(VERTIGO)
Di Susun Oleh:
PROBOLINGGO
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO
A. ANATOMI FISIOLOGI
a. Sistem Saraf Somatik (SSS) Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang
saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik
dipengaruhi oleh kesadaran.
a) Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang
otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut
sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik
dan motorik.
b) Saraf spinal
D. ETIOLOGI
E. MANIEFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis (Rahayu,2013)
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit
dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara
aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau
beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Uji posisi dapat membantu mendiagnosa
vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita
duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala
dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan
nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar.
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan (Tobing,2015)
F. PATHWAY
Etiologi
Vestibuler Non-vestibuler
Fisiologis: motion sickness, Vestibular neuronitis, Cerebeller haemorrhage, Brainstem ischemic attacks, Basilar artery migrane,
Meniere's disease, Labyrnthitis, Perilymphatic fistula Posterior fossa tumors, Arteriosklerosis, Anemia dan Intoksikasi
VERTIGO
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1) Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
a) Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per
oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena),
dengan dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
b) Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
c) Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
I. Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
II. Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum
6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2) Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan
dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier.
Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.
b. Nonfarmakologi.
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.(2012). Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung
tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Mardjono M. & Sidharta P., 2008. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.
Nagel, P., Gurkov, R. 2012. Dasar-dasar Ilmu THT. Alih bahasa Dany, F. Jakarta :
EGC
PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Jakarta
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2011. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth, vol:3, EGC, Jakarta