Anda di halaman 1dari 15

PPC OLAHRAGA

Analisis Cedera dan Penangananya Pada Cabor Pencak Silat

Dosen Pengampu:

Roli Mardian, S.Pd.,M.Pd

Anggel Hardi Yanto, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Irvan Kurniawan

Nim : K1A218065

Kelas : Kepelatihan C

PROGRAM STUDI KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2O20
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Bahasa Indonesia.

Makalah ini disusun untuk mengetahui Penanganan cedera pada olahraga pencak silat . Pada
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan mendukung Saya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini . Terutama
kepada dosen yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih
jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang .

Universitas Jambi 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 2
C. TUJUAN .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian dan Penyebab Cedera Olahraga ......................................... 3


B. Jenis Cedera Olahraga.......................................................................... 4
C. Penanganan Cedera Olahraga ............................................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. KESIMPULAN .................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencak silat merupakan olahraga yang dapat dijadikan untuk membela diri dari suatu
keadaan yang tidak menguntungkan. Semisal dalam keadaan terjepit seseorang mendapat
ancaman dari orang yang akan berbuat jahat pada dirinya, maka teknik-teknik dalam pencak
silat dapat dipergunakan untuk setidaknya membela diri dari serangan bahkan dapat pula
melumpuhkan lawan tersebut (Subroto, 1994:13).

Pencak silat adalah ilmu beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya melayu.
Pencak silat dapat ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia. Dalam pencak silat terdapat
teknik yang di latih secara umum, yaitu tangkisan, tendangan, hindaran, pukulan, bantingan,
dan kuncian. Terkadang beda perguruan mempunyai aliran khasnya masing – masing
sehingga mudah di kenali.Tetapi pada umumnya olahraga ini dikenal sebagai olahraga yang
keras karena meski dalam komposisi latihan mereka sudah melatih diri untuk saling pukul,
adu teknik, tangkisan, tendangan, hindaran, pukulan, bantingan dan kuncian, kontak tubuh
pun tak terhindarkan bahkan mereka melakukan semuanya dengan keseriusan. Hal ini
dilakukan agar terbentuk karakter petarung yang tangguh fisik yang kuat serta mental yang
baik (Nelson, 1997:5). Dilihat dari cara atau tehnik-tehnik dalam pencak silat maka olahraga
ini sering menimbulkan cedera olahraga, timbul juga masalah bagaimana cara terbaik untuk
mencegahnya dan teknik cara-cara penanganan pertama cedera yang di alami para atletnya.

Cedera adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot
dan rangka tubuh yang diusebabkan oleh kegiatan olahraga yang timbul pada saat berlatih,
bertanding ataupun setelah berolahraga (Irawan, 2011: 7). Membahas tentang cedera,
meskipun itu cedera yang ringan apabila penanganannya tidak tepat akan mempengaruhi
penampilan seorang atlet seperti apa yang ditulis oleh Sujandoko (2000: 7), yaitu : Cedera
olahraga apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau
keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktifitas hidup sehari – harimaupun melakukan
aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlet ini bisa beristirahat yang yang cukup
lama atau bahkan bisa meninggalkan sama sekali hobi atau profesinya itu. Oleh sebab itu
dalam penanganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Cedera Olahraga?
2. Apa penyebab cedera cabang olahraga pencak silat?
3. Apa saja Jenis Cedera yang terjadi pada Olahraga pencak silat ?
4. Bagaimana cara Penanganan Cedera Olahraga?

C. TUJUAN

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini yaitu

 Untuk mengetahui pengertian dan penyebab cedera pada olahraga pencak silat
 Memahami jenis cedera dan cara penanganan serta pencegahan terjadinya cedera
olahraga pencak silat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Penyebab Cedera Olahraga Pencak silat

Cedera adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan
suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Cedera olahraga adalah cedera pada
sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olahraga yang timbul pada
saat berlatih, bertanding ataupun setelah berolahraga (Irawan, 2011: 7).

Menurut Graha & Priyonoadi (2009: 45) Cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh
yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi
baik pada otot, tendon, ligamen, persendian, maupun tulang akibat aktivitas gerak yang
berlebihan atau kecelakaan . Berdasarkan waktu terjadinya cedera olahraga ada dua jenis
yang sering dialami atlet, yaitu trauma akut dan trauma kronis (yang terjadi karena
overuse syndrome/sindrom pemakaian berlebih) (Graha, 2012: 28).

Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan
oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi
jaringan penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).

Pada dasarnya cedera dapat terjadi disebabkan karena faktor-faktor dari dalam
(intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang kurang dijaga dan diperhatikan sehingga
dapat menyebabkan terjadinya cedera baik pada otot maupun rangka. Penyebab cedera
olahraga biasanya akibat dari trauma/benturan langsung ataupun latihan yang
berulang-ulang dalam waktu lama.

Penyebab pada cabor pencak silat dapat dibedakan menjadi:

1. Faktor dari luar, yaitu:


a) Body contact sporut: pukulan, tendangan,.
b) Alat : body protector tipis
c) Kondisi lapangan: licin, tidak rata,

3
2. Faktor dari dalam, yaitu:
a) Faktor anatomi. Panjang tungkai yang tidak sama, arcus kaki rata, kaki cinjit,
sehingga akan mengganggu gerakan.
b) Latihan gerakan yang keliru misalnya: pukulan ,tendangan,jatuhan,guntingan.
c) Adanya kelemahan otot.
d) Tingkat kebugaran rendah

Kushartanti, (2007:3) mengungkapkan mengenai gejala yang timbul akibat cedera dapat
berupa peradangan yang merupakan mekanisme mobilisasi pertahan tubuh dan reaksi
fisiologis dari jaringan rusak baik akibat tekanan mekanis, kimiawi, panas, dingin dan invasi
bakteri.Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradanagan
tubuh berupa tumor ( pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah),
dolor (nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul jika serat-
serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami robekan.Selain nyeri muncul
tanda radang seperti bengkak, kemerahan, panas dan penurunan fungsi. Pada proses lanjut
tanda- tanda peradangan tersebut akan berangsur angsur menghilang. Apabila tanda
peradangan awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri masih dirasakan samapai beberapa hari
setelah onset cedera. Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan
jangakauan gerak juga sering dijumpai (Stevenson et al. 2000).

B. Jenis Cedera Olahraga Pencak Silat

Pencak silat merupakan olahraga bela diri, pada saat pertandinagan atlet pencak silat
memiliki resiko yang tinggi mengalami cedera karena pengaruh terjadinya body kontak.

Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah
cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendon, perdarahan pada kulit, dan
pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah
otot, tendo,tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia.

Cedera yang sering terjadi pada cabang olahraga pencak silat antara lain:

1. Memar (Contusio)

Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar biasanya
diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak
dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan

4
sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila
terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut
hermatoma (Van Mechelen et al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang
dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin
terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras
pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.

2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen

Menurut Van Mechelen (2004) cedera pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain
sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain.

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai
cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.

Berdasarkan Van Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:

a. Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut
yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah
tersebut.

b. Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut
ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi,
(cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

c. Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

5
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang
berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr (2003)membagi strain menjadi 3 tingkatan,
yaitu:

a. Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada
jaringan otot maupun tendon.

b. Strain Tingkat II

Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap ini menimbulkan
rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.

c. Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini
membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan. Adapun
strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada,
pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

3. Kram Otot

Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot
dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya
pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga
menimbulkan kejang (Parkkari et al. 2001). Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram
antara lain adalah :

 Kelelahan otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa metabolik yang
menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
 Kurang memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh kurang memiliki
kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap latihan (Parkkari et al. 2001).

6
4. Luka

Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya
yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Seluruh tubuh
mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan
melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang
dipakai. (Stevenson et al. 2000)

5. Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang
sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan
panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor
akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor
eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan
dalam tubuh (Stevenson et al. 2000).

6. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada
tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan continuitas patahan,

Patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

 Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.


 Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003)
membagi patah tulang manjadi:

 Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan
tulang keluar.
 Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan
kulit

7
C. PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA PENCAK SILAT

Penanganan pada saat terjadi cedera merupakan hal yang sangat penting untuk di ketahui,
karena ketika salah dalam melakukan penanganan akan menyebabkan cedera semakin parah .
berikut penanganan cedera yang sering terjadi pada cabang olahraga pencak silat.

a. Penanganan Memar, Strain dan Sprain

Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009: 36) ketika terjadi cedera memar, strain dan sprain saat
berolahraga terapi dingin sering digunakan bersama-sama dengan teknik pertolongan pertama
pada cedera yang disebut RICE (Rest, Ice, Compression and Elevation).

1. Rest (istirahat)

Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, bertujuan untuk mencegah bertambah parahnya
cedera dan mengurangi aliran darah yang menuju kedaerah yang cedera.

2. Ice (aplikasi dingin)

Yaitu memberikan es selama dua hari setelah cedera untuk melokalisir daerah cedera,
mematikan ujung syaraf sehingga mengurangi rasa nyeri, dan mencegah agar jaringan yang
cedera tidak bertambah bengkak karena pemberian es akan menyebabkan vasokontriksi
sehingga aliran darah yang menuju daerah cedera berkurang. Pemberian es jangan sampai
terlalu lama karena akan mengakibatkan iritasi, hypothermia, dan frost bite yaitu kerusakan
yang terjadi karena penerapan aplikasi dingin yang berlebihan. Cara penerapan aplikasi
dingin atau pemberian es yaitu:u

 Es ditempatkan pada kantong plastik kemudian dibungkus dengan handuk.


 Kompres es dilakukan selama 2-3 menit
 Bila sudah terasa kesemutan atau telihat pucat pemberian es dapat dihentikan
sementara. Ini merupakan tanda telah terjadi vasokontriksi
3. Compression (pembalutan)

Yaitu mempergunakan kompresi elastis selama dua hari untuk mencegah pembengkakan dan
menghentikan perdarahan. Pembalutan dapat menggunakan perban atau pembalut tekan yang
elastis (tensocrepe) dan harus dipakai senyaman mungkin.

4. Elevation (meninggikan daerah cedera)

8
Berusaha agar bagian yang cedera ada di atas letak jantung untuk mengurang kemungkinan
terjadinya pembengkakan akibat perdarahan dan peradangan.

Dalam perawatan nyeri yang disebabkan karena cedera, terapi dingin dilakukan sampai
pembengkakan berkurang. Terapi dingin biasanya digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah
terjadinya cedera dan dipakai untuk mengurangi sakit dan pembengkakan. Panas selanjutnya
digunakan dalam fase rehabilitasi fase kronis. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan
RICE antara lain cedera memar, strain dan sprain, dan kram otot.

b. Penanganan Kram Otot

Penanganan kram otot yang di lakukan sebagai berikut:

1. lakukan peregangan pada otot yang mengalami kejang atau karam.


2. Setelah itu pijat – pijatlah otot tersebut.
3. Bila penyebabnya suhu udara yang tinggi, baringkanlah penderita ditempat yang
sejuk dan beri minuman air garam atau oralit (Rahardjo, 1992:53).
c. Penanganan Luka
 Luka dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan hidrogen peroksida
(H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine,
PK (kalium permangat) ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu
diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik dan bersifat mengeringkan luka,
misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek
lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
 Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan dan dibebat dengan
bahan yang tidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah robekluk langsung
dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat (Stevenson et al. 2000).u

d. Penanganan Dislokasi
Menurut Stevenson (2000) prinsip dasar penanganan dislokasi adalah reposisi. Reposisi
pada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan)
dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah
terjadi, reposisi relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan untuk
menunggu berkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis dimana respon
peradanagn sudah berkurang, reposisi dapat dilakukan dengan jalan melemaskan kembali
persendian supaya dapat dilakukan penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah.

9
Pelemasan jaringan persendian dapat dilakukan dengan terapi panas maupun dengan manual
therapy pada bagian proksimal dan distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan
yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara
menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi berhasil
dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi resiko terjadinya
dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise therapy secara
terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan memperkecil resiko disl okasi ulang
(Meeuwisse 1994).

e. Penangana patah tulang (frakture)

Hal yang harus dilakukan pada keadaan patah tulang adalah olahragawan tidak boleh
melanjutkan pertandingan. Penderita harus segera direposisi oleh tenaga medis secepat
mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, sebelum terjadi respon peradangan
jaringan lunak yang dapat mengganggu proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian
yang mengalami patah tulang kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk
mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.

Kartono Mohamad (1988: 73) menjelaskan Pada cedera patah tulang, pertolongan
pertama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembidaian. Bidai atau spalk
adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) pembidaian bertujuan :

1. mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah,

2. mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah,

3. memberi istirahat pada anggota badan yang patah,

4. mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang diusebabkan oleh
kegiatan olahraga yang timbul pada saat berlatih, bertanding ataupun setelah berolahraga.
Dalam cabang olahraga pencak silat resiko cedera sangat tinggi. Cedera olahraga di sebabkan
karena adanya kontak fisik,kurang pemanasan,atau beban latihan berlebih . Cedera yang
paling sering terjadi yaitu memar,strain,sprain,luka,kram otot dan patah tulang.

Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada fase akut cedera sebelum penanganan
selanjutnya. Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, seperti
hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan
reposisi. Secara umum penanganan cedera olahraga disesuaikan dengan jenis cedera dan
proses patofisiologi cedera yang mendasari.

B. SARAN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera olahraga antara
lain adalah perlu dilakukan kegiatan pemanasan dengan melibatkan latihan dinamis
maupun statis dan perlu dilakukan pengaturan progresi latihan yang baik agar latihan
dapat diadaptasi dengan baik oleh tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

11
Subroto, joko. 1994. Pencak Silat pertahanan Diri Mengbangkan Teknik Taktik kunci
Melumpuhkan Lawan. Solo:CV.Aneka

Sudijandoko, Andun. 2000. Perawatan dan Pencegahan Cedera. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Subroto, joko. 1994. Pencak Silat pertahanan Diri Mengbangkan Teknik Taktik kunci
Melumpuhkan Lawan. Solo:CV.Aneka

Irawan, R.J. 2011. Pencegahan dan Perawatan Cedera Olahraga. Makalah tidak
diterbitkan.

Bahr, R. and I. Holme (2003). "Risk factors for sports injuries—a methodological approach."
British journal of sports medicine 37(5): 384.

Stevenson, M. R., P. Hamer, et al. (2000). "Sport, age, and sex specific incidence of sports injuries
in Western Australia." British journal of sports medicine 34(3): 188.

Van Mechelen, W., H. Hlobil, et al. (1992). "Incidence, severity, aetiology and prevention of
sports injuries. A review of concepts." Sports Medicine (Auckland, NZ) 14(2): 82.

Parkkari, J., U. M. Kujala, et al. (2001). "Is it Possible to Prevent Sports Injuries?: Review of
Controlled Clinical Trials and Recommendations for Future Work." Sports Medicine 31(14): 985‐
995.

Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aid (Pertolongan Pertama dan Pencegahan Cedera
Olahraga). Jakarta: Erlangga

Kartono Mohammad. (2001). Pertolongan Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Bambang Priyonoadi. (2012). Pencegahan Cedera Olahraga. Semnar Nasional.


Yogyakarta: UNY Press
Arif setiawan(2011).Artikel Faktor timbulnya cedera.Universitas Negri Semarang.

dr. Novita Intan Arovah, MPH. Diagnosis danManajemen Cedera Olahraga. FIK UNY

Cerika Rismayanti,M.Or. Bahan Ajar PPC Penanganan Cedera Olahraga.FIK UNY

12

Anda mungkin juga menyukai