Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA


DI RUANG DIRUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ISLAM
METRO

Oleh :

ALNA YUNISA MH.


NPM:
200103114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

A.    Konsep Dasar Penyakit


1.  Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dispepsia (Mansjoer, 2010).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah makan, yg berhubungan
dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram & begah perut. Kerap kali kali diperberat
karena makanan yg berbumbu, berlemak / makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan
kafein yg berlebihan, dyspepsia tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi
pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia
a.     Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang pancreas,
pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
b.      Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus (DNU), kalau/jika tak
jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada diikuti kelainan / gangguan struktur organ
berlandaskan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran
pencernaan).

2.      Etiologi
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid reflux.. Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada saluran cerna atas dampak
proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2010). Kadar lambung
lansia biasanya mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum bisa
diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
a.       Menelan udara (aerofagi)
b.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c.       Iritasi lambung (gastritis)
d.      Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
e.       Kanker lambung
f.       Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
h.      Kelainan gerakan usus
i.        Stress psikologis, kecemasan, / depresi
j.        Infeksi Helicobacter pylory
k.      Perubahan pola makan
l.        Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
m.    Alkohol & nikotin rokok
n.      Stres
o.      Tumor / kanker saluran pencernaan
3.      Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin
dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

Patway
Konsumsi obat penghilang nyeri

Mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung

Dinding lambung dilindungi oleh mukosa bicarbonate rusak

Peningkatan asam lambung

Inflamasi mukosa lambung

Kerusakan langsung mukosa lambung

Nyeri spigastrik

nyeri

Mual dan muntah


Meningkatkan permeabilitas  kapiler  thd
protein

Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Mual dan muntah

Kekurangan vol cairan

4.      Manifestasi klinik


a.       nyeri perut (abdominal discomfort)
b.      Rasa perih di ulu hati
c.       Mual, kadang-kadang sampai muntah
d.      Nafsu makan berkurang
e.       Rasa lekas kenyang
f.       Perut kembung
g.      Rasa panas di dada dan perut
h.      Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
5.      Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom
dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran
pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa :
laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a.       Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan
lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b.      Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian
atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c.       Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia
fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d.      USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin
banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat
ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
e.       Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet
radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

6.      Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang
tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a.       Perdarahan
b.      Kangker lambung
c.       Muntah darah
d.      Ulkus peptikum

7.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan non farmakologis
1)      Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2)      Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan,
nikotin rokok, dan stres
3)      Atur pola makan

b.      Penatalaksanaan farmakologis yaitu:


Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi
kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas.
Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya
muntah)

B.     Konsep proses keperawatan


1.      Pengkajian keperawatan
a)      Identitas
1)      Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat
2)      Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dgn
pasien, alamat

b)      Pengkajian
1)      Alasan utama datang ke rumah sakit
2)      Keluhan utama (saat pengkajian)
3)      Riwayat kesehatan sekarang
4)      Riwayat kesehatan dahulu
5)      Riwayat kesehatan keluarga
6)      Riwayat pengobatan & alergi

c)      Pengkajian Fisik


1)      Keadann umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene & lain-
lain.
2)      Data sistemik
         Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, & lain-lain.
         Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata,
konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, & lain-lain.
         Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, & lain-lain.
         Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian
kapiler, edema, & lain-lain.
         Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi
manusia, & lain-lain.
         Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual & tenggorokan,
kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon & rektum, rectal toucher, & lain-
lain.
         Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan & cara jalan, kemampuan mencukupi
aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, & lain-lain.
         Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, & lain-lain.
         Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, & lain-lain.
         Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, & pancaran), BAK, vesika urinaria.
d)     Data penunjang
e)      Terapi yg diberikan
f)       Pengkajian kasus psiko-sosial-budaya-& spiritual
1)      Psikologi
         Perasaan klien sesudah mengalami kasus ini
         Cara menangani perasaan tersebut
         Rencana klien sesudah masalahnya terselesaikan
         Jika rencana ini tak terselesaikan
         Pengetahuan klien tentang kasus/penyakit yg ada
2)      Sosial
         Aktivitas / peran klien di masyarakat
         Kebiasaan lingkungan yg tak disukai
         Cara mengatasinya
         Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
3)      Budaya
         Budaya yg diikuti karena klien
         Aktivitas budaya tersebut
         Keberatannya dlm mengikuti budaya tersebut
         Cara menangani keberatan tersebut
4)      Spiritual
         Aktivitas ibadah yg biasa dikerjakan sehari-hari
         Kegiatan keagamaan yg biasa dikerjakan
         Aktivitas ibadah yg sekarang tak bisa dikerjakan
         Perasaaan klien dampak tak bisa melaksanakan hal tersebut
         Upaya klien menangani perasaan tersebut
         Apa keyakinan klien tentang peristiwa/kasus kesehatan yg sekarang sedang dialami

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri berhubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastrik.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan mual,

muntah, nafsu makan menurun, intoleransi makanan.

c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit

yang kurang, muntah, perdarahan.


3.      INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama 3 x 24 jam Pasien ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri,  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol dukungan
nyeri nyeri (tahu penyebab  Kontrol lingkungan yang dapat
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk kebisingan
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
menyeringai) mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa menentukan intervensi
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non
(penurunan persepsi menggunakan farmakologi: napas dala,
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan analgetik untuk
dan lingkungan) frekuensi dan tanda mengurangi nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, nyeri)  Tingkatkan istirahat
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa  Berikan informasi tentang nyeri
menemui orang lain nyaman setelah nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
dan/atau aktivitas, berkurang lama nyeri akan berkurang dan
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam antisipasi ketidaknyamanan dari
- Respon autonom (seperti rentang normal prosedur
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami  Monitor vital sign sebelum dan
tekanan darah, perubahan gangguan tidur sesudah pemberian analgesik
nafas, nadi dan dilatasi pertama kali
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. selama 3 x 24 jam nutrisi membuat catatan makanan harian.
DS: kurang teratasi dengan  Monitor adanya penurunan BB
- Nyeri abdomen indikator: dan gula darah
- Muntah  Albumin serum  Monitor lingkungan selama
- Kejang perut  Pre albumin serum makan
- Rasa penuh tiba-tiba  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan
setelah makan  Hemoglobin tindakan tidak selama jam makan
DO:  Total iron binding  Monitor turgor kulit
- Diare capacity  Monitor kekeringan, rambut
- Rontok rambut yang  Jumlah limfosit kusam, total protein, Hb dan kadar
berlebih Ht
- Kurang nafsu makan  Monitor mual dan muntah
- Bising usus berlebih  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Konjungtiva pucat kekeringan jaringan konjungtiva
- Denyut nadi lemah  Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


 Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan dengan:
 Hydration output yang akurat
- Kehilangan volume
 Nutritional Status :  Monitor status hidrasi
cairan secara aktif
Food and Fluid Intake ( kelembaban membran
- Kegagalan mekanisme
Setelah dilakukan mukosa, nadi adekuat, tekanan
pengaturan
tindakan keperawatan darah ortostatik ), jika
selama 3 x 24 jam defisit diperlukan
DS :
volume cairan teratasi  Monitor hasil lab yang sesuai
- Haus
dengan kriteria hasil: dengan retensi cairan (BUN ,
DO:
 Mempertahankan Hmt , osmolalitas urin,
- Penurunan turgor
urine output sesuai albumin, total protein )
kulit/lidah
dengan usia dan BB,  Monitor vital sign setiap
- Membran mukosa/kulit
BJ urine normal, 15menit – 1 jam
kering
 Tekanan darah, nadi,  Kolaborasi pemberian cairan
- Peningkatan denyut nadi,
suhu tubuh dalam IV
penurunan tekanan darah,
batas normal  Monitor status nutrisi
penurunan
 Tidak ada tanda tanda
volume/tekanan nadi  Berikan cairan oral
dehidrasi, Elastisitas
- Pengisian vena menurun  Berikan penggantian
turgor kulit baik,
- Perubahan status mental nasogatrik sesuai output (50 –
membran mukosa
- Konsentrasi urine 100cc/jam)
lembab, tidak ada rasa
meningkat
haus yang berlebihan  Dorong keluarga untuk
- Temperatur tubuh membantu pasien makan
 Orientasi terhadap
meningkat
waktu dan tempat baik  Kolaborasi dokter jika tanda
- Kehilangan berat badan cairan berlebih muncul
 Jumlah dan irama
secara tiba-tiba meburuk
pernapasan dalam
- Penurunan urine output  Atur kemungkinan tranfusi
batas normal
- HMT meningkat
 Elektrolit, Hb, Hmt  Persiapan untuk tranfusi
- Kelemahan  Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal
 pH urin dalam batas  Monitor intake dan urin output
normal setiap 8 jam
 Intake oral dan
intravena adekuat

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2: Jakarta. EGC.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),


EGC, Jakarta.

Inayah Iin. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi
Pertama: Jakarta. Salemba Medika.

Manjoer, A, et al. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta. Medika aeusculapeus.

Suryono Slamet, et al. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi : Jakarta. FKUI.

Price & Wilson. 2011. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.

Warpadji Sarwono, et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai