Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SAKIT PADA BY “P”

USIA 4 BULAN DENGAN DIARE DI PUSKESMAS JILA KABUPATEN


MIMIKA
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :
RENA, S.Tr.Keb

NIM : 202006090236

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada By “P” Usia 4 Bulan dengan Diare di Puskesmas Jila
Kabupaten Mimika Tahun 2021
Mahasiswa atas nama :

Nama : Rena, S.Tr. Keb


NIM : 202006090236

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Istitusi Pembimbing Lahan

Meirna Eka F, SST,M.Keb dr. Ferdynand


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, KepmenkesRI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja)
lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua
kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti
diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam
sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
2.1.1 Jenis-jenis Diare
1. Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2. Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa,
alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau
kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair
kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa
lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu
makan dan badan terasa lemah.
3. Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten
adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal
PPM dan PL tahun 2017).

2.1.2 Klasifikasi Diare


Menurut Hidayat (2018) ada klasifikasi diare dapat dikelompokkan
menjadi diare dehidrasi berat, diare dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa
dehidrasi, diare persisten, disentri :
1. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau
mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infus, berikan cairan intra
vena
(IV) ringer laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar
bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.
2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung,
serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan
lebih lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat
oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus segera
dibawa ke petugas kesehatan.
3. Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi
berat atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih
lama setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau
air matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan
memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan
sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering.
4. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan
dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam
manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai dengan
tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak turun, anjurkan
agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.
5. Disentri Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan
saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare persisten
Sedangkan menurut Octa, dkk (2014) ), berdasarkan durasi waktu diare,
dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare kronik
Diare kronik yang berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti dengan kehilangan berat
badan secara signifikan dan masalah nutrisi.

2.1.3 Gambaran Klinis dan Tanda Gejala


Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai
lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi
dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

2.1.4 Pemberian ASI Ekslusif


Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan
memberikan kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit, karena ASI adalah cairan
yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungio bayi dari berbagai
penyakit. Oleh karena itu dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI maka bayi
dapat terlindung dari penyakit diare. Apabila bayi dipaksa menerima makanan
selain ASI, akan timbul gangguan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain
yang fatal.

2.1.5 Etiologi
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan
menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya
berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare
berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim
kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air
bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya
kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal
di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air
sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar.
Jelas airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare
sangat
banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat
kimia yang meracuni tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang
mengalami diare. Misalnya, mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak
bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh
ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.

2.1.6 Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
- Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
- Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
- Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.
- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

2.1.7 Tanda dan Gejala


Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari,
yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak nafsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran

2.1.8 Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami
tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian
dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan
muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat
ditangani.
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat, yaitu dengan cara :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan
tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan
air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

2.1.10 Penanganan
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera
dilakukan :
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus
dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200
cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam. Ambil air masak satu
gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur.
Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang
lambung, serta makanan ekstra yang bergizi
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti
dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat
minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah
dalam tinja.
2.2 Dehidrasi
Dehidrasi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada bayi dan
anak di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) mendeskripsikan dehidrasi
sebagai kondisi yang disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara berlebih.
Dehidrasi rentan tejadi pada bayi dan anak-anak karena persentase cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
2.2.1 Gejala dehidrasi
Pada bayi, sebesar 70% dari total badan berasal dari cairan tubuh, sedangkan
pada anak dan dewasa komposisi cairan dalam tubuh masing-masing mencapai 65%
dan 60%.Cairan dalam tubuh terbagi dalam dua bagian, dua per tiga cairan berada di
intraselular (dalam sel) dan sepertiga sisanya berada di ruang interstisial (ruang antar
sel) serta plasma.Ketika tubuh mengalami dehidrasi, terjadi kekurangan cairan tubuh
pada kedua bagian tersebut. Dehidrasi dapat terjadi dalam tingkatan ringan, sedang,
maupun berat. Hal ini bergantung pada seberapa besar penurunan berat badan yang
dialami.Penyebab umum dehidrasi pada anak adalah diare dan muntah. Anda dapat
memperhatikan tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak lewat empat gejala
dehidrasi berikut, yaitu:
1. Kondisi umum
Pada dehidrasi ringan atau sedang, anak dapat menjadi gelisah atau rewel.
Perhatikan apabila anak mulai lesu, lunglai, mengantuk, bahkan tidak sadar. Hal
ini merupakan pertanda dehidrasi berat yang membutuhkan pertolongan segera.
2. Mata
Perhatikan area mata anak Anda, apakah terlihat lebih cekung dari biasanya?
Keadaan mata cekung merupakan salah satu pertanda dari dehidrasi.
3. Keinginan untuk minum
Anak dengan dehidrasi ringan atau sedang akan memiliki rasa haus dan keinginan
untuk minum terus menerus. Sedangkan, apabila anak sudah malas minum, perlu
dicurigai dehidrasi yang anak Anda alami sudah termasuk berat atau tidak.
4. Turgor kulit
Turgor kulit adalah tingkat kelenturan kulit. Anda dapat menilainya dengan
mencubit di daerah perut anak Anda. Kembalinya cubitan kulit secara lambat atau
sangat lambat merupakan pertanda anak Anda mengalami dehidrasi. Jika anak
memenuhi dua dari empat gejala dehidrasi di atas, maka ia kemungkinan besar
sedang mengalami dehidrasi. Khusus untuk bayi, gejala dehidrasi di atas mungkin
sulit untuk diidentifikasi.
Selain keempat tanda di atas, gejala dehidrasi lainnya yang dapat Anda
identifikasi adalah:
1. Ubun-ubun (fontanel). Ubun-ubun besar yang teraba cekung merupakan salah
satu tanda dehidrasi yang dialami pada bayi.
2. Tidak mengeluarkan air mata atau air mata berkurang saat menangis
3. Bibir dan mulut kering
4. Penurunan frekuensi dan volume buang air kecil. Urin menjadi berwarna kuning
pekat.
5. Mengantuk
6. Sakit kepala
7. Pernapasan meningkat
8. Tangan dan kaki teraba dingin
9. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan kedua
kuku). Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi.
Turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti
diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila cubitan
kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
10. Kepala Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun
biasanya cekung.
11. Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila
dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan
dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung (Sumber: Susilaningrum et al, 2013).
Penurunan Berat Badan Anak Diare Dengan Dehidrasi Tingkat dehidrasi Kehilangan
berat badan (%) Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-50% (100-500 ml/kg) 9% (90 ml/kg) Presentase penurunan berat
badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di
puskesmas/fasilitas pelayanan dasar dapat digunakan pedoman MTBS (2008),
sebagaimana telah disajikan pada bahasan macam diare di atas.
2.2.2 Anak dan bayi rentan terhadap asidosis metabolic
Bayi dan anak yang mengalami gejala dehidrasi rentan terhadap gangguan
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi karena:
1. Kehilangan bikarbonat dalam jumlah banyak. Bikarbonat ikut terbuang bersama
tinja pada saat diare.
2. Kekurangan glikogen yang menyebabkan ketosis. Ketosis terjadi ketika tubuh
kehabisan karbohidrat untuk proses pembakaran, sebagai kompensasinya liver
mengeluarkan keton sehingga dapat menyebabkan demam, penurunan tekanan
darah, nafas berbau keton. Pada bayi dan anak dapat terjadi lebih cepat
dibandingkan dewasa.
3. Pembuatan asam laktat akibat perfusi jaringan (aliran sirkulasi darah yang
membawa oksigen ke jaringan) buruk.
2.2.3 Cara mengatasi gejala dehidrasi pada anak dan bayi
Untuk kondisi dehidrasi ringan, Anda dapat mencoba memberikan cairan pada
anak. Cairan terbaik yang diberikan adalah cairan oralit. Anak Anda juga bisa minum
banyak cairan lainnya, seperti air putih, kuah sayur, sari buah, air teh, atau air matang.
Ini bertujuan untuk mengembalikan asupan air dalam tubuh yang hilangKhusus untuk
bayi, Anda dapat memberikan ASI lebih sering untuk mencegah anak Anda
mengalami kekurangan cairan tubuh.
Bawalah anak Anda ke dokter apabila dehidrasi tidak mengalami
perbaikan.Jika Anda menyadari gejala dehidrasi berat, atau terjadi dehidrasi pada bayi
atau anak, segera bawa mereka ke dokter agar dehidrasi tidak bertambah parah.
Dehidrasi berat dapat mengancam nyawa dan berakibat fatal.Langkah yang dapat
Anda lakukan sebelum membawa anak Anda ke dokter adalah dengan memberikan
cairan. Anda juga perlu membawa mereka ke dokter apabila diare terjadi sebanyak
lebih dari 6 kali dalam 24 jam, atau muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Dehidrasi dapat dihindari dengan asupan cairan tubuh yang cukup. Minum
banyak air putih untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Saat cuaca panas,
berolahraga, dan sakit, tubuh membutuhkan pengganti cairan yang lebih banyak. Oleh
karena itu, minumlah air dengan porsi lebih banyak dari biasanya.Anda juga perlu
memerhatikan warna air seni ketika buang air kecil. Warna kuning jernih merupakan
pertanda cairan tubuh Anda mencukupi. Selain itu, waspadai pula terjadinya dehidrasi
apabila terjadi diare dan muntah-muntah.
2.3 Upaya Pencegahan Umum Covid-19
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara cuci
tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang
setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan
terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum
makan.

1. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
2. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedangsakit.
3. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas diluar.
4. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada
tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etikabatuk.
5. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
6. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran
napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih
kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai
dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
7. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama
pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
8. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan
masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
9. Cara penggunaan masker yang efektif :
o Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker danwajah.
o Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
o Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh bagian
depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagiandalam). Setelah dilepas
jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan, segera cuci
tangan.
o Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker
yang digunakan terasa mulai lembab.
o Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai. Buang segera masker sekali pakai
dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP.
10. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis.
Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam. Setelahnya, masker
harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum
dipakaikembali.
11. Keluarga yang menemani bayi harus menggunakan masker dan menjagajarak.
12. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau hewan lain
pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
13. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan
darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan penjemputan
di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakitini.
Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk
pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi kesehatan
terkait. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
social terpercaya.

2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien
yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
 Bertahap dan sistematis
 Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
 Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997
2.4.1 Pengertian
 Proses pemecahan masalah
 Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah
 Penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
 Untuk pengambilan suatu keputusan
 Berfokus pada klien atau pasien
2.4.2 Langkah-langkah
2.4.2.1 Langkah I : Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang
dikumpulkan antara lain :
1. Keluhan klien
2. Riwayat kesehatan klien
3. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
5. Meninjau data laboraturium.
Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal
secara lengkap( Mangkuji, 2013).
2.4.2.2 Langkah II : Interpretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang
dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada
nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemukan dari hasil pengkajian ( Mangkuji, 2013).

2.4.2.3 Langkah III : Identifikasi Diagnosis/masalah potensial dan mengantisipasi


penanganannya
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan maslaah yang sudah terindetifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/masalah
tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut
benar-benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah potensial :
Potensial Perdarahan Post-partum, apabila diperoleh data ibu hamil kembar,polihidramnion,
hamil besar akibat menderita diabetes.Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang
ditemukan adalah kehamilan besar ( Mangkuji, 2013).

2.4.2.4 Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera


Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh
memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain
masih bias menunggu bebrapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-kasus kegawatdaruratan
kebidanan seperti, perdarahan yang memerlukan tindakan KBI dan KBE (Mangkuji, 2013).

2.4.2.5 Langkah V : Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh / Intervensi


Pada langkah ini, direncanakan asuha yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien apa dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling
dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu bidan dan pasien ( Mangkuji, 2013).
2.4.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman /
Implementasi
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana
asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke 5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bias
dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, bidan tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam
situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan
demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencan asuhan yang menyeluruh
yang telah dibuat bersama tersebut (Mangkuji, 2013).

2.4.2.7 Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah :
Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup
pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui
mengapa proses manajemen ini tidak efektif (Mangkuji, 2013).

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY “P” USIA 4 BULAN DENGAN DIARE DI


PUSKESMAS TIMIKA JAYA KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2021

Tanggal pengkajian : 06 Agustus 2021 Jam : 08.00 WIT

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama klien : By “P”
Umur : 4 Bulan

Nama Ibu : Ny “F” Nama Ayah : Tn “M”


Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat : Jila

2. Alasan datang
Ibu mengatakan bayinya yang berusia 4 bulan bab cair 6 kali dalam sehari
sejak kemarin. Bayi rewel, panas dan menetek baik.

3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bayi tidak pernah menderita penyakit batuk, pilek dan panas.
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya yang berusia 4 bulan mencret 5 kali sehari sejak 2
hari lalu. Pada saat ini bayi tidak sedang menderita pilek, batuk, demam,
muntah, gumoh, icterus, penyakit kulit.

c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, jantung, dan penyakit menular seperti
TBC,hepatitis.
d. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak
Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penyulit Usia
No Penolong J Nifas
Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan Kehamilan BB PB Anak
K
PKM 9
2900
1 03-04-2021 9 bln Timika Spontan Bidan Tidak ada L 48 baik
gr
jaya

4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Ibu mengatakan hasil pemantauan berat badan dan panjang badan tiap bulan
dalam kategori normal.
b. Perkembangan
- Motorik :
Bayi bisa berguling dari telentang ke tengkurap dan sebaliknya
Bayi kadang sudah dapat duduk beberapa saat tanpa ditopang
Bayi bisa duduk dari posisi tengkurap dengan menopang tubuh
menggunakan tangannya sendiri
Bayi bisa meraih benda yang berada dalam jangkauannya, misalnya
mainan Bayi bisa melempar benda-benda yang berada dalam
genggamannya
- Adaptif :
Bayi mulai terbiasa dengan bunyi-bunyi yang terdengar sehari-hari di
sekitarnya, seperti suara TV, bunyi binatang peliharaan atau suara telepon
Bayi sudah bisa memperhatikan lawan bicaranya dengan seksama
- Bahasa :
Bayi sudah mulai mengoceh dengan beragam dan sering seperti : Ma, Pa,
Ba, Ga
Bayi kadang sudah bisa menggabungkan satu patah kata dengan sepatah
kata lain

- Social personal:
Bayi sudah bisa mengangkat tangan sebagai tanda ingin digendong atau
menangis ketika ibunya menjauh darinya
Bayi sudah bisa tersenyum, tertawa, menangis, menjerit, menirukan suara
dan bersuara dengan nada yang berbeda-beda sesuai dengan suasana
hatinya, seperti senang, puas, kecewa atau sedih
Bayi sudah bisa tertawa ketika melihat ekspresi atau sesuatu yang ia
anggap lucu
Kadang bayi menangis jika berada di antara orang-orang atau lingkungan
yang tidak dikenalnya

5. Riwayat Psikososial
- Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orangtua dan neneknya bila
orangtuanya bekerja
- Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik dan harmonis
- Ibu mengatkan anaknya senang bermain dengan teman sebaya
- Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapih
-
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat :
- HB0 : 03 - 04 - 2021
- DPT HB 1: 04-06 -2021 DPT HB 2: 04 -07-2021, DPT HB 3: 05 -08 -
2021
- Campak : Belum pernah.
- BCG : 03-04-2021.
- Polio1 :03-04-2021 Polio 3 : 07-06-2021
- Polio 2 : 03-05-2021 Polio 4 :05-07-2021
Reaksi setelah pemberian imunisasi: Ibu mengatakan bayi tidak mengalami
gangguan penyakit berat setelah
diimunisasi.

7. Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola – pola kebiasaan Kebiasaan sebelum sakit Kebiasaan saat sakit
1. Pola nutrisi bayi Bayi diberi ASI sering mungkin Bayi menetek,ASI berkurang
karena rewel
2. Pola Istirahat Bayi sering tidur dan terbangun Bayi gelisah kurang tidur
pada popok basah/ saat lapar.
3. Pola eliminasi BAK 5-6 kali sehari warna kuning BAK 2 – 3x sehari warna
jernih, BAB lembek, bau khas ada kuning pekat, BAB encer,bau
ampas. khas cair

4. Pola aktifitas Bayi bergerak aktif, menangis kuat, Bayi menangis terus, rewel
reflek mencari puting susu baik, dan badannya lemas.
reflek terkejut baik, reflek
menghisap baik, reflek menelan
baik.
5. Pola personal hygiene Bayi dimandikan setiap pagi dan Bayi hanya disibin dengan air
sore dengan menggunakan air hangat
hangat dan pakai sabun.

B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan umum.
Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

2) Tanda – Tanda Vital


Nadi : 140 x/menit

Suhu : 37 8 С

Pernafasan : 64 x//menit

SPO2 : 98 %

3) Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi.
 Kepala : simetris, bersih, pertumbuhan rambut merata, warna
rambut hitam
 Muka : simetris, tidak pucat, tidak ada vernic caseosa
 Mata : Simetris, bersih, konjungtiva berwarna merah muda,
sclera putih, ada kantung mata atau mata cekung
 Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung , tidak
ada secret.
 Mulut dan gigi : Simetris, tampak kering, lidah bersih, tidak cyanosis,
tidak ada labio sctizis, tidak ada labio palato
sctizis,tidak ada oral trush
 Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bagian tertinggi daun
telinga sejajar dengan kantong mata, tidak ada
kelainan tulang, tidak ada pembesaran kelenjar
mastoid.
 Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, adanya tonic neck reflek.
 Dada : Simetris, jarak puting sisi tidak terlalu jauh, tidak ada
tarikan interkosta.
 Abdomen : simetris, bersih, tali pusat sudah lepas
 Genetalia : Bersih, ujung penis berlubang, posisi lubang penis di
tengah, testis sudah turun.
 Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida, tidak ada kelainan
tulang belakang.
 Anus : Bersih, anus berlubang.
 Ekstrimitas
Atas : Simetris, reflek menggenggam baik, tidak ada kelainan
bentuk tulang, tidak ada kelainan jumlah jari (polidaktil,
sindaktil, brakidaktili ) Ekstremitas
Bawah : Simetris, tidak ada oedema, reflek babynsky baik, tidak
ada kelainan jumlah jari (polidaktil, sindaktil)
 Kulit : Turgor kulit jelek

b. Palpasi.
 Kepala :Teraba ubun – ubun besar belum menutup dan ubun-ubun
kecil belum menutup, tidak ada benjolan dan tidak cekung.
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
pembesaran vena jugularis.
 Axilla : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
 Abdomen : dengan mencubit di daerah perut anak. Kembalinya cubitan
kulit secara lambat atau sangat lambat merupakan pertanda
mengalami dehidrasi. Bayi kulit perut balik lambat selama
2 detik
 Punggung : Tidak ada spina bifida.
 Anus : Tidak ada atresia ani, tidak lecet
 Ekstrimitas : Tidak oedema,teraba dingin pada tangan dan kaki

c. Auskultasi.
 Dada : Tidak ada whezing dan ronchi.

d. Perkusi.
 Abdomen : Perut tidak kembung.

4) Pemeriksaan antropometri
 Panjang Badan saat lahir : 49 cm
 Panjang badan saat ini : 77 cm
 Kenaikan panjang badan : 18 cm
 Berat Badan saat lahir : 2900 gr
 Berat badan saat ini : 6200 gr
 Kenaikan berat badan : 2300 gr
 Lingkar Lengan Atas saat lahir: 10 cm
 Lingkar Lengan Saat ini : 15 cm
 Kenaikan LILA : 5 cm

5) Pertumbuhan dan perkembangan.


a) Reflek pelindung bayi.
- Reflek morro/terkejut : baik.
- Tonic neck reflek : baik.
- Graps reflek/menggenggam : baik.
- Sleeping reflek / tidur : kurang baik.
- Reflek babynsky : baik.
b) Reflek makan.
- Rooting reflek/mencari puting : baik.
- Suckling reflek/menghisap : baik.
- Swallowing reflek/menelan : baik.
c) Indera bayi
- Indera penglihatan : Bayi dapat mengikuti benda yang bergerak
- Indera peraba : Saat kulit di sentuh bayi bereaksi.
- Indera pendengar : Bila dipanggil namanya bayi menoleh
6) Pemeriksaan penunjang
DDR hasil negative.

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Ds : Ibu mengatakan bayinya yang berusia 4 bulan bab cair 5 kali sehari sejak
kemarin, bayi rewel dan panas, menetek baik.
Do : Ny ”P” tanggal 06-08-2021 jam 08.00 WIT, memeriksakan bayinya yang
berusia 4 bulan.
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
TTV
Nadi : 140 x/menit

Suhu : 378 С

Pernafasan : 64

x//menit Panjang badan saat ini :

77 cm

Berat badan saat ini : 6200 gr


Lingkar lengan Saat ini : 15 cm

III.ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Dehidrasi berat

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


KIE tentang Diare dan penangananya

V. INTERVENSI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.

Tujuan :
- Diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam kebutuhan cairan elektrolit pada bayi
dapat terpenuhi dan suhu tubuh bayi menurun

Kriteria Hasil :
1. Keadaan umum bayi baik
2. TTV dalam batas normal
3. Diare teratasi
4. Tidak dehidrasi

Intervensi :
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.00 WIT

1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dengan menggunakan komunikasi


terapeutik
Rasional : komunikasi terapeutik membantu bidan dalam memberikan penjelasan
sehingga ibu lebih kooperatif dan meningkatkan rasa saling percaya
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pada bayinya
Rasional : dengan penjelasan dari petugas ibu mengerti tentang kondisi bayinya
3. Anjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum menyusui
bayinya. Rasional : agar kuman mati dan tangan menjadi
bersih
4. Anjurkan ibu sering-sering menyusui bayinya
Rasional : agar tidak terjadi dehidrasi.

5. Anjurkan ibu untuk tidak minum jamu


Rasional : jamu yang diminum ibu akan diminum juga oleh bayi melalui ASI,
sedangkan pencernaan bayi sangat sensitive terhadap jamu yang diminum ibunya.
6. Berikan oralit pada ibu agar diminumkan bayinya.
Rasional : oralit mengganti cairan tubuh yang hilang bersama dengan BAB.
7. Ajari ibu cara untuk memberikan cairan oralit kepada bayinya 2- 3x sehari
Rasional : pemberian oralit 4-5 x sehari sesuai dengan dosis untuk bayi berusia 5
bulan
8. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan ibu dan bayinya
Rasional : agar ibu dan bayi tetap nyaman.
9. Anjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap satu bulan
Rasional : mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
10. Anjurkan kolaborasi dengan dokter bila keadaan bayi belum
membaik Rasional : mencegah komplikasi lebih lanjut.

VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.15 wit

1. Melakukan pendekatan ibu dan keluarga dengan menggunakan komunikasi terapeutik


Dengan cara:
- Berbicara dengan kontak mata
- Senyum dan ramah pada ibu
- Santai dan sikap bersahabat
- Menggunakan kata-kata yang di mengerti oleh ibu
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pada bayinya
Keadaan umum bayi cukup termasuk dehidrasi ringan harus banyak penambahan
cairan dengan pemberian ASI sesering mungkin.
3. Menganjurkan ibu mencuci tangan dengan sabun dengan cara 6 langkah cuci tangan
4. Menganjurkan ibu sering – sering memberikan ASI agar bayi tidak dehidrasi
5. Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
6. Memberikan oralit pada ibu agar diminumkan bayinya
7. Mengajari ibu untuk memberikan cairan oralit kepada bayinya 2 – 3 x sehari
Dengan cara . Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin meminumnya. Tidak usah
sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil
oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah
larutan gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir,
dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita
sebanyak mungkin ia mau minum.
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan ibu dan bayinya
9. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap satu bulan
10. Menganjurkan ibu untuk kolaborasi dengan dokter bila keadaan bayi tidak membaik

VII. EVALUASI
Diagnosa : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.
Tanggal : 06 Agustus 2021 Jam : 08.15 wit

S : - Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas dan
mengetahui tentang kondisi bayinya sekarang
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan petugas

O : Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

TTV

Nadi : 140 x/menit

Suhu : 377 С

Pernafasan : 64 x/menit

SPO2 : 96 %

Panjang badan saat ini : 67 cm


Berat badan saat ini : 5200 gr

Lingkar lengan Saat ini : 15 cm

A : By “P” usia 4 bulan dengan Diare.

P :

 Ibu sering – sering menyusui bayinya dengan ASI bayi akan


segera sehat dan memperkuat imun bayi.
 Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
 Menjaga kebersihan ibu dan bayi dengan begitu bayi terhindar
dari bakteri
 Memberikan cairan oralit pada bayi 2 - 3x sehari sampai habis
 Kolaborasi dengan dokter bila kondisi bayi tidak membaik.

Anda mungkin juga menyukai