Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTROENTERITIS DI RUANG PERAWATAN UMUM RUMAH SAKIT
SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Oleh :
YULIANA TANTRA WIJAYA
NIM. P2003035

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
BAB I
KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011).
Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-
muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2009)
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lenih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif
definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau
konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.
Kadang – kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.

B. Etiologi
1. Diare akut
Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba histolotica; Bakteri: yang
memproduksi enteroksin (S. aireus, C. perfringens, E. coli, V. cholera, C. difficile)
yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella, Salmonela sp. Yersinia),
iskemia intestinal, inflammatory bowel disease, colitis radiasi
2. Diare kronik
1. Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011):
• Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti
keadaan gizi / gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).
• Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu
asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin
atau alergi, dan sebagainya.
• Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama Candida).
2. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan,
kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan
bayi baru lahir.

C. Manifestasi Klinik
1. Diare akut
• Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
• Onset ya g tidak terduga dari BAB cair, gas – gas dalam perut, rasa tidak enak,
nyeri perut
• Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
• Demam
2. Diare kronik
• Serangan lebih sering selama 2 – 3 periode yang lebih panjang
• Penurunan BB dan nafsu makan
• Demam indikasi pada infeksi
• Dehidrasi tanda – tandanya hipotensi takikardia, denyut nadi lemah

D. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi


Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral Selama 4 Jam Pertama Menurut Usia
Usia 0 s/d 4 bulan 4 – 12 bulan 12 bulan – 2 th 2 – 5 th
BB (Kg) < 6 kg 6 - < 12 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
Jumlah cairan
200 – 400 ml 400 – 700 ml 700 – 900 ml 900 – 1.400 ml
rehidrasi oral

Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak


Klasifikasi Tanda dan gejala Pengobatan
Dehidrasi Berat Terdapat 2 tanda atau lebih: Beri cairan untuk diare
• Letargis / tidak sadar dehidrasi berat
• Mata cekung
• Tidak bisa / malas minum
• Cubitan perut kembali
sangat lambat (> 2 detik)
Dehidrasi Sedang Terdapat 2 tanda atau lebih: Beri anak cairan dengan
• Rewel / gelisah makanan untuk
• Mata cekung dehidrasi ringan
• Minum dengan lahap,
haus
• Cubitan kulit perut
kembali dengan lambat

Dehidrasi Ringan Tidak terdapat cukup tanda Beri cairan dan maknana
sebagai klasifikasi dehdrasi untuk menangani diare
ringan dirumah

E. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik

F. Penanganan Medis
1. Rehidrasi Oral
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima diseluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit diare.
Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau
beberapa punkadar natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral
yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium, kalium dan bikarbonat dan
larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik. Penambahan glukosa kedalam
larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kontransportasi
natrium yang digabungkan dengan glukosa yang maksimal apanila konsentrasi
glukosa tidak lebih daripada 110-140mmol/L (2,0-2,5 g/L).
2. Asi ekslusif
3. Obat antidiare

G. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut:
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.
2. Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja : microskopis tinja, untuk mengetahui adakah jamur, bakteri, maupun virus
yang menginfeksi

H. Patofisiologi
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat asimtomatik.
Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi lapisan
ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau
daya tembus bakteri ke lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan
sel-sel epithelial lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan
respons peradangan melalui pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut
menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan terjadilah gastroenteristis akut
(Santacroce, 2008 dalam Muttaqin & Kumala, 2009).
Widagdo (2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara fekal- oral
bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu
norovirus, Virus penyebab diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel di
ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel radang mononuclear pada lamina
propania sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan walaupun penyakit
dikenal sebagai gastroenteristis. Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala
klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik hilang.
Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan
garam berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi dari
cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah malabsorpsi
karbohidrat terutama laktosa. Faktor penyebab gastroenteristis virus lebih banyak
mengenai bayi dibandingkan dengan anak besar adalah fungsi usus berkurang, imunitas
spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme pertahanan spesifik seperti asam lambung
dan mukus. Enteritis virus juga meningkatkan permiabilitas terhadap makromolekul di
dalam usus dan ini diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya resiko terjadinya alergi
makanan.
Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan
pemecahan kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan
maldigesti, malabsorpsi dan akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda
dengan malabsorpsi protein dan karbohidrat dengan asam lemak rantai panjang
intraluminal, tidak hanya menyebabkan diare osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan
sekresi Cl- sehingga diare tersebut dapat disebabkan malabsorpsi karbohidrat oleh
karena kerusakan difus mukosa usus, defisiensi sukrosa, isomaltosa dan defisiensi
congenital laktase, pemberian obat pencahar; laktulose, pemberian Mg hydroxide
(misalnya susu Mg), malabsorpsi karbohidrat yang berlebihan pada hipermotilitas pada
kolon iritabel. Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat, menyebabkan
kekambuhan diare. Pemberian makan/minum yang tinggi karbohidrat, setelah
mengalami diare, menyebabkan ganggu kekambuhan diare. Infeksi virus yang
menyebabkan kerusakan mukosa sehingga menyebabkan gangguan sekresi enzim
laktase, menyebabkan gangguan absorpsi nutrisi laktosa.
WOC GASTROENTERITIS

Infeksi Malabsorpsi Makanan

Kuman masuk dan Tekanan osmotic Toksin tidak dapat


berkembang dalam usus meningkat diabsorpsi

Toksisn dalam dinding Pergeseran air dan hiperperistaltik


usus halus elektrolit ke rongga usus

Hipersekresi air dan Isi rongga usus meningkat Kemampuan absorpsi


elektrolit usus meningkat

BAB sering dengan Inflamasi saluran cerna


konsistensi cair DIARE

BAB sering dengan BAB sering dengan BAB sering dengan Inflamasi saluran cerna Inflamasi saluran cerna
konsistensi cair konsistensi cair konsistensi cair

BAB sering dengan BAB sering dengan BAB sering dengan BAB sering dengan BAB sering dengan
konsistensi cair konsistensi cair konsistensi cair konsistensi cair konsistensi cair

Resiko Kerusakan Kekurangan Volume Diare Hipertermia Keseimbangan Nutrisi


Integritas Kulit Cairan Kurang Dari
Kebutuhan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Kardiyudiani dan Susanti (2019) pengkajian merupakan langkah awal dan
paaling penting dalam menyusun proses keperawatan. Pengkajian meliputi proses
pengumpulan data, validasi, dan klasifikasi data. Pengkajian keperawatan terdiri atas data
subjektif dan data objektif yang keduanya di dapatkan dari pemeriksaan diagnostic,
pengkajian individu yang terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif ) dan pemeriksaan
fisik (data objektif). Pengkajian yang akan di dapat pada pasien gastroenteritis adalah :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan sekarang (PQRS)
P. Apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan, diare
dapat disebabkan infeksi,faktor makanan dan faktor malabsorbsi
Q. Frekuensi bab lebih dari 3x dalam sehari, dengan darah/lendir, konsistensi
cair,mual,muntah, badan terasa lemah sehingga mengganggu aktifitas sehari-
hari.
R. Perut terasa sakit dan anus terasa perih.
S. Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan aktifitas sehari-hari
T. Diare dapat terjadi sewaktu-waktu, lamanya diare akut 3-5 hari. Diare
berkepanjangan > 7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran
kemih, otitis media akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
f. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang mudah
terkena kuman penyebab diare
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAK/BAB di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang baik,
sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan keluarga
i. Pola nutrisi
Makanan dan minuman yang kurang hygiene dapat berpengaruh terhadap diare,
sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan dapat
menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan dehidrasi.
j. Pola eliminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah atau
lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap kehilangan cairan
lewat urin
k. Pola istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan, sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang lemah,
sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
m. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem neurologi
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS (Glassgow Coma Scale),
(composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor atau koma ).
o Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat pertama
pengkajian
o Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, anesthesia
o Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika terdengar
timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar
pekak,berarti mengenai organ padat
o Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area perut selama
beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah normal,hiperaktif,hipoaktif, atau
tidak ada bising usus,serta perhatikan frekuensi dan karakternya
b. Sistem penginderaan
o Subyektif : klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan berkunang-
kunang
o Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan kepala.
o Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah anemis, sklera
adakah ikterus, reflek mata dan pupil terhadap cahaya, pada keadaan diare yang
lebih lanjut atau syok hipovolemik reflek pupil (-)
o Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO₂ dan mengambil O₂, nampak adanya pernafasan cuping
hidung
c. Sistem integument
o Subjektif : kulit kering
o Inspeksi : kulit kering,sekresi sedikit, selaput mukosa kering, turgor kulit tidak
efektif
d. Sistem pernapasan
o Subjektif : Adakah sesak atau tidak
o Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi, irama, dan tingkat kedalaman
pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
o Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan
o Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vaskuler, adakan
suara nafas tambahan
e. Sistem pencernaan
o Subjektif, merasa lapar atau haus
o Inspeksi : buang air besar, konsistensi, bau, warna, frekuensi lebih dari 3 kali
dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
o Auskultasi : bising usus meningkat > 20 detik dengan durasi 1 menit
o Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-), hepar dan lkien tidak
membesar suara timpani.
f. Sistem perkemihan
o Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya, dengan warna kuning pekat, dan bau
khas urine
o Inspeksi : observasi output tiap 24 jam
g. Sistem musculoskeletal
o Subjektif : lemah
o Inspeksi : klien tampak lemah,aktivitas menurun
o Palpasi : hipotoni, kulit kering,turgor kulit tidak elastisit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare (D.0020) berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Resiko hipovolemia (D.0034) berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan gejala penyakit
4. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
5. Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan dehidrasi
6. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129) berhubungan dengan kelembapan
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Diare (D.0020) berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen diare (I.13101)
dengan inflamasi gastrointestinal eliminasi fekal (L.14033) diharapkan Observasi :
ditandai dengan : masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab diare (mis.
a. Defekasi lebih 3 kali selama a. Kontrol pengeluaran feses menurun Inflamasi, gastrointestinal, iritasi
24 jam b. Distensi abdomen menurun gastrointestinal, proses infeksi,
b. Feses lembek / cair c. Nyeri abdomen menurun malabsorpsi)
c. Nyeri / kram abdomen
d. Kram abdomen menurun 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
d. Frekuensi peristaltic
meningkat e. Konsistensi feses membaik 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
e. Bising usus hiperaktif f. Frekuensi BAB membaik konsistensi tinja
g. Peristaltik usus membaik 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
daerah perianal
6. Monitor jumlah pengeluaran diare
7. Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena (mis. ringer
laktat atau ringer asetat)
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemebrian obat antimotilitas
(mis. Loparamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic / spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses

2 Resiko hipovolemia (D.0034) Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Hipovolemia (I.03116)
berhubungan dengan kehilangan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria Observasi :
cairan secara aktif. hasil status cairan (L.03028) membaik : 1. Periksa tanda dam gejala hipovolemia
Kondisi klinis terkait diare 1. Kekuatan nadi (5) (frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
2. Output urine (5) lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
3. Dyspnea (1) menurun, membrane mukosa kering,
4. Berat badan (5) volume urine menurun, hematocrit
5. Perasaan lemah (1) meningkat, haus, dan lemah)
6. Frekuensi nadi (3)
2. Monitor intake dan output cairan
7. Frekuensi tekanan darah (5)
8. Hemoglobin (5) Terapeutik :
9. Hematokrit (2) 1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenburg
Keterangan 3. Barikan asupa cairan oral
1 = menurun Edukasi :
2 = cukup menurun 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
3 = sedang
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
4 = cukup meningkat
5 = meningkat mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(misal NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan iv hipotonis
(misal glukosa 2,5% atau NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (misal
albumin)
4. Kolaborasi pemberian produk darah

3 Gangguan rasa nyaman (D.0074) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kompres panas (I.08235)
berhubungan dengan gejala status kenyamanan (L.08064), diharapkan Obserbasi :
penyakit ditandai dengan : masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kontraindikasi pemberian
a. Pasien mengeluh tidak kompres panas
a. Kesejahteraan fisik meningkat
nyaman 2. Identifikasi kondisi kulit yang akan
b. Dukungan social dari keluarga
b. Mual dilakukan kompres hangat
meningkat
c. Merintih / menangis 3. Periksa suhu alat kompres
c. Rileks meningkat
d. Pola eliminasi berubah 4. Monitor iritasi kulit atau kerusakan
d. Keluhan tidak nyaman menurun
(diare) jaringan selama 5 menit pertama
e. Mual menurun
Terapeutik :
f. Merintih menurun
1. Pilih metode kompres yang nyaman dan
g. Pola eliminasi membaik
mudah didapat
h. Pola tidur membaik
2. Pilih lokasi kompres
3. Balut alat kompres panas dengan kain
pelindung, jika perlu
4. Lakukan kompres panas pada daerah
yang cedera
5. Hindari penggunaan kompres pada
jaringan yang terpapar terapi radiasi
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur penggunaan kompres
hangat
2. Anjurkan tidak menyesuaikan
pengaturan suhu secara mandiri tanpa
pemberitahuan sebelumnya
3. Ajarkan cara menghindari keruskan
jaringan akibat panas

4 Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan diharapkan masalah teratasi dengan kriyeria Observasi :
ketidakmampuan mencerna hasil fungsi gastrointestinal (L.03019) membaik 1. Identifikasi status nutrisi
makanan. 1. Mual (1) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Ditandai dengan tanda dan gejala 2. Muntah (1) 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
a. Mayor 3. Dyspepsia (1)
nutrient
Subjektif : - 4. Nyeri abdomen (1) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
Objektif : BB turun minimal 5. Distensi abdomen (1) nasogastrik
10% dibawah rentang ideal 6. Regurgitasi (1) 6. Monitor asupan makanan
b. Minor 7. Jumlah residu cairan lambung saat diaspirasi 7. Monitor berat badan
Subjektif : nafsu makan (1) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menurun, nyeri / kram abdomen 8. Frekuensi BAB (3) Terapeutik :
Objektif : bising usus 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
9. Konsistensi feses (3)
perlu
meningkat, otot pengunyah 10. Peristaltik usus (4) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
lemah, otot menelan lemah 11. Nafsu makan (5) Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
Keterangan : yang sesuai
1 = menurun 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
2 = cukup menurun konstipasi
3 = sedang 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
4 = cukup meningkat protein
5 = meningkat 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

5 Hipertermia (D.0130) berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen demam (I.03099)
dengan dehidrasi ditandai dengan: termoregulasi (L.14143) diharapkan masalah Observasi :
a. Suhu tubuh diatas normal teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Monitor TTV
b. Kulit terasa hangat a. Kulit merah menurun 2. Monitor intake output cairan
c. Kulit merah b. Suhu tubuh membaik 3. Monitor komplikasi akibat demam
c. Suhu kulit membaik Terapeutik :
d. Pengisian kapiler membaik 1. Tutupi badan dengan selimut / pakaian yang
e. Ventilasi membaik tepat
2. Lakukan tepid sponge, jika perlu
3. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
2. Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Kolaborasi pemberian antibiotic

6 Gangguan integritas Setelah dilakukannya tindakan keperawatan … Perawatan integritas kulit


kulit/jaringan (D.0129) jam diharapkan mobilitas fisik meningkat. Observasi
berhubungan dengan Dengan kriteria hasil integritas kulit/jaringan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
membaik kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan
kelembapan ditandai dengan : Kriteria hasil : status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu
a. Kerusakan jaringan dan atau 1. Kerusakan jaringan (5) lingkungan ekstrem, penurnan mobilitas)
lapisan kulit 2. Kerusakan lapisan kulit (5) Terapeutik
b. Nyeri 3. Nyeri (5) 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
4. Perdarahan (5) 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
c. Perdarahan
5. Kemerahan (5) tulang, jika perlu
d. Kemerahan
6. Hematoma (5) 3. Gunakan produk berbahan petroleum atau
e. Hematoma 7. Nekrosis (5) minyak pada kulit kering
8. Suhu kulit (5) 4. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
kulti kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembap
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
5. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Indrie Maulia. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Gastroenteritis Di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Kalimantan Timur :
Poltekkes Kemenkes KalTim.

Putri, Liza & Iskandar, Siska. (2021). Buku Ajar Keperawatan Anak. Sumatera Barat : CV.
Insan Cendikia Mandiri.

Purba, Deasy Handayani et al. (2020). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Yayasan Kita
Menulis.

Ham, Maria Fransisca & Saraswati, Meiliana. (2018). Buku Ajar Patologi Robbins, edisi 10
Indonesia. Singapura : Elsevier.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI Pusat.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI Pusat.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI Pusat.

Anda mungkin juga menyukai