Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ANOREKSIA NERVOSA

I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi
Anoreksia nervosa adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan
secara sukarela dan stres dari melakukan latihan. Anoreksia nervosa merupakan sebuah
penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan
fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT,
hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut (Dona L wong, 2008).
Anorexsia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan
mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang normal. Ciri khasnya
adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh
penderita (Dona L wong, 2008).
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan
persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui
bahwa ada masalah.(Sheila L. Videbeck, 2008)
I.2 Etiologi
Berbagai faktor psikologi berhubungan dengan perkembangan perilaku yang khas dari
Anorexsia Nervosa. Rasa harga diri yang rendah sering berperan penting dalam
munculnya penyakit ini. Penurunan berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan
harga diri bergantung pada ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan antara
gangguan makan dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga juga dapat
berperan dalam perkembangan gejala anorexsia nervosa. Orangtua mungkin terlalu
memegang kendali dan terlalu melindungi anak. Faktor lain yang juga berperan dalam
munculnya gangguan ini adalah kelangsingan idealik masyarakat yang berusaha disamai
atau bahkan dilampau oleh para remaja. Individu yang terkena gangguan ini mempunyai
citra tubuh yang menyimpang menganggap dirinya obesitas atau terobsesi tentang ukuran
dan bentuk bagian tubuh tertentu.
I.3 Patofisiologi
Penyebab dari anoreksia hingga saat kini belum diketahui. Akan tetapi, para ahli
kesehatan berpendapat bahwa factor sosial memegang peranan penting dari anoreksia.
Pada beberapa penelitian terdapat faktor-faktor yang menjadi predisposisi peningkatan
resiko anorexsia nervosa meliputi faktor biologi, sosiokultural, dan psikologi.
1.3.1 Faktor Biologi
a. Kelaparan atau starvasi akan menyebabkan perubahan pada aktivitas neuropeptida dan
memberikan kontribusi terhadap gangguan neuroendokrin pada pasien anorexsia nervosa.
Sebagai contoh , perubahan CRH berkontribusi terhadap hypercortisolemia dan
perubahan NPY dapat berkontribusi pada amenore. Perubahan dari peptida-Peptida ini
seperti opiat, vasopresin, dan aktivitas oksitosin dapat berkontribusi menjadi karakteristik
gangguan psikofisiologis lain, seperti mengurangi makanan pada kondisi akut
anoreksia(Kaye 1999).
b. Pada penelitian fungsi dari hypothalamic- pituitary- adernal(HPA) Axis pada pasien
anoreksia nervosa secara prinsip ditemukan hyperkortisolisme dimana HPA berperan
dalam melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi pasien menjadi anoreksia
(licino,1996).
c. Jalur pusat serotonim mengatur pola makan dan juga berpartisipasi terhadap regulasi
prilaku dan susunan hati. Gangguan pengaturan regulasi serotonim memberikan implikasi
pada kondisi depresi umum dengan jelas akan menyebabkan gangguan makan. Pada
penelitian regulasi serotonim yang terganggu memberikan peningkatan resiko anorexsia
nervosa (Jimerson, 1990).
d.Determinasi Ghrelin , glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) memberikan
respon peningkatan anoreksia. pada penelitian didapatkan ghrelin yang berperan dalam
patofisiologi anoreksia. penurunan GIP terjadi pada objek, meskipun intake sedikit kalori
mencegah respon cepat insulin terhadap pasien yang mengalami anorexsia(Stock, 2005).
e. Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya bisa dikoreksi dengan
kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan aminore yang menunjukan kadar
hormon(Luitenizing hormon, FSH, Gonadotropin, realising hormone). Meskipun begitu,
beberapa pasien anoreksia nervosa menderita aminore sebelum kehilangan berat badan
yang signifikan.
1.3.2Faktor sosiokultural
Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anorexsia nervosa. Walaupun begitu,
ditemukan bukti yang menunjukkan pasien anorexsia nervosa mempunyai masalah
hubungannya dengan keluarga dengan penyakit mereka. Pasien anoxeksia mempunyai
sejarah keluarga depresi ketergantungan alkohol, atau gangguan makan.
1.3.3 Faktor Psikologis
Anorexsia nervosa adalah suatu reaksi dari tuntunan remaja untuk kebebasan yang lebih
dan peningkatan fungsi sosial dan seksual mereka.
Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi pada wanita sehingga
membatasi makan dan terkadang tidak makan atau puasa, akhirnya tidak mau makan
hingga penderita kurus kering. Dimana pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek
berbahaya yaitu kematian penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10%
penderitanya (neumaker, 1997).
Respon pertama dari anorexsia nervosa adalah gangguan makanan yang memberikan
manifestasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi merasa
terlalu gemuk memberikan manifestasi gangguan konsep diri (gambaran diri). Kondisi
anorexsia akut memberikan manifestasi fisik dehidrasi dan resiko shock hypovolemik
akibat kurangnya asupan cairan serta terjadi ketidakseimbangan elektrolit terutama
kalium sehingga meningkatkan resiko hipokalemia.
I.4 Tanda Gejala
Ada beberapa manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan anoreksia nervosa,
yakni sebagai berikut :
 Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas
 Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subkutan
 Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
 Latihan dan aktivitas fisik berlebihan
 Amenore
 Kulit kering, bersisik
 Lanugo pada ekstrimitas, punggung dan wajah
 Kulit berubah kekuningan
 Gangguan tidur
 Konstipasi atau diare kronis, nyeri abdomen, kembung
 Erosi esofagus (akibat seringnya muntah)
 Depresi alam perasaan
 Fokus yang berlebihan terhadap makanan, makan, dan penampilan tubuh
 Erosi emai dan dentin gigi pada permukann sisi lingual (efek lanjut akibat seringnya
muntah).
I.5 Pemeriksaan Penunjang
a) Elektrokardiogram (EKG) à bradikardia umum terjadi
b) Tekanan darah berdiri dan berbaring à untuk mengkaji adanya hipotensi
c) Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan) à
dapat menunjukkan kadar nitrogen urea darah (NUD) yang rendah akibat dehidrasi
dan jumlah asupan protein yang tidak adekuat; alkalosis metabolik dan hipokalemia
karena muntah
d) Urinalisis, klirens kreatinin urine (pada kasus berat, dipantau setiap tahun) à pH
mungkin naik; mungkin ditemukan keton
e) Hitung darah lengkap (HDL), hitung trombosit (pada kasus berat, dipantau setiap 3
bulan) à biasanya normal; mungkin terdapat anemia normokromik normositik.
f) Kadar Glukosa serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
g) Uji fungsi hepar (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
h) Kadar TSH (thyroid stimulating hormone), kortisol (pada kasus berat dipantau enam
bulan sekali)
i) Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun) à menunjukkan osteopenia
j) Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan kaliper, atau
water immersion)
k) Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga dikenal sebagai
pseudoikterus) à karena diet vegetarian atau penurunan metabolisme.
I.6 Komplikasi
a) Jantung: bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
b) Gastrointestinal: esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
c) Ginjal; abnormalitas urea serum dan elektrolit
d) Skelet; osteoporosis, faktor patologik
e) Endokrine; penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan hormon
pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis
f) Metabolik; penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan, gangguan tidur.
I.7 Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah medis yang berat.
Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
a) Pemantauan medis
b) Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
c) Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
d) Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan dan perilaku
kompulsif – obsesif
Obat-obat yang dapat digunakan :
a) Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), terutama
bila salah satu komponen penyakitnya adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin,
Desipramin, Fluoksetin, Sertralin).
b) Penggantian estrogen untuk amenore.
I.8 Patway

Faktor biologis, sosiokultural, psikologis

Gangguan citra Mempengaruhi Ansietas


tubuh proses pikir

Merasa dirinya
gemuk

Ansietas nevrosa

Self starving Purgasi

Gg produksi Intake makanan Gg keseimbangan


hormon dan cairan elektrolit

Defisit volume Perubahan nutrisi


cairan kurang dari
kebutuhan tubuh

II. Rencana Asuhan


II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penanganan yang dilakukan
sendiri sebelum di rawat. Klien anorexsia nervosa sering berfokus pada cara
menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien sering memiliki
perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi,
dan gangguan keperibadian.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.
c. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit anorexsia
nervosa.
II.1.2 Pemeriksaan fisik dan data fokus
a. Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat
badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien anorexsia nervosa dapat kelebihan
berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan
yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum
klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.
b. Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien
biasanya malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien
mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk
menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak
mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut
sebagai hal yang patologis.
c. Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).
d. Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen . Biasanya pada klien
anoreksia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa
mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena
terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.
e. Nutrisi
Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan
dan aktifitas setelah makan kliem. Klien makan berlebihan (binge) dan
melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut
abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.
f. Cairan
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih ,
keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit
tidak elastis dan membran mukosa kering.
g. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan binge,
mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien
dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.
h. Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati klien.
Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil, biasanya
berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien. Menghindari makanan
yang “buruk” atau makanan yang menggemukkan memberi klien perasaan kuat
dan kendali terhadap tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan
menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Klien sering tampak
sedih, cemas, dan khawatir.
Klien anoreksia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak
ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien
menunjukan perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan klien mungkin
menunjukan emosi yang intens tentang perasaan bersalah, malu, dan
memalukan. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku
tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
Hal ini menebabkan klien anoreksia nervosa menjalini hidup yang rahasia,
dengan diam-diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan
dibelakang teman dan keluarga klien. Jumlah waktu yang diluangkan untuk
membeli dan memakan makanan dan kemudian melakukan pengurasan dapat
mengganggu performa peran baik di rumah maupun di lingkungan.
II.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Na : 135 -145 mEq/L
Ca: 4-5 mEq/L
K : 3.5 – 5.3 mEq/L.
II.2Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
II.2.1 Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
II.2.2 Batasan Karakteristik :
- Menghindari makanan
- Beat badan 20% diatas berat badan ideal.
- Kurang makanan
- Kurang Informasi.
- Kurang Minat pada makanan.
2.2.3 Faktor Yang berhubungan.
- Faktor Biologis
- Gangguan harga diri.
Diagnosa 2 : Gangguan Citra tubuh.
II.2.3 Definisi :
Konfusi dalam gambaran mental dalam diri fisik dan individu
II.2.4 Batasan karakteristik
- prilaku mengenali diri individu
- prilaku menghindari tubuh individu
- perubahan struktur pada tubuh individu
- biofisik kognitif
- budaya terhadap perkembangan
2.3 Perencanaan
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan
-Status nutrisi
- Status nutrisi : makanan dan minuman
- Kontrol berat badan
Kriteria hasil
- Berat badan sesuai dengan tinggi badan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2.3.2 Intervensi dan Rasional
Obs TTV
R : Mengetahui keadaan umum klien
Manajemen nutrisi
R : Pemenuhan nutrisi yang tepat untuk klien
Ketahui makanan kesukaan pasien
R : Menambah nafsu makan klien
Anjurkan makan selagi hangat
R : Makanan hangat akan menambah selera klien untuk makan
Timbang pasien pada interval yang tepat
R : Mengetahui keadaan berat badan klien saat kehilangan nutrisi.
Diagnosa 2 : Gangguan Citra Tubuh.
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan :
Body Image
Self Esteem.
Kriteria Hasil :
- Body Image Positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
- Mendeskripsikan secara faktual perubahan tubuh
- Mempertahankan interaksi sosial.
2.3.4 Intervensi dan Rasional
Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai
pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
R : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau
tidak terlibat pada perawatan
R : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak
lanjut dan terapi yang lebih ketat.
Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
R : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan
merasakan baik tentang diri sendiri.
III. Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan Praktis, Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus, Jilid I dan II, 2016, MediAction, Jogjakarta.

Asuhan Keperawatan Praktis, Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus, Jilid I dan II, 2016, MediAction, Jogjakarta.

Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. EGC, Jakarta.

Donna L. Wong, 2008 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anorexia dalam berbagai macam
kasus, Jakarta. Medika.

Sheila L. Videbeck, 2008. Asuhan Klien Anorexia Nervosa Jilid 1, Jakarta . EGC

North American Nursing Diagnosis (NANDA) 2014, Panduan Penyusunan Auhan Keperawatan.

Nursing Out Comes (NOC), Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa Indonesia, 2016.

Nursing Intervention Classification (NIC), Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Bahasa


Indonesia, 2016.

Banjarmasin, 2017

Perseptor akademik Perseptor Klinik

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai