FRAKTUR FEMUR
OLEH :
Charly Grenvando Rumengan
21200017
Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
hikmat dan tuntunan-Nya saya dapat menyelesaikan Proposal studi kasus ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hipertensi”.
Saya Menyusun proposal ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat
mengikuti ujian akhir Diploma III di Akademi Keperawatan Rumkit Tingkat III
Manado.
Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini saya mengalami banyak
hambatan namun atas bantuan berbagai pihak berupa semangat, bimbingan,
nasehat, petunjuk, maupun saran-saran sehingga Proposal ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini masih terdapat
kekurangan untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan dan kelengkapan Proposal ini.
Akhir kata saya mengharapkan kiranya Proposal ini bisa bermanfaat dan
memberikan wawasan kepada pembaca dalam upaya peningkatan pelayanan
Kesehatan
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
A. Tinjauan Teori.............................................................................................4
BAB III..................................................................................................................27
METODE PENELITIAN.......................................................................................27
A. Pendekatan/Desain Penelitian..................................................................27
D. Prosedur Peneitian.......................................................................................28
F. Analisa Data...............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah
penyakit Jantung Koroner dan Tubercolosis. Fraktur disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik, kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun
kecelakaan lalu lintas (Noorisa dkk, 2017).
Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap
integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis
maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri
operasi fraktur menyebabkan pasien sulit untuk memenuhi Activity Daily
Living. Nyeri terjadi karena luka yang disebabkan oleh patahan tulang
yang melukai jaringan sehat (Kusumayanti,2017).
Badan kesehaan dunia World Health Of Organization (WHO) 2019
Menyatakan bahwa insiden fraktur semakin meningkat mencatat terjadi
fraktur kurang lebih 15 juta orang dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur
pada tahun 2018 terdapat kurang lebih 20 juta orang dengan angka
prevalensi 4,2% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 21 juta orang
dengan angka pravalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu lintas (mardiono
dkk, 2018). Data yang ada di Indonesia kasus fraktur paling sering yaitu
fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus sebanyak 17% fraktur
tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil,
motor, atau kendaraan rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah
pria 73,8% (Desiartama & Aryana, 2018).
Penyebab utama fraktur adalah peristiwa trauma tunggal seperti
benturan, pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur atau miring, dislokasi,
penarikan, kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologi) (Noorisa,
2017).
1
Penatalaksanaan pada fraktur dengan tindakan operatif atau
pembedahan (Mue DD, 2017). Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat
mengakibatkan masalah atau komplikasi seperti kesemutan, nyeri,
kekakuan otot bengkak atau edema serta pucat pada anggota gerak yang
dioperasi (Carpintero,2017).
Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah dengan kasus Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Masalah Post OP Fraktur Femur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu
Bagaimana gambaran umum mengenai penerapan asuhan keperawatan
pada klien dengan fraktur femur?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menguraikan asuhan keperawatan medical bedah dengan Post
OP Fraktur Femur.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui data dari hasil pengkajian keperawatan dengan
fraktur femur.
b. Untuk mengetahui masalah dan menegakan diagnosa keperawatan
dengan frakur femur.
c. Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan dengan fraktur
femur.
d. Untuk mengetahui tindakan keperawatan dengan fraktur femur.
e. Untuk mengetahui evaluasi hasil asuhan keperawatan dengan
fraktur femur.
A. Manfaat
1. Untuk institusi
2
Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan
dalam kegiatan belajar mengajar khususnya asuhan keperawatan
dengan fraktur femur.
2. Untuk penulis
Dapat dijadikan pedoman dalam menambah wawasan ilmiah bagi
penulis dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Fraktur
a. Pengertian
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok (Jitowiyono 2018).
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Padila, 2017).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson 2019). Fraktur
dibagi dalam beberapa jenis, yaitu 1. Fraktur komplet yaitu patah
pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran (bergeser dari posisi normal), 2, fraktur tidak komplet
yaitu patah yang terjadi hanya pada sebagian setengah dari garis
tengah tulang, 3. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak
menyebabkan robeknya kulit, 4. Fraktur terbuka
(komplikata/kompleks) merupaan fraktur dengan luka pada kulit
atau membran mukosa sampai kepaahan tulang (Smeltzer, 2015).
2. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
cidera, stress, dan melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti
fraktur patologis (Apleys & Solomon, 2018).
4
Menurut Purwanto (2016) Etiologi/penyebab terjadinya fraktur
adalah :
a. Trauma langsung
Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur
b. Trauma tidak langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain, oleh karena
itu kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
c. Kondisi patologis
Terjadi karena penyakit pada tulang (degeneratif an kanker tulang)
3. Patofisiologi
Fraktur adalah gangguan pada tulang biasa disebabkan oleh adanya
gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan
patologik. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan,
maka volume darah menurun. COP (cardiac output) menurun maka
terjadi perubahan perfusi jaringan. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
gesekan yang dapat menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Pada umumnya pada klien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Silvia, 2013)
Jejas yang timbul karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi
tubuh, sebagai contoh vasokonstriksi progresif dari kulit, otot dan
sirkulasi viseral. Karena adanya cidera, respon terhadap kekurangan
volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai
5
usaha untuk menjaga output jantung pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkat tahanan pembuluh perifer. Hal ini
akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan
nadi, tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ.
Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam
sirkulasi sewaktu terjadi syok, termasuk histamine, bradikardinin, beta-
endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain.
Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini,mekanisme
kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah dengan cara
kontraksi volume darah didalam sistem vena sistemik. Cara yang paling
efektif untuk memulihkan kardiak tingkat seluler, sel dengan perfusi
dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esesial yang
sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi
energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke
metabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam
laktat dan berkembangnya asidosis metabolik. Bila syoknya
berkepanjangan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosine triphosphat) tidak memadai, maka membran tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang,
yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan fase
ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi
medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya.
Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling
menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang
menempelkan fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.
Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel
jaringan masenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah
menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid dan osteoid ini
mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto
rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi.
6
Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus
tulang.
4. Pathway
Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi Patologis
tulang rapuh
Diskotinuitas
tulang
Fraktur
Pergeseran fragmen
tulang
Merusak jaringan
sekitar
8
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi
sebagai akibat trauma dan perubahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah terjadi
cedera.
6. Pemerikaan fisik
1. Pemeriksaan fisik fokus
Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada paha. Sering
didapatkan keluhahan nyeri pada luka terbuka.
1. Look : pada fraktur terbuka terlihat adanya luka terbuka dengan
deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan
lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka pada fragmen
tulang yang keluar dan apakah terdapatnya kerusakan pada
jaringan berisiko meningkat pada respon syok hipovolemik.
Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang
mengantarkan pada resiko tinggi terjadinya infeksi. Pada fraktur
tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi deformitas,
pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, krepitasi,
pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
akibat ada trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini dapat terjadi setelah beberapa jam atau beberapa
setelah cidera.
2. Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan krepitasi
3. Move : daerah tungkai yang patah tidak bole digerakkan, karena
akan memberi respon trauma pada jaringan lunak disekitar
ujung fragmen tulang yang patah (Muttaqin, 2015).
7. Pemeriksaan penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosa fraktur adaah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rontgen
9
Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI:
Memperhatikan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada mulltipel.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliens ginjal
6. Profil kagulasi
Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
multiple, atau cidera hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016).
8. Komplikasi
a. Komplikasi segera (immediate) : komplikasi yang terjadi segera
selah fraktur adalah syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan
syaraf, atau perlukaan kulit.
b. Early complivation : dapat terjadi seperti osreomilitis, emboli,
nekrosis, nekrosis dan syndrome compartemen.
c. Late complica : sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi
antara lain adalah kaku sendi, degenarasi sendi, penyembuhan tulang
terganggu (malunion).
9. Penatalaksaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan
lokasi serta usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur
menurut(Muttaqin, 2015) :
10
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang
terjadi akibat benturan, terjatuh atau tertimpah benda keras yang
menjadi alasan kuat pasien mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan
bersihkan perdarahan dengan cara diperban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal
ini hanya boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh
ahli beda untuk mengembalikan tulang keposisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau
papan dari kedua posisi tulang yang patah unruk menyanggah agar
posisi tulang tetap stabil.
5. Berikan analgesic untuk megurangi rasa nyeri pada sekitar
perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi.
Prinsip penanganan frakur adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan
posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang atau imobilisasi
(Sjamsuhidayat & Jong, 2015).
11
menghentikan perdarahan dengan bidai, menghentikan
perdarahan besar dengan klem.
c. Pemberian antibiotic
d. Dibredemen dan irigasi sempurna
e. Stabilisasi
f. Penutup luka
g. Rehabilitasi
h. Live saving
Semua penderita patah tulang terbuka diingat sebagai penderita
dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain
yang serius. Hal ini perlu ditekankan bahwa terjadinya patah
tulang diperlukan gaya yang cukup kuat yang sering kali dapat
berakibat total dan berakiba multi organ. Untuk live saving
prinsip dasar yaitu airway, breathing, circulation.
i. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat dengan
terbukanya barrier jaringan lunak maka patah tulang tersebut
terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa
periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka yang terjadi
masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena
itu penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau
dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer
menempati urutan prioritas ke 6. Sasaran akhir ini adalah
mencegah sepsis, penyembuhan tulang, dan pulihnya fungsi.
j. Pemberian antibiotik
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat
bervariasi tergantung dimanapatah tulang itu terjadi.
Pemberian antibiotik yang tepat sukar untuk ditentukan hanya
saja sebagai pemikiran sadar. Sebaiknya antibiotika dengan
spectrum luas untuk kuman garam positif maupun negatif.
k. Debridemen dan irigasi
12
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada
daerah patah terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan
lokal yang mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman
dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam
jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tindakan keperawatan dan
landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan
dan ketelitian tengtang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pad tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. Register, tanggal MRS, diagnosa
medis.
b. Keluhan utama
Pada umunya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari
13
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan :
14
sangat beresiko akan terjadi ostemyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat proses penyambungan tulang.
2) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua yaitu, pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis). Hal ini perlu dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah
yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a) gambaran umun
1. Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda seperti :
a) kesadaran klien : apatis, spoor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan,
sedang, dan berat pada fraktur biasanya akut.
c) Tanda-tanda vital idak normal karena adanya gangguan
baik fungsi maupun bentuk.
15
2. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a) Sistem integumen
Terdapat iretema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, edema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
(pembengkakan kelenjar tiroid), refleks menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun perubahan bentuk. Tidak ada
lesi, simetris, edema.
e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan).
f) Telinga
Test bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan, simetris.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan faring
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
i) Thoraks
Tidak ad pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris tidak ada pembengkakan.
j) Paru
Inspeksi, pernafasan meningkat, regular atau tidak
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
16
dengan paru. Palpasi pergerakan sama atau simetris,
fermitus raba sama. Perkusi, suara ketok sonor, tidak ada
tambahan lainnya sperti stridor dan ronchi.
k) Jantung
Inspeksi, tidak tampak iktus jantung, palpasi, nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi, suara SI dan SII
tunggal, tidak ada mur-mur.
l) Abdomen
Inspeksi, batuk datar, simetris, tidak ada hernia, palpasi,
turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba. Parkusi, suara thympani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi, peristaltik usus normal kurang lebih 20
kali/menit.
m) Inguinal, genetalia, anus
Tidak ada hernia, tidak ad pembesaran lymphe, tidak
kesulitan BAB.
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi
Hal yang harus lihat pada x-ray :
1) bayangan jaringan lunak.
2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum
atau biomekanik atau juga rotasi.
3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
4) Sela nadi serta bentuknya arsitektur sendi
b) Pemeriksaan laboratorium
1) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
2) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukan kegiatan osteoblastik dalam membentuk
tulang.
17
3) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat
dehidrogenase, aspartat amino transferase, aldolase
yang meningkat pada tahap penyumbuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
1) Pemerksaan mikroorganisme kultur dan tes sensivitas
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi
2) Biopsy ulang dan otot : pada intinya pemeriksaan ini
sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih di
indikasikan bila terjadi infeksi.
3) Elektromygrafi : terdapat kerusakan induksi saraf yang
di akibatkan fraktur.
4) Artrhoscopy : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan.
5) Indium imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan
adanya infeksi pada tulang.
6) MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
b. Analisa data
Data yang dapat dikumpulkan kemudian dikelompokan dan
dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk
mengelompokannya dibagi menjadi dua data yaitu, data subjektif dan
data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang
timbul (Padila, 2012).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk menidentifikasi
respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
18
berkaitan dengan kesehatan. Dalam penusunannya telah disesuaikan
dan dikembangkan dari standar praktik keperawatan indonesia yang
dikeluarkan oleh PPNI tahun 2005.
19
2. Intoleransi Aktivitas
(D.0056)
Kategori : fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab Imobilitas
20
3. intervensi keperawatan
21
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI) I.08238
1. D.0077 L.08066 Menajemen Nyeri
Nyeri Akut Tingkat Nyeri
Definisi:
nyeri akut Definisi: Mengidentifikasi dan
berhubungan Pengalaman mengelola pengalaman
dengan agen sensorik atau sensorik atau emosional yang
pencedera fisik emosional atau berkaitan dengan kerusakan
fungsional, dengan jaringan atau fungsional
onset mendadak dengan onset mendadak atau
atau lambat dan lambat dan berintensitas
berintensitas ringan ringan hingga berat dan
hingga berat dan konstan.
konstan
Tindakan:
Ekspetasi: a. Obsevasi
Menurun 1) Identifikasi skala nyeri
22
2. (D.0056) L.050447 I.05178
Intoleransi Toleransi Menajemen Energi
Aktivitas Aktivitas
Intoleransi Definisi:
aktivitas Definisi: Mengidentifikasi dan
berhubungan Respon fisiologis mengelola penggunaan energi
dengan terhadap aktivitas untuk mengatasi atau
imobilitas yang membutuhkan mencegah kelelahan dan
tenaga mengoptimalkan proses
pemulihan.
Ekspektasi:
Meningkat Tindakan:
a. Observasi
Kriteria hasil: 1) Identifikasi gangguan
1. Kemudahan fungsi tubuh yang
melakukan mengakibatkan
aktivitas sehari- kelelahan
hari
Meningkat (5) b. Teraupeutik
2. Keluhan lelah 1) Sediakan lingkungan
Menurun (5) nyaman dan rendah
3. Dispnea saat stimulus
aktivitas
Menurun (5) c. Edukasi
4. Dispnea setelah 1) Anjurkan tirah baring
aktivitas
Menurun (5) d. Kolaborasi
5. Perasaan lemah 1) Kolaborasi dengan ahli
Menurun (5) gizi tentang cara
peningkatan asupan
makanan
23
3. (D.0039) L.03032 I.02068
Risiko Syok Tingkat Syok Pencegahan Syok
24
4. Penatalaksanaan/implementasi
Pelaksanaan adalah pelaksanaan tindakan yangharus dilakukan
berdasarkan diagnosa keperawatan. Pelaksanaan tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan oleh sebagian perawat, perawat
secara mandiri atau bekerja sama dengan tim kesehatan luar. Dalam
hal ini perawat adalah pelaksana asuhan keperawatan yaitu
memberikan pelayanan keperawatan dengan tindakan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah untuk membantu klien dalam
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping.
Implementasi yang muncul pada klien fraktur meliputi :
a. Menghilangkan nyeri
b. Mempertahankan intregritas kulit
c. Mempertahankan kebutuhan volume cairan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari suatu proses keperawatan,
evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan daari hasil
yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayat, 2016).
Terdapat dua macam evaluasi yaitu evaluasi formati (proses)
yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif (hasil) yang
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien
pada waktu tertentu (Hidayat, 2016).
Terdapat tiga kemungkinan asil evaluasi :
a. Tujuan tercapai apabila klien telah menunjukan perbaikan
kemajuan sesuai kriteria yang ditetapkan.
25
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan ini tidak tercapai
secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebabnya dan cara
mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila klien tidak menujukan
kemajuan sama sekali bahkan tidak timbul masalah baru.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adlah deskriptif analitik dalam bentuk literatur
review kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
klien dengan Fraktur Femur. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
27
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUP Prof Dr.R.D Kandou
Manado. Waktu penelitian pada klien yaitu pada tanggal 18-20 Mei 2020.
D. Prosedur Peneitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebgai berikut:
1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu
maupun melalui media internet.
2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus
yang telah diperoleh.
3. Setelah disetujui oleh pembimbing, kemudian membuat review kasus
dari klien.
F. Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
28
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Tekniik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan
jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Teknik analisis yang digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menggunakan data untuk selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang sudah ada sebagai
bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31