Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti. Tidak lupa kami dari
kelompok 4 yang beranggotakan 4 orang, yakni:
1. Muh. Arazzi Hidi(NIM 210301500024)
2. Afdal (NIM 210301501053 )
3. Muh. Azwar Bardin (NIM 210301501059)
4. Fuji Astuti (NIM 210301502041)
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pencegahan Dan Perawatan
Cedera Oalahraga Bapak Dr. Benny Badaru, M.Pd yang telah membimbing dan
memberi arahan dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman
seperjuangan yang telah memberi masukan dan pandangan kepada kami selama
menyelesaikan makalah ini.
Makalah berjudul “PERAWATAN CEDERA FRACTURES” ini disusun
untuk memenuhi tugas semester 4 mata Pencegahan Dan Perawatan Cedera
Oalahraga. Pemilihan judul ini didasarkan kententuan dari Dosen pengajar.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar
sehingga dapat memberi inspirasi bagi para pembaca, terutama pada akademisi
olahraga.
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur
yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Olahraga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam
kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh seseorang.
Olahraga dapat dimulai sejak usia dini hingga usia lanjut dan dapat dilakukan setiap
hari.
Aktivitas olahraga yang dilakukan memiliki banyak manfaat bagi
Kesehatan tubuh. Namun tidak menutup kemungkinan aktivitas olahraga juga akan
menyebabkan cedera pada anggota tubuh. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
seseorang untuk terkena cedera ketika berolahraga. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Ward, 2016)cedera olahraga dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari
persiapan yang buruk, atlet yang terlalu antusias, masalah biomekanik atau dapat
juga disebabkan karena kecelakaan murni, seperti jatuh dari sepeda, tabrakan yang
tak terhindarkan maupun terpeleset.
Cedera olahraga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat
terjadi dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang lama. Selain
itu, cedera juga dapat berdampak pada kondisi ekonomi seseorang. Cedera olahraga
dapat terjadi dalam berbagai macam jenis olahraga, baik olahraga hiburan, olahraga
kompetitif, olahraga ekstrim serta olahraga non-ekstrim.
Cedera dalam dunia olahraga mempakan sesuam yang sangat ditakuti baik
oleh pemain (atlet), pelatih (coach), manajer, maupun oleh suporter. Menurut
Syamsuri E (1984: 36) cedera adalah memar atau luka, atau dislokasi dari otot,
sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan (bodycontac) atau
gerakan yang berlebihan, sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat menahan
beban atau menjalankan tugasnya. Cedera dalam dunia olahraga yaitu rusaknya
jaringan (lunak atau keras) baik otot, tulang, atau persendian yang disebabkan oleh
kesalahan teknis, benturan, atau akrivitas yang melebihi batas beban latihan
(overtraining yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri dan atau akibat dari
kelebihan latihan dalam memberikan pembebanan yang terlalu berat (overload),
sehingga otot, tulang, atau persendian tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis
(dislokasi), (G. La. Cava, 1995: 145). Menurut Hadianto W (1995: 11) cedera dalam
olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada waktu latihan ataupun pada
waktu pertandingan. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hadiyanto W
(1995: 15) cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan,
yaitu: cedera ringan/ cedera tingkat pertama, cedera sedang/cedera tingkat kedua,
dan cedera berat/cedera tingkat ketiga.
Salah satu jenis cedera olahraga yang dapat dialami yakni cedera fraktur
(fracture). Cedera fraktur atau biasa disebut dengan patah tulang adalah cedera
yang cukup banyak dialami oleh atlet olahraga ataupun orang yang gemar
berolahraga. Berdasarkan pernyataan tersebut maka perlu dilakukannya pengkajian
mengenai cedera pada saat berolahraga khususnya cedera fraktur (fracture).
1.3 Tujuan
Selain itu definisi Fraktur yang dikemukaan oleh (Pelawi et al., 2019) adalah
terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun kelainan
patologis. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price Sylvia A & Wilson, 2003). Patahan tersebut mungkin saja tidak lebih dari
suatu retakan, biasanya patahan tersebut lengkap dan fragmen tulangnya bergeser.
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis,
dibagi menjadi beberapa kelompok menurut (Suriya & Zuriati, 2019) yaitu :
a. Berdasarkan tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris dan yang lainnya.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:
1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang)
2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang
c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
1. Fraktur komunitif: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur segmental: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3. Fraktur multiple: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
d. Berdasarkan posisi fragmen:
1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen,
e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang di timbulkan)
1. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen.
2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
a) Grade I: dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan
jaringan lunak minimal, biasanya tipe fraktur simpletransverse dan fraktur
obliq pendek.
b) Grade II: luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, fraktur komunitif sedang da nada kontaminasi.
c) Grade III: yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak yang esktensif, kerusakan meliputi otot, kulit dan struktur
neurovascular. Grade III ini dibagi lagi kedalam:
III C: fraktur grade III, dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki,
dan berisiko untuk dilakukan amputasi.
1. Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan.
2. Bidai traksi Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya,
hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada
patah tulang paha.
3. Bidai improvisasi Merupakan bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat
dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang
tersedia dan kemampuan improvisasi penolong. Contoh : majalah, koran, karton
dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat Pembidaian dengan menggunakan pembalut,
umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita
sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh :
gendongan lengan
1) Pembidaian harus meliputi dua sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian
adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang . Contoh jika tungkai bawah
mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki dan
lutut.
2) Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan tidak
memaksa gerakan, jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan apa adanya.
3) Beri bantalan empuk pada anggota gerak yang dibidai.
4) Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur ,jangan mengikat tepat di daerah
fraktur dan jangan terlalu ketat.
Dari hasil penelitian (Ismunandar, 2020) Berbagai hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan meminimalkan cedera pada atlet muda antara lain:
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlet baik
cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan
lebih lama tanpa kelelahan.
3) Pertandingan/Periombaan
Area dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam,
buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah, Alam dapat selalu
berubah ubah karena iklim. sedang sintetik yang telah banyak dipakai dapat
rusak, Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi penyebab
cedera.
4) Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau
yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang
stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera
berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan
harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris dan yang lainnya.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:
Fraktur komplit,Fraktur tidak komplit
c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
Fraktur komunitif, Fraktur segmental, Fraktur multiple
d. Berdasarkan posisi fragmen:
Fraktur undisplaced (tidak bergeser), Fraktur displaced (bergeser)
e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang di timbulkan)
Fraktur tertutup (closed), Fraktur terbuka (open/compound),
f. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma:
Fraktur tranversal, Fraktur oblik, Fraktur spiral, Fraktur kompresi, Fraktur
avulsi