Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan

yang terasa di abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari

proses patologis perut akut.

Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri

abdomen kronis:

1. Nyeri Abdomen Akut

Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan

nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred

pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari

tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan

abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan

oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-

organ di rongga toraks.

2. Nyeri Abdomen Kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan

nyeri berlanjut,baik yang berjalan dalam waktu lama atau

berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan

ekserbasi akut. (Nurarif,2015)


B. ETIOLOGI

Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran

pencernaan atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :

a. Ulkus yang mengalami perforasi

b. Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada

sistem pencernaan yang umum terjadi.)

c. Apendisitis d.Pankreasitis e.Batu empedu (Nurarif,2015)

C. PATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang,

biasanya selalu bersumber pada visera abdomen, organ lain di luar

abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan

psikomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatic berasal dari suatu proses

penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera

mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatic, yang lebih dapat

meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada

saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada

mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan

diikuti oleh rasa nyeri somatic pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri

somatic yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang

merupakan gejala khas perintonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat

timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada

pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah

abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus

digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem

saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut

saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama

dari rasa nyerei yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A reseptor

nyeri pada abdomen terbatas di submucosa, lapisan muskularis, dan serosa

dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis

menuju ke ganglia pre dan paravertebral dan memasuki akar dorsa ganglia.

Impuls aferen akan melewati medulla spinalis pada traktus spinotalamikus

lateralis menuju thalamus, kemudia ke korteks serebri. Impuls eferen dari

visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang

nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,

dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera

abdomen atas ( lambung, duodenum, pancreas, hati, dan sistem empedu),

mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan

didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang

meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatica memasuki

segmen torakalis dan 10 dirasakan di sekitar umbilicus. Dari kolon

distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls

nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama.

Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke

labium atau skrotum. Jika proses enyakit meluas ke peritorium maka

impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal


segmentalis 1,3 nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti

pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan

patogenesisnya.

PHATWAY

Penyumbatan/susah BAB

Massa keras dari feses

Ede

Diapedesis bakteri

Agen pencedera fisik (inflamasi)

Nyeri Akut Kelemahan fisik

Gangguan Pola Tidur

Intoleransi Aktivitas
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri abdomen

2. Mual, muntah

3. Tidak nafsu makan

4. Lidah dan mukosa bibir kering

5. Turgor kulit tidak elastis

6. Urine sedikit dan pekat

7. Lemah dan kelelahan

E. KOMPLIKASI

1. Preporasi gastrointestinal

2. Obstruksi gastrointestinal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan fisik

2. Pemeriksaan darah lengkap

3. Amilase: kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan

diagnostik pankreatitis

4. Gas darah arteri : asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis,

pankreatitis)

5. Urin porsi tengah (MSU) infeksi saluran kemih

6. EKG : infark miokard

7. Rontgen Thorak : viskus perforasi (udara bebas), pneumonia

8. Rontgen abdomen : usus iskemik (dilatasi usus ang edema dan

menebal), pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas sentimel),


kolangitis (udara dalam cabang bilier), colitis akut (kolon mengalami

dilatasi, edemadan gambaran menghilang), obstruksi akut (usus

mengalami dilatasi, tanda string of pearl), batu ginjal (Radioopak

dalam saluran ginjal).

9. Ultrasonografi

10. CT Scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi

peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang

didiagnosis bandingnya luas, pada pasien yang dipertimbangkan untuk

dilakukan laparotomi dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma

hati/limpa/mesenterium, diverticulitis, aneurisma.

11. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obstruksi saluran ginjal.

G. PENATALAKSANAAN

1. Pentalaksanaan Medis

a. Pemberian analgetic

b. Pembedahan

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Kaji nyeri dengan Teknik PQRST

b. Ajarkan Teknik distraksi dan relaksasi

c. Berikan posisi yang nyaman pada klien

d. Berikana HE tentang nyeri.


BAB II

ASKEP TERKAIT KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGKAJIAN

Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui

pada pasien dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul beberapa

dari 14 pengkajian tersebut

a. Pola Oksigenasi Biasanya ditemukan kondisi pada pasien

seperti pernafasan dangkal karena nyeri pada abdomen, RR

meningkat

b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan

dan bagaimana kesehatan mereka diatur)

c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan

metabolic)

d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam

kehidupan sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)

e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas

dalam kehidupan sehari - hari)

f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan

istirahat pasien) Biasanya ditemukan permasalahan yaitu

gangguan pola tidur yang diakibatkan nyeri

g. Pola Nyeri / Kenyamanan Nyeri/ kenyamanan Karakteristik

nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain, ketegangan

otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,


kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus

pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti

menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,

frigiditas vokal.

h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri

sendir, bagaimana cara seseorang memandang dirinya)

i. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)

j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)

k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)

l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)

m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh n. Suhu Tubuh

(Nurarif,2015) (Tanto,2014).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut

a. Gejala dan tanda mayor

 Mengeluh nyeri

 Tampak meringis

 Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi

menghindari nyeri)

 Gelisah

 Frekuensi nadi meningkat

 Sulit tidur

b. Gejala dan tanda minor


 Tekanan darah meningkat

 Pola nafas berubah

 Proses berfikir terganggu

 Menarik diri

 Berfokus pada diri sendiri

 Diaphoresis

2. Intoleransi Aktivitas

a. Gejala dan tanda mayor

 Mengeluh Lelah

 Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

b. Gejala dan tanda minor

 Dispnea saat/setelah aktivitas

 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

 Merasa Lelah

 Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

 Sianosi

3. Gangguan pola tidur

a. Gejala dan tanda mayor

 Mengeluh sulit tidur

 Mengeluh sering terjaga

 Mengeluh tidak puas tidur

 Mengeluh pola tidur berubah

 Mengeluh istirahat tidak cukup


b. Gejala dan tanda minor

 Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

KEPERAWATAN DAN

KRITERIA

HASIL

1. Nyeri Akut Setelah Pain management:

diberikan 1. Lakukan

asuhan pengkajian nyeri

keperawatan secara

selama 3 x 24 komprehensif

jam masalah termasuk lokasi

nyeri akut karakteristik,durasi,

dapat teratasi frekuensi

dengan 2. Ajarkan tentang

kriterial hasil: Teknik non

-Mampu farmakologi

mengontrol 3. Anjurkan pasien

nyeri untuk istirahat

dipertahankan 4. Monitor TTV

pada tidak 5. Kolaborasi


pernah pemberian

menunjukkan analgetik jika ada

(skala 1) keluhan dan

ditingkatkan tindakan nyeri

menjadi tidak berhasil

kadang –

kadang

menunjukkan

(skala 3)

- Mampu

menggunakan

tindakan

pengurangan

nyeri tanpa

analgetik

dipertahankan

pada tidak

pernah

menunjukkan

(skala 1)

ditingkatkan

menjadi

kadang –
kadang

menunjukkan

(skala 3)

- Mampu

mengenal

nyeri ( skala,

intesitas,

frekuensi

nyeri).

- TTV

dalam

rentang

normal
2 Gangguan Pola Setelah Peningkatan Tidur:

Tidur diberikan 1. Kaji jumlah jam

asuhan tidur pasien

keperawatan 2. Mengobservasi

selama 3 x 24 intensitas tidur

jam pasien

diharapkan 3. Ciptakan

masalah pola lingkungan yang

tidur teratasi nyaman

dengan kriteria 4. Jelasakan

hasil: pentingnya tidur


- Jam tidur yang adekuat untuk

sangat Kesehatan

terganggu 5. Kolaborasikan

dipertahankan dengan dokter

pada sangat tentang perlunya

terganggu meninjau kembali

(skala 1) program

ditingkatkan pengobatan jika

ke sedikit berpengaruh pada

terganggu pola tidur.

(skala 4)

- Gangguan

nyeri

dipertahankan

pada sangat

terganggu

(Skala 1)

ditingkatkan

ke ringan

(skala 4).

3 Intoleransi aktivitas Setelah 1. Monitor kelelahan fisik

diberikan dan emosional

asuhan 2. Monitor pola dan jam


keperawatan tidur

selama 3 x 24 3. Anjrkan melakukan

jam aktivitas secara

diharapkan bertahap

intoleransi 4. Kolaorasi dengan ahli

aktivitas gizi tentang cara

berkurang meningkatkan asuhan

dengan makanan

kriteria hasil:

1. Frekuensi

nadi

membaik

2. Keluhan

Lelah

menurun

3. Perasaan

lemah

menurun

4. Tekanan

darah

membaik
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia:

Elsevier.

Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2015-2017 Edisi 10. Jakarta: RGC.

Kozier dkk, 2010. Buku Ajar Fundamntal Keperawatan, Konsep, dan

Praktik. Alih Bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC

Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia:

Elsevier.

Nururatif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3. Yogyakarta:

MediAction.

Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran

Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai