Disusun Oleh :
- Isma Solihat (012016019)
- Ristianti Yulia. P (012016035)
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.6 Bandung Telp. (022) 7305 269
Maret 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Konsep
dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Head Injury dan Fraktur”.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB II).
Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan, maupun pada materi.Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya jauh lebih baik.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................4
A. Fraktur...........................................................................................................4
1. Definisi......................................................................................................4
2. Jenis – Jenis Fraktur..................................................................................4
3. Etiologi Fraktur.........................................................................................7
4. Manifestasi Klinis......................................................................................7
5. Patofisiologi Fraktur..................................................................................8
6. Proses Penyembuhan Fraktur....................................................................8
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9
8. Penatalaksanaan Fraktur..........................................................................10
9. Komplikasi..............................................................................................13
B. Head Injury.................................................................................................13
1. Definisi....................................................................................................13
2. Etiologi....................................................................................................13
3. Manifestasi Klinis....................................................................................14
4. Klasifikasi Cedera Kepala.......................................................................14
5. Patofisiologi.............................................................................................18
6. Penatalaksanaan.......................................................................................18
ii
7. Pemeriksaan diagnostik...........................................................................19
BAB III..................................................................................................................26
TINJAUAN KASUS..............................................................................................26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HEAD INJURY DAN FRAKTUR....................................................................27
A. Pengkajian...............................................................................................27
B. Analisa Data............................................................................................33
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas........................................35
D. Rencana Asuhan Keperawatan................................................................36
BAB IV..................................................................................................................40
PENUTUP..............................................................................................................40
A. Kesimpulan.................................................................................................40
B. Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala yang sinonimnya adalah trauma kapitis = head injury =
trauma kranioserebral = traumatic brain injury merupakan trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanen. Statistik negara-
negara yang sudah maju menunjukkan bahwa trauma kapitis mencakup 26%
dari jumlah segala macam kecelakaan, yang mengakibatkan seseorang tidak
bisa bekerja lebih dari satu hari sampai selama jangka panjang. Kurang lebih
33% kecelakaan yang berakhir pada kematian menyangkut trauma kapitis. Di
luar medan peperangan lebih dari 50% dari trauma kapitis terjadi karena
kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh.
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering
mengalami fraktur daripada lakilaki yang berhubungan dengan meningkatnya
insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari fraktur dan head injury?
2. Apa saja etiologi dari fraktur dan head injury?
3. Bagaimana manifestasi klinis pada fraktur dan head injury?
4. Bagaimana patofisiologi dari fraktur dan head injury?
5. Bagaimana penatalaksanaan untuk fraktur dan head injury?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk fraktur dan head
injury?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari fraktur dan head injury.
2. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur dan head injury.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada fraktur dan head injury.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur dan head injury.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk fraktur dan head injury.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk fraktur dan head
injury.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Fraktur
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar
dari yang dari yang dapat diabsopsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir, mendadak dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga
akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke
otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat figmen tulang.
4
utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya.
5
5
3. Etiologi Fraktur
a. Kejadian terjatuh
b. Kecelakaan kendaraan bermotor
c. Olahraga
8
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi Fraktur
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang,maka periosteum serta
pembuluh darah di dalm korteks sumsum tulang dan jaringan lunak
disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk
diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosteum dan
akhirnya jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Kerussakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensi yang
menyebabkan sel-sel dan jaringan lunak disekitarnya serta dari rongga
sumsum tulang akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah
keseluruh tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast di
dalam periosteum,endosteum, dan sumsum tulang akan memproduksi
osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami
klasifikasi, yang juga disebut kalus ). Osteoid akan mengeras
disepanjang permukaan luarkorpus tulang dan pada kedua ujung
patahan tulang sel-sel osteoblast mereabsorpsi material dan tulang
9
7. Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
yang cedera.
b. Bone scans, tomogram atau MRI scans.
c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
d. CCT kalau banyak kerusakan otot.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Leukosit turun/meningkat, eritrosit dan albumin turun, Hb,
Hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah
(LED) meningkat bila ada kerusakan jaringan lunak sangat luas,
pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, trauma otot
meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi :
perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple
atau cedera hati.
8. Penatalaksanaan Fraktur
Terapi tergantung dari kondisi klien, keadaan luka, lokasi fraktur,
jenis fraktur, Tujuan terapi fraktur adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi atau mencegah fraktur lebih parah ( Reduction )
Reduction adalah mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomi.
Metode dengan manipulasi tertutup atau terbuka. Manipulasi
tertutup dengan memberikan tekanan secara manual pada daerah
fraktur dari permukaan kulit dan dilakukan traksi. Manipulasi
terbuka atau operasi dilakukan dengan pemasangan peralatan
didalam kaki pasien misalnya pen, setelah itu dilakukan rekontruksi.
b. Imobilisasi
Imobilisasi adalah upaya untuk mencegah mobilisasi dari bagian
yang mengalami injuri, hal ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan bagi fragmen tulang untuk menyatu kembali.Imobilisasi
dapat dilakukan dengan pemasangan alat interna atau eksterna.
c. Penyembuhan bagian yang mengalami injuri ( Restorasi )
1) Terapi obat
11
9. Komplikasi
a. Deformitas dan disfungsi
b. Nekrosis aseptik
c. Syok hipovolemik
d. Kontraktur otot
e. Sindrom kompartemen
f. Emboli lemak.
14
g. Nekrosis avaskular
h. Osteomyelitis
i. Perdarahan
B. Head Injury
1. Definisi
Head Injury atau cedera kepala merupakan cedera yang meliputi
trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak (Morton,2012).
Cedera kepala dapat bersifat terbuka (Menembus melalui dura
mater) atau tertutup (Trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui
dura)(Corwin, 2011).
2. Etiologi
a. Kecelakaan mobil
b. Perkelahian
c. Jatuh
d. Cedera Olahraga
e. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau
f. Cedera akibat kekerasan.
3. Manifestasi Klinis
a. Fraktur tengkorak
Keluarnya cairan serebrospinal atau
cairan lain dari hidung ( rhinorrhoe) dan
telinga (otorhoe), kerusakan saraf kranial,
serta perdarahan di belakang membran
timpani.
b. Komosio serebri
Muntah tanpa nausea, nyeri pada lokasi cedera, ketidak mampuan
untuk berkonsentrasi.
c. Kontusio serebri
Perubahan tingkat kesadaran, lemah, sulit berbicara,kejang,
kelumpuhan pada saraf kranial.
15
d. Hematoma epidural
Hilangnya kesadaran,gangguan penglihatan.
e. Hematoma subdural akut
Sakit kepala, peningkatan TIK , otot wajah melamah.
f. Hematoma subdural kronis
Gangguan mental, sakit kepala hilang timbul, dan perubahan pola
tidur.
5. Patofisiologi
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu kepala. Cedera
percepatan aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur
kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau
karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan deselerasi
adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak,
19
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi
secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak
langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan
cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi
pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada
substansi alba dan batang otak. Namun bila trauma mengenai tulang
kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera
kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf
kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
mobilitas (Brain, 2009)
6. Penatalaksanaan
a. Observasi dan tirah baring
b. Pembedahan dan evekuasi hematoma
c. Dekompresi melalui pengeboran lubang didalam otak
d. Ventilasi mekanis (ABC) dan cairan
e. Antibiotik
f. Pemberian diuretic (furosemid) untuk menurunkan tekanan pada
intrakranial dan antiinflamasi
g. Tindakan pada peningkatan TIK (pemberian manitol)
h. Terapi untuk mempertahankan homeostatis
i. Pertahankan kepatenan jalan napas
j. Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung ,telinga dan mulut
k. Pemberian obat – obatan analgetik
l. Pembedahan bila adanya indikasi
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiograf
Dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan atau bekuan darah
yang terjadi.
b. Angiografi serebral
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
Di bagian paha kiri terdapat luka hecting dengan 4 jahitan dan pada
lutut bagian kaki kiri terdapat luka terbuka ±4 cm. Terdapat
pembengkakan pada area fraktur femur sinistra. Kaki kiri dilakukan traksi
dengan beban ±5 kg. Pada area traksi pasien merasakan nyeri, ujung area
distal masih dapat digerakkan dengan gerakan sirkular. Kekuatan otot kaki
kanan dan kiri 5/1.
Hasil foto rontgent kepala tampak adanya hematom sub dural sebelah
kiri dan temporal. Selanjutnya pasien dirawat di Neurosurgical Intensif
Unit.
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Biografi
1) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Marital : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tgl Masuk : Tidak terkaji
Tgl Pengkajian : Tidak terkaji
No. Medrec : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Head Injury dan Fraktur
2) Identitas Penanggung Jawab
28
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan kesadaran.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. A Dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar.
Menurut pengantarnya, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
yaitu pada saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan
tinggi dan tidak menggunakan helm pelindung, tiba-tiba
menabrak truk bagian belakang karena truk tersebut mengerem
mendadak sehingga dahi terbentur cukup keras. Setelah
menabrak kemudian terpental dan terjatuh ke arah kiri sehingga
kepalanya kembali membentur aspal. Sebelum pingsan pasien
sempat muntah 1 kali.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak terkaji, namun harus ada yang terkaji sebagai
berikut : penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat, dioprasi,
imunisasi, alergi, pengobatan yang pernah dijalani, penyakit
yang dialami ketika masih kecil dan penyakit dahulu yang sama
dengan penyakit sekarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
4) Pemeriksaan fisik
a) System pernafasan
Terdapat memar disekitar hidung. Data yang harus ditambahkan: ada
cuping hidung, kebersihan hidung, bibir sianosis, kesimetrisan dada
dan punggung saat nafas, ada luka di dada, terpasang alat bantu nafas,
perkusi dada, ada nyeri tekan di dada, masa, tekstur, ada krepitasi,
suara paru, nafas ireguler/tidak.
b) System kardiovaskuler
Ujung area distal tidak pucat. Data yang harus ditambahkan: lihat
kejelasan ictus cordis, ada kebiruan pada bagian dada jantung, palpasi
dada, CRT berapa, akral hangat/diagnosis, CTR (Cardio Thorax
Ratio) berapa.
c) System pencernaan
Tidak terkaji. Data yang harus ditambahkan: kesimetrisan abdomen,
warna abdomen, asites atau tidak, luka di abdomen, ada spider
navy/tidak, tekstur, kebersihan lidah, sariawan, gigi dan mulut, mulut
kering/tidak, peristaltik usus berapa, perkusi abdomen dan hepar,
palpasi abdomen, keras/tidak, masa, ada mual/muntah.
d) System integument
Ada luka robek di dahi dan berdarah sekitar 9 cm horisontal, memar
disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak mata pasien agak
memar kebiruan. Di bagian kaki kiri terdapat luka hecting dengan 4
jahitan dan pada lutut bagian kaki kiri terdapat luka terbuka ±4 cm.
30
e) System musculoskeletal
Terdapat pembengkakan di area fraktur femur sinistra. Kaki kiri
dilakukan traksi dengan beban ±5 kg. Pada area traksi pasien
merasakan nyeri, ujung area distal masih dapat digerakkan dengan
gerakan sirkular. Kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/1.
f) System perkemihan-genital
Terpasang Kateter
Pengkajian yang harus ditambahkan: ada nyeri tekan, teraba distensi
kandung kemih/tidak, palpasi ginjal di dada, masa, tekstur.
g) Sistem Sensori/persepsi
Telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian sudah mengering.
h) System persarafan
Klien dapat merasakan sensasi raba, tidak ada kesemutan.
- N1 (Olfaktorius)
Kaji apakah klien mampu membedakan bau minyak kayu putih atau
kopi
- N II (Optikus)
Kaji apakah klien dapat/tidak dapat melihat tulisan atau objek dari
jarak yang jauh.
- N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor,
diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm reflek cahaya (-) dan
sebeleh kiri 5cm reflek cahaya (+), Kaji apakah mata klien
mampu/tidak mampu menggerakkan bola mata kesegala arah dan sulit
mengangkat mata.
- N V (Trigeminus)
Kaji apakah klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
- NVII (Fasialis) : Klien tidak memiliki tremor/kelumpuhan dimuka
- NVIII (Auditorius) : Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat,
yaitu perawat berbicara dengan suara dan intonasi yang jelas dan agak
keras agar dapat mendengar dengan baik.
31
BAK
- Frekuensi
- Warna
- Keluhan
3 Personal Hygine Kaji personal hygine Kaji personal hygine klien
- Mandi klien sebelum sakit saat sakit
- Keramas
32
f. Data Spiritual
Hubungan klien dg Allah SWT, spirit dari siapa saja, melaksankan sholat
saat sehat-sakit, sakit menurut agaman klien seperti apa.
g. Data Sosial
Berisi hubungan klien dg yang lain, keluarga, teman, kerabat dan perawat.
h. Data Penunjang
1) Hasil radiologi
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom sub
dural sebelah kiri dan temporal.
2) Terapi yang diberikan
a) Posisi Kepala Head up 300.
b)
dehidrasi
B. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1. DS : Trauma kepala Penurunan
- Menurut penolong kapasitas adaptif
pasien di tempat Kerusakan jaringan otak tekanan intrakranial
kejadian pasien
muntah sebanyak Merobek vena subdural
1x.
DO : Hematoma subdural
- TD : 160/100
mmHg TIK
- N : 60x/mnt
- RR : 30x/mnt TD , RR , pupil anisokor,
kepala tampak
adanya hematom
subdural sebelah Penurunan kapasitas adaptif
- GCS 5 (Sopor)
2. DS : - Trauma kepala Ketidakefektifan
pola nafas
DO: Kerusakan jaringan otak
- RR: 30x/menit
- Ujung area Merobek vena
distal tidak
pucat
Hematoma subdural
34
TIK
O2
Kebutuhan O2
3. DS : - Trauma Kerusakan
Intergitas kulit
DO
- Dahi robek dan
berdarah sektar 9 Terbentur
cm
- Memar disekitar
kedua pelipis dan Fraktur
hidung
- Di bagian paha
kaki kiri terdapat
luka hecting Luka terbuka dan luka hecting
dengan 4 jahitan
- Pada lutut bagian
kaki kiri terdapat
35
No Diagnosa Keperawatan
1 Penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien head up 30 derajat 1. Posisi head up 30 derajat
adaptif intrakranial b.d
keperawatan selama 3x24 dapat mengurangi beban
cedera kepala
jam diharapkan tekanan tekanan intracranial
intra kranial menurun 2. Monitor tanda-tanda vital dan 2. Suatu keadaan normal bila
dengan kriteria hasil : tingkat kesadaran GCS tiap 4 jam sirkulasi serebral
- Kesadaran Somnolen terpelihara dengan baik
- Pupil memberikan atau fluktuasi ditandai
refleks saat diberi dengan tekanan darah
cahaya sistemik. Dengan
- Klien tidak muntah peningkatan darah
terjadinya peningkatan
TIK
3. Evaluasi pupil, amati ukuran, 3. Reaksi pupil dan
ketajaman, dan reaksi terhadap pergerakan kembali dari
cahaya bola mata merupakan
tanda dari gangguan saraf
jika batang otak terkoyak.
Reaksi pupil diatur oleh
saraf ketiga kranial
(okulomotorik) yang
menunjukkan keutuhan
batang otak. Ukuran pupil
menunjukkan
keseimbagan antara
parasimpatis dan simpatis.
Respon terhadap cahaya
merupakan kombinasi
fungsi dari saraf kranial II
dan III.
38
kelembaban kulit
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
dari yang dapat diabsopsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan puntir, mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Jenis Fraktur ada terbuka dan tertutup. Kemudia etiologi fraktur adalah :
• Kejadian terjatuh
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Olahraga
• Pemakaian obat yang mengganggu kemampuan penilaian atau mobilitas
• Usia muda (immaturitas tulang)
• Tumor tulang
• Penyakit metabolik
• Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis latrogenik seperti preparasi
steroid.
Penanganannnya yaitu dengan :
- Gips
- Amputasi
- Traksi
Head Injury atau cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak, dan otak bersifat terbuka dan tertutup.
Etiologi nya adalah :
Kecelakaan mobil
Perkelahian
41
Jatuh
Cedera Olahraga
Cedera kepala terbuka disebabkan oleh peluru atau pisau
42
43
B. Saran
Penulis memberi saran untuk lebih memperhatikan kesehatan diri dan
pola hidup yang lebih sehat, dengan makanan yang bernutrisi dan jaga
kesehatan tulang sehingga baik untuk kesehatan tulang, agar terhindar dari
berbagai gangguan sistem muskuloskeletal. Dan pada Head Injury mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
cedera kepala, dapat menilai batasan GCS, lebih teliti dalam memberikan
intervensi keperawatan kepada klien dengan cedera kepala, dapat
memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di
rumah sakit maupun di rumah dan semoga apa yang disampaikan penulis bisa
bermanfaat dan memberi pengetahuan untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA