Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Sumarni & Andriani,
2019).
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.
Dispepsia meliputi kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak nyaman
atau sakit menetap atau mengalami kekambuhan pada perut bagian atas
(Muflih & Najamuddin, 2020).
Dispepsia merupakan istital yang umum dipakai untuk suatu sindroma
atau kumpulan gelaja/keluhan berupa nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut
bagian atas (Timah et al., 2021).

B. Klasifikasi
Dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Purnamasari, 2017) :
1. Dispepsia organik (struktural) dan fungsional (nonorganik).
Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari, seperti
penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD), GERD
(GastroEsophageal Reflux Disease), kanker, penggunaan alkohol atau obat
kronis.
2. Dispepsia Non-organik (fungsional)
ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas yang kronis
atau berulang, tanpa abnormalitas pada pemeriksaan fisik dan endoskopi.

C. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan factor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan
dispepsia adalah:
1. Bakteri Helicobacter pylori
Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir sendiri adalah untuk
melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung.
Infeksi yang diakibatkan bakteri helicobacter menyebakan peradangan
pada dinding lambung.
2. Merokok Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena
itu orang yang merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
3. Stres Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.
Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat
lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu Konsumsi obat penghilang rasa nyeri
seperti obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin,
ibuproven yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik
itu gastritis akut maupun kronis
5. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu Minum-minuman yang mengandung
alkohol dan kafein seperti kopi dapat meningkatkan produksi asam
lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung
6. Alkohol Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
permukaan lambung.
7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam.
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti kopi dan
mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam
lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung.
D. Patofisiologi
Patofisiologi Dispepsia adalah faktor lingkungan, terutama berhubungan
dengan infeksi helicobacter pylori, penggunaan obatobatan anti-inflamasi
non-steroid (OAINS) pada kelompok resiko tinggi. Asam lambung, dan
gangguan motorik gastrointestinal. Faktor-faktor resiko secara epidemiologis
untuk terinfeksi H. pylori adalah orang yang terlahir di Negara berkembang,
status sosial ekonomi yang rendah, kondisi lingkungan yang tidak memenuhi
standar kesehatan, makanan dan air yang tidak higenis. Konsumsi makanan
memainkan peranan penting pada perjalanan penyakit dispepsia.
Tekstur makanan dapat mempengaruhi manifestasi dispepsia. Makanan
tinggi lemak memperlambat pengosongan lambung dan dapat menyebabkan
dispepsia, sedangkan pola makan yang tidak teratur juga bisa menjadi faktor
penyebab terjadinya dispepsia. Pengosongan lambung lebih cepat
dibandingkan dengan pengosongan lambat pada pasien akan menunjukan
gejala Dispepsia. Biasanya setelah makan, fundus lambung menjadi rileks,
menurunkan perasaan kenyang. Pada pasien dengan Dispepsia, perut juga
mengalami hipersensitivitas. Terganggunya fisiologi lambung dapat
mengubah asupan makanan dalam lambung.
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan yang stres.
Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengkibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding lambung. Kondisi ini demikian dapat
mengakibatka produksi HCL yang merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga merangsang di medulla oblongata membawa implus
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makan maupun cairan.

E. Manifestasi klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat
kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh,
cepat keyang, kembung setalah makan, mual muntah, sering bersendawa,
tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau regurgitas asam lambung ke
mulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan
meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama
dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi (Purnamasari,
2017).
Dispepsia Perubahan pada kesehatan ansietas dispepsia fungsional,
dispepsia organic, respon mukosa lambung, perangsangan saraf simpatis,
kopi, alcohol, stress, nyeri, kontak dengan mukosa gaster, vasodilatasi mukosa
gaster, mual, peningkatan produksi Hcl dilambung, muntah, kekurangan
volume cairan, pengelupasan, nyeri epigastrik berhubungan dengan iritasi
pada mukosa lambung, defisit pengetahuan.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan
darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-
tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak
pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi.
2. Endoskopi
biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung
melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa mikroskop untuk
mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik.
3. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H.
pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
4. Ultrasonografi (USG)
USG (Ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif,
akhir-akhir ini makin banyak di manfaatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit.

G. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus
peptikus (Purnamasari, 2017).

H. Penatalaksanaan
Pengobatan yaitu Bila ditemukan penyebabnya, dokter akan mengobati
gejala- gejalanya. Antasid atau penghambat H2 seperti cimetidine, ranitidine
atau famotidine dapat dicoba untuk jangka waktu singkat. Jika orang tersebut
terinfeksi helicobacter pylori dilapisan lambungya, maka biasanya diberikan
bismuth subsalisilate dan antibiotik seperti amoxicillin atau metronidazole
(Dewi & Indah, 2019).

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien dispepsia pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pada kasus dyspepsia keluhan utama yang dirasakan adalah
nyeri epigastrium
b. Riwayat Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping
dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan,
kembung, rasa kenyang
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis,
riwayat minum-minuman beralkohol
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit
saluran pencernaan
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam
d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adanya mual dan muntah
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan
fisik

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D0019)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
4. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung, distensi lambung (D.007)
5. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur (D.0055)
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
7. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0032)

C. Intervensi

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0077 Setelah dilakukan Observasi


Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

2. D.0019 Setelah dilakukan Observasi


Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan intake makanan, diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Ketidak mampuan pasien membaik dengan intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrient. kriteria hasil : 3. identifikasi makanan yang
Dibuktikan dengan : - Porsi makanan yang disukai
- Berat badan menurun dihabiskan meningkat 4. Identifikasi keburuhan kalori
minimal 10% dibawah - Diare menurun dan nutrisi
rentang ideal Kriteria - Frekuensi makan 5. Monitor asupan makanan
- Cepat kenyang setelah membaik 6. Monitor berat badan
makan - Nafsu makan membaik
- Kram/nyeri abdomen - Bising usus membaik Terapeutik
- Nafsu makan menurun 7. Berikan makanan secara
- Bising usus hiperaktif menarik dan suhu yang sesuai
- Otot pengunyah lemah 8. Berikan makanan tinggi kalori
- Otot menelan lemah dan protein
- Membrane mukosa
pucat
Edukasi
9. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang
dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu

3. D.0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia berhubungan intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
dengan proses penyakit diharapkan termogulasi hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. hasil : 3. monitor warna dan suhu kulit
Ditandai dengan : - menggigil membaik
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun Teraupetik
normal - takikardi membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- kejang - takipnea membaik pakaian
- takikardi - suhu tubuh membaik 5. berikan cairan oral
- takipnea - suhu kulit membaik 6. lakukan kompres dingin
- kulit terasa hangat - tekanan darah 7. sesuaikan suhu lingkungan
membaik dengan kebutuhan pasien
- ventilasi membaik
Edukasi
8. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
4. D.0076 Setelah dilakukan Obserrvasi
Nausea Berhubungan intervensi keperawatan 1. Identifikasi factor penyebab
dengan iritasi lambung, diharapkan tingkat mual
distensi lambung nausea menurun dengan
2. Identifikasi pengalaman mual
Dibuktikan dengan : kriteria hasil :
1. Keluhan mual 3. Identifikasi penyebab mual
menurun terhadap kualitas hidup (Mis.
2. Perasaan ingin nafu makan, aktivitas, kinerja,
muntah menurun peran, tidur)
3. Nafsu makan 4. Monitor mual (mis. Frekuensi,
meningkat durasi dan tingkat keparahan)
4. Sensasi panas
Teraupetik
menurun
5. Perasaaan asam 5. Berikan makan dalam jumlah
dimulut menurn kecil tapi sering

Edukasi
6. Anjurkan pasien untuk
istirahat

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
antimietic
4. D.0055 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pola tidur intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan dengan diharapkan pola tidur tidur
proses penyakit. Ditandai membaik dengan kriteria
2. Identifikasi penyebab susah
dengan : hasil :
1. Mengeluh sulit tidur 1. Keluhan sulit tidur tidur
2. Mengeluh sering menurun
terjaga 2. Mengeluh sering Teraupetik
3. Mengeluh tidak puas terjaga menurun 3. Lakukan prosedur untuk
tidur 3. Mengeluh tidak puas meningkatkan kenyamanan
4. Mengeluh pola tidur tidur menurun (posisi tidur)
berubah 4. Melaporkan pola tidur
Edukasi
5. Mengeluh istirahat membaik 4. Jelaskan pentingnya tidur
tidak cukup 5. Melaporkan istirahat selama sakit
cukup 5. Anjurkan pasien untuk tidur
tepat waktu

Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
tidur agar tidak terjaga
6. D.0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan,. diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : tertentu
1. Frekuensi jantung 1. kemudahan dalam
meningkat melakukan aktivitas Teraupetik
2. Sianosis sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
3. Mengeluh lelah 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
4. Merasa tidak nyaman atas dan bawah aktivitas
setelah beraktivitas meningkat
3. keluhan lelah Kolaborasi
membaik 5. anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

7. D.0032 Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi:


Resiko Defisit Nutrisi intervensi keperawatan
berhubungan dengan selama 1x24 jam maka Observasi
ketidakmampuan mencerna Status Nutrisi Membaik 1. Identifikasi status nutrisi
makanan . dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan
Faktor Risiko: - Porsi makan yang intoleransi makanan
1. Ketidakmampuan dihabiskan meningkat 3. Identifikasi maknan yang
menelan makanan - Frekuensi makan disukai
2. Ketidakmampuan cukup meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
mencerna makanan - Mual menurun dan jenis nutrien
3. Ketidakmampuan - Nafsu makan 5. Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrient meningkat 6. Monitor berat badan
4. Peningkatan kebutuhan
metabolism Terapeutik
5. Faktor ekonomi (mis. 7. Lakukan oral hygiene sebelum
finansial tidak makan, jika perlu
mencukup) 8. Fasilitasi menentukan
6. Faktor psikologis (mis. pedoman diet (mis. Piramida
stress, keenggenan untuk makanan)
makan) 9. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
10. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
11. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
12. Berikan suplemen makanan,
jika perlu

Edukasi:
13. Anjurkan posisi duduk, Jika
mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
15. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas
perawat dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga
untuk mencapai hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada
dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana
tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan
dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan
tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).
PATHWAY

Dispepsia

Dispepsia Dispepsia
Organik Fungsional

Stres Kopi, alcohol,


makanan pedas

Merangsang
saraf simpatik Respon mukosa
lambung
Nausea
Peningkatan
HCL dilambung D.0007
HCL kontak
dengan mukosa
Mual Resiko Defisit
Nutrisi
Nyeri akut
Muntah D.0032
D.0077

Anoreksia Peradangan pada Susah tidur


mukosa lambung

Pemenuhan Kurang Kontrol


nutrisi tidak Kelemahan Tidur
Proses Infeksi
adekuat

Tirah baring Gangguan Pola


Hioertermi
Defisit Nutrisi Tidur
D.0130
D.0019 Intoleransi D.0055
aktivitas

D.0056
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. V., & Indah, M. (2019). Rancangan Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit
Lambung Menggunakan Metode Forward Chaining. Journal of Informatics and
Computer Science, 4(2), 147. https://doi.org/10.33143/jics.vol4.iss2.541
Muflih, M., & Najamuddin, N. (2020). Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stres
Dengan Kejadian Dispepsia Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun
2019. Indonesian Trust Health Journal, 3(2), 326–336.
https://doi.org/10.37104/ithj.v3i2.56
Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar
Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Purnamasari, L. (2017). Faktor Risiko , Klasifikasi , dan Terapi Sindrom Dispepsia.
Continuing Medical Education, 44(12), 870–873.
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_
Kerangk/2UXbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Sumarni, S., & Andriani, D. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Dispepsia. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 2(1), 61–66.
https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.282
Timah, S., Artikel, I., Pattern, D., In, R., & Patients, D. (2021). Hubungan pola
makan pada pasien dispepsia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 16, 47–53.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selata\n

Anda mungkin juga menyukai