OLEH:
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-nya dan karunia-
Nya penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan laporan ini. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan lansia dengan
Fraktur di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar", ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian demensia dan konsep asuhan keperawatan
pada lansia dengan demensia.Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan
yang terbaik. Namun semua itu pasti masih ada kekurangan di dalam penyusunan laporan ini, kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan dalam
penyusunan laporan ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 TUJUAN................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................2
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................................................2
2.1.1 Definisi fraktur................................................................................................................2
2.1.2 Etiologi...........................................................................................................................2
2.1.3 Tanda dan gejala.............................................................................................................2
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................................3
2.1.5 Patoflowdiagram.............................................................................................................3
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................3
2.1.7 Penatalaksanaan..............................................................................................................4
2.1.8 Komplikasi......................................................................................................................4
2.1 Konsep Keperawatan Gerontik.........................................................................................5
2.2.1 Definisi...........................................................................................................................5
2.2.2 Karakteristik Keperawatan Gerontik..............................................................................5
2.2.3 Lingkup Keperawatan Gerontik.....................................................................................5
2.2.4 Pengembangan Profesional Keperawatan Gerontik.......................................................6
2.2.5 Aspek Etis Dan Legal Dalam Praktek Keperawatan Gerontik.......................................6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Dengan Fraktur..................................6
2.2.1 Pengkajian.......................................................................................................................6
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................8
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN.................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nye
ri di PSTW Batu Sangkar.
2. TUJUAN KHUSUS
1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah n
yeri di PSTW Batu Sangkar.
2. Menetapkan diagnosa asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah ny
eri di PSTW Batu Sangkar.
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri
di PSTW Batu Sangkar.
4. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah ny
eri di PSTW Batu Sangkar.
5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien fraktur dengan masalah nyeri di
PSTW Batu Sangkar.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi fraktur
Menurut smelter 2002 dalam arif muttaqin (2012) fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontuinitas jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (sjamsuhidayat,2005 dalam Arif Muttaqin,2012)
Fraktur pada lansia terkait dengan jatuh dan penyakit yang telah ada,seperti
metastasis kanker,osteoporosis,dan penyakit skeletal lainnya. Tempat fraktur paling
sering adalah kaput femur,dengan insiden wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Fraktur
tulang mereka lebih rapuh. Tulang lansia juga sembuh lebih lambat, yang meningkatkan
risiko komplikasi akibat imobilitas.
2.1.2 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung,gaya mengamuk, gerakan punter
mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem, letih karena otot tidal dapat mengabsorbsi
energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang Fraktur sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan,atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotorPada
orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada laki laki yang
berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormone pada menopause (Reeves, 2001 dalam Arif Muttaqin2012).
2
2.1.4 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya. Faktor- faktor yang mempengaruhi fraktur:
a. Faktor Ekstrinsik : Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
b. Faktor Intrinsik Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2.1.5 Patoflowdiagram
2.1.8 Komplikasi
a. Non-union, delayed union, atau mal-union tulang dapat terjadi, yang
menimbulkan deformitas atau hilang nya fungsi
b. Sindrom kompartemen dapat terjadiSindrom kompartemen ditandai oleh
kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh
pembengkakan dan edema di daerah fraktur.
c. Embolus lemak dapat timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang
4
2.1 Konsep Keperawatan Gerontik
2.2.1 Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa
(Wiwik Widiyawati, 2019).
Maka dari itu lansia membutuhkan perawatan khusus lansia yaitu keperawatan gerontik
untuk meningkatkan kesehatan, dan membantu pemenuhan kesejahteraan pada lansia.
Keperawatan Gerontik atau Keperawatan Gerontology adalah keperawatan lanjut usia dalam
menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi dan seni dalam merawat dan
meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif.
Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu dan kiat teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri dari bio- psikososial-
spritual dan kultural yang holistik, di tujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Wiwik Widiyawati, 2019) Oleh
karena itu perlunya peningkatan ilmu untuk keperawstan gerontik, serta membantu pemenuhan
dan kesenjangan lansia di indonesia, baik biopsikososial- spiritual.
5
Praktek keperawatan medikal bedah terdiri dari 2 yaitu :
a. Independent berupa kegiatan yang telah dianalisa dari data tentang aspek aspek
kesehatan pasien yang bisa diintervensi oleh keperawatan melalui proses keperawatan.
b. Interdependent merupakan kegiatan yang saling ketergantungan (kolaboratif)
Kolaboratif adalah proses di mana 2 orang atau lebih bekerja sama (webster)
Ciri-ciri kolaborasi :
1) Kolaborasi bekerja sama dalam perencanaan dan memutuskan apa yang harus
dilakukan
2) Kolaborasi mempunyai kemandirian yang esensial, kerjasama dalam bidang yang
spesifik
3) Komunikasi formal, terbatas
4) Ada fleksibilitas, kebebasan tukar peran dan tanggung jawab
5) Ada kebersamaan dalam peerencanaan dan tindakan serta tanggung jawab
b. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital:
a) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, anxietas,
atau hipotensi
b) Tachikardi (respon stres, hipovolemi)
c) Penurunan tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian
2. Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
3. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
4.Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot
5. Kebas/ kesemutan (parastesis)
6. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
7. Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi
8. Agitasi, berhubungan dengan nyeri, anxietas atau trauma lain
9. Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)
10. Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
11. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap/ hati-hati)
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium:
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit
sering Rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luasPada masa penyembuhan Ca dan P
meengikat di dalam darah.
2) Radiologi:
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasiCT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
7
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
9
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
10
DAFTAR PUSTAKA
Paulus, F, I. (2022). Tinjauan Pustaka Konsep Penyakit, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8807/5/Chapter%202.pdf. Diakses Pada 30 Oktober 2023.
PPNI (2016). Stadar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
11