Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK 21 BULAN DENGAN GANGGUAN DIARE DI RUANGAN


ANAK
RUMAH SAKIT BANDUNG KIWARI

Disusun oleh
Muhammad Rizal
4020230679

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023

KONSEP TEORI
A. Pengertian Diare
Gastroenteritis atau sering disebut juga diare merupakan masalah
kesehatan dengan drajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai
negara terutama di negara berkembang dan sebagai salah satu penyebab
utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia (Adi & Suyami,
2017).
Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada
anak di dunia. Hal tersebut banyak disebabkan oleh makanan dan sumber air
yang terkontaminasi. Penyakit diare atau gastroenteritis adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali
per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah atau lendir. Rotavirus merupakan penyebab utama diare dengan
dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (Ariani, 2022)

B. Etiologi
Infeksi pencernaan yang sering terjadi pada anak adalah gastroenteritis
(diare) dan muntah-muntah. Hal ini terjadi karena infeksi dan kebanyakan
infeksinya adalah infeksi virus yang akan sembuh sendiri dan tidak
memerlukan antibiotik. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorpsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar
saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”,
karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan
penanggulangannya (Wahyu Hartini dan Vina Indani, 2013).
Menurut teori jurnal (Adi & Suyami, 2017) menyatakan ada 2 faktor
inndikasi dari penyebab anak terkena diare, yaitu :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas),
infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus), infeksi
parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Thricomonas
hominis) dan jamur (Candida, Abicans). Infeksi parenteral merupakan
infeksi diluar system pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia,
ensefalitis

2. Faktor malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorsi lemak dan
protein

C. Etiologi
Diare atau gastroenteritis dapat disebabkan mekanisme dasar akibat
kerusakan pada vili usus yang akan dibahas sebagai berikut (Anggraini &
Kumala, 2022)

1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan atau minum (Simadibrata, 2006)
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumendari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat
kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSo4, Mg(OH)2), malabsorbsi
umum dan defek dalam absorbs mukosa usus misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorbspi glukosa atau galactose (Simadibrata, 2006).
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau
produksi micelles empedu dan penyakit – penyakit saluran bilier dan
hati (Simadibrata, 2006).
4. Defek system pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport
aktif NA+ K +ATPase di entrosit dan absorpsi Na+ dan air yang
abnormal (Simadibrata, 2006).
5. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada
usus halus (Simadibrata, 2006).
6. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelainan usus, diare bakteri dibagi atas non-invatif dan invatif
(merusak mukosa). Bakteri non-invatif menyebabkan diare karena
toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut
D. Pathway
E. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi (Anggraini & Kumala, 2022)
:
1. Diare Akut
Diare akut sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis, yaitu diare
yang muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa gejala seperti
mual, muntah, demam, dan nyeri abdomen yang berlangsung selama
kurang dari 14 hari. Sekitar 80% disebabkan oleh virus sedangkan
infeksi akibat bakteri lebih sering bermanifestasi sebagai diare
berdarah.
2. Diare Kronik
Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekuensi buang
air besar yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau
volume tinja yang semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih
dari 14 hari.
3. Diare Persisten
Diare persisten adalah adalah diare yang mula-mula bersifat akut,
namun berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair
akut atau disentri. Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa
bakteri/ parasit yang masuk dalam tubuh seorang anak.

Klasifikasi tingkat dehidrasi dengan diare dapat dilihat pada tabel berikut :
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasiberat Terdapat 2 atau lebih tanda : - Beri cairan untuk
- Letargis/tidak sadar - Mata diare dengan
kecung dehidrasi berat
- Tidak bisa minum atau
malas minum
- Cubitan kulit perut kembali
sangat ( ≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda : - Beri anak cairan
atau sedang - Rewel, gelisah dengan makanan
- Mata cekung untuk dehidrasi
- Minum dengan lahap, haus ringan
- Cubitan kulit kembali - Setelah rehidrasi,
dengan lambat nasehati ibu untuk
penanganan di
rumah dan kapan
kembali segera
Tanpadehidrasi - Tidak terdapat cukup tanda - Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan makanan untuk
sebagai dehidrasi ringan menangani diare di
atau berat rumah
- Nasehati ibu kapan
kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik

F. Manifestasi Klinis (Wicaksana & Rachman, 2018)


1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Rewel
G. Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan penunjang penting dilakukan dalam menegakkan diagnosis
(kausal) penyakit yang tepat, sehingga dapat memudahkan dalam pemberian
terapi yang tepat, pemeriksaan penunjang pada bayi atau anak dengan
gastroenteritis adalah: (Tresnaningati, 2018)
1. Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada
gastroenteritis yang berasal dari bakteri)
2. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada
feses
3. Hitung darah lengkap dengan diferensial
4. Uji antigen immunoassay enzim untuk memastikan adanya rotavirus
5. Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses, atau
diare yang berkepanjangan ) untuk menentukan patogen
6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia)
8. Urinalis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urine)

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Gastroenteritis pada anak-anak, akibat infeksi saluran
cerna terdiri dari:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan: (Novyanda & Hadiyani, 2017)
a. Jenis cairan. Pada gastroenteritis Akut yang ringan dapat diberikan
oralit. Dapat juga diberikan cairan Ringer Laktat, bila tidak dapat
diberikan cairan NaCl isotonik ditambah 1 ampul Natrium
Bicarbonat 7,5% 50 ml.
b. Jumlah cairan. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Rute pemberian cairan
dapat dipilih oral maupun intravena
d. Jadwal pemberian cairan. Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan
cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam
pertama. Selanjutnya kebutuhan cairan rehidrasi diharapkan
terpenuhi lengkap pada jam ketiga.
2. Identifikasi penyebab Gastroenteritis Secara klinis,
tentukan jenis gastroenteritis-nya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang yang terarah (Novyanda & Hadiyani, 2017).
3. Terapi simtomatik
Obat anti gastroenteritis bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-
hati atas pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan 15 sekresi
usus seperti Loperamide, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi
Salmonella, Shigela, dan Koletis Pseudomembran, karena akan
memperburuk gastroenteritis yang diakibatkan bakteri entroinvasif
akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus.
Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti Metoklopramid
dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal
(Novyanda & Hadiyani, 2017).
4. Terapi Definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi
melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi (Novyanda
& Hadiyani, 2017) .
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum

Nomor RM : 096248 Sumber Informasi

Nama : An. H Nama : Ny.N

Tanggal lahir : 31-10-2023 Umur : 32 tahun

Usia : 1 Tahun 9 bulan Pekerjaan : IRT

Jenis kelamin :P Alamat : Aceh

Tanggal pengkajian : 2 November 2023 Hubungan dengan anak: Ibu Kandung

Bila ada, bisa tempel stiker identitas pasien

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien Muntah-muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas sejak 1 hari yang lalu SMRS, ibu pasien
mengatakan adanya muntah-muntah dan demam setelah membeli salah satu
minuman diluar, pasien terlihat tampak lemas, belum ada penurunan berat
badan.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal

Konsumsi obat selama √ Tidak  Ya, ............................

kehamilan

Adakah ibu jatuh selama hamil √ Tidak  Ya, ............................

2. Natal

Cara melahirkan √ Spontan  SC  Dengan alat bantu


Penolong persalinan √ Dokter  Bidan  Bukan tenaga

kesehatan

3. Postnatal

Kondisi kesehatan bayi BBL 1950 gram; PB 45 cm

Ket : Bayi lahir tidak prematur

Kelainan kongenital √ Tidak  Ya, .............................

Pengeluaran BAB pertama <24jam  >24 jam

4. Penyakit terdahulu √ Tidak Ya

Jika Ya, bagaimana gejala dan -

penanganannya?

Pernah dioperasi √ Tidak  Ya

Jika Ya, sebutkan waktu dan Pasien belum pernah dilakukan operasi

berapa hari dirawat?

5. Pernah dirawat di RS √ Tidak Ya

Jika Ya, sebutkan penyakitnya -

dan respon emosional saat

dirawat?

6. Riwayat penggunaan obat √ Tidak Ya

Jika Ya, sebutkan nama dan -

respon anak terhadap pemakaian

obat?

7. Riwayat alergi √ Tidak  Ya


Jika Ya, apakah jenis alerginya -

dan bagaimana penanganannya?

8. Riwayat kecelakaan √ Tidak  Ya

Jika Ya, jelaskan Pasien tidak ada riwayat kecelakaan

9. Riwayat immunisasi √ Hepatitis √ BCG  Polio √ DPT √

Campak

 Lain-lain : tidak pernah melakukan imunisasi

D. Riwayat Keluarga
1. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak  Ya, ......................

2. Riwayat penyakit menular √ Tidak  Ya, ........................

Keluarga pasien An. H mengatakan tidak


mempunyai penyakit keturanan/menular. Tetapi
ibu pasien An. H mengatakan ini anak yang ke-2
Keterangan
dari 2 bersaudara, anak pertama sekarang berusia
3 tahun dengan lahir secara normal, anak kedua
berusia 1 tahun 9 bulan lahir secara normal.

E. Pengkajian Fisiologis
1. Oksigen
Frekuensi : √ Teratur □Tidak teratur

Ventilasi □ Trakeostomi √penggunaan Oksigen 0,6L/mnt

□Sekret : Tidak ada

□Sesak nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada


Respirasi
√Vesikuler  Ronchi  Wheezing  Krakles
RR 26x/mnt

√ Batuk □ lain-lain…..

AGD …. pH : …. PaO2: …. mmHg PCO2: ….

Pertukaran Gas HCO3 …. BE : …. Sat O2: 99% Nc

1,5 lpm

Transport Gas Nadi :128 x/mnt √ regular □ireguler TD : 90/78

Akral : □ hangat √ dingin □ anemis √ pucat

□ cianosis □ clubbing finger □ pusing

Bunyi Jantung □ BJ I/II Normal  murmur □ Gallop

Tanggal 02-11-2023

HB: 11,6 rujukan 10,7-14,7gr/dl (N)

Hematokrit: 35 rujukan 33-43% (N)

Leukosit : 3.900 rujukan 4.000-10.000 sel/mm3 (R)

Hasil Laboratorium Trombosit : 218.000 rujukan 150.000-400.000 sel/mm3 (N)

Eritrosit 4,3 rujukan 4,5-6,0 juta sel/m (N)

MCV: 78 rujukan 80-100 fl (R)

MCH: 26 rujukan 27-34 pg (R)

MCHC 33 rujukan 32-36 % (N)

2. Nutrisi
Perilaku
BB saat ini BB 8700 g PB/TB 79 cm LLA :…….

Status Nutrisi  Lebih √ Baik  kurang □ Buruk

ASI √ susu formula √ bubur √ nasi tim


Diet
□ Ya √ tidak Frekuensi makan : 3x sehari Posi makan:
Puasa
setengah mangkuk

Cara Makan √ oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral

Kualitas Makan □ kurang √ cukup □ baik

Lidah √ bersih □ Kotor stomatitis : □ ya □ tidak

Mulut Caries : □ ya √ tidak lain-lain:

Abdomen □ supel □ kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:

Hepar □ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali

Bising Usus 12 x/mnt (N : 5 - 30)

3. Proteksi

Gangguan Warna √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice

Kulit □ Menjadi merah □ Sianosis □ …………..

Suhu □ suhu : 37,4°c  Hangat  Teraba panas √

Teraba dingin

Turgor √ Baik □ Jelek

Gangguan pada kulit √ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema

□ Lainnya, ……………

Luka √ Tidak ada □ Ada

Stoma √ Tidak ada □ Ada

Drainase √ Tidak Ada □ Ada

Jika terjadi

gangguan pada kulit

/ luka / stoma,
berikan tanda silang

(X)

Pengkajian Nyeri
NIPS(Neonatal Infant Pain Score)

Keterangan skala NIPS (Neonatal Infant Pain Score)


Nilai total skor 1-7
- Skor > 3 mengindikasikan bahwa bayi mengalami nyeri
- Skor < 3 Observasi dilakukan setiap shift pada saat pengukuran tanda vital, pasien
pertama kali dirawat dan pasien dengan paksa tindakan.
Hasil pengkajian pada An. H
1. Wajah = 1
2. Tangisan = 1
3. Pola napas = 0
4. Tangan = 0
5. Kaki = 0
6. Kesadaran = 1
Total = 3
Kesimpulan : An. H dilakukan setiap shift pada saat pengukuran tanda vital, pasien
pertama kali dirawat dan pasien dengan paksa tindakan
4. Sesasi
√ Adekuat □ Menurun [R L]
Penglihatan
□ Buta [R L] □ Katarak [R L]

Mata □ Kotoran mata [R L] ket: bersih

√ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R


Pupil
□ Reaktif □ Non Reaktif [R L]

Pengecapan √ Baik □ Tidak baik

Kondisi gigi √ Baik □ Terjadi gangguan □ Jelek

√Pink □ Pucat □ Inflamasi


Gusi
□ Perdarahan □ Kering □ Lembab

Penciuman √ Baik □ Tidak baik

Hidung □ Berdarah □ Drainage √ Tidak ditemukan masalah

√ Adekuat □ Menurun [R L] □ Tuli [R

Pendengaran L]

□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]

√ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R


Telinga
L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]

5. Cairan dan Elektrolit


Minum 450ml/8jam jenis: air putih

Ubun-ubun √ rata □ Cekung

Mata □ cekung √ tidak Air mata: □ ada □ tidak

Mukosa mulut √ lembab □ kering

Turgor √ elastic □ tidak elastic

Edema □ ada √ tidak □ ektremitas □ anasarka □ asites lingkar perut:

Muntah √ ada tidak frekuensi: 1-5x/hr

Diare √ ada  tidak frekuensi: pasien terpasang pampers

Perdarahan □ ada √ tidak □ ptekie □ purpura □ ekimosis

Cairan infuse  ada tidak Jenis :RL 10 cc/jam

Balance cairan cc /kg/hari dieresis:….

- Cairan Input
Pasien terpasang infus RL 10ml per jam, minum air putih
450ml/8jam
- Cairan Output
Pasien muntah 1x/hari, pasien masih menggunakan pempers,
frekuensi ganti pempers pada An. H 2-4x/hari
Hasil Lab

6. Eliminasi
Pasien terpasang pampers dengan Frekuensi ganti pempers :2-

Buang air kecil 3x/hr □ oliguri □ disuria □anuria □incontinensia

□ retensi
Eliminasi urin √ spontan □ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi

Nyeri saat berkemih □ ada √ tidak

Warna urin √ kuning jernih □ kuning pekat □ merah

buang air besar Frekuensi 1x/hr □ normal √ diare □ konstipasi

Warna feses √ kuning □ hijau □ merah

Karakteristik feses □lembek √ cair □ padat □ berlendir

Anus √ ada lubang □ tidak berlubang

Hasil laboratorium

7. Aktivitas dan Istirahat


Postur tubuh √ normal  tidak normal

Berjalan √normal  tidak normal ket:

Aktivitas anak □ hiperaktif √aktif  pasif  keterbatasan □ pembatasan

Gerakan √ aktif □ tidak aktif

□ ada √ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya


Paralise
□ kaki kanan/kiri/ keduanya

Tonus otot √ normal □ atrofi □ hipertrofi

Mobilisasi □ bedrest total √ ditempat tidur

Gangguan
neuromuscular
Aktivitas pasien dibantu oleh ibu kandung, pasien selalu
Mobilisasi
tertidur/istirahat.

Jumlah jam tidur Tidur siang : 2-4jam tidur malam : 3-5 jam

Kebiasaan sebelum √ tidak ada □ ada, sebutkan. minum susu


tidur

Kesulitan tidur □ ada √tidak ada

Tidur dengan bantuan □ ya √ tidak

obat

8. Neurologi Pada Bayi

Kesadaran

Hasil :
- Eye (Respon membuka mata) = 4 (spontan)
- Verbal (Respon verbal) = 4 (Menangis lemah)
- Motorik (Gerakan) = 5 (Menarik anggota gerak karena
sentuhan)
Total : 13
Kesimpulan :
□ CM √ apatis □ somnolen □ koma
Status mental □ terorientasi □ disorientasi √ gelisah □ halusinasi

Pupil √ isokor □ anisokor

9. Eendokrin
Perilaku
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadias

F. Konsep Diri Orangtua


Pembawaan anak √ Periang  Pemalu  Pendiam

Reaksi terhadap √ Baik

hospitalisasi?  Buruk

Adanya stress/ cemas? √ Ya Tidak

Persepsi keluarga √ Baik

terhadap penyakit?  Buruk

Reaksi keluarga √ Baik

terhadap penyakit?  Buruk

Persepsi keluarga √ Baik  Buruk

terhadap pengobatan?

G. Fungsi Peran
Pengasuh √ Ayah √ Ibu  Nenek  Orang lain :

Dukungan sibling  Ada √ Tidak ada

Dukungan keluarga √ Ada  Tidak ada

lain

H. Pemeriksaan Perkembangan
Umur Sosial Motorik halus Motorik kasar
I. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Tidak ada

J. Penatalaksanaan medis/keperawatan
- Pemberian obat resep dokter

K. Therapi Obat
No Nama Obat Dosis Rute Fungsi

1. D10 16,8 cc/jam IV Untuk mengatasi


hipoglikemia

2 RL 10 ml IV Menambah cairan dalam


tubuh

3 Ondansentron 1,5 mg IV untuk mencegah serta


mengobati mual dan
muntah

4 PCT 1 ml PO Mengatasi nyeri dan


demam

5 Liprolac 1 shaset PO untuk menjaga kesehatann


saluran cerna

6 Oralit Bila BAB cair PO pengganti cairan tubuh


yang hilang akibat diare,
muntah berkepanjangan,
demam,
L. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1. DS : Makanan Hipovolemia
- Pasien lemas dan 
Penyerapan sari
sering minum makanan
DO : 
Saluran pencernaan
- Nadi : 128x / menit tidak adekuat
- TD : 90/78 
Isi rongga usus
- Mukosa kering berlebihan

Gangguan sekresi

Aktivitas sekresi air
meningkat

Diare

Kehilangan cairan

Dehidrasi

Hipovolemia

2 DS : - Dehidrasi Hipertermi

DO :
Hipovolemia
- Suhu 38,2 saat 
malam hari Inflamasi saluran
pencernaan
- RR normal : 58x / 
menit leukosit menurun

- Kulit teraba hangat masuknya
mikroorganisme dan
patogen (virus, jamur,
bakteri, parasit)

Suhu tubuh meningkat

Hipetermi
3 DS : Dehidrasi Defisit Nutrisi
- Nafsu makan 
Hipovolemia
menurun 
- Nyeri abdomen Inflamasi saluran
pencernaan
skala 4 (0-10) 
DO : Mual

- Diare anoreksia
- BAB cair 5x sehari 
defisit nutrisi
M. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN HIPOVOLEMIA - Untuk mengetahui TTV dan
keperawatan selama 2x24 jam Observasi kebutuhan cairan pasien
diharapkan status cairan dapat - Untuk mengganti cairan tubuh
- Monitor TTV
berangsur membaik dengan - Monitor intake output cairan pasien ketika pasien kekurangan
kriteria hasil: cairan
Edukasi

- Frekuensi nadi sedang (3) - Tingkatkan asupan cairan oral


- TD sedang (3) Teurapeutik
- Tekanan nadi sedang (3) - Hitung Kebutuhan cairan
- Mukosa sedang (3) - Berikan asupan cairan oral
Kolaborasi
- Berikan cairan IV
2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN HIPERTERMIA - Untuk mengetahui suhu tubuh
keperawatan selama 2x24 jam pasien
Observasi
diharapkan - Untuk memberikan kanyamanan
- Monitor suhu tubuh
termoregulasi/pengaturan suhu kepada pasien saat beristirahat
Teurapeutik
tubuh dapat berangsur membaik
dengan kriteria hasil: - Pemberian O2 Nc 1,5 lpm
- Sediakan lingkungan yang sejuk
- Suhu tubuh ckup membaik
(4) Kolaborasi
- Suhu kulit cukup membaik - Pemberian obat : PCT dan infus
(4) RL

3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI - Untuk meningkatkan nafsu
keperawatan selama 2x24 jam makan pasien
Observasi
diharapkan pemenuhan - Untuk mengurangi skala nyeri
- identifikasi status nutrisi (status
kebutuhan nutrisi dan cairan pada pasien
nutrisi baik berdasarkan BB/PB)
dapat berangsur membaik - Untuk memberikan wawasan
- monitor asupan makanan
dengan kriteria hasil: kepada orang tua agar lebih
- monitor berat badan
menjaga asupan nutrisi pada
- Nafsu makan membaik (4) - indentifikasi kebutuhan kalori dan
pasien, dan menjaga kebersihan
- Nyeri abdomen menurun (4) jenis nutrisi
saat memberikan makan pada
- Diare cukup menurun (4) Terapeutik
pasien
- berikan makanan yang disukai
anak.
Edukasi
- Pemberian Penkes diare
Kolabirasi

- kolaborasi pemberian obat


farmakologi :
Ondansentron, Liprolac, Oralit
Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : An. H Ruangan : Lt.9


No. Medrek : 096248 Diagnosa Medis : Diare

Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf

Kamis, 02-11- 09.00 Pemberian obat ondansentron dan Oksigen 2 lpm, cek S : Rizal
2023 TTV 1. Setelah diberikan terapi oksigen
pasien terlihat lebih nyaman, sesak
11.30 Pemberian obat PCT
berkurang, Muntah berkurang
13.00 Pemberian diet lunak pada pasien (nasi tim) menjadi 1 kali sehari, tidak rewel
2. Orang tua pasien jadi
13.30 Pemberian penkes diare pada orang tua pasien
1,2, mengetahui penyebab terjadinya

3 14.00 Cek TTV pasien diare


O : Pasien masih terpasang NC 1,5
14.30 Pemberian oralit
lpm
TD : 110/80 ; Nadi : 98x/menit
Suhu : 37,4 C

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan seluruh intervensi
Jum’at, 03-11- 11.30 Pemberian obat PCT S: Rizal
2023 1. Pasien terlihat lebih nyaman,
12.00 Pemberian diet lunak pada pasien (nasi tim)
oksigen sudah dilepas, tidak rewel,
13.30 Pemberian penkes diare pada orang tua pasien tidur nyenyak, tidak muntah.
2. Orang tua pasien tidak terlihat
14.00 Cek TTV pasien
khawatir kepada anaknya karena
14.10 Observasi intake output pasien sudah mau menghabiskan makanan

1,2,3
O : Pasien sudah tidak terpasang
NC
TD : 120/78 ; Nadi : 100x/menit
IWL : 210,16 ml/hari
BC : 1387 ml/hari

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan seluruh intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Adi, G. W., & Suyami. (2017). Studi Kasus Kurang Volume Cairan Dan Elektrolit
Dengan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang. Pengembangan Sumberdaya
Menuju Masyarakat Mandiri Berbasis Inovasi Ipteks, C, 225–231.

Anggraini, D., & Kumala, O. (2022). Diare Pada Anak. Scientific Journal, 1(4),
309–317. https://doi.org/10.56260/sciena.v1i4.60

Ariani, D. puji. (2022). Efektivitas Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan


Dan Sikap Ibu Balita Tentang Pencegahan Diare. Prosiding Seminar
Nasional, 70–77.

Novyanda, H., & Hadiyani, W. (2017). Hubungan Antara Penanganan Diabetes


Melitus: Edukasi Dan Diet Terhadap Komplikasi Pada Pasien Dm Tipe 2 Di
Poliklinik Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan
Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal), 3(1), 25–33.
https://doi.org/10.33755/jkk.v3i1.81

Tresnaningati, Y. D. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS


PADA AN.A DAN AN. I DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
DIARE DI RUANG BOUGENVILLE RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG
TAHUN 2018. Universitas Jember, 1, 1–75.

Wahyu Hartini dan Vina Indani. (2013). Asuhan Keperawatan Pada an. M Usia
Todler Dengan Gastroenteritis Akut Disertai Dehidrasi Ringan Di Ruang
Arya Kemuning Rsud Gunung Jati Cirebon. Jurnal Akper Buntet Jurnal
Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon, 53(9), 1689–1699.

Wicaksana, A., & Rachman, T. (2018). Asuhan Keperawatan pada pasien


gastroenteritis dehidrasi. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., 3(1), 10–27. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-
use-case-a7e576e1b6bf
Putra, Deddy Satriya. 2018. Muntah pada anak. Di terbitkan Klinik Dr. Rocky™.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita
selekta gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta.
Dwipayana, C. H. (2017). Mual dan muntah merupakan salah satu manifestasi
klinis penting yang sering diakibatkan pada penggunaan agen
antineoplastik .www. scribd.com/doc.
Fejzo, M. S., et al (2019). Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis
Gravidarum. Nature Reviews Disease Primers, 5(1), pp. 1-17.
Cafasso, J. Healthline (2019). Causes of Vomiting and How to Treat in Adults,
Babies, and When Pregnant.

Anda mungkin juga menyukai