Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
Anatomi system syaraf

1. Definisi

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke


susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
(Feriyawati, 2006). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil
dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan
saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan
yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga
tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ
sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf
pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP
(proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP
membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi
respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013).
2. Struktur Sel Saraf

a. Neuron

Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi pada
sistem saraf (Bahrudin, 2013). Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls.
Setiap satu neuron terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan
akson (Feriyawati, 2006).
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
• Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti
kompleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol
dan tidak dapat bereplikasi.
• Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas serta berperan dalam sintesis protein.
• Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi
untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian
ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau
kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Gambar 1.1 Stuktur


Neuron
Klasifikasi Neuron

Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron


diklasifikasi menjadi :
• Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor
pada organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
• Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf
Pusat) ke efektor /otot
• Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf
Pusat) Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :
• Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi
menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu
cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini
merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel
ganglion cerebrospinalis).
• Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis ini
banyak dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam telinga
dalam.
• Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis neuron
ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf
motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel-sel ganglion
otonom).

Gambar 1.2 Klasifikasi Neuron berdasarkan bentuknya

Gambar 1.3 Klasifikasi Neuron berdasarkan fungsinya


b. Sel Pendukung ( sel Neuroglia dan sel Schwann )

• Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam sel yang
secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf
pusat pada otak dan medulla spinalis.
• Sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar
sistem saraf pusat.
Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan
sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil
diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus
panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel
atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron
yang halus. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran
kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara
keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan potensial
bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang
bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini
mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau
sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat
dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral
dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system
ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus
Coroideus ventrikel otak.
Gambar 2.4. Sel Neuroglia dan Sel Schwann

c. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang menyelimuti
akson. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-
selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier. Myelin ini berfungsi
dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang tak
bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus lain di
sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.
Tanpa selubung mielin, impuls akan bergerak seperti gelombang. Namun, impuls
akan bergerak melompat ketika melewati selubung mielin dengan kecepatan 120
meter/detik. Selubung mielin meningkatkan hambatan listrik. Dengan demikian,
mielinasi membantu mencegah impuls yang merupakan gelombang elektromagnetik
keluar meninggalkan akson.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di serabut saraf dapat
terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin
disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang
mengelilingi serabut saraf menjadi hilang.
Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk
mengontrol otot-otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.

Gambar 2.5 Struktur Myelin dan Nodus Ranvier

d. Jenis Sel Saraf

Gambar 1.6 jenis sel


saraf
A. Unipolar Neuron
B. Biopolar Neuron
C. Interneuron
D. Pyramidal Cell
E. Motor Neuron
e.
Neurotransmitt
er
Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson
terminal dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron
melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas
sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls.
Diketahui terdapat 30 macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin,
Acetylcholin, Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.

Gambar 2.7 Synaps dan Neurotransmitter

f. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron
lain atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana
suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang
antara satu neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic
cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron
prasinaptik dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron
postsinaptik.
Sinaps sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :

1. Alkalosis
Diatas PH normal 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi
dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output
secara spontan.
2. Asidosis
Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada
output neuronal. Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
3. Anoksia
Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan
eksitabilitas neuronal hanya dalam beberapa detik.
4. Obat-obatan
Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.

o Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah


aliran impuls.
o Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu
area dapat meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
o Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.

g. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.
h. Gerak Sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
9
i. Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
• Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
• Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang
masuk ke mata.
• Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
• Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.

• Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

j. Perambatan Impuls Saraf

1. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf


dengan kecepatan dan amplitude yang tetap.
2. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini
menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan
gelombang depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.
3. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke
delam sistem saraf sisi yang lain.
3. Pembagian Sistem Saraf
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat
(otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara
fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).

Gambar 2.8 Susunan Saraf Manusia (Nugroho, 2013)


10

a. Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis,
yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian
fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan
transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang
secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
1). Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak.
Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak
tengah (Khanifuddin, 2012).
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.
Otak besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap
belahan tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan
temporal. Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari
talamus, hipotalamus, dan epitalamus (Khafinuddin, 2012). Otak belakang/ kecil
terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan mielensefalon.
Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan
mielensefalon akan menjadi medulla oblongata (Nugroho, 2013). Otak tengah/
sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala (Khafinuddin,
2012).

Gambar 2.3 Bagian-bagian Otak (Nugroho, 2013)


Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan
serebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid
disekitar otak dan medula spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan
ini menyerupai plasma darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus
koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh darah
serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis. Fungsi cairan ini adalah
11
sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medula spinalis, juga
berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak
serta medula spinalis (Nugroho, 2013).
2). Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar
berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area)
(Chamidah, 2013). Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam
mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf
sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks
(Khafinuddin, 2012).

Gambar 2.4 Bagian Area Medula Spinalis

B. Sistem Saraf Tepi


Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari semua
saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan
fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1). Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.
a. Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar
tersusun dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut dijelaskan
pada (Gambar 2.5).
b. Saraf spinal
12
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan
sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan
melalui eferen. Saraf spinal (Gambar 2.6) diberi nama dan angka sesuai dengan
regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut.

Gambar 2.5 Distribusi Saraf Kranial (Anonim)

Gambar 2.6 Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya (Bahrudin,
2013).
13
SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari
receptor pada kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks,
dan seterusnya kesusunan saraf pusat. Jadi besifat ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke
effector (Muscle and Glands) yang bersifat desendens untuk
menjawab impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan otot dari
lingkungan sekitar (Bahrudin, 2013).
C. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling
berbalikan, seperti pada (Gambar 2.7) dibawah ini.

Gambar 2.7 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik) (Nelson, 2015)

Anda mungkin juga menyukai