Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Gawat Darurat

DI SUSUN OLEH:

ANDI NORA
14420202138

PRESEPTOR INSTITUSI PERSEPTOR LAHAN

Sintawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep A. Masnidar, S.Kep., Ns

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. Konsep Medis
1. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di
dinding otot perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya
terdiri dari kulit , peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah
Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Pembedahan
mendadak termasuk faktor yang terjadi peningkatan tekanan intra-
abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban berat
atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-
abdomen berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Rozany et
al., 2017).
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan
paha atau skrotum. Biasanya orang awam menyebutnya turun bero atau
hernia. Terjadi Hernia inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah
ke bawah melalui dinding sehingga menerobos usus (Wahid et al., 2019).
2. Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum
adalah mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan,
mengedan, asites (terjadi kumpulan cairan abnormal di daerah rongga
perut), aktifitas fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya hernia menurut
Black & Hawks, (2016) yaitu :
a. Hernia Inguinal
1) Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen.
a) Kelemahan jaringan
b) Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal
c) Trauma
2) Terjadi tekanan pada intra abdominal
a) Obesitas
b) Mengaambil barang berat
c) Mengejan Konstipasi
d) Kehamilan
e) Batuk dalam jangka waktu lama
f) Prostate Hipertropi
b. Hernia Hiatal
Faktor hernia hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi
karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko
terjadinya Hernia Hiatal adalah: Pertambahan usia, kegemukan, dan
Merokok.
c. Hernia Umbilical
Hernia Umbilical/Umbilikus terdapat jika penutupan umbilikus
(didapat tali pusar) tidak sempurna.
d. Hernia Femoralis
1) Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,
kegemukan dan keturunan penahan ikat.
2) Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa,
degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan
mengangkat benda – benda berat, batuk krinikm gangguan BAB,
dan gangguan BAK.
3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Wahyuningsih et al, (2021) yaitu :
a. Berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau kongenital
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal.
Penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir mengalami. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum dapat
mengalami prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut belum dapat melalui kanalis tersebut tetapi dalam
beberapa hal, kanalis ini belum merekat. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya sebelah kanan bias
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena
tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra- abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita.
2) Hernia dapatan atau akuisita
Hernia kongenital / didapat dan ditemukan pada bayi
sedangkan hernia akuisita / didapat, pertama terjadi ketahanan
dinding otot perut ditemukan saat sudah dewasa. Proses ini
mengakibatkan hernia eksternal pada bayi umumnya dikarenakan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang terjadi disaat bayi
masih dikandungan dan umumnya tidak dipastikan penyebabnya.
b. Sedangkan menurut sifatnya adalah sebagai berikut :
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu jika isi hernia jika keluar masuk. Maka Usus keluar bila
saat berdiri atau jongkok dan mengedan dan bisa masuk lagi jika
keadaan terlentang atau dipaksa masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
Yaitu keadaan isi dalam rongga hernia belum bias
dikembalikan ke dalam rongga.biasanya dikarenakan oleh
perlekatan dari dalam kantong pada peritonium kantong hernia.
Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada mengeluh rasa nyeri ataupun tanda
penyempitan usus.
c. Berdasarkan letaknya
1) Hernia femoralis
Hernia femoralis pengeluaran dari lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Kondisi anatomi ini sering menyebabkan
inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya ditemui
pada perempuan pada usia lanjut,yang sering terjadi perempuan
diperkirakan 4 kali dari lelaki. Keluhan merupakan benjolan di
selangkangan paha yang timbul terutama saat keadaan melakukan
kegiatan yang meningkatkan penekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini bisa berkurang pada
waktu terlentang. anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis di lipat paha ini yang menyebakan Pintu masuk pada hernia
femoralis.
2) Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis membentuk hernia kongenital pada
umbilikus yang bila tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini bisa
didapat kkurang lebih 20% bayi dan angka ini lebih sering terjadi
pada bayi prematur. Dan belum bias membagi angka kejadian
antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis
merupakan terjadinya pembekakan yang terdapat didalam rongga
perut yang lewat melalui cincin umbilikus akibat peningkatan
tekanan intraabdomen, dan disertai bayi menangis. Hernia ini tidak
menimbulkan nyeri dan tidak pernah tetapi hanya terjadi sekali
sekali inkarserasi.
Hernia umbilikalis terjadi pada orang dewasa lebih banyak
dengan wanita dan oleh sebab itu kemajuan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. kondisi
hernia ini terjadi pada pembedahan yang terjasi secara yang tidak
adekuat dikarenkan masalah terjadi pascaoperasi seperti infeksi,
nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
3) Hernia sikatriks (hernia insisional)
Hernia ini yang ada pada luka bekas laparotomi. Anestesi kulit
mengakibatkan Sayatan pada nervus dan paralisis otot pada segmen
melalui oleh saraf yang bersangkutan
4) Hernia inguinalis
Hernia Inguinalis adalah merupakan sesuatu usus masuk
melalui sebuah lubang melalui dinding perut yang suatu kondisi
dimana sebagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis. Saluran ini berbentuk tabung yaitu Kanalis inguinalis,
yang menyebakan tempat turunnya buah testis (buah zakar) dari
perut menuju skrotum (kantung zakar) hal ini sering terjadi
sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis didapat kan sejak dari
bawah sebelum melahirkan atau masih dalam kandungan.
(kongenital) dan bisa (akuisita). Klien laki- laki lebih banyak dari
pada klien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan,
yaitu terjadi dibagian korda spermatika keluar diantara perut dan
masuk ke dalam skrotum, hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Hernia ini merupakan hernia inguinal lateralis, karena melalui
antara rongga peritoneum menuju anulus inguinalis internus
yang merupakan lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
selanjutnya hernia masuk dari kanalis inguinalis dan bila
terjadinya sangat cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini terjadi, maka
pembengkaan akan sampai ke menuju skrotum, disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia terdapat di dalam muskulus
kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam tali sperma. Menurut Erfandi (2009),
Hernia ini terjadi apabila terjadi pada cincin inguinalis dan bisa
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia ini bisa menimgkat sangat
besar dan menuju ke skrotum. Pembekakan itu bias menjadi
mengecil atau menghilang pada saat tidur. Bila menangis,
mengejan dan mengangkat benda dengan kondisi yang berat
dengan keadaan posisi klien berdiri bisa mencul kembali.
b) Hernia inguinalis direk
Pembengkakan langsung melalui segitiga Hesselbach, di bagian
inferior daerah yang dibatasi oleh ligament tuminguinale,
pembuluh epigastrika inferior di daerah lateral dan pinggir otot
rektus di antara medial disebut juga hernia inguinalis medialis.
Berbentuk segitiga Hasselbach terjadi oleh fasia transversal
jika dieratkan oleh serat aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang seakan akan belum sempurna sehingga
keadaan masih lemah. Hernia medialis, sebab belum keluar
melewati kanalis inguinalis ke skrotum, dasarnya tidak diikutii
strangulasi karena cincin hernia longgar. Menurut Erfandi
(2009), Hernia ini melalui tepi abdomen di daerah kelemahan
otot, jarang melewati kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia
inguinalis direk secara perlahan terjadi didaerah yang lemah di
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta secara
langsung menuju anulus inguinalis eksterna walaupun anulus
inguinalis interna dipaksa bila klien berdiri atau mengejan,
akan timbul benjolan. Jika hernia ini sampai ke skrotum, maka
akan sampai ke daerah atas skrotum, walaupun testis dan
funikulus spermatikus belum dapat dipisahkan dari masa
hernia. Pada klien terlihat ada massa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang bisa mengecil bila klien terlentang.
Karena ukuran lebih besar defek pada dinding posterior maka
hernia ini belum bisa menjadi ireponibilis.
4. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan proses usvaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu
melalui kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jikacukup panjang
maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena
kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan
hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas
akan terganggu (Rozany et al., 2017)
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala illeus Yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang
bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltic usus
yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul
gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi
merah (Rozany et al., 2017)
5. Manifestasi Klinik
Menurut Wahyuningsih et al., (2021) manifestasi yang dapat muncul
adalah :
a. Gejala klinis
hernia banyak diketahui oleh kondisi isi hernia tanda yang muncul
seperti berupa adanya pembengkakan di selangkangan dipaha yang
timbul saat waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan tidak ada
setelah terlentang. Keluhan nyeri jarang dijumpai bila ada yang
dirasakan di dibagian epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantong hernia. Hernia inguinalis yang sering
pada anak yaitu hernia inguinalis lateralis (indirect). 60% dari kasus
herniainguinalis terjadi saat dibagian sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan
10% bilateral.
b. Tanda Klinis
Tanda klinis pada pengkajian fisik behubungan dengan isi hernia. Pada
saat inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan
pada lipat paha, bahkan benjolan sering tampak meskipun klien tidak
mengedan. Pada pengkajian dilakukan palpasi, teraba pembengkaan
yang teraba kenyal, isinya berbentuk usus, omentum atau ovarium,
juga dapat ditentukan apakah hernia itu dapat didorong masuk dengan
jari/ direposisi. Sewaktu aukultasi bisa terdengar bising usus dengan
melakukan stetoskop yang isi hernia berisi seperti usus.
6. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari hernia menurut Sesa & Efendi,
(2015) antara lain :
a. Hernia berulang
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Infeksi pada luka
e. Nyeri kronis atau akut
f. Pembengkakan testis karena atrofi testis
g. Rekurensi hernia (sekitar 2%)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut
N u r a r i f , ( 2 0 1 5 ) adalah sebagai berikut :
a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan
pada bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin.
Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada
pasien dengan nyeri kronis pada groin.
b. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara
klinis,
c. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.

8. Penatalaksanaan
Penanganan hernia menurut (Nurarif & Kusuma,
2015)terbadi atas dua yaitu :
a. Konservatif (Townsend CM)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive
sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas :
b. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan herniareponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
c. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum
peritonii atau abdomen
d. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
e. Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada
1) Hernia reponibilis
2) Hernia irreponibilis
3) Hernia strangulasi
4) Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas M. obliquus
intraabominalis dan M. transversus abdominis yang berinsersio di
tuberculum pubicum)
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar
LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada
bermacam-macam menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini,
Halstedt, Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia
femoralis dikerjakan dengan cara Mc. Vay)
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi
2 yaitu :
1) Anak berumur kurang dari 1 tahun : Menggunakan teknik Michele
Benc
2) Anak berumur lebih dari 1 tahun : Menggunakan teknik POTT

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Identitas Klien :
Penyakit Hernia sering terjadi pada anak2 dan pada dewasa yang
mengerjakan kegiatan berlebihan, melakukan pengangkatan benda berat.
a. Keluhan utama
Ada pembengkakan di inguinal dan terasa nyeri.
b. Riwayat penyakit sekarang ;
Biasanya klien mengeluh nyeri, ada benjolan, mual muntah.
c. Riwayat penyakit sebelumnya ;
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita
klien.
d. Riwayat psiko, sosio, dan spiritual
e. Aktivitas/istirahat
f. EliminasiGejala ;
1) Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
2) Adanya retensi urine.
g. Istirahat tidur
Penurunan kualitas tidur.
h. Personal hyegiene
Penurunan kebersihan diri, ketergantungan.
i. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
j. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku
pada leher.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Kepala dan leher
3) Dada
4) Abdomen
5) Ekstremitas
6) Genetalia Pemeriksaan penunjang
7) Cahya X abdomen menandadakan tanda tidak normalnya kadar
gasyang terdapat pada usus/ obstruksi usus.
8) Cara mengetahui darah lengkap dan serum elektrolit dapat
menghaslkan peningkatan konsentrasi (peningkatan hemotokrit),
peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangannya elektrolit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehata
(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017) :
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan padaoperasi


c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya
mikroorganisme sekunder terhadap luka
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018)

a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jamdiharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)
- Tampak rileks
- TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100
x/menit, S : 360 C, RR : 16-20 x/menit)
Intervensi :
Mandiri
1) Observasi Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
2) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
3) Observasi TTV
4) Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur
luka/inflamasi
5) Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam,
lingkungan yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi
1) Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan kurang volume cairan dapat teratasi
Kriteria hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor kullit baik
- Haluaran urine adekuat
- intake Oral, Prenatal adekuat
- TTV dalam batas normal (TD : 120/80 x/menit, RR : 16-20x/menit,
S : 360 C, N : 60-100 x/menit)

Intervensi :
Mandiri
1) Awasi TD dan Nadi
2) Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler
3) Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi
Kolaborasi
1) Pertahankan penghisapan gaster atau usus
2) Berikan cairan infus dan elektrolit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor,
Fungsiolaesa)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhanIntervensi :
Mandiri
1) Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
meningkatnya nyeri abdomen, perubahan mental
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang
baik, dan perawatan luka septic
3) Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi
1) Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan
2) Berikan antibiotik sesuai indikasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan defisit perawatan diri teratasi.
Kriteria hasil :
- Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri Intervensi :
Mandiri
1) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan
pasien sendiri
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
4) Berikan perawatan sesuai kebutuhan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus tahap implementasi asuhan
keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari individu dan masalah yang
spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam implementasi
asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus, perencanaan,
dan pengajaran (Wilkinson, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan
klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan
efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah (8 Buku 1). PT
Salemba Emban Patria.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC NOC (2 ed.). Yogyakarta: MediAction.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC (Jilid 3). Jogjakarta: Mediaction.

Rozany, F., Yuliansyah, N., & J Susilo, S. (2017). Panduan Praktek Klinis dan
Clinical Pathway Sebagai Solusi Efisiensi Pembiayaan Diagnosa Hernia
Inguinalis, Appendisitis, dan Sectio Caesarea di RSI Gondanglegi. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 115–119.
https://doi.org/10.18196/jmmr.6135

Sesa, I. M., & Efendi, A. A. (2015). Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis


Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2012.
Healthy Tadulako Journal, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.22487/htj.v1i1.1

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1


ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta: DPP PPNI.

Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia inguinalis lateralis
dextra dengan hemiparese sinistra *. Medical Profession (MedPro0, 1(1),
12–15.

Wahyuningsih, A. S., Saputro, H., Kurniawan, P., & Kota, P. K. (2021). The
Analysis Of Anxiety Factor About The Patients Anxiety Phase Before
Hernia Surgical Operation In Hospital. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ),
9(3), 613–620. https://doi.org/10.26714/jkj.9.3.2021.613-620

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan: Diagnosis NANDA-1,


Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai