DIARE
Di Susun Oleh:
JUVITRIA WONGKAR 14111101139
PENDAHULUAN
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita,
yaitu ( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau
sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-
kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut
beresiko terinfeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2.4 Jenis-jenis Diare
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat
kelompok yaitu:
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari).
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare
dengan atau tanpa disertai muntah.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah (Soegijanto, 2002).
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan.
Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan
kejang dan koma (Suharyono, 2008).
3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya kita menjalai pola hidup yang sehat,
menggunakan air bersih, mencuci alat makan dan makanan dengan air bersih, tidak
memakan makanan yang kotor, dan menjaga kesehatan dan kualitas makanan tersebut.
Dengan pola hidup yang sehat itulah kita dapat menjalani hidup dengan sehat dan
terhindar dari berbagai jenis penyakit seperti diare yang mengganggu pencernaan
manusia akibat dari makanan yang kita konsumsi dan pola hidup yang tidak baik.