Di susun oleh:
NIM : 2021032006
CI LAHAN CI INSTITUSI
CI INSTITUSI
2022
KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2015).
B. Anatomi Fisiologi
a. Jaringan Saraf
1. Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakn unut anatimi dan
fungsional sistem persarafan.
1) Nuron terdiri dari:
a) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus
yang di dalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat
perikarion yang berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut
neurofibril. Di luarnya berhubungan dengan dendrit dan akson yang
memberikan dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
b) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju
badan sel. Merupakn bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan
menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum,
dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut
tonjolan dendrit.
c) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi
keluar dari badan sel disebut akson.Dendrit dan akson secara kolektif
sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan
untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan-pesan neural
disebabkan sifat khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang
dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia
2) Klasifikasi sruktural neuron
a) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan
neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipilar sangat jarang ada,
tetapi meraka ada di dalam rongga perasa khusus, neuron ini
menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan, penciuman dan
pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-
neuron lainnya.
b) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan
proses secara berlanjutan. Dalam suatu neuron, segmen awal dari
cabang dendrit membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki
akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakn neuron
unipolar dan sinaps neuron berakhir di sistem saraf pusat (SSP).
c) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan
satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar
berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh neuron motorik
yang mengendalikan otot rangka.
3) Klasifikasi fungsional
1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga
dengan serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan
batang otak atau otak. Neuron ini mengumpulkan informasi dengan
memperhatikan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar
10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan pengawasan
di luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor kondisi di dalam
tubuh.Reseptor sensoorik yang lebih spesifik meliputi:
a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan
luar dan lingkunagan yang didapat dari indera seperti penglihatan,
penciuman, pendengaran dan peraba.
b) Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot rangka
dan sendi.
c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan, pernapasan,
kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi, serta beberapa sensasi perasa
dan rasa nyeri.
2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi
dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia memiliki sekitar 500
ribu neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut
dengan serabut eferen, terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem
saraf otonom (SSO).
3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron sensorik dan
motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh
manusia memiliki 20 juta interneuron dan berespons untuk
mendistribusikan setiap informasi dari neuron sensorik dan
mengkoordinasikan aktivitas motorik.
4) Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP dan
sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula spinalis. Ada
empat sel neuroglia yaitu:
a) Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi.
b) Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal (CSS).
c) Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki
kerusakan jaringan neuron dan menjaga perubahan interstisial.
d) Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.
5) Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.
Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan
neuron sistem saraf tepi (SST).
6) Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung meilin
tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang
tidak memiliki mielin, yang disebut nodus Renvier.
7) Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian
listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik
di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana neuron
mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor
disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu
impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor.
Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus
melalui perjalanan melalui akson, tetapi bisa ditransmisikan melalui jalan
lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel atau
bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter
8) Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi
untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron. Setiap
neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat
kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls,
tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter tersebut (Ganong, 1999).
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala
dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi
tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
E. Pathway
Vestibuler Non-vestibuler
VERTIGO
– Fisiologis: motion sickness – Cerebeller hemorrhage
– Vestibular neuronitis – Brainstem ischemic attacks
– Meniere's disease – Basilar artery migrane
– Labyrnthitis – Posterior fossa tumors
– Perilymphatic fistula – Arteriosklerosis
Sistem keseimbangan tubuh – Anemia
(vestibuler) terganggu – Intoksikasi
Transmisi persepsi ke
Sensasi seperti brgerak, reseptor
berputar proprioception
terganggu
Ketidakcocokan
Gg. di SSP atau SST
informasi yg di
sampaikan ke otak
Spasme saraf /
oleh saraf aferen
peningkatan intrakranial
Proses pengolahan
Nyeri, Pusing informasi terganggu
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2. TesMelangkahditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih
dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula.
4. ManuverNylenBarangataumanuverHallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus.
5. TesKalori = denganmenyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
H. Penatalaksanan
1. Vertigo posisionalBenigna (VPB)
1) Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap
hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
2) Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan
atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada
neurinitisvestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi
telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi
visual pada suatu tempat atau benda.
3. PenyakitMeniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dariterapimedik yang diberiadalah:
1) Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa
dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi
terhadap serangan berikutnya.
2) Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin
dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
3) Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi
infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat
agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima
otak. Padapenderitainidapatdiberikanobat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
1) TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
2) RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan
jika kambuh bisa meninggalkan cacat
I. Pencegahan
1. Menghindari gerakan tiba-tiba agar tidak terjatuh
2. Segera duduk jika vertigo menyerang
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
4. Gerakkan kepala secara perlahan
5. Hindari gerakan kepala mendongkak, berjongkok, atau tubuh membungkuk
J. Pengobatan
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamine mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo
juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat
anti kholinergik ini adakaitannya dengan kemampuannya sebagai obat anti
vertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
2. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali
“rash” di kulit.
1) Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
2) Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
dalam beberapa dosis.
3) Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25
mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
4) Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
5) Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium
sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin.
Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo
belum diketahui.
6) Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 –
30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
7) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine
(Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea
yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap
vertigo.
8) Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih
sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
K. Komplikasi
1. Cedera fisik
2. Kelemahan otot
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan fisiologis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
C. ntervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
Price, S.A., & Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi: Konsep klinis proses-
prosespenyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
Amin. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA & NIC – NOC. Edisi
Revisi.. Jogjakarta : MediAction
Tim pokja SDKI PPNI, (2016) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1 jakarta persatuan perawat Indonesia
Tim pokja SIKI PPNI, (2018) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1
jakarta persatuan perawat indonesia
Tim pokja SLKI PPNI, (2018) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1
jakarta persatuan perawat indonesia