Di Susun Oleh :
Anita Sartika Otolua
P2003031
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan
penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut
osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan
kecelakaan dapat menimbulkan dampak lain yang terjadi yaitu trauma kepala
dan kecacatan. Tingginya angka kecacatan menyebabkan angka kejadian
fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering adalah fraktur colles,
yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan
karena benturan dengan tenaga yang kuat seperti kecelakaan sepeda motor
atau mobil (Oktavia, 2010).
Penatalaksanaan bertujuan untuk fraktur distal radius mengembalikan
fungsi gerak normal semaksimal mungkin. Akan tetapi perlu dilakukan
penilaian terlebih dahulu untuk menentukan ada tidaknya kondisi emergensi
fraktur radius distal adalah reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips.
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengkajian pada pasien fraktur
2. Mahasiswa mengetahui manajemen askep pada pasien yang mengalami
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Anterior :
1. Fleksor carpi radialis palmaris longus et. Brevis
2. Fleksor carpi ulnaris brachioradialis
3. Fleksor digitorum abductore pollicis longus et. Brevis
4. Fleksor retinaculum Fleksor pollicis longus et. Brevis
Komponen tulang:
umum fraktur ditandai dengan rasa nyeri, memar, bengkak, tidak dapat bergerak
maksimal, mati rasa, dan pergelangan tangan tergantung ke arah yang tidak
normal (deformitas). Bila bagian terfraktur tidak terlalu nyeri pemeriksaan
dan/atau penanganan bisa ditunda hingga beberapa jam, tetapi bila terdapat
deformitas, mati rasa, perubahan warna jari, atau fraktur terbuka maka
penanganan medis harus dilakukan sesegera mungkin. Untuk memastikan
C. Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius
distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut :
7. Tipe VII : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
8. Tipe VIII : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
dan sendi radioulnar
D. Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur antara lain (Muttaqin,
2011):
1. Fraktur terbuka : Fraktur terbuka disebabkan oleh trauma langsung
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala fraktur (Brunner & Suddarth, 2001) terdiri atas:
1. Nyeri : Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot
2. Krepitus tulang (derik tulang) : krepitasi tulang terjadi akibat gerakan
fragmen satu dengan yang lainnya.
mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari.
F. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana
fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur radius distal ada
dua faktor penyebab fraktur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis
merupakan suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan,
tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan
tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007). Fraktur ganggguan pada tulang biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress,
edema lokal maka terjadi penumpukan didalam tubuh. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak yang akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler
yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
multipel trauma) peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah
trauma.
I. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok hipovolemik atau traumatic : akibat perdarahan (banyak kehilangan
darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan
tidak ada nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan
c. Infeksi : sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi
bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
d. Avaskuler nekrosis (AVN) : terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
juga disebabkan karena aliran darah yang kurang (Price dan Wilson,
2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Fokus
Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur merujuk
pada teori menurut Doenges (2002) dan Muttaqin (2008) ada berbagai macam
meliputi:
Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
d. Riwayat penyakit dahulu Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat
ke dukun patah tulang sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit
tertentu seperti kanker tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan.
Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur.
7) Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama frekuensi dan
1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
Edukasi
9. informasikan perlunya
membatasi aktivitas selama
masa pengeringan gips
10. anjurkan tidak menggaruk
kulit dibawah gips
11. ajarkan cara merawat gips
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Black,M Joyce.,Hawks,Jane Hokanson. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 1. Elsevier
Helmi, Zairin Noor. 2012 .Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta:
Salemba Medika.
Jitowiyono, Sugeng.,Weni kristiyani. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kowalak., Welsh. ,dan Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Rendy, MClevo., Margareth TH .2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Sjam suhidayat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.