cairan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidak seimbangan  Nutrisi status : food and  Nutritional
nutrisi kurang dari fluid intake management
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam vital
ketidak mampuan diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Kaji adanya alergi
mencerna makanan teratasi dengan kreteria hasil : 3. Anjurkan pasien makan
 Pemenuhan nutrisi sedikit papi sering
terpenuhi sesuai dengan 4. Kolaborasi dengan ahli
berat badan gizi untuk menentukan
 Nafsu makan meningkat jumlah kalori yang
 Tidak terjadi mual dan dibutuhkan
muntah
 Berat badan meningkat
 Tandan tanda vital dalam
rentang normal

2 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan Pain Level, Pain Management
peningkatan tekanan Pain control, 1. Lakukan
vaskuler serebral Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara
1. Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, mampu karakteristik,
menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
nonfarmakologi untuk kualitas dan faktor
mengurangi nyeri, presipitasi
mencari bantuan) 2. Observasi reaksi
2. Melaporkan bahwa nonverbal dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
dengan menggunakan 3. Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi
3. Mampu mengenali terapeutik untuk
nyeri (skala, intensitas, mengetahui
frekuensi dan tanda pengalaman nyeri
nyeri) pasien
4. Menyatakan rasa 4. Kaji kultur yang
nyaman setelah nyeri mempengaruhi
berkurang respon nyeri
5. Tanda vital dalam 5. Evaluasi
rentang normal pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)
3 Intoleransi aktivitas b.d  Energy conservation  Activity Therapy
kelemahan fisik  Activity tolerance 1. Monitoring tanda-tanda
vital
Setelah dilakukan asuhan 2. Bantu klient
keperawatan 2x24 jam mengidentifikasi
diharapkan klien aktifitas yang mampu
meningkatkan ambulasi atau dilakukan
aktifitas dengan kreteria hasil 3. Bantu untuk memilik
: aktifitas konsisten yang
 Mampu meningkatkan sesuai dengan
aktifitas sehari-hari secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan sosial
 Mampu berpindah dengan 4. Kolaborasi dengan
atau tanpa alat bantu tenaga medisnya
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
4 Resiko ketidak  Fluid balance  Electrolyte
seimbangan lektrolit  Nutritional status : food management
berhubungan dengan and fluid intake 1. Monitor tanda-tanda
ketidak seimbangan vital
intake cairan dengan Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor intake cairan
pengeluaran cairan keperawatan 2x24 jam 3. Anjurkan pasien
diharapkan resiko ketidak meminum sediket tapi
seimbangan elektrolit tidak sering
terjadi terjadi dengan kriteria 4. Kolaborasi dengan
hasil : dokter untuk pemberian
cairan intervena
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
 Mempertahankan urine
output sesuai dengan
intake cairan
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
5 Kelelahan berhubungan  Contrentation Energy management
dengan Status penyakit,  Energy Contervation  observasi adanya
Anemia, Malnutrisi  Nutrional sttus : pembatasan klien
dalam melakukan
Setelah dilakukan asuhan aktivitas
keperawatan 2x24 jam  dorong anak untuk
diharapkan resiko ketidak mengungkapkan
seimbangan elektrolit tidak perasaan terhadap
terjadi terjadi dengan kriteria keterbatasan
hasil :  kaji adanya faktor yang
menyebabkan
 Memverbalisasikan kelelahan
peningkatan energi dan  monitor nutrisi dan
merasa lebih baik sumber energi yang
 Menjelaskan penggunaan adekuat
energi untuk mengatasi  monitor pasien akan
kelelahan adanya kelelahan fisik
 Kecemasan menurun dan emosi secara
 Glukosa darah adekuat berlebihan
 Kwalitas hidup meningkat  monitor respon
 Istrahat cukup kardiovaskuler
 Mempertahankan terhadap aktivitas
kemampuan untuk  monitor pola tidur dan
berkonsentrasi lamanya tidur/istirahat
pasien
 dukung pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan,berhubungan
dengan perubahan
hidup yang sebabkan
keletihan
 bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
 tingkatkan tirah baring
dan pembatasan
aktivitas(tingkatkan
periode istirahat )
 konsultasi denganahli
gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
 Behavior management
 Activity terapy
 Energy management
 Nutrition management
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma . 2013 . Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Medication.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Kriteria Hasil (NOC )
dan Intervensi (NIC). EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai