Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO


DI RUAGAN KUTILANG RSU ANUTAPURA PALU

Di susun oleh:

NAMA :AMELIA RISKI

NIM : 2021032006

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Hismayanti,S.Kep Dr. Tigor H. Situmorang, MH.,M,Kes

CI INSTITUSI

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai,.S.kep,.M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA

2022
KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2015).

B. Anatomi Fisiologi

a. Jaringan Saraf
1. Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakn unut anatimi dan
fungsional sistem persarafan.
1) Nuron terdiri dari:
a) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus
yang di dalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat
perikarion yang berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut
neurofibril. Di luarnya berhubungan dengan dendrit dan akson yang
memberikan dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
b) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju
badan sel. Merupakn bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan
menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum,
dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut
tonjolan dendrit.
c) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi
keluar dari badan sel disebut akson.Dendrit dan akson secara kolektif
sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan
untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan-pesan neural
disebabkan sifat khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang
dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia
2) Klasifikasi sruktural neuron
a) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan
neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipilar sangat jarang ada,
tetapi meraka ada di dalam rongga perasa khusus, neuron ini
menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan, penciuman dan
pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-
neuron lainnya.
b) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan
proses secara berlanjutan. Dalam suatu neuron, segmen awal dari
cabang dendrit membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki
akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakn neuron
unipolar dan sinaps neuron berakhir di sistem saraf pusat (SSP).
c) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan
satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar
berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh neuron motorik
yang mengendalikan otot rangka.
3) Klasifikasi fungsional
1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga
dengan serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan
batang otak atau otak. Neuron ini mengumpulkan informasi dengan
memperhatikan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar
10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan pengawasan
di luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor kondisi di dalam
tubuh.Reseptor sensoorik yang lebih spesifik meliputi:
a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan
luar dan lingkunagan yang didapat dari indera seperti penglihatan,
penciuman, pendengaran dan peraba.
b) Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot rangka
dan sendi.
c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan, pernapasan,
kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi, serta beberapa sensasi perasa
dan rasa nyeri.
2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi
dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia memiliki sekitar 500
ribu neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut
dengan serabut eferen, terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem
saraf otonom (SSO).
3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron sensorik dan
motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh
manusia memiliki 20 juta interneuron dan berespons untuk
mendistribusikan setiap informasi dari neuron sensorik dan
mengkoordinasikan aktivitas motorik.
4) Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP dan
sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula spinalis. Ada
empat sel neuroglia yaitu:
a) Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi.
b) Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal (CSS).
c) Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki
kerusakan jaringan neuron dan menjaga perubahan interstisial.
d) Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.
5) Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.
Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan
neuron sistem saraf tepi (SST).
6) Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung meilin
tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang
tidak memiliki mielin, yang disebut nodus Renvier.
7) Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian
listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik
di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana neuron
mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor
disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu
impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor.
Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus
melalui perjalanan melalui akson, tetapi bisa ditransmisikan melalui jalan
lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel atau
bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter
8) Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi
untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron. Setiap
neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat
kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls,
tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter tersebut (Ganong, 1999).

C. Etiologi

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ


keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bias disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bias berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2015)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabukdarat, mabuklaut).
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo),
Infeksitelinga bagian dalam karena bakteri, Herpes zoster, Labirintitis
(infeksi labirin di dalam telinga), Peradangan saraf vestibuler, Penyakit
Meniere.
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel, Patahtulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya, Tumorotak, Tumor yang menekan saraf
vestibularis.

D. Patofisiologi
Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala
dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi
tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
E. Pathway
Vestibuler Non-vestibuler
VERTIGO
– Fisiologis: motion sickness – Cerebeller hemorrhage
– Vestibular neuronitis – Brainstem ischemic attacks
– Meniere's disease – Basilar artery migrane
– Labyrnthitis – Posterior fossa tumors
– Perilymphatic fistula – Arteriosklerosis
Sistem keseimbangan tubuh – Anemia
(vestibuler) terganggu – Intoksikasi
Transmisi persepsi ke
Sensasi seperti brgerak, reseptor
berputar proprioception
terganggu

Ketidakcocokan
Gg. di SSP atau SST
informasi yg di
sampaikan ke otak
Spasme saraf /
oleh saraf aferen
peningkatan intrakranial
Proses pengolahan
Nyeri, Pusing informasi terganggu

Disorientasi Ketidak teraturan kerja


MK : otot
Gangguan. Rasa
MK : Resiko jatuh Kegagalan
nyaman nyeri
akut / kronis
koordinasi otot
MK: Gangguan MK : Intoleransi
pola tidur aktifitas
F. ManifestasiKlinis
1. VertigoSentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh
lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi
tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan
gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh
menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan
dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan
vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler
berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanyavertigoberlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.Vertigo
perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya
berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak
yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian
mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.Dapat
dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60
tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan
“Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti
bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang
khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo
yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa
penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar
penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3
awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere
jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi
penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering
dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun
tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.Pada
Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika
pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan
mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu.Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan
penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar
penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang
terdapat pula vertigoposisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika
dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak
bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2. TesMelangkahditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih
dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula.
4. ManuverNylenBarangataumanuverHallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus.
5. TesKalori = denganmenyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
H. Penatalaksanan
1. Vertigo posisionalBenigna (VPB)
1) Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap
hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
2) Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan
atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada
neurinitisvestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi
telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi
visual pada suatu tempat atau benda.
3. PenyakitMeniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.
Tujuan dariterapimedik yang diberiadalah:
1) Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa
dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi
terhadap serangan berikutnya.
2) Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin
dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
3) Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi
infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat
agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima
otak. Padapenderitainidapatdiberikanobat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
1) TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya
pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
2) RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan
jika kambuh bisa meninggalkan cacat

I. Pencegahan
1. Menghindari gerakan tiba-tiba agar tidak terjatuh
2. Segera duduk jika vertigo menyerang
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
4. Gerakkan kepala secara perlahan
5. Hindari gerakan kepala mendongkak, berjongkok, atau tubuh membungkuk

J. Pengobatan
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamine mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo
juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat
anti kholinergik ini adakaitannya dengan kemampuannya sebagai obat anti
vertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada
penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
2. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali
“rash” di kulit.
1) Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
2) Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
dalam beberapa dosis.
3) Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25
mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
4) Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
5) Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium
sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin.
Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo
belum diketahui.
6) Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 –
30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
7) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine
(Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea
yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap
vertigo.
8) Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih
sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

K. Komplikasi
1. Cedera fisik
2. Kelemahan otot
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Keperawatan


1. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
3. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka
rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala
kronik)
4. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada
migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
5. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang
baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual,
sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir,
mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
6. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
7. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
8. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit
9. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan fisiologis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
C. ntervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN

1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen nyeri


fisiologis ditandai dengan keperawatan selama ...x24 Observasi Observasi
mengeluh nyeri, tampak jam maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, 1. Membantu dalam
menurun dengan KH: karakteristik, durasi,frekuens, menentukan
meringis, bersikap
1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas nyeri kebutuhan
protektif, frekuensi nadi menurun manajemen nyeri
meningkat, tekanan darah 2. Gelisah menurun dan keefektifan
meningkat, gelisah 3. Kesulitan tidur program
menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
4. Kemampuan kualitas nyeri yang
menuntaskan dirasakan
aktivitas meningkat 3. Identifikasi respon nyeri 3. Untuk mengetahui
5. Pola tidur membaik nonverbal respon nonverbal
rdari rasa nyeri
4. Monitor efek samping 4. Mengetahui efek
penggunaan analgetik samping
penggunaan
analgetik
Teraupetik Teraupetik
5. Kontrol lingkungan yang 5. Membantu
memperberat rasa nyeri menentukan dan
mengevaluasi
intervensi yang
diberikan
Edukasi Edukasi
6. Ajarkan tehnik non 6. Memberikan
farmakologi untuk relaksasi yang
mengurangi rasa nyeri. dapat menurunkan
rasa nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan 7. Membantu dalam
nyeri saat merasakan
nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian 8. Meringankan rasa
analgetik jika perlu nyeri dengan
pemberian
farmakologi
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen
berhubungan dengan keperawatan ...x24 jam energy Observasi
kelemahan. toleransi aktifitas Observasi 1. Untuk mengetahui
meningkat dengan KH: 1. Identifikasi gangguan gangguan fungsi
1. Keluhan lelah fungsi tubuh yang tubuh
menurun mengakibatkan kelelahan
2. Dispnea menurun 2. Monitir kelelahan fisik 2. Untuk mencegah
3. Dispnea saat dan emosional ketidaknyamanan
aktifitas menurun Teraupetik Teraupetik
4. Perasaan lemah 3. Sediakan lingkungan 3. Meningkatkan
menurun nyaman dan rendah tingkat istirahat
5. Tekana darah stimulus (cahaya,suara,
membaik kunjungan)
6. Frekuensi nadi 4. Anjurkan tirah baring 4. Pembatasan
membaik Edukasi aktivitas
7. Kemudahan 5. Ajarkan stratei koping Edukasi
melakukan aktifitas untuk mengurangi 5. Untuk mencegah
sehari-hari kelelahan cidera
meningkat Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentabg cara Kolaborasi
meningkatkan asupan 6. Untuk memenuhi
makanan asupan gizi
seimbang

3 Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan a. Dukungan tidur


kurang kontrol tidur tindakan keperawatan Observasi
ditandai dengan mengeluh selam ...x24 jam maka 1. Identifikasi pola aktivitas 1. Untuk mengetahui
sulit tidur, mengeluh pola pola tidur membaik dan tidur pola aktivitas dan
tidur berubah dengan KH: tidur
1. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi factor 2. Untuk mengetahui
menurun pengganggu tidur (fisik faktor pengganggu
2. Keluhan sering terjaga dan atau psikologis) tidur
menurun 3. Identifikasi makanan dan 3. Untuk menghindari
3. Keluhan pola tidur minuman yang pemberian
berubah menurun mengganggu tidur (mis. makanan dan
4. Keluhan istirahat tidak kopi, the, alcohol, makan minuman yg
cukup menurun mendekatssssi waktu tidur, menghambat pola
5. Kemampuan minum banyak air seblum tidur
beraktivitas meningkat tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang 4. Untuk melihat efek
dikonsumsi samping obat
Teraupetik
5. Modifikasi lingkungan 5. Untuk memberikan
(mis. pencahayaan, rasa nyaman
kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
6. Batasi waktu tidur siang,
jika perlu 6. Untuk menhindari
makin lamanya
7. Fasilitasi menghilangkan waktu tidur malam
stress sebelum tidur 7. Memberikan
tingkat relaksasi
8. Tetapkan jadwal tidur sebelum tidur
rutin 8. Untuk
mempertahankan
pola tidur yang
9. Lakukan prosedur untuk baik
meningkatkan 9. Memberikan dan
kenyamanan (mis. pijat, meningkatkan rasa
pengaturan posisi, terapi nyaman
akupresur)
10. Sesuaikan jadwal 10. Untuk mencegah
pemberian obat dan terjadinya
tindakan untuk menunjang gangguan pola
siklus tidur terjaga tidur yang makin
dalam parah
Edukasi
11. Jelaskan pentingnya tidur 11. Membantu
cukup selama sakit memberikan rasa
12. Anjurkan menepati ingin
kebiasaan waktu tidur meningkatkan pola
jam tidur
13. Anjurkan menghindari 12. Untuk mencegah
makanan/minuman yang rasa tidak ingin
mengganggu tidur tidur
14. Anjurkan penggunaan obat 13. Untuk
tidur yang tidak meningkatkan pola
mengandung supresor tidur yang nyaman
terhadap tidur REM
15. Ajarkan faktor-faktor yang 14. Memberikan
berkontribusi terhadap edukasi dan
gangguan pola tidur (mis. menghindari faktor
psikologis, gaya hidup, gangguan pola
sering berubah shift tidur
bekerja)
16. Ajarkan relaksasi otot 15. Untuk memberikan
autogenik atau cara non rasa nyaman stelah
farmakologi lainnya relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Israr. Y. 2015. Vertigo. Diakses 23 Mei 2019. Http://yayanakhyr.wordpress.com


Lumban Tobing. S.M, 2016.Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : FK UI

Mansjoer, Arif M .dkk. 2012.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2. Jakarta:Media


Aesculapius

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2018, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis


dan Terapi.Malang : Perdossi

Price, S.A., & Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi: Konsep klinis proses-
prosespenyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.

Amin. Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA & NIC – NOC. Edisi
Revisi.. Jogjakarta : MediAction

Tim pokja SDKI PPNI, (2016) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1 jakarta persatuan perawat Indonesia

Tim pokja SIKI PPNI, (2018) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1
jakarta persatuan perawat indonesia

Tim pokja SLKI PPNI, (2018) standar diagnosis keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1
jakarta persatuan perawat indonesia

Anda mungkin juga menyukai