PENDAHULUAN
SISTEM KOORDINASI
I. Sistem Saraf pada Manusia
Sistem saraf adalah sistem organ yang paling rumit, tersusun dari jutaan sel-sel
saraf (neuron) yang berbentuk serabut dan saling terhubung untuk persepsi sensor,
aktivitas motor sadar maupun tidak sadar, homeostasis proses fisiologis tubuh, serta
perkembangan pikiran dan ingatan. Serabut saraf mempunyai kemampuan eksitabilitas
(dapat dirangsang); konduktivitas (penghantar impuls atau rangsangan); dan
memberikan reaksi atas rangsangan mekanis, elektrik, kimiawi, atau fisik. Sistem saraf
meliputi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST).
A. Neuron (Sel Saraf)
Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, berukuran panjang sekitar 39 inci,
serta terdiri atas bagian badan sel, dendrit, dan akson.
Badan sel (perikarion), berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan
neutron. Sitoplasma mengandung badan Nissl, berupa tumpukan retikulum
endoplasma granuler dan ribosom yang berfungsi untuk sintesis protein. Organel
lain pada badan sel adalah badan Golgi, mitokondria, dan neurofibril.
Dendrit merupakan jalur sitoplasma yang relatif pendek, bercabang-cabang, dan
berfungsi untuk menerima implus (sinyal) dari sel lain untuk dikirimkan ke
badan sel. Neurofibril dan badan Nissl dari badan sel, memanjang ke dalam
dendrit.
Akson merupakan jalur sitoplasma yang panjang (berkisar 1 mm – 1 m) atau
cabang tunggal berbentuk silindris yang berasal dari badan sel. Ujung akson
bercabang-cabang seperti ranting, berfungsi mengirimkan implus ke sel neutron
lainnya.
Pada umumnya akson dibungkus oleh subtansi lemak berwarna putih
kekuningan yang disebut selubung mielin. Bagian tertentu dari akson tidak
diselubungi mielin, disebut nodus Ranvier. Nodus Ranvier berfungsi
mempercepat jalannya impuls.
Berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
Neuron sensor (aferen), berfungsi menghantarkan impuls dari organ sensor ke
pusat saraf (otak atau sumsum tulang belakang).
Neuron motor (eferen), berfungsi menghantarkan impuls dari pusat saraf ke
organ motor (otot) atau kelenjar.
Neuron konektor (interneuron), berfungsi menghubungkan neuron yang satu
dengan neuron lainnya.
Berdasarkan strukturnya (jalur sitoplasma), neuron dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
Neuron multipolar, memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih. Contohnya
neuron motor yang terdapat di otak dan medula spinalis (sumsum tulang
belakang).
Neuron bipolar, memiliki dua jalur berupa dendrit dan akson. Contohnya,
neuron pada organ indra seperti mata, hidung, dan telinga.
Neuron unipolar (pseudounipolar) merupakan neuron bipolar yang tampak
hanya memiliki satu jaluran dari badan sel ke akson dan dendritnya berfusi.
Contohnya, neuron pada embrio dan fotoreseptor mata.
B. Sel Neuroglia (Glia)
Sel neuroglia adalah sel penunjang pada susunan saraf pusat yang berfungsi sebagau
jaringan ikat. Jenis sel glia, yaitu sebagai berikut.
Astrosit, berbentuk bintang, berfungsi sebagai lem yang menyatukan neuron-
neuron.
Oligodendrosit (oligodendroglia), bentuk menyerupai astrosit, tetapi memiliki
badan sel yang lebih kecil, membentuk lapisan mielin untuk melapisi akson.
Mikroglia (berukuran paling kecil dan bersifat fogosit), berfungsi untuk
pertahanan tubuh (imunitas).
Sel ependima merupakan membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan
medula spinalis.
C. Sinapsis
Sinapsi adalah hubungan antara neuron yang satu dengan neuron lainnya; titik temu
antara ujung akson dari neuron yang satu dengan dendrit dari neuron lainnya; struktur
sinapsis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu prasinaps (bagian akson terminal), celah
sinaps (ruang antara prasinap dengan pascasinap), dan pascasinaps (bagian dendrit).
Pada celah sinaps, terdapat substansi kimia neurotransmiter yang berperan mengirimkan
implus. Proses penghantaran impuls saraf melalui sinapsis disebut transmisi sinapsis.
Neurotransmiter mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
Eksitasi, meningkatkan impuls, contohnya asetilkolin dan norepinefrin.
Inhibisi, menghambat impuls, contohnya GABA (gamma aminobutyric acid)
pada jaringan otak dan glisin pada medula spinalis.
D. Impuls Saraf, Gerakan Sadar, dan Refleks
Impuls saraf adalah rangsangan/pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron atau serangkaian pulsa elektrik yang menjalari
serabut saraf. Contoh impuls, yaitu perubahan suhu, tekanan, bau, aroma, suara, benda
yang menarik perhatian, dan berbagai rasa (asin, manis, asam, dan pahit). Impuls yang
diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan gerakan. Gerakan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerakan sadar dan gerakan refleks.
Gerakan sadar adalah gerakan yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Contohnya gerakan memegang buku saat ingin belajar, atau mengambil pensil
saat ingin menulis.
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Contohnya
terangkatnya kaki saat menginjak paku, menutupnya kelopak mata ketika benda
asing masuk ke mata, dan gerakan tangan saat memegang benda panas.
E. Mekanisme Penghantar Impuls
Impuls yang diterima oleh reseptor, selanjutnya akan dihantarkan oleh dendrit
menuju ke badan sel saraf dan akson. Dari akson, impuls dihantarkan ke dendrit neuron
lainnya. Seluruh impuls saraf yang diterima memiliki bentuk yang sama tetapi respons
terhadap impuls tersebut berbeda-beda. Hal ini terjadi karena reseptor dan efektornya
berbeda-beda.
Neuron dalam keadaan istirahat memiliki
energi potensial membran, yaitu energi yang
tersimpan untuk bekerja mengirim impuls. Di
dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K⁺,
sedangkan Na⁺ konsentrasinya rendah. Di luar sel,
kation utama adalah Na⁺, sedangkan K⁺
konsentrasinya jauh lebih rendah. Energi potensial
membran tersebut dipertahankan dengan cara
memompa K⁺ ke dalam sel dan Na⁺ ke luar sel,
sehingga konsentrasi K⁺ di dalam sel tetap tinggi
dan Na⁺ tetap rendah.
Penghantaran impuls dalam neuron terjadi
secara konduksi yang melibatkan peran pompa ion
Na⁺ dan K⁺ sebagai berikut.
Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls. Saluran ion
Na⁺ dan K⁺ tertutup. Keadaan di bagian luat membran bermuatan positif (+),
sedangkan di bagian permukaan dalam membran bermuatan negatif (-).
Tahap depolarisasi. Jika neuron diberikan rangsangan, saluran Na⁺ akan terbuka
dan ion Na⁺ masuk ke dalam sel. Hal tersebut menyebabkan perubahan muatan
listrik (penurunan gradien listrik), yaitu di bagian luar membran menjadi
bermuatan negatif (-) dan di bagian dalam membran menjadi bermuatan positif
(+).
Tahap repolarisasi. Saluran Na⁺ tertutup dan tidak aktif, sedangkan saluran K⁺
terbuka sehingga ion K⁺ keluar dan menyebabkan bagian dalam membran
menjadi bermuatan negatif.
F. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem saraf pusat meliputi otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Otak dilindungi oleh tulang tengkorak, sedangkan medula spinalis dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang. Pada otak maupun medula spinalis, terdapat lapisan
pelindung dari jaringan ikat yang disebut meniges. Meniges terdiri atas tiga lapisan,
yaitu sebagai berikut.
Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, mengandung banyak
pembulu darah, serta melekat pada otak atau medula spinalis.
Araknoid adalah lapisan tengah, mengandung sedikit pembuluh darah.
Dura mater adalah lapisan terluar, tebal dan kuat, serta terdiri atas dua lapis.
Substansi abu-abu, membentuk bagian luar (korteks) otak dan bagian dalam
medula spinalis.
Substansi putih, membentuk bagian dalam otak dan bagian luar medula spinalis.
1. Otak
Otak tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis membentuk
anyaman kompleks.neuron di otak berkomunikasi satu sama lainnya secara kimiawi
atau berupa muatan listrik yang memungkinkan kita dapat mengalami emosi,
berfikir dan mengingat, mengetahui dan mengatur keadaan tubuh sendiri dan
lingkungannya, serta secara sadar mengontrol gerakan tubuh.
a. Bagian-bagian otak
(1) Serebrum (Otak Besar)
Serebrum mengisi bagian depan dan
rongga tengkorak. Bagian luarnya tersusun dari
substansi abu-abu yang disebut korteks
serebral, sedangkan bagian dalamnya tersusun
dari substansi putih yang disebut nukleus basal
(ganglia basal).
Korteks serebral, menempati 80% dari total massa otak, memiliki
ketebalan sekitar 5 mm, serta memiliki pelekukan yang meningkat
luas permukaannya (sekitar 0,5 m², sering dikaitkan dengan
kecerdasan), yaitu sisi kanan dan kiri yang dihubungkan oleh serat
pita tebal dari bahan putih serebrum yang disebut korpus kalosum.
Setiap hemisfer memiliki fisura (ceruk dalam) dan sulkus (ceruk
dangkal). Para peneliti telah mengidentifikasi sejumlah area
fungsional pada lobus masing-masing.
Area Fungsional Korteks Serebral
(a) Area motor primer. Bagian lobus frontal (dahi) dari girus presentral,
mengendalikan kontraksi volunter (di bawah kesadaran) otot rangka.
Area Borca (lobus frontal bagian girus frontalis superior) mengendalikan
kemampuan bicara.
(b) Area sensor korteks, meliputi
Area sensor primer, terdapat pada girus postsentral, berfungsi
menerima informasi nyeri, tekanan, suhu, dan sentuhan.
Area visual prime, terdapat di lobus oksipital (kepala belakang),
berfungsi menerima informasi dari retina mata.
Area auditori primer, terdapat pada tepi atas lobus temporal
(pelipis), berfungsi menerima impuls pendengaran (suara).
Area olfaktori primer, terdapat pada permukaan media lobus
temporal, berkaitan dengan indra penciuman.
Area pengecap prime (gustatori), terdapat di lobus parietal
(ubun-ubun), di dekat bagian inferior girus postsentral. Area ini
berfungsi untuk persepsi rasa seperti manis, asin, asam, dan
pahit.
(c) Area asosiasi, dipetakan menurut klasifikasi Brodmann sebagai berikut.
Area asosiasi frontal, terdapat pada lobus frontal, berfungsi
sebagai pusat intelektual dan fisik.
Area asosiasi somatik, terdapat pada lobus parietal, berfungsi
sebagai pusat interpretasi (penafsiran) bentuk dan tekstur suatu
onjek.
Area asosiasi visual (pada lobus oksipital) dan area asosiasi
auditorik (pada lobus temporal), berfungsi sebagai pusat
interpretasi visual dan auditori.
Area wicara Wernicke, terdapat pada bagian superior lobus
temporal, berfungsi sebagai pusat bahasa dan wicara.
Nukleus basal merupakan pusat untuk koordinasi motor. Jika bagian
ini rusak, seseorang akan menjadi pasif dan tidak mampu bergerak
karena nukleus basal tidak mampu lagi mengirimkan impuls motor
ke otot, contohnya penyakit Parkison.
(2) Diensefalon
Diensefalon terletak di antara serebrum dan otak tengah, tersembuyi di
balik hemisfer serebral. Bagian-bagian diensefalon adalah sebagai berikut.
Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke korteks
otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.
Hipotalamus, memiliki fungsi sebagai berikut.
Mengendalikan aktivitas sistem saraf otonom atau tak sadar,
seperti pengaturan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
suhu tubuh, homeostasis, dan pencernaan makanan.
Sebagai pusat pengaturan emosi, seperti kesenangan,
kegembiraan, dan kemarahan.
Memengaruhi keseluruh sistem endokrin (hormon).
Epitalamus, pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap
diensefalon dan berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik (rinensefalon)
Sistem limbik adalah cincin struktur-struktur otak depan yang mengelilingi
otak dan saling berhubungan melalui jalur0jalur neuron yang rumit
(4) Mesensefalon (otak tengah)
Otak tengah adalah bagian otak pendek yang menghubungkan pons dan
serebelum (otak kecil) dengan serebrum (otak besar).
(5) Pons Varolii (jembatan varol)
Hampir seluruh bagiannya tersusun dari substansi yang berisi serabut saraf
yang menghubungkan otak kecil kiri dan kanan, serta menghubungkan otak
besar dan sumsum tulang belakang. Pons Varolii berfungsi untuk mengatur
frekuensi dan kekuatan bernafas.
(6) Serebelum (otak kecil)
Serebelum adalah bagian otak yang sangat berlipat, terletak di bawah lobus
oksipital dan melekat di bagian punggung atas batang otak.
(7) Medula Oblongata
Medula oblongata adalah bagian yang menjulur dari pons hingga medula
spinalis dengan panjang sekitar 2,5 cm.
(8) Formasi Retikuler
Jaring-jarinng serabt saraf dan badan sel yang tersebar di seluruh bagian
medula oblongara, pons, dan otak tengah.
2. Medula Spinalis (Sumsum Tulang belakang)
Medula Spinalis berbentuk silinder langsing yang memanjang dari batang otak
medula oblongata hingga ruas ke-2 tulang pinggang. Panjang medula spinalis sekitar
45 cm dengan diameter 2 cm. Fungsinya mengendalikan berbagai aktivitas refleks
dalam tubuh, komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh, serta
menghantarkan rangsangan koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
Medula spinalis bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berwarna
abu-abu dan berbentuk seperti huruf H.
a. Struktur bagian dalam (substansi abu-abu)
Batang atas dan bawah dari struktur berbentuk H, disebut tanduk atau
kolumna yang banyak mengandung badan sel, dendrit asosiasi, neuron
eferen, dan akson tidak bermielin.
Tanduk abu-abu posterior (dorsal), batang vertikal atas, mengandung
badan sel yang menerima impuls melalui saraf spinal dari neuron
sensor.
Tanduk abu-abu anterior (ventral), batang vertikal bawah,
mengandung neuron motor yang aksonnya mengirimkan impuls
melalui saraf spinal ke otot dan kelenjar.
Komisura abu-abu, menghubungkan substansi abu-abu sisi kiri dan
kanan medula spinalis.
b. Struktur bagian luar (substansi putih)
Substansi putih tersusun dari akson yang bermielin. Bagian ini terbagi
menjadi funikulus (kolumna) anterior (ventral), posterior, ventrolateral, dan
lateral. Dalam funikulus terdapat traktus (fasikulus) spinal, yaitu sebagai
berikut.
Traktus sensor (asenden), berperan dalam penyampaian informasi
dari tubuh ke otak.
Traktus motor (desenden), berperan membawa implus motor dari
otak ke medula spinalis dan dari saraf spinal menuju ke tubuh.
G. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi (sistem saraf perifer) terdiri atas jarigan saraf yang berada diluar
otak dan diluar medula spinalis. Sistem ini meliputi saraf kranial yang berasal dari otak
dan sistem spinal yang berasal dari medula spinalis. Pada sistem saraf tepi, terdapat
ganglion (ganglia = jamak), yaitu struktur lonjong yang mengandung badan sel neuron
dan sel glia yang ditunjang oleh jaringan ikat.
1. Saraf Kranial
Saraf kranial (cranial nerve, CN) terdiri atas 12 pasan saraf. Sebagian besar
tersusun dari serabut sensori dan motor, tetapi beberapa saraf hanya tersusun dari
serabut sensori. Saraf-saraf tersebut diberi nama dan disusun dengan angka romawi
seperti pada tabel.
No Nama Saraf Kranial Jenis Neuron Fungsi
1 Saraf olfaktori (CN I) Sensori Persepsi indra penciuman
2 Saraf optik (CN II) Sensori Persepsi indra penglihatan
3 Saraf okulomotor Sensori, Motor Neuron motor membawa impuls dari
(CN III) otak tengah ke otot bola mata,
pembuka kelopak mata, dan otot polos
tertentu pada mata. Neuron sensori
membawa informasi dari otot mata ke
otak tengah.
4 Saraf troklear (CN IV) Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
otak tengah ke otot sadak bola mata.
Neuron sensori menyampaikan
informasi dari otot sadak bola mata ke
otak tengah.
5 Saraf trigeminal (CN V) Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
pons ke otot mastikasi (otot yang
membantu proses mengunyah).
Neuron sensori membawa informasi
dari wajah, rongga nasal (hidung), dan
rongga oral (mulut).
6 Saraf abdusen (CN VI) Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
pons ke otot rektus lateral mata.
Neuron sensori membawa informasi
dari otot rektus lateral mata ke pons.
7 Saraf fasial ( CN VII) Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
pons ke otot ekspresi wajah, kelenjar
air mata, dan kelenjar saliva.
Neuron sensori membawa informasi
indra pengecap lidah.
8 Saraf vestibulokoklear Sensori Menyampaikan informasi dari indra
(CN VIII) pendengaran ke talamus dan lobus
temporal otak.
9 Saraf glosafaring Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
(CN IX) medula otot untuk wicara, menelan,
dan kelenjar ludah.
Neuron sensori membawa informasi
yang berkaitan dengan rasa pada lidah,
No Nama Saraf Kranial Jenis Neuron Fungsi
faring, laring, dan tekanan darah dalam
pembuluh darah tertentu.
10 Saraf vagus (CN X) Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
medula ke seluruh organ pada toraks
dan abdomen.
Neuron sensori membawa informasi
dari faring, laring, trakea, esofagus,
jantung, serta visera (organ berongga)
abdomen ke medula dan pons.
11 Saraf aksesoris spinal Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
(CN XI) medula ke otot volunter faring dan
laring, serta dari medula spinalis
servikal ke otot trapezius dan
sternokledomastoid.
Neuron sensori membawa informasi
dari otot laring, faring, trapezius
(punggung), dan sternokleidomastoid
(leher depan).
12 Saraf hipoglosal (CN Sensori, motor Neuron motor membawa implus dari
XII) medula ke otot lidah.
Neuron sensori membawa informasi
dari spindel otot lidah.
2. Saraf Spinal
Saraf Spinal terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen
medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang, yaitu saraf
serviks 8 pasang (C1-C8), saraf toraks 12 pasang (T1-T12), saraf lumbar 5 pasang
(L1-L5), saraf sakrum 5 pasang (S1-S5) dan saraf koksiks 1 pasang. Saraf spinal
berfungsi mempersarafi otot leher dan bahu, kulit kepala, dada, dan dinding
abdomen (perut), paha, genetalia luar, panggul, bokong, dan kaki.
a. Sistem saraf simpatis
Serat saraf simpatis berasal dari segmen toraks dan lumbar medula spinalis.
Sebagian besar serat praganglion sangat pendek, memiliki sinapsis, dan memiliki
badal sel neuron pascaganglion yang berada didalam ganglion pada rantai
ganglion simpatis disepanjang kedua sisi medula spinalis. Serat praganglion
mengeluarkan neurotransmiter, asetilkolin, sedangkan serat pascaganglion
mengeluarkan noradrenalin (norepinefrin) sehingga disebut serat adrenergik.
Baik asetilkolin maupun norepinefrin, berfungsi sebagai pembawa pesan
kimiawi.
b. Sistem saraf parasimpatis
Serat saraf perasimpatis berasal dari area kranial (otak) dan sakrum
(dibagian bawah medula spinalis). Serat praganglion perasimpatis lebih panjang
daripada serat praganglion simpatis, karena mencapai ganglion terminal didalam
atau didekat organ efektor. Serat pascaganglion sangat pendek dan berakhir di
sel-sel organ. Serat praganglion maupun pascaganglion pada sistem sarat
parasimpatis, mengeluarka neurotransmiter yang sama, yaitu asetilkolin
sehingga disebut serat kolinergik.
3. Gangguan/Kelainan Mata
Miopia (rabun jauh), tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh karena fokus
bayangan jatuh didepan retina. Umumnya terjadi pada pelajar remaja. Rabun jauh
dapat dibantu dengan kacamata lensa minus (cekung/konkaf).
Hioermetropia (hiperpia/rabun dekat), tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat
karena fokus bayangan jatuh dibelakang retina. Rabun dekat dapat dibantu dengan
kacamata berlensa plus (cembung/konveks).
Presbiopia, tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat maupun jauh. Gangguan
ini dapat dibantu dengan kacamata lensa rangkap. Biasa terjadi pada orang lanjut usia
(lansia).
Kebutaan, tidak dapat melihat benda apapun, umumnya disebabkan oleh kecelakaan.
Kerabunan, hanya dapat melihat dengan samar-samar, umumnya disebabkan oleh
kecelakaan.
Rabun senja, tidak dapat melihat dengan jelas padasaat sore hari saja, akibat
kekurangan vitamin A.
Buta warna, penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
mempresentasikan warna. Buta warna total, sama sekali tidak dapat membedakan
warna, warna yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta
warna parsial, tidak bisa membedakan warna tertentu.
Katarak, lensa mata menjadi buram karena penebalan, terjadi pada orang lanjut usia.
Astigmatisma, kelengkungan kornea yang tidak merata yang menyebabkan
ketidakteraturan lengkung-lengkung permukaan bias mata sehingga cahaya tidak
fokus pada satu titik retina (bintik kuning). Astigmatisma dibantu dengan kacamata
silinder/operasi.
Mata juling (strabismus), suatu kondisi ketika kedua mata tampak tidak searah atau
memandang pada dua titik yang berbeda. Strabismus disebabkan oleh faktor
keturunan, komplikasi penyakit mata, gangguan otot dan saraf, atau kecelakaan.
Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi.
c. Telinga bagian dalam, terletak di dalam tulang temporal, terdiri atas dua bagian,
yaitu labirin tulang dan labirin membranosa.
Labirin osea (labirin tulang), ruang berliku berisi cairan perilimfa (seperti
cairan serebrospinalis). Labirin tulang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
vestibula (mengandung reseptor keseimbangan tubuh). Kanalis
semisirkulasi (tiga buah saluran setengah lingkaran), dan koklea (berbentuk
seperti rumah siput yang mengandung reseptor pendengaran).koklea terdiri
atas tiga bagian, yaitu skala vestibuli (bagian atas), skala timpani (bagian
bawah), dan bagian yang menghubungkan keduannya.
Labirin membranosa, terletak di dalam labirin tulang, berupa serangkaian
tuba berongga dan berkantong yang berisi cairan endolimfa (seperti cairan
interseluler). Labirin membranosa terdiri atas dua kantong, yaitu utrikulus
dan sakulus yang dihubungkan oleh duktus semisirkular yang berisi cairan
endolimfa.
2. Mekanisme Mendengar
Manusia mampu mendengar bunyi yang berada pada frekuensi 20-20.000
gelombang per detik. Mekanisme mendengar pada manusia adalah sebagai berikut :
gelombang bunyi (getaran) ditangkap oleh daun kartilago telinga menjalar ke
kanal auditori eksternal (meatus) membentuk getaran pada membran timpanum
menjalar ke osikel auditori (maleus, inkus, dan stapes) menuju ke fenestra
vestibula terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibula
menjalar ke skala timpani menyebabkan getaran pada membran basilar sel-sel
rambut melengkung memicu impuls saraf menjalar ke serabut saraf
vestibulokoklear (CN VIII) menjalar ke korteks auditori di otak bunyi
diinterpretasikan.
3. Peranan Telinga dalam Keseimbangan (Ekuilibrium)
Dalam menjaga keseimbangan tubuh, telinga berperan dalam ekuilibrium statis
dan ekuilibrium dinamis.
Ekuilibrium statis adalah kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya
gravitasi jika tubuh dalam keadaan diam. Reseptor yang berperan dalam
ekuilibrium statis adalah makula. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel
rambut.
Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan posisi kepala saat merespon
gerakan. Reseptor yang berperan dalam ekuilibrium dinamis adalah ampula.
Ampula tersebut berisi krista.
4. Gangguan Indra Pendengar
Tuli (tuna rungu), penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk
mendengarkan suara. Tuli konduktif terjadi akibat gangguan transmisi suara
ke koklea, tuli saraf terjadi akibat kerusakan organ Corti, saraf CN VIII, atau
korteks otak.
Furunkulosis, munculnya bisul pada meatus (liang telinga)
Otiti media, infeksi telinga tengah yang dapat terjadi setelah terserang flu,
sinustis, campak, atau infeksi bakteri.
Mastoidistis, infeksi yang menyebabkan sel-sel tulang mastoid berongga.
B. Jenis NAPZA
NAPZA terbagi menjadi tiga golongan, yaitu stimulan, depresan, dan
halusinogen.
1. Golongan stimulan, dapat merangsang sistem saraf pusat dan menyebabkan
organ tubuh (seperti jantung dan otak) bekerja lebih cepat sehingga
mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu. Senyawa yang termasuk golongan stimula,
sebagai berikut.
Amfetamina (amphetamine)
Ekstasi (ectasy)
Kokain (crack, coke)
Kafein
Alkohol
2. Golongan depresan (penenang), menekan/mengurangi kerja sistem saraf
sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi lambat atau tertidur.
Senyawa yang termasuk golongan depresan, sebagai berikut.
Opiat
Barbitural
Alkohol
Ganja
3. Golongan halusinogen, bersifat mengacaukan sistem saraf pusat, memberikan
pengaruh halusinasi (melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada) yang
berlebihan, dan lama-kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan
(paranoid). Contohnya ganja (dalam jumlah sedikit), bunga kecubung, lem,
bensin, dan jamur kotoran sapi.
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia).
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan
konektor.
Di dalam tubuh manusia struktur dan fungsi sistem regulasi (saraf, endokrin,
indera). Sistem saraf meliputi saraf pusat dan saraf tepi. Hormon mengatur
pertumbuhan, keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Alat indera
sebagai reseptor rangsang dari luar dilakukan oleh mata, telinga, lidah, kulit dan
hidung. Sistem koordinasi secara sinegis berfungsi mengendalikan aktivitas dan
keserasian kerjasama antar sistem organ.
3.2 Saran
Semua siswa-siswi harus berani mencoba terutama dalam membuat hal yang
baru. Dengan pembuatan makalah ini saya mendapat banyak informasi-informasi
baru. Oleh itu, saya menyarankan agar para siswa-siswi yang mendapat tugas dari
guru harus dikerjakan sebisa mungkin karena setiap guru pasti menghargai segala
usaha kita.