KELOMPOK 1
TUTORIAL 09
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya pola napas tidak efektif antara lain (Tim Pokja SDKI,
2016):
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelelahan otot
pernapasan) Deformitas dinding dada
c. Deformitas tulang dada
d. Gangguan neuromuscular
e. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
f. Imaturitas neurologis
g. Penurunan energi
h. Obesitas
i. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
j. Syndrome hipoventilasi
k. Kerusakan inervasi diagfragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
l. Cedera pada medulla spinalis
m. Efek agen farmakologis
n. Kecemasan
3. MANIFESTASI KLINIS
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak
beberapa jam setelah kelahiran. Kasus RDS kemungkinan besar terjadi pada
bayi yang lahir prematur.
Tanda-tanda gangguan pernapasan ini dapat berupa
dispnea/bradipnea/takipnea,sianosis,retraksisuprasternal/epigastrik/intercostal,
grunting expivasi, pernapasan cuping hidung, menurunnya daya compliance
paru-paru, hipotensi sistemis (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda
lebih dari 3-4 detik), penurunan keluaran urine, penurunan suara napas dengan
ronkhi, takhikardi saat terjadinya asidosis, dan hipoksemia (Fida & Maya,
2012).
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor resiko utama yang berpengaruh bukanlah usia gestasi, tetapi
kematangan paru (Maryunani, 2013). Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan terjadinya RDS adalah :
a. Prematuritas, terutama pada bayi yang lahir kurang dari 35 minggu.
b. Bedah Caesar tanpa persalinan.
c. Bayi dengan ibu diabetes militus.
d. Perdarahan antepartum.
e. Asfiksia neonatorum.
f. Kembar kedua.
g. Laki – laki lebih beresiko dari wanita dengan perbandingan 2 : 1
5. KLASIFIKASI
6. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh aveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang
Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan
yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas
dari rongga udara bagian distal menyebabkan desquamasi dari epithel sel aveoli
type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini, Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerusakan
pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga
menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah Membran Hyaline
yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir, ephitelium
mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses
penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit
yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering
berlanjut menjadi Bronchpulmonal Dislapsia (BPD) (Suriadi & Yulianni, 2010)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Cecily & Sowden (2009) pemeriksaan penunjang pada bayi dengan RDS
yaitu:
1. Kajian foto thoraks
Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
8.PENATALAKSANAAN
Neonatus yang mengalami RDS harus ditangani secepatnya agar tidak
menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan (fida & maya, 2012).
Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan:
a. Lingkungan yang Optimal
Suhu tubuh harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,
5 -37◦C). Untuk memperoleh suhu ini, anak bisa diletakkan di dalam
inkubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat, yaitu 70-80%.
b. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen harus hati-hati karena dapat berpengaruh kompleks
terhadap bayi yang lahir prematur. Untuk mencegah timbulnya
komplikasi tersebut, pemberian O2 sebaiknya dikuti dengan
pemeriksaan analisis gas darah. Tekanan jalan napas positif secara
kontinu melalui kanul nasal untuk mencegah kehilangan volume
selama ekspirasi.
c. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik bertujuan mencegah infeksi sekunder. Bayi dapat
diberi penisilin dengan dosis 5.0000-10.0000 U/kg BB/hari dengan
atau tanpa gentamicin 3-5/kg BB/hari.
d. Pemberian Surfaktan Eksogen
Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen melalui endotrakbeal tube. Obat ini terbukti sangat
efektif dalam mengobati terjadinya RDS
9.EVIDENCE BASED PRACTICE IN NURSING
Jurnal 1
Judul jurnal : Nursing Care to Newborns with Respiratory Distress Syndrome
in Intensive Care Unit (Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir
dengan Gangguan Pernafasan Sindrom di Unit Perawatan Intensif)
Peneliti : Larissa Mendonça Torres1, Anelly Barbara Feitosa de Paiva2,
Antônia Emanuella Oliveira Diniz2, Brenda Carla de Oliveira
Moreira2, Yanna Gomes de Sousa3, Soraya Maria de Medeiros3,
Jovanka Bittencourt Leite de Carvalho3
Afiliansi :1. Department of Nursing, Federal University of Rio Grande do
Norte, Natal, Rio Grande do Norte, Brazil.
2. Nursing School, Potiguar University, Mossoró, Rio Grande do
Norte, Brazil.
3. Department of Nursing, Federal University of Rio Grande do
Norte, Natal, Rio Grande do Norte, Brazil.
Latar Belakang : Insufisiensi pernapasan progresif dan frekuensi tinggi, sesak
napas karena ketidakdewasaan dan atelektasis paru-paru menjadi
ciri RDSNB. Manifestasi klinis RDSNB memiliki berbagai tingkat
takipnea, hidung melebar, retraksi, erangan, dan sianosis. Apnea
dapat terjadi sekunder akibat hipoksemia dan gagal napas. Ketika
RDSNB tidak diobati, hal itu dapat menyebabkan masalah besar
lainnya dan dalam beberapa kasus, bahkan dapat berakibat fatal.
RDSNB disorot dalam angka kematian neonatal. Sekitar 60% bayi
baru lahir dengan usia kehamilan kurang dari 30 minggu akan
mengalami penyakit ini, dan juga sekitar 5% selama 37 minggu.
Struktur paru tidak lagi diisi dengan cairan untuk menjadi ruang
yang lapang dan dengan pertukaran gas dan mereka perlu
beradaptasi dengan lingkungan yang tidak stabil secara termal dan
aktivitas metabolisme intrauterin yang berbeda. Menghadapi
parahnya gambaran RDSNB, diperlukan perawatan intensif untuk
bayi baru lahir yang terkena penyakit ini. Dengan demikian,
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah lingkungan terapeutik
yang tepat untuk perawatan dan rehabilitasi bayi baru lahir (NB).
NB perawatan bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
hipoksemia, memperbaiki perubahan seperti hipotermia dan
asidosis metabolik, mencegah sintesis surfaktan, mempertahankan
homeostasis, karena memungkinkan pemulihan paru untuk
mensintesis lesitin surfaktan; dan mencegah atelektasis alveolar
progresif melalui penggunaan CPAP atau respirator. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan kebutuhan untuk memahami aktivitas dan
asuhan keperawatan di NICU pada pasien RDS, dan
kekhususannya, mencari wawasan dan kontribusi keperawatan
dalam pemulihan/promosi pasien. Pilihan topik penelitian muncul
dari kedekatan penulis dengan bidang yang terlibat, Unit
Perawatan Intensif dan Neonatologi. Ketertarikan pada RDSNB
adalah setelah penelitian bibliografi ketika diperlukan untuk
meneliti penyakit yang mempengaruhi bayi baru lahir tetapi
memiliki relevansi yang lebih besar daripada yang lain.
Tujuan : Untuk mengidentifikasi prosedur utama yang dilakukan oleh staf
keperawatan pada bayi baru lahir dengan sindrom gangguan
pernapasan.
Metode : Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dilakukan
melalui wawancara semi terstruktur dengan tujuh perawat di
Neonatal Intensive Care Unit. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Agustus hingga Oktober 2015. Untuk analisis data
digunakan analisis isi.
Hasil : Wawancara dilakukan dengan perawat NICU yang memiliki kode
untuk menjaga identitas mereka, dijelaskan pada tabel di bawah
ini:
Menampilkan subjek penelitian Hanya satu dari tujuh perawat yang
berspesialisasi dalam neonatologi. Hanya dua dari mereka yang
memiliki pengalaman yang diperlukan menurut RDC 50/2009 -
ANVISA9 untuk bekerja di area tersebut. Diskualifikasi enam
perawat pada neonatologi spesifik tidak membuat buruknya sektor
kualitas pelayanan yang dikembangkan oleh perawat tersebut.
Mereka dapat memberikan layanan yang gesit dan kompeten,
memberikan yang terbaik yang mereka bisa.(Tabel 1)
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan hasil pemeriksaan
fisik, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus. Pengkajian pada bayi RDS bertujuan untuk mengetahui
fisiologis dasar pada bayi RDS.
Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik berawal dari pengkajian
data mengenai identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan
utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
kehamilan dan kelahiran, riwayat penyakit keluarga, riwayat tumbuh
kembang, psikologi keluarga, pola kebiasaan sehari hari, dan pemeriksaan
fisik sesuai dengan sistem tubuh, sebagai berikut:
1. Pengkajian Pernafasan dilakukan dengan
a) Observasi bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrian,
adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lainnya.
b) Observasi otot aksesori: Pernafasan cuping hidung, retraksi
dada .
c) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
d) Auskultasi bunyi pernafasan: Stridor, mengi, ronchi, area
yang tidak ada bunyinya, keseimbangan bunyi nafas.
e) Observasi saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan
tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida.
f) Secara singkat, perhatikan: Bentuk cuping hidung, dada
simetris atau tidak, otot-otot pernafasan retraksi intercostae,
subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi nafas ada ronchi
atau tidak
2. Pengkajjian Kardiovaskuler pada Bayi RDS
Pengkajian sistem kardiovaskuler dilakukan untuk mengukur
tekanan darah, menghitung denyut jantung, dan menilai
pengisian kembali kapiler pada bayi.
a) Tentukan frekuensi, irama jantung, dan tekanan darah
b) Auskultasi bunyi jantung, termasuk adanya mur-mur
c) Observasi warna kulit bayi seperti adanya sianosis, pucat,
dan ikterik pada bayi
d) Kaji warna kuku, membrane mukosa, dan bibir
e) Gambaran nadi perifer, pengisian kapiler (< 2-3 detik)
3. Pengkajian Gastrointestinal pada Bayi RDS
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah mengecek refleks
mengisap dan menelan, menimbang berat badan bayi,
mendengarkan bising usus dan observasi pengeluaran mekonium.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja
SDKI, 2016).
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu fisiologis,
psikologis, perilaku, relasional, dan lingkungan. Lima kategori tersebut
dapat dibagi lagi menjadi 14 subkategori.
Penyebab dari pola napas tidak efektif adalah depresi pusat
pernapasan, hambatan upaya napas (misalnya nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang
dada, imaturitas neurologia, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilasi, dan efek agen farmakologis (Tim Pokja SDKI,
2016).
Diagnosa Keperawatan dari Respiratory Distress Syndrome
(NANDA,2015)
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Penumpukan
Alveolar-Kapiler
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan
Penumpukan Sekret pada Paru-Paru
4. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan Prosedur Invasif,
Terpajan Kuman Patogen
5. Hipotermia berhubungan dengan Adaptasi Lingkungan Luar
Rahim
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Dan juga merupakan perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Surasmi (2013) , Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Dan juga Mengakhiri rencana tindakan terhadap pasien (apabila
klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan)
D. KESIMPULAN
Sindrom distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD). Penyakit membran
hialin atau idiopathic respiratory distress syndrome (IRSDS) disebabkan oleh
kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada alveoli yang mencengah kolaps
paru. PMH seringkali terjadi pada bayi prematur, karena produksi surfaktan,
yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup
menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula
kemungkinan terjadinya PMH. Kelainan ini merupakan penyebab utama
kematian bayi prematur.
Diagnosa keperawatan dari respiratory distress syndrome (NANDA,2015)
yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan alveolar-
kapiler, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
pada paru-paru, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,
terpajan kuman patogen, dan hipotermia berhubungan dengan adaptasi
lingkungan luar rahim.
E. DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo dan Marmi (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.
Jakarta : Pustaka Belajar
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta
:Trans Info Medika. Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian
Kesehatan.
Fida & Maya. (2012). Pengantar Ilmu kesehatan Anak. Jogyakarta: D-Medika
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi.
5. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id