Anda di halaman 1dari 16

JARINGAN OTOT DAN JARINGAN SYARAF

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Dasar
Dosen Pengampu : Ade Ayu Oksari, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :
Putri Pembayun 41205421121012

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan ciri-ciri histologik, lokasi serta kontrol sistem saraf dan
endokrin, jaringan otot dikelompokkan atas jaringan otot rangka, otot jantung dan
otot polos. Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi
menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini
memperlihatkan adanya garis/pita gelap terang bergantian. Jaringan otot rangka
bersifat volunter karena berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah control kesadaran (Wangko dan sunny, 2014)
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem
endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya
perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh
manusiadi kendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan
pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima
rangsangdan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat
susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap
rangsang tersebut. Impulssaraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus dan
Irianto, 2004)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian, jenis dan fungsi jaringan saraf?
2. Pengertian, jenis dan fungsi jaringan otot?

C. Tujuan
Adapun tujuan untuk mengetahui Jaringan saraf dan Jaringan otot.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jaringan saraf
1. Pengertian Jaringan Saraf
Jaringan saraf merupakan komponen utama dari sistem saraf, yang
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengendalikan fungsi dan aktivitas tubuh.
Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh miliyaran
neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson et al, 2000).
Sistem saraf terbagi menjadi dua tipe sel, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron
merupakan struktur dasar dan unit fungsional pada sistem saraf, sel khusus yang
menerima dan mengirimkan impuls, memungkinkan terjadinya komunikasi dan
koordinasi dalam sistem saraf, yang emiliki bagian seperti batang panjang yang
disebut akson, yang mengirimkan potensial aksi ke potensial aksi berikutnya sel
(Fox, 2004). Sel neuroglia merupakan sel penunjang tambahan neuron yang
berfungsi sebagai jaringan ikat dan mampu menjalani mitosis yang mendukung
proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003)

2. Fungsi Jaringan Saraf


Fungsi sistem saraf meliputi masukan sensorik, integrasi, kontrol otot dan
kelenjar, homeostasis dan aktivitas mental seperti emosi, ingatan dan proses
berpikir. Jaringan saraf memungkinkan transmisi rangsangan secara cepat dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya, memungkinkan terkoordinasinya fungsi
tubuh dan respons terhadap rangsangan eksternal.

3. Lokasi Jaringan Saraf


Jaringan saraf terletak diberbagai bagian tubuh, terutama di Sistem Saraf
Pusat (SSP) dan Sistem Saraf Tepi (PNS), di SSP yang meliputi otak dan sumsum
tulang belakang, jaringan saraf hadir secara luas. Otak bertanggung jawab atas
fungsi kognitif yang lebih tinggi, pemrosesan sensorik dan koordinasi motorik,
sedangkan sumsum tulang belakang berfungsi sebagai jalur untuk mentransmisikan
sinyal antara otak dan seluruh tubuh.
Sistem Saraf Tepi (PNS) terdiri dari saraf perifer bercabang yang meluas ke
seluruh tubuh. Saraf menghubungkan SSP ke organ sensorik, otot dan organ lain,
memungkinkan komunikasi dan kontrol atas fungsi tubuh. PNS terlibat dalam
persepsi sensorik, kontrol motorik, dan pengaturan berbagai proses fisiologis. Di
dalam jaringan saraf, komponen utamanya adalah neuron, juga dikenal sebagai sel
saraf.
Neuron
1. Struktur Jaringan Saraf
Struktur jaringan saraf sangat kompleks dan terdiri dari berbagai jenis sel.
Komponen utama jaringan saraf adalah neuron dan sel neuroglial.

Gambar 1. Struktur jaringan saraf

Neuron memiliki struktur berbeda yang mencakup badan sel, dendrit dan
akson. Badan sel mengandung nukleus, sitoplasma dan organel sel yang diperlukan
untuk fungsi neuron. Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek dan bercabang-
cabang serta merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan menghantarkan rangsangan ke badan sel (Khafinudin, 2012). Akson
merupakan proyeksi seperti batang panjang yang membawa impuls saraf menjauh
dari badan sel dan berkomunikasi dengan sel lain, yang dikenal sebagai sel target.
Informasi dalam neuron mengalir searah, dari dendrit melalui badan sel dan turun
ke akson. Sel neuroglial, juga dikenal sebagai sel glial yaitu sel non-saraf di jaringan
saraf yang memberikan dukungan dan berbagai fungsi penting untuk neuron. Ada
beberapa jenis sel neuroglial yang ditemukan di sistem saraf pusat (SSP) dan sistem
saraf tepi (PNS).

2. Struktur Neuron / Bagian dari neuron


Struktur neuron terdiri dari beberapa komponen kunci yang
memungkinkannya berfungsi sebagai sel khusus dalam sistem saraf, antara lain :

a) Sel Tubuh (Soma): Badan sel merupakan bagian tengah dari neuron dan
mengandung nukleus, sitoplasma dan berbagai organel sel. Ini memainkan
peran penting dalam metabolisme, pertumbuhan dan perbaikan neuron. Di
dalam badan sel, struktur seperti badan Nissl (terdiri dari RNA, retikulum
endoplasma kasar, dan ribosom bebas) membantu sintesis protein.
Neurofilamen dan neurotubulus, protein seperti benang, memberikan
dukungan struktural dan membantu transportasi intraseluler.
b) Dendrit: Dendrit banyak ekstensi bercabang yang muncul dari sel tubuh.
Mereka menerima sinyal dan informasi yang masuk dari neuron lain atau
reseptor sensorik. Dendrit melakukan impuls saraf menuju badan sel dan
memainkan peran penting dalam mengintegrasikan dan memproses
informasi.
c) Akson: Neuron biasanya memiliki ekstensi tunggal yang panjang dan tidak
bercabang yang disebut akson. Ini bertanggung jawab untuk
mentransmisikan sinyal listrik, yang dikenal sebagai impuls saraf, menjauh
dari badan sel dan menuju neuron lain atau sel target. Akson ditutupi oleh
selubung lipid yang disebut selubung myelin, yang dibentuk oleh sel non-
saraf khusus yang disebut sel Schwann di sistem saraf perifer (PNS) dan
oligodendrosit di sistem saraf pusat (SSP). Selubung mielin bertindak
sebagai insulasi dan memfasilitasi transmisi impuls saraf yang lebih cepat.
d) Terminal akson: Di ujung akson, ada struktur khusus yang disebut terminal
akson atau ujung sinaptik. Terminal ini membentuk sinapsis dengan neuron
lain atau sel target. Ketika impuls listrik mencapai terminal akson, itu
memicu pelepasan pembawa pesan kimia yang disebut neurotransmiter.
Neurotransmiter melintasi sinaps dan berikatan dengan reseptor pada
neuron penerima atau sel target, memungkinkan transmisi sinyal.

3. Bentuk Saraf
Neuron menunjukkan bentuk yang berbeda berdasarkan susunan prosesnya,
seperti dendrit dan akson. Dua bentuk utama neuron adalah multipolar dan bipolar.

a) Neuron Multipolar: Neuron multipolar memiliki banyak proses yang


muncul dari badan selnya, karena itulah namanya. Mereka biasanya
memiliki beberapa dendrit yang menempel pada badan sel, bersama dengan
satu akson panjang. Neuron ini umumnya ditemukan di sistem saraf pusat
(SSP), termasuk otak. Neuron motorik, yang mengirimkan sinyal dari SSP
ke otot rangka, adalah contoh neuron multipolar. Berbagai proses mereka
memungkinkan koneksi yang luas dan integrasi informasi.
b) Neuron bipolar: Neuron bipolar memiliki dua proses berlawanan yang
memanjang dari setiap ujung badan sel. Satu proses adalah akson,
sedangkan yang lainnya adalah dendrit. Sel bipolar relatif jarang
dibandingkan dengan jenis neuron lainnya. Mereka terutama ditemukan di
organ sensorik khusus. Dalam epitel penciuman, yang bertanggung jawab
untuk mendeteksi rangsangan bau, neuron bipolar memainkan peran
penting dalam menyampaikan informasi sensorik ke otak. Selain itu, sel
bipolar hadir di retina mata, di mana mereka berpartisipasi dalam transmisi
sinyal visual.
c) Neuron Unipolar: Neuron unipolar memiliki proses tunggal yang
memanjang dari badan sel. Proses ini bertindak sebagai akson dan dendrit.
Neuron unipolar umumnya ditemukan di sistem saraf perifer (PNS) dan
berfungsi sebagai neuron sensorik, menyampaikan impuls sensorik dari
berbagai bagian tubuh ke sistem saraf pusat (SSP).

4. Jenis saraf berdasarkan fungsinya

a) Neuron Aferen Somatik Umum (Neuron Sensorik): Neuron ini membawa


impuls sensorik dari kulit, otot rangka, sendi, dan jaringan ikat ke SSP. Mereka
memberikan informasi tentang sentuhan, rasa sakit, suhu, dan proprioception
(kesadaran akan posisi tubuh).
b) Neuron Aferen Visceral Umum: Neuron aferen visceral umum mengirimkan
impuls sensorik dari organ dalam, seperti jantung, paru-paru, dan saluran
pencernaan, ke SSP. Mereka menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan internal dan sensasi visceral.
c) Neuron Eferen Somatik Umum (Motor Neuron): Neuron eferen somatik umum
membawa impuls motorik dari SSP ke otot rangka, memungkinkan gerakan
sukarela.
d) Neuron Eferen Visceral Umum: Neuron eferen visceral umum bertanggung
jawab untuk mentransmisikan impuls motorik dari SSP ke organ visceral,
mengendalikan berbagai fungsi tak sadar seperti pencernaan, detak jantung dan
sekresi kelenjar.
e) Neuron Eferen Visceral Khusus: Neuron eferen visceral khusus berasal dari
otak dan mempersarafi otot-otot tertentu yang terlibat dalam ekspresi wajah,
mengunyah, menelan dan vokalisasi.
f) Neuron Aferen Khusus: Neuron aferen khusus merupakan reseptor sel yang
bertanggung jawab untuk mendeteksi rangsangan sensorik tertentu, termasuk
rangsangan penciuman (penciuman), optik (penglihatan), pendengaran
(pendengaran), vestibular (keseimbangan) dan pengecapan (rasa).
Neuroglia

Neuroglia dikenal sebagai sel glial atau hanya glia yang merupakan sel non-
saraf yang memberikan dukungan dan perlindungan penting bagi neuron dalam
sistem saraf. Sementara neuron bertanggung jawab untuk mentransmisikan sinyal
listrik dan memproses informasi, neuroglia memiliki berbagai fungsi pendukung
yang berkontribusi pada keseluruhan fungsi dan kesejahteraan sistem saraf. Ada
beberapa jenis neuroglia di sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (PNS),
masing-masing dengan peran dan karakteristik tertentu. Jenis utama neuroglia di
SSP termasuk astrosit, oligodendrosit, mikroglia dan sel ependymal, sedangkan di
PNS, sel Schwann dan sel satelit adalah tipe primer. Berikut merupakan klasifikasi
neuroglial:
a) Sel mikroglial: Mikroglia merupakan sel neuroglial terkecil dan bertindak
sebagai sel kekebalan utama dalam sistem saraf pusat (SSP), yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan SSP terhadap infeksi, menghilangkan puing-
puing seluler dan mengatur respons imun di otak dan sumsum tulang belakang.
b) Astrosit: Astrosit merupakan sel makroglial berbentuk bintang dengan banyak
proses, tipe sel glial yang paling banyak di SSP dan memiliki beragam fungsi.
Astrosit memberikan dukungan fisik dan metabolik untuk neuron, mengatur
lingkungan ekstraseluler, menjaga penghalang darah-otak dan berpartisipasi
dalam proses seperti pembentukan sinaps, regulasi neurotransmitter, dan
perbaikan setelah cedera.
c) Oligodendrosit: Oligodendrosit merupakan sel SSP dengan beberapa proses.
Fungsi utamanya yaitu untuk memproduksi dan memelihara mielin, zat isolasi
berbasis lipid yang membungkus akson di SSP. Selubung mielin memfasilitasi
konduksi cepat impuls saraf di sepanjang akson, meningkatkan efisiensi
transmisi sinyal.
d) NG2 glia: NG2 glia merupakan jenis sel glial berbeda yang ditemukan di SSP.
Mereka berfungsi sebagai prekursor perkembangan oligodendrosit dan terlibat
dalam pembentukan dan pemeliharaan sel pembentuk mielin.
e) Sel Schwann: Sel Schwann merupakan sistem saraf tepi (PNS) yang setara
dengan oligodendrosit, yang memberikan dukungan dan isolasi pada serabut
saraf tepi dengan membentuk selubung mielin di sekitar akson. Sel Schwann
juga berpartisipasi dalam saraf kelahiran kembali dan proses perbaikan di PNS.
f) Sel glial satelit: Sel glial satelit ditemukan di PNS, khususnya di ganglia tempat
kelompok badan sel saraf berada, yang mengelilingi dan mendukung badan sel
saraf di dalam ganglia, berperan dalam mengatur lingkungan mikro dan proses
metabolisme.
g) Glia enterik: Glia enterik merupakan jenis sel glial khusus yang ditemukan
dalam sistem saraf enterik (ENS), yang bertanggung jawab untuk mengatur
fungsi saluran pencernaan. Glia enterik berkontribusi pada homeostasis usus,
dukungan saraf, dan komunikasi dalam ENS.

1. Fungsi Jaringan Saraf


Jaringan saraf memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh, antara lain :
a) Generasi dan transmisi impuls saraf
b) Respons terhadap rangsangan
c) Komunikasi dan integrasi
d) Isolasi listrik dan penghilangan puing-puing
e) Membantu menghilangkan kotoran dan produk sisa metabolisme dari jaringan
saraf
f) Transmisi pesan

2. Jenis Jaringan Saraf


Saraf diklasifikasikan menurut fungsinya.

1. Saraf Motorik
Saraf motorik merupakan perkembangan yang berkaitan dengan fungsi dan
kemampuan bagian tubuh yang sejalan dengan bertumbuhnya usia manusia. Hal ini
berkaitan dengan gerakan yang tidak terorganisir, yang memainkan peran penting
dalam mentransmisikan sinyal dari otak dan sumsum tulang belakang ke otot di
seluruh tubuh. Sinyal-sinyal ini memungkinkan pelaksanaan aktivitas dasar seperti
berbicara, berjalan, minum air, berkedip, duduk dan tidur. Neuron motorik
bertanggung jawab untuk mengoordinasikan kontraksi dan gerakan otot. (Sudirjo
dan Alif, 2018).

Gambar 2. Saraf Motorik


Salah satu saraf motorik yang menonjol yaitu saraf sciatic, yang berasal dari
punggung bawah dan berjalan melalui bokong. Saraf sciatic merupakan gabungan
dari berbagai saraf dan bertanggung jawab untuk memungkinkan gerakan di seluruh
kaki. Ini bercabang untuk menginervasi berbagai daerah, termasuk otot hamstring,
kaki, paha, dan kaki bagian bawah. Fungsi saraf motorik yang tepat sangat penting
untuk menjaga koordinasi, keseimbangan dan mobilitas. Gangguan atau kerusakan
apa pun pada saraf ini dapat memengaruhi kontrol otot dan kemampuan gerakan
secara signifikan. Rehabilitasi dan intervensi terapeutik mungkin diperlukan untuk
mengembalikan atau meningkatkan fungsi motorik dalam kasus kerusakan atau
disfungsi saraf motorik.

2. Saraf Sensorik
Saraf sensorik, juga dikenal sebagai neuron sensorik, memainkan peran
penting dalam menghasilkan impuls atau sinyal yang bergerak berlawanan arah dari
neuron motorik. Mereka bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi dari
reseptor sensorik yang terletak di otot, kulit, dan organ dalam, seperti tekanan,
nyeri, suhu, dan lainnya. Informasi ini kemudian dikirim kembali ke otak dan
sumsum tulang belakang untuk diproses. Saraf sensorik memungkinkan tubuh
untuk merasakan dan menginterpretasikan berbagai sensasi dan rangsangan dari
lingkungan eksternal dan struktur tubuh internal, yang memberikan umpan balik ke
sistem saraf pusat, memungkinkan kita untuk menyadari lingkungan kita dan
meresponsnya.

Gambar 3. Saraf Sensorik

Kerusakan saraf sensorik dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk


mati rasa, nyeri, kesemutan (seperti kesemutan) dan hipersensitivitas terhadap
sentuhan atau suhu. Gangguan sensorik dapat memengaruhi kemampuan seseorang
untuk memahami dan menginterpretasikan informasi sensorik secara akurat,
memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup.

3. Saraf otonom
Sistem saraf otonom bertanggung jawab untuk mengatur tindakan otot tak
sadar, termasuk otot jantung, otot polos yang ditemukan di perut dan organ lain,
serta kelenjar, juga mengontrol berbagai fungsi tubuh yang tidak dikontrol secara
sadar, seperti detak jantung, pencernaan dan metabolisme. Sistem saraf otonom
terdiri dari dua divisi fungsional yaitu Sistem Saraf Simpatik dan Sistem Saraf
Parasimpatis Sistem saraf otonom sebagian besar beroperasi secara tidak sadar dan
terus menerus untuk mengontrol dan mengatur fungsi vital di seluruh tubuh. Ini
memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan fisiologis dan beradaptasi
dengan perubahan kondisi internal dan eksternal. Gangguan atau disfungsi sistem
saraf otonom dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan mungkin
memerlukan intervensi medis untuk mengembalikan fungsi otonom yang tepat.

4. Saraf kranial
Saraf kranial merupakan sekumpulan 12 pasang saraf yang muncul
langsung dari permukaan bawah otak, terutama dari batang otak. Setiap saraf
kranial memiliki fungsi spesifik dan menginervasi berbagai daerah kepala, leher,
dan beberapa organ.
B. Jaringan Otot
1. Pengertian Jaringan Otot

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja


mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. (Subowo, 2002).
Otot sebagai jaringan dibina atas sel-sel otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu
alat atau bagian tubuh (Yatim, 1990).

2. Struktur Jaringan Otot

Gambar 4. Struktur jaringan otot

a). Tendon
Tendon merupakan salah satu bagian dari sistem muskulotendinous.Tendon
menghubungkan otot ke tulang dan memindahkan kekuatan (force) dari otot ke
tulang sehingga menghasilkan gerakan sendi (Woo et al., 2000).

b). Fascia
Fascia merupakan jaringan ikat gabungan dari jaringan fibrus dan
areolardapat membungkus dan menghimpun otot menjadi satu. Pada tiap-tiap
fasciculusdapat di pisahkan dengan jaringan ikat perimysium. Di antara
endomysium dan berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam
perbaikan jaringan otot yang rusak.

c). Sarcolemma
Sarcolemma merupakan unit structural jaringan otot berdiameter 0,01 – 0,1
mm dan panjang 1-40 mm melapisi suatu sel otot. jaringan ini dapat berfungsi
pelindung otot. Besarnya dan jumlah jaringan terutama pada jaringan elastic, akan
meningkat sejalan dengan penambahan usia. Setial 1 serat otot dilapisi oleh jaringan
elastic tipis yang disebut sarcolemma. Protoplasma seratotot yang berisi materi
semi cair disebut sarkoplasma. Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional
otot berdiameter 0,001 mm yang disebut myofibril.

Gambar 5. Sarcolemma

d). Miofibril
Myofibril merupakan jaringan serat-serat yang terdapat dalam otot. Jika
dilihat dengan mikroskop, miofibril akan terlihat seperti pita gelap & terang yang
bersilangan. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh myosin. Pita terang
(thinfilament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin).

e). Miofilamen
Miofilamen merupakan jaringan berbentuk benang-benang/filament halus
yang berasal dari myofibril. Jaringan ini terdapat dua macam yaitu miofilamen
homogeny (terdapat pada otot polos) dan miofilamen heterogen (terdapat padaotot
jantung/otot kardiak dan pada otot lurik.

f). Sarkoplasma
Sarkoplasma merupakan jaringan yang berupa cairan sel otot yangfungsinya
untuk tempat dimana myofibril dan miofilamen berada

3. Jenis Jaringan Otot


Pada Mammalia ada 3 macam otot, yaitu otot polos, otot lurik, serta otot
jantung (Yatim, 1990).

a) Otot Polos
Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukkan
adanya garis-garis melintang. Otot polos pada Vertebrata termasuk manusia dapat
dijumpai pada dinding dan organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran
pencernaan makanan, uterus, kandung kencing, ureter, arteri, arteriol, dan
sebagainya. Di samping itu otot polos dapat dijumpai pada iris mata dan otot
penggerak rambut (Soewolo, 2003).
Gambar 6. Otot polos

Jaringan otot polos merupakan otot yang terletak pada saluran alat-alat di
dalam tubuh manusia seperti manusia seperti yang terdapat pada saluran
pencernaan, dinding pembuluh darah, dinding pembuluh darah, dinding rahim,
saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot polos dapat disebut juga sebagai otot
tak sadar karena cara bekerjanya di luar kesadaran manusia, tanpa harus diperintah
otak (Razak, 2004).

b) Otot Lurik

Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut otot
(muscle fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti banyak (multiseluler)
yang terletak pada bagian pinggir (perifer) sel. Sel-sel otot terbentuk sejak
perkembangan embrionik melalui fusi dari banyak sel-sel kecil yang membentuk
sinsitium. Apabila dilihat dengan mikroskp cahaya, serabut otot Nampak bergaris-
garis melintang (Soewolo, 2003).

Gambar 7. Otot lurik


c) Otot Jantung

Dibina atas serat otot, lurik, bercabang-cabang dan bertemu dengan serat
tetangga, sehingga secara keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada
jantung. Persarafan autonom tidak dibawah kesadaran atau kemauan (involunter)
(Yatim, 1990).

Gambar 7. Otot jantung


BAB III
PENUTUP

Jaringan saraf merupakan komponen utama dari sistem saraf, yang


bertanggung jawab untuk mengatur dan mengendalikan fungsi dan aktivitas tubuh.
Fungsi sistem saraf meliputi masukan sensorik, integrasi, kontrol otot dan kelenjar,
homeostasis dan aktivitas mental seperti emosi, ingatan dan proses berpikir .
Jaringan saraf terletak diberbagai bagian tubuh, terutama di Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan Sistem Saraf Tepi (PNS), struktur neuron terdiri dari beberapa komponen
kunci yang memungkinkannya berfungsi sebagai sel khusus dalam sistem saraf.
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik
dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Struktur Jaringan Otot
terdiri dari : Tendon, Fascia, Sarcolemma, Miofibril, Miofilamen dan Sarkoplasma
DAFTAR PUSTAKA

Carlsson, A., P. Greengard., dan E. Kandel. 2000. Nerve Signaling : An


Introduction : Inos and NADPH oxidase. Biochimical Society Transastions.
Vol. 35(5)
Fox, K. 2004. Neuron. American: Sinauer Associates.
Khafinudin, A. 2012. Organ Pada Sistem Saraf. Jakarta : Gramedia
Kus dan Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Jakarta: Gramedia.
Razak. 2004. Bagan Anatomi. Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta: Gitamedia
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Soewolo, Soedjono, B,.Titi Y. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Subowo. 2002. Histologi Umum. 1st Ed. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudirjo, E dan Alif, MN. 2018. Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Konsep
Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik dan Gerak Manusia. Sumedang :
UPI Sumedang Press.
Wangko dan Sunny. 2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran dan Struktur
Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol.6 No.3: 27-32.
Woo, SL., Gomez, MA., Amiel, D. 2000. Anatomy, biology and biomechanics of
tendon and ligament. In Injury and repair of the musculoskeletal soft tissues.
American: Academy of Orthopaedic Surgeons.
Yatim, W. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai