Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH : AGENT PENYAKIT

Dosen : 1. dr. Ricky C. Sondakh


2. dr. Wooford B.S. Joseph, Msc
3. dr. Hengky Loho, Mkes
4. dr. Nancy S. H. Malonda, MPH
5. dr. Henry Palendeng, MSc
6. dr. Budi T. Ratag, MPH

DIARE

Di Susun Oleh:
JUVITRIA WONGKAR 14111101139

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang berkembang. Untuk perkembangannya, manusia
membutuhkan makanan agar nutrisi yang dibutuhkan tubuh dapat tercapai. Dalam
memenuhi kebutuhan makan manusia, manusia di anjurkan makan 3 kali sehari. Dalam
proses makan manusia, terdapat juga proses pencernaan manusia, dimana makanan yang
di makan, dicernakan di dalam tubuh, dan di keluarkan sebagai sisa makanan.
Di dalam pencernaan, kita bisa mendapati berbagai penyakit, salah satunya karena
bertambahnya buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah, itulah yang
disebut dengan Diare. Diare di golongkan beberapa jenis yaitu, diare akut, disentri, diare
persisten, dan diare dengan masalah lain.
Diare adalah penyakit yang berlangsung dari hari kehari, untuk itu bagi penderita
diare, sangat kesusahan untuk beraktifitas, karena diare menyebabkan sakit di perut dan
membuat penderitanya BAB secara terus menerus.
Untuk itu dalam makalah ini, akan di jelaskan mengenai gejalah diare, penyebabnya,
jenis-jenis diare tersebut, dan cara mengatasinya. Agar kita dapat berhati-hati dan
mengetahui gejalah diare, dan bisa mencegahnya sebelum terjadi lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah yang
bertemakan “Penyakit Diare” sebagai berikut.
1. Apa yang di maksud dari Diare?
2. Apa gejala Diare?
3. Apa penyebab Diare?
4. Apa saja jenis-jenis Diare?
5. Bagaimana cara pencegahan Diare?
1.3 Tujuan Masalah
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan agama. Sementara tujuan khususnya adalah:
1. Mampu mengetahui apa yang di maksud dari Diare
2. Mampu mengetahui gejala-gejala Diare
3. Mampu mengetahui penyebab Diare
4. Mampu mengetahui jenis-jenis Diare
5. Mampu mengetahui apa saja cara-cara untuk mengcegah Diare
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diare


Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Namun
pada anak bayi frekuensi BAB normal bisa lebih sering dari dewasa, maka jangan
langsung mengira bayi diare walaupun buang air besarnya lebih dari tiga kali.
Frekuensi Normal Buang Air Besar Bayi:
1. Bayi usia 0 – 6 bulan (ASI): Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2 hari sekali.
2. Bayi usia 0 – 6 bulan (non-ASI): Sehari 3-4 kali atau sampai hanya 1-2 hari
sekali.
3. Usia di atas 6 bulan: Biasanya 3-4 kali sehari atau 2 hari sekali. Jika sudah
menginjak usia 4 tahun sama seperti dewasa.
Oleh karena itu, Pengertian atau Definisi Diare adalah buang air besar dengan
tinja encer atau berair dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (normalnya).
Sehingga orang yang mengalami diare akan lebih sering ke toilet untuk buang air
besar dengan volume feses yang lebih banyak dari biasanya. Diare dikenal juga
dengan istilah mencret.
Penyakit Diare biasanya berlangsung beberapa hari dan sering sembuh atau
hilang tanpa pengobatan. Akan tetapi adapula penyakit diare yang berlangsung selama
berminggu-minggu atau lebih. Atas dasar itulah penyakit diare digolongkan menjadi
diare akut dan kronis.

2.2 Gejala Diare


Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah
dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-
tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-
gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi (Amirudin, 2007).
Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin
disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila
penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak,
yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja
yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang
melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare
menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

2.3 Penyebab Diare


Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama
natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap
kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air
dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui
15%.
Diare terjadi ketika makanan dan cairan yang anda makan berlalu terlalu cepat
atau terlalu besar jumlahnya pada saluran pencernaan (usus). Secara normal, usus
besar akan menyerap cairan dari makanan yang anda makan, dan meninggalkan
kotoran (tinja) yang setengah padat. Akan tetapi ketika cairan dari makanan yang
Anda makan tidak diserap, maka hasilnya adalah kotoran (feses) yang cair atau encer.
Penyakit Diare mungkin berhubungan dengan infeksi virus atau bakteri dan terkadang
efek dari keracunan makanan.
Secara umum penyebab Diare antara lain:
1. Infeksi virus. Rotavirus adalah penyebab diare pada anak (akut) yang paling
sering.
2. Infeksi bakteri dan parasit, masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
3. Intoleransi makanan. Paling sering adalah intoleransi laktosa (gula pada susu)
pada sebagian orang, sehingga diare terjadi setelah makan atau minum produk
susu.
4. Alergi makanan
5. Reaksi negatif terhadap obat-obatan. Banyak obat-obatan yang dapat
menyebabkan diare. Yang paling sering adalah antibiotik membunuh bakteri baik
dan jahat, yang dapat mengganggu keseimbangan flora normal (bakteri baik)
dalam usus.
6. Penyakit usus. Biasanya menimbulkan diare kronis, dengan banyak penyebab,
seperti penyakit crohn, ulserative colitis, penyakit celiac, kolitis mikroskopik dan
sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome).
7. Gangguan usus fungsional (stress)
8. Operasi kandung empedu atau lambung.

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita,
yaitu ( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau
sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-
kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut
beresiko terinfeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2.4 Jenis-jenis Diare
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat
kelompok yaitu:
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari).
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare
dengan atau tanpa disertai muntah.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah (Soegijanto, 2002).
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan.
Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan
kejang dan koma (Suharyono, 2008).

2.5 Pencegahan Penyakit Diare


Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan
dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang
meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga
(tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai
upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air
bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk
memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya ahan tubuh dari pejamu
maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada seseorang yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan
diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah
terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah
mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi
penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah
makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus
disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama
kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit,
obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri,
parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya
diminum sesuai petunjuk dokter.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal
mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan
yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita
dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara
mental kepada penderita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang “Diare” ini, dapat disimpulkan bahwa, diare
adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare ini merupakan penyakit yang
mengganggu pencernaan manusia, dan dapat menghambat manusia dalam beraktifitas
karena penyakit ini membuat seseorang menjadi, lebih sering buang air besar, keram
dan nyeri di perut, demam, darah dalam tinja, dan kembung. Penyakit ini juga dapat
berakibat gangguan sirkulasi darah berupa hipovolemik dan juga dapat berakibat
kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi,
dan asidosis metabolik. Dalam pencegahan penyakit diare, terdapat tiga tingkatan
pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary
Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan
yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga pencegahan diare inilah yang dapat
digunakan untuk mencegah penyakit diare. Sehingga kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan kita sehari-hari dan terhindar dari penyakit diare tersebut.

3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya kita menjalai pola hidup yang sehat,
menggunakan air bersih, mencuci alat makan dan makanan dengan air bersih, tidak
memakan makanan yang kotor, dan menjaga kesehatan dan kualitas makanan tersebut.
Dengan pola hidup yang sehat itulah kita dapat menjalani hidup dengan sehat dan
terhindar dari berbagai jenis penyakit seperti diare yang mengganggu pencernaan
manusia akibat dari makanan yang kita konsumsi dan pola hidup yang tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai