Anda di halaman 1dari 12

TP.

PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA OLAHRAGA

( Cedera Tulang Belakang)

Dosen Pengampu :

I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or

Luh Ita Mahendrayani, S.Ft., M.Fis.

5IKI

Disusun oleh :

Ni Wayan Pujasari 2116011014

Deva Oktav Riana 2116011060

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PENJASKESREK

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah - Nya kami dapat menyelesaikan makalah TP. Pencegahan
dan Perawatan Cedera Olahraga. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or dan Ibu Dosen Luh
Ita Mahendrayani, S.Ft., M.Fis. Selaku pengampu mata kuliah TP. Pencegahan dan Perawatan
Cedera Olahraga

Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami sendiri yang bersumber dari
internet dan buku sebagai referensi, tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak
Dosen I Ketut Budaya Astra, S.Pd., M.Or dan Ibu Dosen Luh Ita Mahendrayani, S.Ft., M.Fis,
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Dan semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai calon
pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta Belajar dan
Pembelajaran, dan khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga,
menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.

Singaraja 11 september 2023

penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulis ...................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Cedera Vertebra (Tulang Belakang) ............................................................... 3
2.2. Penyebab Terjadinya Cedera Tulang Belakang ................................................................ 4
2.3. Klasifikasi Cedera veterbra ................................................................................................. 5
2.4. Pengobatan Cederan veterbra ............................................................................................. 6
2.5. Cara Mencegah Cedera vertebra ........................................................................................ 6
BAB III................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................................................. 8
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 8
3.2. Saran ...................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi
kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan
berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri.
Cedera sering dialami oleh seorang atlet, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau
patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang
profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlet olahraga, tidak
terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal
dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka
waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respons yang baik bagi pengobatan sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan
terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling
banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan
target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan. Salah satu cedera yang sering terjadi pada
atlet olahraga yaitu cedera engkel sprain.

Cedera tulang belakang yang paling sering menimbul- kan kecacatan dan kematian, dari
beberapa pe- nelitian terdapat korelasi antara tingkat cedera servikal dengan morbiditas dan
mortalitas, yai- tu semakin tinggi tingkat cedera servikal sema- kin tinggi pula morbiditas dan
mortalitasnya (Milby, 2008; Ning GZ, 2011). Sekitar 10% pasien dengan penurunan kesadaran
yang dikirim ke Instalasi Gawat Darurat akibat kecelakaan lalu lintas selalu menderita cedera
servikal, baik cedera pada tulang servikal, jaringan penunjang, maupun cedera pada cervical
spine. Kecelakaan lalu lin- tas dan terjatuh adalah penyebab sebagian besar fraktur tulang
servikal. Trauma pada servikal subaksis (C3–7) lebih umum terjadi diban- ding servikal C1
dan C2. Trauma servikal sering terjadi pada pasien dengan riwayat kecelakaan kendaraan
bermotor dengan kecepatan tinggi, trauma pada wajah dan kepala, terdapat defisi neurologis,
nyeri pada leher, dan trauma multi- ple (Grundy, 2002; Weishaupt N., 2010)..

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cedera tulang belakang ?
2. Bagaimana penyebab terjadinya cedera tulang belakang ?
3. Bagaimana klasifikasi cedera tulang belakang?
4. Bagaimana tahap pengobatan yang terjadi pada cedera tulang belakang ?
5. Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadinya tulang belakang?

1.3. Tujuan Penulis


1. Agar mengetahui tentang pengertian dari cedera tulang belakang.
2. Agar mengetahui penyebab terjadinya cederatulang belakang.
3. Agar mengetahui klasifikasi cedera tulang belakang.
4. Supaya mengetahui cara pengobatan apabila terjadinya cedera tulang belakang.
5. Supaya mengetahui pencegahan dari cedera tulang belakang.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Cedera Vertebra (Tulang Belakang)
Cedera tulang belakang adalah kerusakan pada sekumpulan sel saraf di tulang belakang.
Cedera ini dapat terjadi akibat dari cedera langsung pada sumsum tulang belakang atau dari kerusakan
jaringan dan tulang belakang (vertebra) yang mengelilingi sumsum tulang belakang. Saraf di tulang
belakang berfungsi mengirim dan menerima sinyal dari otak ke dan dari seluruh tubuh. Sinyal ini
membuat seseorang dapat merasakan sentuhan, sakit, suhu, persepsi posisi tubuh, dan menggerakkan
anggota tubuh. Jika terjadi cedera pada tulang belakang, sinyal ini akan terganggu sehingga
penderitanya dapat mengalami perubahan sementara atau permanen pada fungsi tubuh, seperti
kemampuan merasakan sesuatu, gerakan, dan kekuatan.
Cedera tulang belakang atau spinal cord injury (SCI) adalah suatu kondisi dimana
penderitanya mengalami perubahan secara fisik dan berdampak pada terhambatnya aktivitas
sehari hari yang mana aktivitas harian tersebut biasanya dilakukan tanpa bantuan orang lain.
Kristyawanti (dalam Fauziah 2008) menyatakan SCI terjadi akibat adanya patah pada tulang
belakang yang menyebabkan kelumpuhan. Secara etilogis beberapa penyebab terjadinya SCI
adalah trauma dan proses penyakit. Spinal Cord Injury (SCI) merupakan salah satu keadaan
yang memberikan dampak besar terhadap fisik, sosial dan psikologis dimana salah satu dampak
psikologis dari SCI menunjukan bahwa terdapat emosi negatif dan mempengaruhi interaksi
sosial bagi penderitanya (Dezarnaulds dan lchef, 2014).
Trauma merupakan kondisi dimana seseorang mengalami cedera karena suatu sebab
(Rasjad, 2015). Salah satu penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh
(Nayduch, 2014). Pada kasus jatuh, tergelincir dilantai hingga jatuh dari ketinggian lebih sering
terjadi yang dapat mengakibatkan fraktur femur, fraktur pelvis, cedera kepala dan cedera tulang
belakang (Nayduch, 2014). Cedera tulang belakang merupakan cedera yang paling berat,
karena dapat mengakibatkan kecacatan permanen hingga mengalami kematian (Nayduch,
2014). Cedera tulang belakang termasuk masalah kesehatan utama yang mempengaruhi
150.000 sampai 500.000 orang di Amerika Serikat, cedera baru diperkirakan sebanyak 10.000
setiap tahun (Smeltzer & Bare, 2013)

3
2.2. Penyebab Terjadinya Cedera Tulang Belakang
Menurut Dahlberg dalam Buku Modul Daftar Penyakit Kepaniteraan Klinik : SMF
Neurologi oleh Imran dan Ika Marlia, hampir 57 persen pasien yang menderita tulang belakang
adalah laki-laki dengan rata-rata umur 31 tahun. Penyebab utamanya adalah olahraga, berbagai
kecelakaan, alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.
Sheerin turut menjelaskan dalam buku yang sama, dampak dan kompresi dari cedera
saraf tulang belakang adalah kerusakan pada pembuluh darah intrameduler, pendarahan di
bagian tengah substansia grisea, dan ada kemungkinan terjadi vasospasme.
Suatu trauma yang mengenai tulang belakang dapat terjadi akibat jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas, kecelakan olahraga. Kerusakan yang dihasilkan dapat berakibat
terganggunya peredaran darah, blok saraf, pelepasan mediator kimia, kelumpuhan otot
pernapasan, nyeri hebat, dan akut anestesi. Cedera saraf tulang belakang bisa disebabkan oleh
cedera langsung dan cedera tidak langsung.
Cedera langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan atau peristiwa kekerasan yang
merusak struktur tulang belakang. Sementara itu, cedera tidak langsung dapat disebabkan oleh
penyakit pada tulang, jaringan, atau pembuluh darah di sekitar saraf tulang belakang.
Beberapa contoh kecelakaan atau kekerasan yang bisa menyebabkan cedera saraf tulang
belakang antara lain:
• Jatuh dari ketinggian
• Kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan benturan pada wajah, leher,
punggung, atau dada
• Cedera pada kepala atau tulang belakang saat berolahraga
• Luka tusuk atau tembak yang mengenai tulang belakang
• Terjun ke air dangkal dengan bagian bawah tubuh terbentur lebih dahulu
• Memutar tubuh bagian tengah terlalu kencang atau terlalu kuat
• Tersengat listrik
Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang
Secara umum, ada beberapa gejala yang mungkin muncul akibat cedera saraf tulang belakang,
di antaranya:
• Mati rasa atau kesemutan
• Kesulitan mengontrol buang air besar atau kencing
• Kesulitan berjalan
• Kesulitan bernapas karena lemahnya otot perut, diafragma, dan interkostal (tulang
rusuk)

4
• Hilangnya kemampuan menggerakkan kaki atau lengan (lumpuh)
• Sakit kepala
• Pingsan atau tidak sadarkan diri
• Syok
• Posisi kepala yang tidak wajar
• Nyeri, kekakuan, atau tekanan leher, punggung, dan anggota gerak tubuh
Gejala yang muncul akibat cedera saraf tulang belakang ini tergantung pada lokasi saraf tulang
belakang mana yang terkena.
Dampak Cedera Saraf Tulang Belakang pada Tubuh
Cedera pada saraf tulang belakang merupakan salah satu jenis cedera fisik yang sangat
serius dan dampaknya bisa bersifat jangka panjang. Informasi dari otak ke seluruh bagian tubuh
atau sebaliknya akan terganggu bila terdapat cedera pada saraf tulang belakang. Hal ini dapat
menimbulkan penurunan kemampuan tubuh dalam bergerak (motorik) dan merasa (sensorik),
baik sebagian maupun seluruh anggota tubuh. Dampak cedera saraf tulang belakang tergantung
pada tingkat kerusakan yang terjadi. Pada cedera ringan, mungkin gangguan saraf sensorik dan
motorik belum terjadi. Pada cedera yang berat, dapat terjadi kerusakan saraf yang
menyebabkan kelemahan, mati rasa, hingga kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu.
Misalnya, cedera saraf tulang belakang bagian bawah dapat memengaruhi fungsi
seksual serta kontrol saraf dan otot ke kandung kemih, usus, dan kaki. Sedangkan cedera saraf
tulang belakang pada area leher, dapat memengaruhi otot-otot pernapasan. Bahkan, bila cedera
mengenai bagian atas leher, penderita dapat mengalami kesulitan bernapas, hingga
membutuhkan alat bantu pernapasan.
2.3. Klasifikasi Cedera veterbra
Menurut Corke dalam Buku Modul Daftar Penyakit Kepaniteraan Klinik : SMF Neurologi
oleh Imran dan Ika Marlia, terdapat beberapa klasifikasi akibat cedera tulang belakang atau
medulla spinalis, yakni:

• Hiperfleksi: Biasanya akibat pukulan di bagian belakang kepala atau deselerasi kuat.
Pasien umumnya stabil dan jarang berhubungan dengan cedera neurologis.
• Hiperfleksi-rotasi: Gangguan kompleks ligamen posterior terjadi dan meskipun
serviks. cedera akar saraf tulang belakang umum stabil dan tidak biasanya berhubungan
dengan kerusakan saraf tulang belakang.
• Kompresi vertikal atau beban aksial: Kompresi yang timbul tergantung pada
besarnya kekuatan kompresi mulai cedera korpus vertebral dengan margin relatif utuh
sampai kerusakan tulang vertebra komplit. Mungkin bisa dijumpai pergeseran tulang
ke belakang sehingga bisa terjadi cedera medulla spinalis.
• Hiperekstensi: Biasanya terjadi akibat pukulan bagian depan kepala atau cedera
whiplash. Sering menyebabkan kerusakan saraf. Trauma hiperekstensi dengan fraktur
pedikel C2 dan pergeseran C2 dan C3 ke depan bisa menimbulkan "fraktur Hangman".

5
• Ekstensi-rotasi: Sering dijumpai pada cedera menyelam. Ini karena cedera menyelam
sering kali menyerang kolumna anterior dan posterior, sehingga risiko kerusakan
medulla spinalis menjadi lebih tinggi.
• Fleksi lateral: Sering bersamaan dengan cedera ekstensi dan fleksi.

2.4. Pengobatan Cederan veterbra

pengobatan cedera tulang belakang dimulai sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
Paramedis dengan hati-hati melakukan imobilisasi pada bagian tulang belakang sebelum
evakuasi. Di unit gawat darurat, imobilisasi ini dilanjutkan sementara masalah yang lebih
mengancam jiwa diidentifikasi dan ditangani. Jika pasien harus menjalani operasi darurat
karena trauma pada perut, dada atau area lain, imobilisasi dan keselarasan tulang belakang
dipertahankan selama operasi.

1.Perawatan nonbedah
Pasien cedera tulang belakang biasanya akan dirawat di unit perawatan intensif
(ICU). Pasien diberi perawatan ICU standar, termasuk mempertahankan tekanan darah yang
stabil, memantau fungsi kardiovaskular, memastikan fungsi paru-paru, serta mencegah dan
segera mengobati infeksi dan komplikasi lainnya.

2.Operasi

Dokter dapat melakukan operasi jika sumsum tulang belakang pasien tampak tertekan
karena herniasi diskus, bekuan darah atau lesi lainnya. Jika pembedahan tidak dapat
mengembalikan kerusakan sumsum tulang belakang, pembedahan mungkin diperlukan untuk
menstabilkan tulang belakang untuk mencegah rasa sakit atau deformitas di kemudian hari.
Dokter bedah akan memutuskan prosedur mana yang akan memberikan manfaat terbesar bagi
pasien.
3.Perawatan lanjutan

Pasien dengan tingkat keparahan lengkap berisiko tinggi mengalami komplikasi medis
sekunder, termasuk pneumonia, ulkus dekubitus, dan trombosis vena dalam. Pemulihan fungsi
tubuh bergantung pada tingkat keparahan cedera awal. Sayangnya, pasien dengan cedera
lengkap mungkin tidak mendapatkan kembali fungsi tubuhnya. Sementara pasien dengan
cedera tidak lengkap biasanya menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu.
Setelah pasien stabil, perawatan dan pengobatan berfokus pada perawatan suportif dan
rehabilitasi. Anggota keluarga, perawat atau pembantu yang terlatih khusus semuanya dapat
memberikan perawatan suportif, seperti membantu pasien mandi, berpakaian, dan lainnya.
Rehabilitasi biasanya mencakup terapi fisik, terapi okupasi dan konseling untuk dukungan emosional.
Setelah dirawat di rumah sakit, beberapa pasien dirawat di fasilitas rehabilitasi. Pasien lain dapat
melanjutkan rehabilitasi dengan rawat jalan.
.

2.5. Cara Mencegah Cedera vertebra

Cedera tulang belakang sering disebabkan oleh kejadian yang tidak terduga. Oleh karena itu,
yang terbaik yang dapat Anda lakukan adalah mengurangi risikonya. Beberapa tindakan yang
dapat Anda lakukan adalah:

• Selalu memakai sabuk pengaman saat berada di dalam mobil

6
• Memakai alat pelindung yang tepat saat berolahraga
• Jangan pernah menyelam ke dalam air kecuali Anda telah memeriksanya terlebih
dahulu untuk memastikannya cukup dalam dan bebas dari bebatuan

Jika Anda melihat korban kecelakaan dan mencurigai korban tersebut mengalami cedera tulang
belakang, ini adalah pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan.

• Jangan pindahkan atau gerakkan tubuh korban karena dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen dan komplikasi serius lainnya.
• Hubungi rumah sakit agar korban mendapat pertolongan medis secepatnya.
• Letakkan handuk tebal di kedua sisi leher atau pegang kepala dan leher agar tidak
bergerak sampai bantuan medis datang.
• Berikan pertolongan pertama, seperti menghentikan pendarahan tanpa menggerakkan
kepala atau lehernya.

7
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cedera tulang belakang adalah kerusakan pada sekumpulan sel saraf di tulang belakang. Cedera
ini dapat terjadi akibat dari cedera langsung pada sumsum tulang belakang atau dari kerusakan jaringan
dan tulang belakang (vertebra) yang mengelilingi sumsum tulang belakang. Saraf di tulang belakang
berfungsi mengirim dan menerima sinyal dari otak ke dan dari seluruh tubuh. Sinyal ini membuat
seseorang dapat merasakan sentuhan, sakit, suhu, persepsi posisi tubuh, dan menggerakkan anggota
tubuh

Menurut Dahlberg dalam Buku Modul Daftar Penyakit Kepaniteraan Klinik : SMF
Neurologi oleh Imran dan Ika Marlia, hampir 57 persen pasien yang menderita tulang belakang
adalah laki-laki dengan rata-rata umur 31 tahun. Penyebab utamanya adalah olahraga, berbagai
kecelakaan, alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.
Menurut Corke dalam Buku Modul Daftar Penyakit Kepaniteraan Klinik : SMF
Neurologi oleh Imran dan Ika Marlia, terdapat beberapa klasifikasi akibat cedera tulang
belakang atau medulla spinalis, yakni: Hiperfleksi, Hiperfleksi-rotasi:, Kompresi vertikal
atau beban aksial: , Hiperekstensi, Ekstensi-rotasi, dan fleksilateral.

pengobatan cedera tulang belakang dimulai sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
Paramedis dengan hati-hati melakukan imobilisasi pada bagian tulang belakang sebelum
evakuasi. Di unit gawat darurat, imobilisasi ini dilanjutkan sementara masalah yang lebih
mengancam jiwa diidentifikasi dan ditangani. Jika pasien harus menjalani operasi darurat
karena trauma pada perut, dada atau area lain, imobilisasi dan keselarasan tulang belakang
dipertahankan selama operasi.

Cedera tulang belakang sering disebabkan oleh kejadian yang tidak terduga. Oleh karena
itu, yang terbaik yang dapat Anda lakukan adalah mengurangi risikonya, Selalu memakai sabuk
pengaman saat berada di dalam mobil, Memakai alat pelindung yang tepat saat berolahraga,
Jangan pernah menyelam ke dalam air kecuali Anda telah memeriksanya terlebih dahulu untuk
memastikannya cukup dalam dan bebas dari bebatuan

3.2. Saran
Yang perlu ditekankan pada pembahasan materi pada makalah cedera tulang belakang ini,
pembaca dan penulis dapat memahami, mengetahui, dan menambah wawasan tentang definisi,
penyebab, klasifikasi, pencegahan dan penangangan pada cedera tulang belakang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ciatawi, Kartini dan Tiffany. 2022. Patofisiologi Spinal Cord Injury. Universitas Sumatera
Utara.

Dinata, I Gede Surya dan Anak Agung Gede Wira Pratama Yasa.2021. The Overview of
Spinal Cord Injury. Ganesha Medicina journal. Vol 1 No 2. Universitas Pendidikan
Ganesha:Singaraja.

Sasongko, Laras Prabandini. 2022. Spinal Cord Injury. Reasuransi Jiwa:Artikel.

Tyas, Humaera Elphananing. 2022. “Artikel: Spinal Cord Injury : Apakah Itu? Bagaimana
Pertolongan Pertama dan Penanganannya?”. Humas.rsugm:Universitas Gadjah
Mada.

Wahyudi, Latif. 2012. Penatalaksaan Terapi Latihan Pada Post Fraktur Kompresi Vertebra
Servikal V Frenkle A. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai