Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH : ABDOMINAL PAIN

Disusun oleh :
ASRI BEKTI WURYANDARI
NIM SN211017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MEDIKAL BEDAH: ABDOMINAL PAIN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Abdominal pain merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R. Borley,
2016). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri
abdomen kronis.  Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada
dan regioning inguinalis. Nyeri perut  bukanlah suatu diagnosis, tapi
merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan
sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba
serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley
mendefinisikan sakit  perut berulang sebagai serangan sakit perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Etiologi
Menurut (Suratun, 2017) etiologi abdominal pain antara lain:
Ulkus yang mengalami perforasi
a. Irritable bowel syndrome
Sindrom iritasi usus besar adalah kumpulan gejala akibat iritasi pada
saluran pencernaan. Beberapa gejala yang bisa timbul akibat kondisi ini
adalah sakit atau kram perut yang berulang, kembung, diare, atau
sembelit.
b. Apendisitis
Apendisitis merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis,
berukuran sepanjang 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar.
Saat menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut
kanan bagian bawah.
c. Pankreasitis
Pankreatitis adalah radang pada kelenjar pankreas yang terjadi dengan
dua bentuk yang sangat berbeda yaitu akut dan kronis. Pankreas adalah
organ besar di belakang perut yang menghasilkan enzim-enzim
pencernaan dan sejumlah hormon
d. Batu empedu
Batu empedu berasal dari endapan kolesterol yang akhirnya mengeras
dan membentuk batu
3. Manifestasi Klinis
Menurut (Fauci, Antoni, dkk. 2018) manifestasi klinis abdominal pain
antara lain:
a. Nyeri abdomen
b. Mual, muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
4. Komplikasi
Menurut Kozier dkk, 2016 komplikasi abdominal pain antara lain:
a. Perporasi gastrointestinal
Perporasi gastrointestinal adalah suatu penetrasi yang kompleks dari
dinding lambung, usus besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari
usus ke dalam rongga perut
b. Obstruksi gastrointestinal
Obstruksi gastrointestinal merupakan penyumbatan yang membuat
makanan atau cairan tidak bisa melewati usus kecil atau usus besar.
Penyebab obstruksi usus termasuk jaringan fibrosa jaringan (adhesi) di
perut yang terbentuk setelah operasi, usus yang meradang (penyakit
Crohn), kantung yang terinfeksi di usus (diverticulitis), hernia, dan
kanker usus besar.
c. Gangguan pola istirahat tidur
Gangguan pola istirahat tidur merupakan gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal : Hambatan lingkungan
(misal: kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
,Kurang kontrol tidur, Kurang privasi, Restraint fisik
5. Patofisiologi dan Pathway
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu  bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi
pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa
nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang
menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang
beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom.
Telah diketahui  pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa
nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan
gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena
adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri
yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas
epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak
pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom
pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang
dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri
yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada
abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ
abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls
aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis
menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera
biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada
jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan
berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen
atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai
medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9
dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung
kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen
torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada
daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum.
Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan
oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyeri yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan
porfirin belum jelas patofisiologi dan  patogenesisnya
Etilogi Etilogi

Penyumbatan Tumor atau benda


asing

Massa keras dari feses


Tekanan intraluminal

Edema
Penghambatan
aliran limfe
Diapedesis bakteri

Ulserasi mukosa Appendiks berisi pus

Resiko
Infeksi Nyeri abdomen pada Sekresi mukus meningkat
kuadran kanan bawah

Peningkatan tekanan

Gangguan Pola
Tidur Infark dinding appendiks

ganggrenosa

Massa lokal (infiltrat appendikularis)

Nyeri hebat appendiksitis

appendiktomy
Spasme abdomen

Insisi bedah
Distensi abdomen

Nyeri Akut
Menekan gaster

Pembatasan intake Kelemahan fisik


Peningkatan produksi HCL cairan

Resiko kurang vol Hambatan Mobilitas


Fisik
cairan
(Sumber: Kusuma Hardi dkk, 2015)

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Penatalaksanaan Medis
1) Pemberian analgesik Obat golongan analgesik akan merubah persepsi
dan interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada
thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan
sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah
mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non
narkotik), morphin (narkotik) (Sudoyo, 2019).
2) Pembedahan
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
P: Provocation (provokasi) yaitu Tanyakan apa yang memperburuk nyeri
atau ketidaknyamanan. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan
menarik napas dalam atau palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap.
Q: Quality (kualitas) yaitu Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan
pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri.
R: Radiation (radiasi) yaitu Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian
tubuh yang lain? Di mana?
S: Severity (keparahan) yaitu Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai
untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten.
Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali keparahan
nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk.
T: Time (waktu) yaitu Berapa lama nyeri berlangsung, dan apakah hilang
timbul atau terus menerus.
2) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
3) Berikan posisi yang nyaman pada klien

7. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik / Laboratorium)

1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah lengkap
b) Biokimia darah : amylase, lipase, glukosa, kreatinin, faal hepar
c) Urinalisa

2) Radiologi

a) Abdomen polos berbaring, tegak/ dekubitus


Abdomen yaitu sering disebut dengan perut bagian yang ditutupi
atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau
rongga perut
b) Thorax
Thorax adalah foto dada yang menunjukkan jantung, paru-paru,
saluran pernapasan, pembuluh darah, dan nodus limfa Anda.
Rontgen dada juga bisa menunjukkan tulang belakang dan dada,
termasuk tulang rusuk, tulang selangka, dan bagian atas tulang
belakang
c) USG
USG merupakan teknik menampilkan gambar atau citra dari
kondisi bagian dalam tubuh. Alat medis ini memanfaatkan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk mengambil
gambar tubuh bagian dalam. Misalnya, organ tubuh atau jaringan
lunak.
d) CT scan abdomen
CT scan pada perut digunakan untuk mendeteksi kista, abses,
tumor, perdarahan, aneurisma, atau benda asing di dalam perut,
serta melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening,
divertikulitis, dan radang usus buntu.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi: Nama, Usia, Jenis Kelamin, Ras dll
b. Informasi dan diagnosa medik penting
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang
dan apakah pernah menderita hipertensi atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular

d. Pola Gordon

1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat


Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga
dapat menimbulkan  perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Terjadi gangguan nutris karena klien
merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien
selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga
terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6) Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang
berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
8) Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses  penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan

e. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.

2) Sistem respirasi

Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan


tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan
terjadi sesak.

3) Sistem kardiovaskuler

Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung


lainnya.

4) Sistem persyarafan

 Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.

5) Sistem gastrointestinal.

Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan


nafsu makan berkurang, muntah.

6) Sistem genitourinaria/eliminasi

Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut (SDKI, 2016)

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis


b. Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif d.d tampak lemah
c. Gangguan pola tidur b.d restraint fisik d.d nyeri

3. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, kriteria hasil, dan tindakan


keperawatan menggunakan SDKI, SLKI, SIKI)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agen pencedera tindakan keperawatan
Observasi:
fisiologis d.d selama 3x24 jam
Identifikasi lokasi,
tampak masalah tingkat nyeri
karakteristik, durasi
meringis
Meringis 3 frekuensi, kualitas, intensif
Ketegangan otot 3 nyeri
keluhan nyeri 3 Identifikasi skala nyeri
Nursing:
Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (nafas
dalam)
Kontrol lingkungan yang
memberatkan rasa nyeri
(kebisingan, pencahayaan)
Edukasi:
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi:


b.d efek tindakan keperawatan
Observasi:
prosedur selama 3x24 jam
Monitor tanda dan gejala
invasif d.d masalah resiko
infeksi
tampak lemah infeksi: Tingkat
Nursing:
Infeksi
Cuci tangan sebelum dan
Nyeri 3
sesudah kontak dengan pasien
Bengkak 3
dan lingkungan pasien
Kemerahan 3
Berikan perawatan kulit pada
area odem
Edukasi :
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

3 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur :


tidur b.d tindakan keperawatan
Observasi:
restraint fisik selama 3x24 jam
Identifikasi pola aktivitas dan
d.d nyeri masalah pola tidur :
tidur
Keluhan tidak puas
Identifikasi faktor
tidur 3
pengganggu tidur
Keluhan istirahat tidak
Nursing:
cukup 3 Lakukan prosedur untuk
Keluhan pola tidur meningkatkan kenyamanan
berubah 4 misalnya posisi tidur
Modifikasi lingkungan
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur
selama sakit

4. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapanproses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan dan evaluasi itu sendiri (Basford,
Lynn & Slevin, Oliver (2018)

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:

S: (Subjektif)

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan


tindakan keperawatan

O: (Objektif)

Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung


kepada klien dan yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan

A: (Analisis)

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif merupakan suatu masalah atau
diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah atau
diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
DAFTAR PUSTAKA

Basford, Lynn&Slevin, Oliver (2018). Teori & Praktik Keperawatan. Jakarta:EGC

Fauci, Antoni, dkk. 2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17.


New York. Mcgrawhill companies

Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta: EMS

Kozier dkk, 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, dan Praktik.
Alih Bahasa Pemilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC

Kusuma Hardi dkk, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


(North American Nursing Diagnosis Assosiation): Yogyakarta.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Interveni Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai