Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

(ABDOMINAL PAIN)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase keperawatan keperawatan medikal bedah

Disusun oleh:

HASNANI
14420222187

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
A. Konsep Medis
1. Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak
menyenangkan yang terasa di abdomen. Nyeri di perut adalah
gejala paling penting dari proses patologis perut akut. Nyeri
abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen
kronis.
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih
(referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang
letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol dari
pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut
dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks.
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam
waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
berhubungan dengan ekserbasi akut. (Nurarif,2015)
2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang
saluran pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa
berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable bowel syndrome  (gangguan jangka panjang pada
sistem pencernaan yang umum terjadi.)
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu (Nurarif,2015)
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang,
biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen (organ yang ada
di abdomen), organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada
mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian
akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum
terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya
rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma), misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul
didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari
usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa
nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak
bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus.
Jarak syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa
nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung,
duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu), mencapai medula
spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas
dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan,
impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen
lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan
kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses
penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh
serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah,
dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya. Jadi
permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri muncul
akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu (Nurarif,2015)
4. Manifestasi klinik
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa
bibir kering ,turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, lemah
dan kelelahan. (Tanto,2014)
5. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan
diagnostik pankreatitis.
d. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih
akurat daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus,
peritonitis, pankreatitis)
f. Urin
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:viskus perforasi(udara bebas),pneumonia
i. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan
menebal), pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel),
kolangitis (udara dalam cababg bilier), kolitis akut (kolon
mengalami dilatasi, edema dan gambaran menghilang),
obstruksi akut (usus mengalami dilatasi, tanda string of pearl),
Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal).
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk
inflamasi peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada
orang tua yang didiagnosis bandingnya luas,pada pasien yang
dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti, pankreatitis, trauma hati/limpa/mesenterium,
divertikulitis, aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal.
(Nurarif,2015) (Tanto,2014)
m. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nyeri pada abdominal pain dilaksanakan dengan dua cara
yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan nyeri
secara farmakologis dilakukan secara berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian analgetik. Sedangkan tindakan non
farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan memberikan terapi
relaksasi.
Phatway
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui
pada pasien dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul
beberapa dari 14 pengkajian tersebut.
a. Pola Oksigenasi
b. Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti
pernafasan dangkal karena nyeri pada abdomen, RR meningkat
c. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan
dan bagaimana kesehatan mereka diatur)
d. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan
metabolik)
e. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi
dalam kehidupan sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)
f. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas
dalam kehidupan sehari - hari)
g. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat
pasien) Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola
tidur yang diakibatkan nyeri
h. Pola Nyeri / Kenyamanan Nyeri/ kenyamanan
i. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis,
nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit,
fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah
seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.
j. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri
sendir, bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
k. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
l. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
m. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
n. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
o. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
p. Suhu Tubuh (Nurarif,2015) (Tanto,2014)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berntensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen cedera biologis
2) Agen pencedera kimiawi
3) Agen cidera fisik
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frek.
Nadi meningkat, sulit tidur Gejala dan tanda minor 
Subjektif : -
Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, mearik
diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
b. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Definisi :Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur 
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur 
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur 
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
Mengeluh sulit tidur
Mengeluh sering terjaga
Mengeluh tidak puas tidur 
Mengeluh pola tidur berubah
Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
Tidak tersediah
Gejala dan Tanda Minor 
Subjektif
Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Kondisi Klinis Terkait
Nyeri/kolik 
Hypertirodisme
Kecemasan
Penyakit paru obstruktif kronis
Kehamilan
Periode pasca partum kondisi pasca operasi
Objektif 
Tidak tersediah
c. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
maka tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri menurun nyeri
 Meringis menurun 2. Identifikasi factor yang
memperberat dan
Tekanan darah membaik
memperingan nyeri
Terapeutik
3. Berikan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
4. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.09265)
(D.0055) keperawatan selama 2 X 24 Observasi
jam, pola tidur membaik a. Identifikasi pola aktivitas
dengan kriteria hasil: dan tidur
Pola Tidur (L.05045) b. Identifikasi makanan dan
- Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (misal kopi, teh,
- Keluhan sering terjaga alkohol, makan mendekati
menurun waktu tidur, minum banyak
- Keluhan tidak puas air sebelum tidur)
tidur menurun Terapeutik
- Keluhan pola tidur a. Modifiksi lingkungan (misal
berubah menurun pencahayaan, kebisingan,
- Keluhan istirahat tidak suhu, matras, dan tempat
cukup menurun tidur)
b. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
c. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(misal pijit, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menghindari makanan/
minuman yang mengganggu
tidur

d. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan


program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
keluarga memandirikan keluarga.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pengukuran


efektivitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan
dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga
didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, analisis, planning).
DAFTAR PUSTAKA
Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015- 2017 Edisi 10. Jakarta: RGC.
Nururarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3.
Yogyakarta: MediAction.
Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran Edisi  ke 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) 2018.
Standar Intervensi  Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai