Anda di halaman 1dari 18

fisiologi olahraga (sistem saraf)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas
menerima rangsangan,menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh,serta memberikan
respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat
indera,pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk
menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.
Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh (eksternal) misalnya suara,cahaya,bau,
panas,dingin,manis,pahit dan sebagainya. Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh
disebut juga rangsangan internal,misalnya rasa haus,lapar,dan nyeri. Seluruh aktivitas tubuh
manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah
semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui
saraf motorik ke otot atau kelenjar.
Salah satu penelitian yg paling menjanjikan di bidang pengetahuan olahraga adalah
mengenai adaptasi syaraf terhadap olahraga. Istilah neuromuscular mencakup keduanya, sistim
otot dan syaraf, maka dalam makalah ini kita akan mengarahkan pada struktur syaraf serta
fungsinya dengan sistem otot dipakai dalam gerak, khususnya olahraga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf, dan sebutkan fungsi dari sistem saraf?
2. Apa bagian dari sel saraf beserta fungsinya masing-masing dan kekhasan sel saraf dibandingkan
dengan yang lain?
3. Bagaimanakah klasifikasi sistem syaraf dalam tubuh berdasarkan letak anatominya maupun
berdasarkan fungsinya?
4. Apa yang dimaksud dengan sinapsis dan jenisnya?
5. Pada neuromuscular junction, membrane postsynaptic nya berada pada?
6. Apa yang dimaksud dengan saraf motoris dan saraf sensoris?
7. Gambaran kerja sistem syaraf yang terjadi ketika seseorang pelari dalam suatu perlombaan
8.

mendengar aba-aba peluit start.


Gambaran peran sistem syaraf pada kontraksi otot? Apa yang terjadi pada penderita

poliomyeletis?
9. Bagaimana mekanisme yang terjadi pada gerak reflex?
10. Bagaimanakah pengaruh jangka pendek olahraga pada sistem syaraf?
11. Bagaimanakah pengaruh jangka panjang olahraga pada sistem syaraf? Dan sebutkan perubahanperubahan fisiologis yang terjadi?
12. Secara umum jelaskan kaitan antara asupan gizi dengan kerja sistem syaraf (pengaruh diet pada
penderita autisme)
13. Berkaitan dengan asupan gizi, asupan gizi seperti apakah yang mendukung kerja sistem syaraf?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Saraf
Sistim saraf adalah pemula kegiatan otot tubuh dan pengatur fungsi mental dan fisik. Sistim
saraf bekerja berdasarkan impuls elektrokimia. Sistem saraf merupakan sistem pengendali dan

merupakan rangkaian organ yang kompleks yang membentuk sistem yang terdiri dari jaringan
saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Merupakan sistem informasi yang terintegrasi, berfungsi
menerima data, mengolahnya, menentukan respon dan memberi perintah ke setiap organ tubuh
untuk melakukan tindakan yang penting demi keadaan homeostasis dalam tubuh. Tanpa sistem
saraf manusia tidak mampu berkomunikasi, berinteraksi, beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan (internal dan eksternal).
Sistem saraf sebagai jalur utama informasi biologis, bertanggung jawab mengendali seluruh
proses biologi dan gerakan tubuh dapat menerima informasi dan menginterprestasinya melalui
sinyal elektrik dalam sistem. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (CNS) dan sistim saraf
perifer (PNS). Sistim saraf pusat merupakan tempat proses berlangsung dan sistim saraf perifer
bekerja mendeteksi dan mengirimkan impuls elektrokimia yang digunakan pada sistem saraf.
Sistim saraf perifer terdiri dari saraf-saraf yang membawa impuls antara sistem saraf pusat
dengan kelenjar, kulit dan organ-organ lain.
Sistim saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, bertanggung jawab
menerima dan menginterprestasinya dari sistem saraf perifer dan mengirimkan sinyal itu kembali
baik sadar maupun tidak sadar. Sistem saraf perifer terdiri dari organ indera yaitu mata, telinga,
peraba, perasa dan penciuman.

B. Fungsi Sistem Saraf

1. Fungsi Kewaspadaan
Membantu mengetahui perubahan perubahan yang terjadi di sekitar untu disampaikan ke alat
indera. Pada alat indera terdapat saraf sensorik yang berfungsi khusus sebagai penginput data.
2. Fungsi Integrasi
Menerima pesan sensorik dari lingkungan luar, interpretasi oleh sistem saraf pusat, mengatur
informasi dan mengintergrasikan dengan informasi yang telah ada untuk menentukan jenis
respon yang akan diberikan.
3. Koordinasi
Setelah dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk mengirim pesan/perintah pada otot-otot
dan kelenjar-kelenjar, menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi.
Neuron atau sel saraf merupakan satuan dari sistim saraf, mempunyai ciri struktur tertentu
yang membedakan dengan sel tubuh lainnya. Pada bagian tengah neuron ada serabut tipis
menjulur yaitu akson yang melalui serabut inilah neuron melaksanakan fungsinya. Fungsi
serabut/akson yaitu menyampaikan isyarat ke dan dari otak, serta sum sum tulang belakang.
Isyarat disampaikan dari neuron ke neuron lain disebelahnya melalui sinapsis. Pasokan energi
untuk neuron berasal dari penguraian oksidatif glukosa dan benda-benda keton. Satu sel saraf
atau neuron terdiri dari badan sel, dendrit dan akson.

C. Bagian-bagian Sel Saraf


1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat
inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel
merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan
dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

3. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran
sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak
dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh
sel-sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk
neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin.
Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

D. Klasifikasi sel saraf berdasarkan Strukur dan Fungsinya


1. Sel Saraf Sensorik
Sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.
2. Sel Saraf Motorik
Sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar.
Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel di bawah ini. Tabel Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik
3. Sel Saraf Penghubung
Sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini
banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel
saraf sensorik dan sel saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan.
Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit.
Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti
asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls
pada sinapsis.
E. Sinapsis
Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain.
Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah
antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan
listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis, baik ion positif dan ion negatif.

Pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain juga terjadi di dalam celah sinapsis ini,
sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang
ada. Penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai
pengirim (transmitter) terdapat dalam celah sinapsis juga.

1. Transmisi sinapsis
Sinapsis adalah sisi (penghubung (junction) yang tidak berdekatan) tempat berlangsungnya
a.

pemindahan impuls dari ujung akson suatu neuron ke neuron lain atau ke otot atau ke kelenjar .
Pada transmisi dari neuron ke neuron, hubungannya dapat berasal dari akson suatu neuron ke

dendrit, ke badan sel atau ke akson neuron kedua


b. Neuron presinaptik membawa impuls menuju sinapsis. Neuron postsinaptik membawa impuls
menjauhi sinapsis. Neuron tunggal dapat menjadi postsinaptik pada dendrit atau badan selnya
dan presinaptik pada ujung aksonnya.
2. Sinapsis kimiawi
a. Pada sinapsis kimiawi, suatu neurotransmiter (zat kimia) dilepas dari terminal akson presinaptik
, mengalir menyebrangi celah sinaptik, dan melekat pada reseptor membran postsinaptik.
(1) Ujung akson presinaptik disebut terminal bouton. Ujung ini melepas neurotransmiter dari vesikel
sinaptik saat potensial aksi mencapai terminal, saluran ion kalsium terbuka dan ion kalsium
memasuki terminal bouton.
(2) Ion kalsium memfasilitasi aliran neurotransmiter saat menyebrangi celah sinaptik dan melekat
pada resptor postsinaptik
(3) Transmisi zat kimia bersifat satu arah karena neurotransmiter hanya dilepas dari
neuronpresinaptik.
b. Waktu tanda sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi suatu sinapsis
kimiawi. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk pelepasan, difusi, penerimaan dan untuk melihat
pengaruh neurotransmiter terhadap sebuah sinapsis dari pada waktu yang dibutuhkan untuk
perambatan potensial aksi disepanjang serabut saraf.
c. Sinapsis eksitatoris, beberapa neurotransmiter mengeksitasi neuron postsinaptik, menyebabkan
depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik eksitatoris.
d. Sinapsis inhibitoris. Neurotransmiter menyebabkan peningkatan potensial istirahat neuron
postsinaptik bersifat inhibitorik. Neurotransmiter ini membuat postsinaptik lebih bermuatan
negatif akibat penurunan permeabilitas membran terhadap aliran masuk Na+ dan meningkatkan

permeabilitas membran terhadap terhadap aliran keluar ion K+. Peningkatan negativitas internal
ini disebut hiperpolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.
e. Sumasi. Efek transmisi kimia pada neuron postsinaptik adalah penambahan jumlah dan jenis
neurotransmiter yang mencapai membran postsinaptik
(1) Sumasi temporal adalah penambahan jumlah neurotransmiter karena adanya peningkatan
frekuensi stimulasi oleh satu atau beberapa neuron presinaptik.
(2) Sumasi apasial adalah stimulasi pada penambahan jumlah terminal presinaptik eksitatoris untuk
menambah jumlah neurotransmiter.
(3) Jika potensial postsinaptik eksitatoris dan potensial postsinaptik inhibitorik mengenai membran
postsinaptik, maka hasil akhirnya eksitasi atau inhibisi, ditentukan melalui penjumlahan aljabar
efek eksitatoris dan inhibitorik, sumasi temporal, dan sumasi spasial.
f. Inaktivasi
Molekul neurotransmiter yang dilepas ke dalam celah sinaptik harus segera diinaktivasi agar
repolarisasi neuron postsinaptik dapat terjadi untuk lintasan impuls selanjutnya.
(1) Neurotransmiter dapat diinaktivasi oleh kerja enzim
(2) Molekul neurotranmiter dapat ditarik kembali kedalam neuron yang melepaskannya dan
diperbaharui untuk pengguna tambahan
(3) Neurotransmiter dapat berdifusi secara pasif menjauhi celah sinaptik.
g. Keletihan sinaptik
Sebuah sinaptik merupakan subjek keletihan setelah stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi.
Setelah beberapa milidetik, kecepatan output neutron postsinaptik berkurang, walaupun neuro
presinaptik masih melontarkan ion.
(1) Di otak, keletihan sinaptik berperan sebagai mekanisme protektif terhadap eksitabilitas neuronal
berlebih.
(2) Kelelahan transmiter yang disimpan dalam neuron presinaptik merupakan alasan utama dibalik
keletihan sinaptik, tetapi inaktivasi pada reseptor membran neuron postsinaptik dapat juga
menjadi suatu penyebab.
h. Sinapsis sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis
(1) Alkalosis di atas PH normal 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi
dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
(2) Asidosis di bawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output
neuronal. Penurunan PH di bawah 7,0 akan mengakibatkan koma.
(3) Anoksia atao deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuronal hanya dalam
beberapa detik.
(4) Obat-obatan dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal
(a) Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran impuls
(b) Anestetik lokal (misal novokain dan prokain) yang membekukan suatu area dapat meningkatkan
ambang membran untuk eksitasi (hiperpolarisasi) ujung saraf.

(c) Anastetik umum menurunkan aktivitas neuronal diseluruh tubuh.


i. neuromodulasi
merupakan zat kimia seperti hormon yang dapat meningkatkan atau mengurangi respons sinaptik
yang biasa disebut neuromodulator . zat ini dapat bekerja pada sisi presinaptik maupun
postsinaptik.
3. Sinapsis listrik
Jika dua sel yang dapat tereksitasi berhubungan melalui aliran arus listrik langsung pada suatu
area dengan tahanan listrik rendah, maka sinapsis disebut sebagai sinapsis listrik.
F. Saraf Sensorik dan Saraf Motorik
1. Saraf Sensorik (Neuron Aferen)
Neuron sensorik merupakan neuron yang memiliki badan sel bergerombol membentuk simpul
saraf atau ganglion (jamak = ganglia). Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain,
sedangkan neuritnya berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik yakni
meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang). Oleh karena itu, neuron sensorik disebut pula neuron indra.
2. Saraf Motorik (Neuron Eferen)
Neuron motorik merupakan neuron yang berperan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke
otot dan kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik
disebut pula neuron penggerak. Dendrit neuron motorik berhubungan dengan neurit neuron lain,
adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar).

G. Gambaran Sistem Saraf pada Pelari

Suara peluit (impuls) yang diterima oleh resptor tubuh atau indra dan dibawa oleh saraf
sensorik ke sistem saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kemudian saraf sensorik

dihubungkan oleh neuron intermediet pada saraf motorik. Saraf motorik menghantarkan
rangsang dari susunan sarf efektor berupa otot atau kelenjar. Setelah bagian efektor menerima
rangsang maka akan melakukan respon tubuh (lari).
H. Gambaran peran sistem syaraf pada kontraksi otot
Sistem koordinasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem indera,dan sistem hormon
(endokrin). Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon berfungsi untuk mengatur dan
memelihara fungsi tubuh, misalnya mengatur kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh bagian
dalam, dan sekresi berbagai kelenjar dalam tubuh.
Sistem saraf berperan penting untuk merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di luar
atau di dalam tubuh, menafsirkannya, dan memberi respon (menjawab) dalam bentuk kontraksi
otot atau dapat berupa sekresi kelenjar.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen

pembawa

penyakit

ini,

sebuah virus yang

dinamakan poliovirus (PV),

masuk

ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis). Penyakit poliomielitis dibagi menjadi 3 bagian :
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram
otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2.

Polio Paralisis Spinal


Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus
polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuludarah kapiler pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang
mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya

virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi
lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat
dapat

menyebabkan

kelumpuhan

pada

batang

tubuh

dan

otot

pada toraks (dada)

dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.


3. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial,
yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka;
saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal
ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.Tanpa alat
bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen
penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat
bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas
mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan
pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan
penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum
masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah
menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paruparu akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan
demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus
hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering
menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat
permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

Penyakit Poliomielitis di bagi menjadi 2 fase :


1.

Stadium akut
Sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi
lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu
permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula
spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga
menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan
menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4%
akan mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga
dua bulan.
2. Stadium subakut
Gejala klinis (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya demam dalam
waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri
otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi. Stadium
konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah.
Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah
usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua
tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai
tingkat menetap dan kelumpuhan otot permanen.
I. Mekanisme Pada Gerak Refleks
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi tiba-tiba diluar kesadaran kita.
Gerak refleks adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat dari gerak
sadar.

Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut (mekanisme gerak
refleks) :
1. Organ sensorik yang menerima implus misalnya kulit.
2. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan implus menuju sel sel ganglion radiks posterior.
Selanjutnya serabut sel tersebut akan meneruskan implus menuju substansi pada kornu posterior
medulla spinalis.
3. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara implus menuju kornum anterior medulla
spinalis.
4. Sel saraf motorik menerima implus dan menghantarkan implus melalui serabutmotorik.
5. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh implus saraf motorik.
J. Pengaruh Jangka Pendek dan Panjang Olahraga pada Sistem Syaraf
Pengertian Neuro Musculer adalah dua sistem yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam keadaan olahraga. Musculer (perototan) dalam fungsinya adalah
mengkerut/memendek/kontraksi. Dalam pemendekan ia harus dirangsang oleh sistem
neuro/saraf, sehingga ia terkontrol kekuatan, akurasi, maupun powernya. Hal tersebut disebabkan
makin besar berkehendak makin kuat dan cepat kontraksinya. Sehingga tak mungkin otot
menampilkan kerjanya dengan baik tanpa sumbangan dari saraf.
Setiap sel otot dilayani oleh satu saraf, sehingga pengaruh latihan terhadap perubahan
neuromuscular adalah :
a. Latihan dapat memperbesar myofilament, dengan latihan kekuatan
b. Latihan dapat mempercepat sliding filament( kontraksi-relaksasi)

c.

Latihan dapat mempertinggi cadangan glikogen, karena pada latihan banyak menggunakan

glikogen.
d. Meningkatkan responsibilitas otot terhadap rangsang
e. Meningkatkan kemampuan motorik, kekuatan, dan daya tahan otot.
Proses yang sering berhubungan dengan olahraga ialah motor kontrol, ialah proses reaksi. Kalau
disederhanakan proses tersebut adalah : proses penerimaan rangsang yang umumnya dari luar,
proses yang ada di otak baik proses mengingat short term dan long term, kemudian perintah
(motor) yang rangsangnya diteruskan ke otot serang lintang (lurik). Reaksi tersebut bisa
dilatihkan. Kalau sangat terlatih akan disebut dengan automatisasi, seolah-olah tak dipikirkan
lagi (sebenarnya ada proses berpikir). Hanya waktu proses yang terjadi sangat cepat.
K. Kaitan Asupan Gizi dengan Kerja Sistem Syaraf
Terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung pada
asupan zat gizi yang cukup (Singh, 2003). Defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro
akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh
neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis.
Pengaruh neurokimia berupa perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya.
Pengaruh neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf
(Georgieff, 2006).
Protein dan energi mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein
untuk sintesis deoxyribonucleic Acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), produksi
neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit sehingga fungsi
otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein menyebabkan kehilangan struktur dendrit
dan gangguan pada dendrit tulang belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus
yang berfungsi sebagai pusat memori (Georgieff, 2006). Jenis-jenis zat gizi yang berperan
terhadap sistem saraf adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibuthkan sebagai sumber energi
untuk membentu sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting
bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak
yang lain.

3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru.
Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam
lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini
paling banyak ditemukan dalam ikan laut. Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan
sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis
lemak itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
a.

DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3


Asam lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan.
Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja
terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.

b. AA (asam arakidonat) atau omega-6.


Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu
bertugas sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk
ke otak.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerj aotak, menunjang kerja
sistem imun dan sistem saraf pusat.
5. Kalori dan Protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme
otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumbersumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan produk olahannya.
Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
6. Zat Besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana ia mengangkut
dan membagikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ia juga berperan dalam pembentukan
sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik
adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah,
ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
7. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng

dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang bermanfaat bagi peningkatan kinerja
pelaku olahraga, khususnya dalam memahami respon organ tubuh akibat stress
yang diperoleh dari aktivitas fisik.
Dengan fisiologi akan dapat diidentifikasi tingkatan beban latihan yang
relevan dengan tujuannya, serta dapat diketahui faktor penghambat yang berasal
dari fungsi organ tubuh,
1.2 Tujuan
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian fisiolgi secara umum
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian fisiolgi secara khusus dalam ilmu
keolahragaan
- Mahasiswa dapat menjelaskan kontribusi fisiologi dalam dunia pendidikan jasmani
dan olahraga

BAB II
ISI
FISIOLOGI OLAHRAGA

2.1 Definisi
Fisiologi merupakan cabang dari ilmu biologi yang memepelajari objek
spesifik mahluk hidup dari sudut pandang struktur dan fungsinya. Secara

terminologis istilah fisiologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu physis (alam,
pekerjaan, atau sifat) dan logos (cerita, atau ilmu). Jadi, secara garis besar fisiologi
adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk
hidup.
Fisiologi mengkaji gejala-gejala yang terajdi pada mahluk hidup. Selain itu, ia
juga mengklasifikasi gejala-gejala tersebut, mengenal mana yang penting dan
mana yang kurang penting, mensistematiskan konsepsi tentang gejala-gejala itu,
menentukan di mana tempat terjadinya setiap fungsi dan keadaannya, juga system
kordinasinya. Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan. Tetapi
prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang
dipelajari. Seperti, apa yang kita pelajari pada fisiologi sel ragi dapat pula
diterapkan pada sel manusia.
Ketika memepelajari fisiologi, kita membutuhkan disiplin ilmu pengetahuan
yang memadai, baik itu taksonomi, anatomi, kima atau fisika. Karena, ketika
memeplajari gejala-gejala fisiologis pada organ sebuah organisme, maka, kita
memebutuhkan tinjauan analisis dari sudut pandang kimia, fisika, anatomi dan lain
sebagainya.
Fisiologi, adalah ilmu yang mempelajai fungsi organisme tubuh secara
keseluruhan dan bagian-bagiannya (de Vvies, 1986), sedangkan Fisiologi OLahraga
adalah bagian atau cabang dari fisiologi yang khusus mempelajari peubahanfungsi
yang disebabkan oleh latihan fisik. Di dalam fisiologi olaraga dikaji hal-hal yang
terjadi terhadap fungsi tubuh apabila seseorang melakukan latihan yang tunggal,
dan bagaimana perubahan fungsi itj terjadi, kemudian perubahan apa yang terjadi
tubuh setelah melekukan latihan berulang-ulang dan bagaimana perubahan fungsi
tubuh itu berlangsung. Fisiologi juga mempelajari apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan respond an adaptasi tubuh terhadap latihanyang dilakukan secara
berulang-ulang dalam waktu tetentu.
Fisiologi OLahraga menurut GEGRE A. Brooks dan Thomas D. Fathey(1984)
adalah adalah cabang dari fisiologi tertentu terhadap latihan yang tergantung
kepadah identitas latihan,durasi (lamanya) latihan, frekuensi latihan, keadaan
lingkungan dan status fisiologis individu. Sedangkan menurutDavid R Lam (1984),
fisiologi olahraga adalah pemerian dan penjelasan tentang perubahan fungsi yang

dihasilkan oleh latihan tunggal atau latihan yany dilakukan secara berukang-ulang,
biasanya bertujuan untuk meningatkan respon latihan.
Dari dua pendapat di atas Pendapat di atas tersebut dapat disimpulkan,
bahwa fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang
disebabkan oleh latihan tunggal atau latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan

tujuan

untuk

respon

fisiologi

tehadap

intensitas

,durasi,frekuensi

latihan,keadaan lingkungan status fisiologis tetentu


Definisi ini menjelaskan perubahan perubahan fungsi yang berhubungan
dengan apa yang terjadi di dalam tubuh dan menerangkan mengapa perubahan
perubahan itu terjadi. Misalnya dengan latihan mengangkat beban yang berat
dengan

beulang

ulang,

biasanya

kemampuan

mengangkat

beban

akan

meningkat,sehingga kelak beban yang lebih beeratpun dapat diangkat.perunahan


fungsi ini dapat disebabkan oleh ulangan ulangan yang dilakukan sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan jaingan otot jadi diperlukan adanya protein yang lebih
banyak untuk mengerahkan tenaga kontraktih dan sebagian lagi diperlukan untuk
meningkankan kemampuan system pesyratan. Hal ini akan dapat menyebabkan
lebih banyak serabut otot yang bekontraksi untuk mengerahkan kontraksi otot yang
sebesar besarnya. Kalau seseorang sudah mengetahui bagaimana meningkatkan
kemampuan mengangkat beban maka mudah baginya untuk membuet program
latihan yang lebih baik.

Pengetahuan dasar tentang apa yang terjadi selama ini dapat tejadi sangat
penting

dimiliki

oleh

siapa

saja

pelatih,Pembina,guru dikjasorkes dan

yang

mempunyai

profesi

sebagai

atlet, banyak ilmuwan yang meyelediki

respon tubuh terhadap latihan fisik yang digunakan. Latihan fisik yang dilakukan
dapat meningkatkan kapasitas kerja fisik, meningkatkan efisiensi kerja serta
terciptanya rekor baru dalam dunia olahraga

2.2 Hubungan Fisiologi dan Olahraga

Para ahli fisiolog telah mempelajari olahraga dari sudut disiplin ilmunya. Hasil
hasil penelitian dan penyusunan ilmu ini sangat akan kita perlukan sebab setiap
melakukan olahraga apa saja selalu berhubungan dengan fisiologi.
Berolahraga berarti memberi efek terhadap fungsi jantung, paru paru,
hormon hormon peredaran darah dan organisme degestif.
Uraian uraian para ahli tentang fisiologi dan olahraga :

Frost dan Reuben : tentang konsep konsep dan dasar dasar fisiologi latihan
dalam bukunya Phsycal Education ; Fondation Practices dan Principles .

Profesor Radyoputro dari Universitas Gajah Mada telah menyusun buku Fisiologi
yang dihubungkan dengan olahraga.
Fisiologi olahraga memungkinkan kita antara lain untuk menyusun jadwal
latihan, mengatur gizi dan pengelompokan atlet berdasarkan keadaan fisiologis.
Fisiologi olahraga merupakan petunjuk bagi para Pembina olahraga atlet dan
terutama menjadi akses akses yang timbul karena berolahraga, contohnya
tentang efek fisiologis dan gerakan gerakan tubuh yang statis yang lebih cepat
menimbulkan kelelahan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang
disebabkan oleh latihan tunggal atau latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan tujuan untuk respon fisiologi tehadap intensitas , durasi, frekuensi
latihan,keadaan lingkungan status fisiologis tetentu
Fisiologi OLahraga adalah bagian atau cabang dari fisiologi yang
khusus mempelajari peubahanfungsi yang disebabkan oleh latihan fisik.

Anda mungkin juga menyukai