PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh kompres hangat abdomen pada pasien
abdomen pain dengan masalah nyeri akut di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar, berdasarkan studi empiris dalam lima tahun terakhir.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengindetifikasi pengaruh kompres hangat abdomen pada pasien
abdomen pain dengan masalah nyeri akut di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar, berdasarkan studi empiris dalam lima tahun terakhir.
2. Tujuan Khusus
a. Mengindetifikasi kompres hangat abdomen pada pasien abdomen
pain dengan masalah nyeri akut di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar, berdasarkan studi empiris dalam lima tahun terakhir.
b. Mengidentifikasi pemberian kompres hangat abdomen pada pasien
abdomen pain, berdasarkan studi empiris dalam lima tahun terakhir.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu keperawatan yang
berkaitan dengan pengaruh kompres hangat abdomen pada pasien
abdomen pain dengan masalah nyeri akut.
b. Menambah informasi dan referensi ilmiah untuk peneliti serta
memberikan solusi untuk memberika kompres hangat pada penderita
abdomen pain.
c. Menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai bahan
perkembangan ilmu pegetahuan, dibidang kesehatan khususnya
dibidang ilmu keperawatan dalam melakukan perawatan terhadap
penderita abdomen pain.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan
tentang kompres hangat pada penderita abdomen pain.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai referensi
dalam meningkatkan pelayanan keperawatan dalam memberikan
terapi pada penderita abdomen pain.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan informasi untuk menambahkan wawasan
pembelajaran terutama yang berkaitan dengan kompres hangat
abdomen pada penderita abdomen pain dengan masalah nyeri akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Riwayat Keluarga
Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40%
diaebetes terlahir dari keluarga yang juga mengidap DM, dan
bertambah 60%-90% kembar identik merupakan penyandang DM.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam
aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya
berolahraga dan minum-minuman yang bersoda merupakan faktor
pemicu terjadinya diabetes melitus tipe 2. Penderita DM diakibatkan
oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang
pengetahuan tentang bagaimanan pola makan yang baik dimana
mereka mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat dan
sumber glukosa secara berlebihan, kemudian kadar glukosa darah
menjadi naik sehingga perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien
dalam mengkonsumsi makanan yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-harinya.
e. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestational)
Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya,
sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7 sampai 10 kg,
saat makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi insulin
kurang mencukupi maka akan terjadi diabetes melitus. Memiliki
riwayat diabetes gestational pada ibu yang sedang hamil dapat
meningkatkan resiko diabetes melitus, diabetes selama kehamilan
atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko DM
tipe II.
B. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Akut
1. Definisi Nyeri Akut
Gangen adalah kerusakan sebagian atau keseluruan pada kulit yang
keseluruan pada kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot,
tulang atau persendian yang terjadi pada sesorang yang menderita
penyakit DM (Febrianti, 2017). Gangren adalah komplikasi kronik DM
yang memiliki pengaruh besar pada kondisi sosial dan ekonomi,
berpotensi mengalami amputasi, disabilitas, dan membutuhkan biaya
yang besar terkait dengan pengobatan dan komplikasinya. Diperkirakan
15% dari pasien DM akan mengalami setidaknya satu kali kejadian luka
gangren (Halawiah, 2020).
Gangren merupakan salah satu komplikasi dari penyakit DM yang
telah disebabkan karena adanya kerusakan jaringan nekrosis oleh
emboli pembulu darah besar, arteri pada bagian tubuh menyebabkan
suplai darah berhenti. Gangren diabetik ini terjadi sehingga disebabkan
karena adanya neuropati dan adanya gangguan vaskuler pada di
daerah kaki pasien (Rosa, 2019).
Gangren pada penderita diabetes karena terjadinya sebuah ulkus
dampaknya sangat besar bagi penderita DM meskipun angka kejadian
ulkus sangat kecil (Apriliyasari, 2015). Ulkus kaki merupakan
komplikasi utama diabetes melitus, dengan tinggi morbiditas, mortalitas,
dan pemanfaatan sumber daya. 1-3 Insiden tahunan di penderita
diabetes diperkirakan sekitar 2%, dan insiden seumur hidup berkisar
antara 19% dan 34% (Van Netten, 2020). Akibat lebih lanjut adanya
ulkus ini telah menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas yang dapat
menurunkan produktifitas dan menyebabkan kesakitan pada disekitar
daerah ulkus tersebut sehingga mempengaruhi lamanya perawatan
pada penderita diabetes melitus tersebut (Apriliyasari, 2015). Infeksi ini
sering menjadi penyulit dari gangren pada kaki neuropati dan iskemia
pada penderita diabetes melitus. Terjadinya ulkus telah menjadi pintu
gerbang untuk masuknya bakteri-bakteri yang meliputi bakteri gram
positif dan gram negativ aerob telah menyebar lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan pada penderita DM
(Waworuntu, 2017).
Secara umum, pasien tanpa faktor risiko ini dianggap tidak berisiko
mengalami ulserasi. Berbagai sistem klasifikasi dan stratifikasi
didasarkan pada faktor-faktor risiko tersebut menunjukkan hasil
diagnostik atau prognostik yang serupa (seperti sensitivitas,
spesifisitas, nilai prediksi, dan rasio kemungkinan) dalam memprediksi
ulserasi popularitas dan penggunaan umum dari sistem ini, menjadi
dasar bukti penggunaannya terbatas, dengan sedikit validasi dari
kemampuan prediktifnya (Van Netten, 2020).
Resiko kematian pada 5 tahun untuk pasien dengan ulkus kaki
diabetik adalah 2,5 kali lebih tinggi risikonya bagi penderita diabetes
yang tidak memiliki ulkus kaki. Lebih dari separuh ulkus dia betik
terinfeksi. Sekitar 20% penderita diabetes sedang atau berat Infeksi kaki
menyebabkan beberapa tingkat amputasi. Penyakit arteri perifer secara
independen meningkatkan risiko ulkus yang tidak sembuh, infeksi, dan
amputasi. Kematian setelah amputasi terkait diabetes melebihi 70%
dalam 5 tahun untuk semua pasien dengan diabetes dan 74% pada 2
tahun untuk mereka yang menerima terapi penggantian ginjal. Apakah
angka kematian yang begitu tinggi disebabkan oleh kombinasi kondisi
yang hidup berdampingan (termasuk risiko dari prosedur amputasi),
kurangnya aktivitas, dan dekondisi ing atau faktor lain tidak jelas. Resiko
kematian pada 10 tahun untuk penderita diabetes yang pernah
mengalami ulkus kaki dua kali lebih tinggi dari risiko untuk pasien yang
belum pernah mengalami sariawan. Penilaian terbaru dari 785 juta
kunjungan rawat jalan oleh diabetisi Amerika Serikat antara tahun 2007
dan 2013 menunjukkan bahwa ulkus kaki diabetik dan infeksi terkait
merupakan faktor risiko yang kuat untuk gawat darurat kunjungan dan
masuk rumah sakit (Armstrong, 2017).
b) Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary
dressing dan untuk luka-luka superfisial dan non-eksudatif atau
untuk luka post operasi. Terbuat dari polyurethane film yang
disertai perekat adhesif; tidak menyerap eksudat.
Indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.
c) Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana
lembap, melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka
dari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat tetapi minimal;
sebagai dressing primer atau sekunder, support autolysis untuk
mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Terbuat dari pektin,
gelatin, carboxymethylcellulose, dan elastomers.
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat
minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
d) Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan
balutan sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka;
berfungsi menyerap cairan luka yang berlebihan dan
menstimulasi proses pembekuan darah. Terbuat dari rumput
laut yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan
luka.
Indikasi: luka dengan eksudat sedang sampai berat
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering.
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat
dan dibersihkan.
e) Foam atau absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang
jumlahnya sangat banyak (absorbant dressing), sebagai
dressing primer atau sekunder. Terbuat dari polyurethane; non-
adherent wound contact layer, highly absorptive.
Indikasi: eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik
hitam.
f) Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofiber dengan
spektrum luas termasuk bakteri MRSA (methicillin resistant
staphylococcus aureus). Balutan ini digunakan untuk luka kronis
dan akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan
antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam jangka waktu
lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.
g) Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, nonabsorben, non
adhesif. Digunakan untuk luka bereksudat sedang sampai
banyak, luka terinfeksi, dan memerlukan balutan sekunder.
h) Medical Collagen Sponge
Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk
merangsang percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan
eksudat minimal dan memerlukan balutan sekunder (Kartika,
2017).
C. Tinjauan Umum Tentang Kompres Hangat
1. Definisi Kompres Hangat
Diabetes
Melitus
Iskemia Edema
Ulserasi Gangren
Dari kerangka teori diatas dapat dijelaskan bahwa self care behavior
terutama pada penderita diabetes melitus terhadap self care behavior dan
kesembuhan luka pada penderita sangat penting dalam mendasari
perawatan terbentuknya self care behavior dan kesembuhan luka gangren
penderita diabetes melitus yang optimal. Self care behavior tentang
kesembuhan luka gangren akan menentukan self care penderita diabetes
melitus (Istiyani, 2018 dan Sukmawati, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Kata Kunci
Adapun kata kunci pencarian adalah sebagai berikut:
a. Penyakit diabetes melitus dan luka gangren or Diabetes mellitus and
gangrenous wound
b. Luka gangren pada penderita diabetes melitus or gangrenous
wounds in people with diabetes mellitus
c. Perilaku perawatan diri dengan kesembuhan luka gangren pada
penderita diabetes melitus or Self care behavior with gangrenous
wound healing in diabetes mellitus sufferers
d. Perawatan diri dengan luka gangren or Self care with gangrenous
wounds
3. Database
a. Google Scholar
b. Pubmed
c. Data Sekunder atau Buku
B. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Pencarian literatur dilakukan untuk mengidentifikasi semua artikel
tentang Diabetes Melitus. Pencarian literatur dilakukan dengan kata kunci
“Self care behavior dengan kesembuhan luka gangren pada penderita
diabetes melitus”. Data base yang digunakan adalah Pubmed, Google
Scholar dan data sekunder seperti artikel,. Dilaporkan dalam bahasa
indonesia dan bahasa inggris selama lima tahun terakhir.
Studi yang berpotensi memenuhi syarat akan diambil dan ditinjau
kembali apakah sesuai dengan kriteria penelitian.
1. Kriteria Inklusi
a. Artikel penelitian terbitan tahun 2015-2021.
b. Menggunakan bahasa inggris dan bahasa indonesia.
c. Sesuai dengan topik penelitian
d. Naskah full test
e. Subjek penderita diabetes melitus
f. Pubmed, buku, jurnal nasional.
2. Kriteria Ekslusi
a. Artikel penelitian dengan teks tidak lengkap dalam bentuk abstrak,
tidak dapat diakses, artikel tidak sesuai topik.
b. Menggunakan bahasa medis dan latin.
c. Tidak sesuai dengan topik penelitian
d. Naskah tidak full test
e. Subjek bukan penderita diabetes melitus
f. Jurnal, Pubmed, buku, jurnal nasional.
C. Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas
1. Hasil Penelitian Studi