DISUSUN OLEH :
RENA, S.Tr.Keb
NIM : 202006090236
Asuhan Kebidanan Pada By “P” Usia 4 Bulan dengan Diare di Puskesmas Jila
Kabupaten Mimika Tahun 2021
Mahasiswa atas nama :
2.1.5 Etiologi
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan
menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya
berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare
berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim
kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air
bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya
kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal
di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air
sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar.
Jelas airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare
sangat
banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat
kimia yang meracuni tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang
mengalami diare. Misalnya, mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak
bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh
ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
2.1.6 Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
- Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
- Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
- Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.
- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
2.1.8 Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami
tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian
dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan
muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat
ditangani.
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat, yaitu dengan cara :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan
tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan
air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
2.1.10 Penanganan
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera
dilakukan :
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus
dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200
cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam. Ambil air masak satu
gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur.
Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang
lambung, serta makanan ekstra yang bergizi
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti
dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat
minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah
dalam tinja.
2.2 Dehidrasi
Dehidrasi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada bayi dan
anak di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) mendeskripsikan dehidrasi
sebagai kondisi yang disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara berlebih.
Dehidrasi rentan tejadi pada bayi dan anak-anak karena persentase cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
2.2.1 Gejala dehidrasi
Pada bayi, sebesar 70% dari total badan berasal dari cairan tubuh, sedangkan
pada anak dan dewasa komposisi cairan dalam tubuh masing-masing mencapai 65%
dan 60%.Cairan dalam tubuh terbagi dalam dua bagian, dua per tiga cairan berada di
intraselular (dalam sel) dan sepertiga sisanya berada di ruang interstisial (ruang antar
sel) serta plasma.Ketika tubuh mengalami dehidrasi, terjadi kekurangan cairan tubuh
pada kedua bagian tersebut. Dehidrasi dapat terjadi dalam tingkatan ringan, sedang,
maupun berat. Hal ini bergantung pada seberapa besar penurunan berat badan yang
dialami.Penyebab umum dehidrasi pada anak adalah diare dan muntah. Anda dapat
memperhatikan tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak lewat empat gejala
dehidrasi berikut, yaitu:
1. Kondisi umum
Pada dehidrasi ringan atau sedang, anak dapat menjadi gelisah atau rewel.
Perhatikan apabila anak mulai lesu, lunglai, mengantuk, bahkan tidak sadar. Hal
ini merupakan pertanda dehidrasi berat yang membutuhkan pertolongan segera.
2. Mata
Perhatikan area mata anak Anda, apakah terlihat lebih cekung dari biasanya?
Keadaan mata cekung merupakan salah satu pertanda dari dehidrasi.
3. Keinginan untuk minum
Anak dengan dehidrasi ringan atau sedang akan memiliki rasa haus dan keinginan
untuk minum terus menerus. Sedangkan, apabila anak sudah malas minum, perlu
dicurigai dehidrasi yang anak Anda alami sudah termasuk berat atau tidak.
4. Turgor kulit
Turgor kulit adalah tingkat kelenturan kulit. Anda dapat menilainya dengan
mencubit di daerah perut anak Anda. Kembalinya cubitan kulit secara lambat atau
sangat lambat merupakan pertanda anak Anda mengalami dehidrasi. Jika anak
memenuhi dua dari empat gejala dehidrasi di atas, maka ia kemungkinan besar
sedang mengalami dehidrasi. Khusus untuk bayi, gejala dehidrasi di atas mungkin
sulit untuk diidentifikasi.
Selain keempat tanda di atas, gejala dehidrasi lainnya yang dapat Anda
identifikasi adalah:
1. Ubun-ubun (fontanel). Ubun-ubun besar yang teraba cekung merupakan salah
satu tanda dehidrasi yang dialami pada bayi.
2. Tidak mengeluarkan air mata atau air mata berkurang saat menangis
3. Bibir dan mulut kering
4. Penurunan frekuensi dan volume buang air kecil. Urin menjadi berwarna kuning
pekat.
5. Mengantuk
6. Sakit kepala
7. Pernapasan meningkat
8. Tangan dan kaki teraba dingin
9. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan kedua
kuku). Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi.
Turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti
diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila cubitan
kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
10. Kepala Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun
biasanya cekung.
11. Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila
dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan
dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung (Sumber: Susilaningrum et al, 2013).
Penurunan Berat Badan Anak Diare Dengan Dehidrasi Tingkat dehidrasi Kehilangan
berat badan (%) Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-50% (100-500 ml/kg) 9% (90 ml/kg) Presentase penurunan berat
badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di
puskesmas/fasilitas pelayanan dasar dapat digunakan pedoman MTBS (2008),
sebagaimana telah disajikan pada bahasan macam diare di atas.
2.2.2 Anak dan bayi rentan terhadap asidosis metabolic
Bayi dan anak yang mengalami gejala dehidrasi rentan terhadap gangguan
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi karena:
1. Kehilangan bikarbonat dalam jumlah banyak. Bikarbonat ikut terbuang bersama
tinja pada saat diare.
2. Kekurangan glikogen yang menyebabkan ketosis. Ketosis terjadi ketika tubuh
kehabisan karbohidrat untuk proses pembakaran, sebagai kompensasinya liver
mengeluarkan keton sehingga dapat menyebabkan demam, penurunan tekanan
darah, nafas berbau keton. Pada bayi dan anak dapat terjadi lebih cepat
dibandingkan dewasa.
3. Pembuatan asam laktat akibat perfusi jaringan (aliran sirkulasi darah yang
membawa oksigen ke jaringan) buruk.
2.2.3 Cara mengatasi gejala dehidrasi pada anak dan bayi
Untuk kondisi dehidrasi ringan, Anda dapat mencoba memberikan cairan pada
anak. Cairan terbaik yang diberikan adalah cairan oralit. Anak Anda juga bisa minum
banyak cairan lainnya, seperti air putih, kuah sayur, sari buah, air teh, atau air matang.
Ini bertujuan untuk mengembalikan asupan air dalam tubuh yang hilangKhusus untuk
bayi, Anda dapat memberikan ASI lebih sering untuk mencegah anak Anda
mengalami kekurangan cairan tubuh.
Bawalah anak Anda ke dokter apabila dehidrasi tidak mengalami
perbaikan.Jika Anda menyadari gejala dehidrasi berat, atau terjadi dehidrasi pada bayi
atau anak, segera bawa mereka ke dokter agar dehidrasi tidak bertambah parah.
Dehidrasi berat dapat mengancam nyawa dan berakibat fatal.Langkah yang dapat
Anda lakukan sebelum membawa anak Anda ke dokter adalah dengan memberikan
cairan. Anda juga perlu membawa mereka ke dokter apabila diare terjadi sebanyak
lebih dari 6 kali dalam 24 jam, atau muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Dehidrasi dapat dihindari dengan asupan cairan tubuh yang cukup. Minum
banyak air putih untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Saat cuaca panas,
berolahraga, dan sakit, tubuh membutuhkan pengganti cairan yang lebih banyak. Oleh
karena itu, minumlah air dengan porsi lebih banyak dari biasanya.Anda juga perlu
memerhatikan warna air seni ketika buang air kecil. Warna kuning jernih merupakan
pertanda cairan tubuh Anda mencukupi. Selain itu, waspadai pula terjadinya dehidrasi
apabila terjadi diare dan muntah-muntah.
2.3 Upaya Pencegahan Umum Covid-19
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara cuci
tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang
setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan
terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum
makan.
1. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
2. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedangsakit.
3. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas diluar.
4. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada
tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etikabatuk.
5. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
6. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran
napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih
kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai
dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
7. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama
pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
8. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan
masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
9. Cara penggunaan masker yang efektif :
o Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker danwajah.
o Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
o Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh bagian
depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagiandalam). Setelah dilepas
jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan, segera cuci
tangan.
o Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker
yang digunakan terasa mulai lembab.
o Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai. Buang segera masker sekali pakai
dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP.
10. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis.
Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam. Setelahnya, masker
harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum
dipakaikembali.
11. Keluarga yang menemani bayi harus menggunakan masker dan menjagajarak.
12. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau hewan lain
pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
13. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan
darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan penjemputan
di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakitini.
Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk
pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi kesehatan
terkait. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
social terpercaya.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama klien : By “P”
Umur : 4 Bulan
2. Alasan datang
Ibu mengatakan bayinya yang berusia 4 bulan bab cair 6 kali dalam sehari
sejak kemarin. Bayi rewel, panas dan menetek baik.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bayi tidak pernah menderita penyakit batuk, pilek dan panas.
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya yang berusia 4 bulan mencret 5 kali sehari sejak 2
hari lalu. Pada saat ini bayi tidak sedang menderita pilek, batuk, demam,
muntah, gumoh, icterus, penyakit kulit.
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, jantung, dan penyakit menular seperti
TBC,hepatitis.
d. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak
Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penyulit Usia
No Penolong J Nifas
Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan Kehamilan BB PB Anak
K
PKM 9
2900
1 03-04-2021 9 bln Timika Spontan Bidan Tidak ada L 48 baik
gr
jaya
- Social personal:
Bayi sudah bisa mengangkat tangan sebagai tanda ingin digendong atau
menangis ketika ibunya menjauh darinya
Bayi sudah bisa tersenyum, tertawa, menangis, menjerit, menirukan suara
dan bersuara dengan nada yang berbeda-beda sesuai dengan suasana
hatinya, seperti senang, puas, kecewa atau sedih
Bayi sudah bisa tertawa ketika melihat ekspresi atau sesuatu yang ia
anggap lucu
Kadang bayi menangis jika berada di antara orang-orang atau lingkungan
yang tidak dikenalnya
5. Riwayat Psikososial
- Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orangtua dan neneknya bila
orangtuanya bekerja
- Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik dan harmonis
- Ibu mengatkan anaknya senang bermain dengan teman sebaya
- Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapih
-
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat :
- HB0 : 03 - 04 - 2021
- DPT HB 1: 04-06 -2021 DPT HB 2: 04 -07-2021, DPT HB 3: 05 -08 -
2021
- Campak : Belum pernah.
- BCG : 03-04-2021.
- Polio1 :03-04-2021 Polio 3 : 07-06-2021
- Polio 2 : 03-05-2021 Polio 4 :05-07-2021
Reaksi setelah pemberian imunisasi: Ibu mengatakan bayi tidak mengalami
gangguan penyakit berat setelah
diimunisasi.
4. Pola aktifitas Bayi bergerak aktif, menangis kuat, Bayi menangis terus, rewel
reflek mencari puting susu baik, dan badannya lemas.
reflek terkejut baik, reflek
menghisap baik, reflek menelan
baik.
5. Pola personal hygiene Bayi dimandikan setiap pagi dan Bayi hanya disibin dengan air
sore dengan menggunakan air hangat
hangat dan pakai sabun.
B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan umum.
Keadaan umum : Lemah
Suhu : 37 8 С
Pernafasan : 64 x//menit
SPO2 : 98 %
3) Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi.
Kepala : simetris, bersih, pertumbuhan rambut merata, warna
rambut hitam
Muka : simetris, tidak pucat, tidak ada vernic caseosa
Mata : Simetris, bersih, konjungtiva berwarna merah muda,
sclera putih, ada kantung mata atau mata cekung
Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung , tidak
ada secret.
Mulut dan gigi : Simetris, tampak kering, lidah bersih, tidak cyanosis,
tidak ada labio sctizis, tidak ada labio palato
sctizis,tidak ada oral trush
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bagian tertinggi daun
telinga sejajar dengan kantong mata, tidak ada
kelainan tulang, tidak ada pembesaran kelenjar
mastoid.
Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, adanya tonic neck reflek.
Dada : Simetris, jarak puting sisi tidak terlalu jauh, tidak ada
tarikan interkosta.
Abdomen : simetris, bersih, tali pusat sudah lepas
Genetalia : Bersih, ujung penis berlubang, posisi lubang penis di
tengah, testis sudah turun.
Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida, tidak ada kelainan
tulang belakang.
Anus : Bersih, anus berlubang.
Ekstrimitas
Atas : Simetris, reflek menggenggam baik, tidak ada kelainan
bentuk tulang, tidak ada kelainan jumlah jari (polidaktil,
sindaktil, brakidaktili ) Ekstremitas
Bawah : Simetris, tidak ada oedema, reflek babynsky baik, tidak
ada kelainan jumlah jari (polidaktil, sindaktil)
Kulit : Turgor kulit jelek
b. Palpasi.
Kepala :Teraba ubun – ubun besar belum menutup dan ubun-ubun
kecil belum menutup, tidak ada benjolan dan tidak cekung.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Axilla : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : dengan mencubit di daerah perut anak. Kembalinya cubitan
kulit secara lambat atau sangat lambat merupakan pertanda
mengalami dehidrasi. Bayi kulit perut balik lambat selama
2 detik
Punggung : Tidak ada spina bifida.
Anus : Tidak ada atresia ani, tidak lecet
Ekstrimitas : Tidak oedema,teraba dingin pada tangan dan kaki
c. Auskultasi.
Dada : Tidak ada whezing dan ronchi.
d. Perkusi.
Abdomen : Perut tidak kembung.
4) Pemeriksaan antropometri
Panjang Badan saat lahir : 49 cm
Panjang badan saat ini : 77 cm
Kenaikan panjang badan : 18 cm
Berat Badan saat lahir : 2900 gr
Berat badan saat ini : 6200 gr
Kenaikan berat badan : 2300 gr
Lingkar Lengan Atas saat lahir: 10 cm
Lingkar Lengan Saat ini : 15 cm
Kenaikan LILA : 5 cm
Suhu : 378 С
Pernafasan : 64
77 cm
V. INTERVENSI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Tujuan :
- Diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam kebutuhan cairan elektrolit pada bayi
dapat terpenuhi dan suhu tubuh bayi menurun
Kriteria Hasil :
1. Keadaan umum bayi baik
2. TTV dalam batas normal
3. Diare teratasi
4. Tidak dehidrasi
Intervensi :
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.00 WIT
VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.15 wit
VII. EVALUASI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.15 wit
S : - Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas dan
mengetahui tentang kondisi bayinya sekarang
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan petugas
TTV
Suhu : 377 С
Pernafasan : 64 x/menit
SPO2 : 96 %
P :