Disusun Oleh :
Anil Ahillah
(14901.08.21006)
Jember,
MAHASISWA
Anil Ahillah
14901.08.21006
KEPALA RUANGAN
I. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada manusia terdiri dari beberapa organ dimulai dari :
a. Rongga mulut
Mulut meruapakan saluran pertama dan merupakan permulaan saluran
pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu Bagian luar yang sempit atau
vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi dan Rongga mulut/bagian
dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum
dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
c. Esofagus (kerongkongan) Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu
masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk
kedalam abdomen ke lambung. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang
mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (kerongkongan). Fungsi
esopagus adalah menyalurkan makanan ke lambung sagar makanan dapat
berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan
dapat berjalan menuju lambung.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung berbentuk seperti kantung.
Lambung dapat menampungbmakanan 1 sampai 2 liter. Dinding lambung
disusun oleh otot – otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara
mekanik melalui kontraksi otot – otot tersebut. Ada jenis otot polos yang
menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot elingkar, dan otot menyorong.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi
hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan
duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
2) Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
f. Usus besar
Usus besar/interdinum mayor Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus
besar terdiri atas 8 bagian:
1) Kolon asenden(kanan)
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai
kehati, panjangnya ± 13 cm.
2) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang
± 28 cm.
3) Kolon desenden (kiri)
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah
dengan panjangnya ± 25 cm.
4) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S"
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
5) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus.
6) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar.
Abdomen
III. Etiologi
b. Trauma tembus
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi nyeri
tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan
muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
1. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen.
b. Terjadi perdarahan intra abdominal.
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
2. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan akan terjadi
trauma tumpul dan trauma tajam. Jika terjadi trauma tajam maka akan timbul
luka terbuka yang menjadi pintu masuk bakteri, sehingga bakteri mudah masuk
ke dalam tubuh dan mengakibatkan terjadinya resiko infeksi. Jika terjadi trauma
tumpul maka akan mengakibatkan perdarahan intra abdomen. Perdarahan intra
abdomen akan berakibat pada penurunan hitung sel darah merah sehingga akan
terjadi penurunan suplay O2 di dalam tubuh, penurunan suplay O2 akan terjadi
hipoksia dan syok hipovolemik.
Trauma Abdomen
Mual/muntah
Ganngguan
Integrtitas
Kulit Risiko Defisit Nutrisi
Risiko Aspirasi
Penanganan Penanganan
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
IX. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2017), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan trauma abdomen hemoragi, syok dan cedera. Sedangkan komplikasi
jangka panjangnya adalah infeksi.
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma
tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera
iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat,
rupture spleen yang muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone &
Salomone, 2011).
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak makan dan minum.
b. Trauma non-penetrasi
1) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan
pemeriksaan darah lkhusus seperti darah lengkap, potassium,
glukosa, amylase.
2) Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada
penderita dengan multitrauma , mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara
bebas dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi.
3) Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendens atau descendens dan dubur.
Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan
diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan
tindakan keperawatan. Keberhasilan keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan
dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari 4 komponen antara lain
pengelompokan data, analisis data, perumusan diagnosa keperawatan.
Identitas meliputi : Nama, Umur, Alamat, Pendidikan, no MR, Tanggal Masuk Rs, dan
Diagnosa Medis.
B. Pengkajian Primary Survey
1. Airway
2. Breathing
6. Folley Catheter
1. Keluhan utama
Nyeri pada abdomen
Pengkajian fisik
1) Kepala:
Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
2) Leher:
6) Ekstermitas
Membran 2 5 Membaik
mukosa
Turgor 2 5 Membaik
kulit
Observasi
2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Mengidentifikasi lokasi nyeri,
cidera fisik selama 8 jam nyeri dapat berkurang dengan
frekuensi, dan durasi.
kriteria hasil :
2. Mengidentifikasi faktor yang
Kriteria SA ST Ket
dapat menurunkan nyeri dan
hasil
memperberat
Keluhan 2 5 Menurun 3. Memantau efek penggunaan
nyeri analgesik
hasil Observasi
nafas Terapeutik