Anda di halaman 1dari 21

Evaluasi Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Panyakit DBD

Chatrine wijanarko
102012158

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu masalah kesehatan masyarakat
penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa dengan
kematian yang besar. 1Di Indonesia nyamuk penular (vector) penyakit DBD yang penting adalah
Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,tetapi sampai saat ini yang menjadi vector
utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.1
Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7 hari, ptekie dan adanya
manifestasi perdarahan, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan
bertendensi menimbulkan rejatan (syok) dan kematian. Kejadian Luar Biasa DBD terbesar
terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence rate(IR)= 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =
2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun pada tahun berikutnya IR
cenderung meningakat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002) dan
23,87 (tahun 2003).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena
semakin baiknya sarana transporatasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku
masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir pada di
seluruh pelosok tahan air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.
Penyakit DBD sampai saat ini mesih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. Sampai sekarang penyakit DBD belum di temukan obat maupun
vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini dengan memutuskan rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vector. Vector utama penyakit DBD di Indonesia adalnya
nyamuk aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air
yang terdapat dalam wadah (container) tempat penampungan air artificial misalnya drum, bak

1
mandi, gentong, ember dan sebagainya; tempat penampungan air alamiah misalnya lubang
pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air
misalnya vas bunga, ban bekas, botol keras, tempat minum burung dan sebagainya.
Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan kita dengan cara 3M,
yaitu menguras tempat penampungan air dengan menyikat bagian dalam dan harus dikuras
paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menimbun
dalam tanah barang-barang bekas ataupun sampah yang dapat menampung air hujan.
Insiden penyebaran penyakit DBD di pengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas
penduduk, kepadatan penduduk, adannya container buatan maupun alami di tempat pembuangan
akhir akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku
masyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
foffing, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup dan mengubur).
Selain itu, pemerintah melalui puskesmas memberikan bantuan berupa pengasapan sarang
nyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerah
yang memiliki penderita DBD .

PEMBAHASAN

Skenario 4 : Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan DHF masih
didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%. Rata-rata penderita datang
terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke Rumah Sakit. Berdasarkan pemantauan jentik,
didapatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Berdasarakan pemantauan jentik didapatkan
angka bebas jentik 60 %. Dilihat dari situasi endemisitas desa, maka beberapa desa termasuk
desa endemis dan sisanya termasuk desa sporadik. Kepala Puskesmas akan melakukan
revitalisasi program pemberantasan DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-
rendahnya dan CFR serendah-rendahnya dan CFR 0%.

2
A. Epidemiologi DBD
a. Agent : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)
yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan
mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter diatas permukaan air laut.
Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain.
Serotype 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukan manifestasi klinis yang berat.1,2

b. Pejamu (host): virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic excubation period) sebelum dapat di
tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina
dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam
tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari
sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 1,2,3

3
c. Lingkungan (environment).2,3
Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh
pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut:
1) Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak
kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang
pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias.

a. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di
berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap
tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda.
Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam
lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam
yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan
nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang
menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain

b. Musim: Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap


tahun terjadi pada buan September s/d Februari dengan puncak pada bulan
Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan.
Akan tetapi Untuk kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya
musim penularan terjadi pada bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada
bulan Juni atau Juli.4

2) Lingkungan biologi: terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada
pelepah, daun maupun batangnya.
a. Populasi: Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi
virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah

4
insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan
semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat
menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.
b. Nutrisi: Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi
peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik,
maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

3) Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang


memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat
penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air.

Puskesmas:4,5
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal
dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu
atau sebagian wilayah kecamatan.
Tujuan:
Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas.4

Fungsi:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
- Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.

5
- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:
- Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat.
- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.
- Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
- Pelayanan kesehatan perorangan
- Pelayanan kesehatan masyarakat

Kegiatan Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok Puskesmas dikembangkan dari Basic Health Care Services (WHO) yang dikenal
sebagai Basic Seven yang terdiri atas :5
a. Mother and Child Health Care
b. Medical Care
c. Environmental Sanitation
d. Health Education
e. Simple Laboratory
f. Communicable Disease Control
g. Simple statistic

Upaya Kesehatan
Puskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat.
Ada 2 Upaya :

6
a. Upaya kesehatan Wajib
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmern nasional,regional dan global serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini
harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi:
- Upaya Promosi Kesehatan
- Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb
- Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
- Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan


Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini
meliputi:
- UpayaKesehatanSekolah
- UpayaKesehatanOlahraga
- UpayaKesehatanKesehatanMasyarakat
- UpayaKesehatanKerja
- UpayaKesehatanGigidanMulut
- UpayaKesehatanJiwa
- UpayaKesehatanMata
- UpayaKesehatanusialanjut
- UpayaPembinaanPengobatanTradisional

Peranan Dokter di Puskesmas


Dokter menjadi seorang yang aktivitasnya mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain
mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail,
seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan
pelayanan holistik pada pasiennya.

7
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai
tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan
kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan
keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis
dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang
dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi
contoh bagi komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah
lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan
mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu
yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan
petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing
disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.
Koordinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik

8
B. Sistem Puskesmas
Dalam menangani sebuah kasus permasalahan, perlu dievaluasi ulang apa saja pembentuk
unsur-unsur daripada pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini yang perlu ditinjau ulang ialah
sistem daripada permasalahan tersebut. Sistem adalah gabungan elemen yang dihubungkan oleh
proses/struktur yang berfungsi untuk menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Ciri-ciri
sistem ialah:

- Mempunyai tujuan
- Terdiri dari beberapa elemen yang membentuk suatu kesatuan
- Mengubah input menjadi output
- Dipengaruhi oleh lingkungan
- Mempunyai mekanisme pegendalian mengatur diri sendiri dan adaptasi

Gambar 1. Skema sebuah Sistem8

Planning (perencanaan)

Menurut Billy E. Goets, planning adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari
beberapa kemungkinan yang tersedia yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Dalam
kehidupan sehari-hari dikenal beberapa istilah yang agak identik dengan perencanaan.9 Istilah
yang dimaksud adalah:6

9
Peramalan (forcasting)
Penyelesaian masalah (problem solving)
Penyusunan program (programming)
Penyusunan rancangan (designing)
Pengkajian kebijakan (policy analysis)
Proses pengambilan keputusan (decision making process)

Organization (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk


melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan memuaskan. Definisi lain menyebutkan pengorganisasian adalah pengaturan
sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah
disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggungjawabnya.9 Unsur-
unsur pokok dalam pengorganisasian antara lain:6
Hal yang diorganisasikan seperti kegiatan, tenaga pelaksana
Proses pengorganisasian
Hasil pengorganisasian.Prinsip pokok organisasi antara lain:
Mempunyai pendukung
Mempunyai tujuan
Mempunyai kegiatan
Mepunyai pembagian tugas
Mempunyai perangkat organisasi
Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang
Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah danarah

Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan)

Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan) adalah melaksanakan rencana yang telah dibuat dan


yang telah ditetapkan bentuk organisasi yang akan melaksanakan rencana tersebut. Sebagai
seorang manager didalam pelaksanaan rencana/program (kesehatan) harus mempunyai
pengetahuan/ kemampuan :6,9

10
Motivasi (motivation)
Komunikasi (communication)
Kepemimpinan (leadership)
Pengarahan (directing)
Pengawasan (controlling)
Supervisi (supervision)

Controlling (pengawasan)

Controlling adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan
pelaksana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Definisi lain
menyebutkan controlling (pengawasan) adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu
program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Untuk melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan:6,9

Obyek pengawasan, yaitu hal-hal yang akan diawasi dari pelaksanaan program
Metoda pengawasan, yang merupakan mekanisme umpan-balik
Proses pengawasan, merupakan langkah langkah yang terdiri: merumuskan rencana,
tujuan dan standar pengawasan, mengukur penampilan, membandingkan hasil dengan
standar, menarik kesimpulan dan melaksanakan tindak lanjut

Pemeberatasan vector
a.Abatisasi selektif
Pemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan
pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat
tersebut dengan bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk 100 liter
air.

b.Kegiatan 3M
Dengan Bulan Gerakan 3 M yang perwujudannya melalui jumat bersih selama 30 menit setiap
satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan
mengubur tempat pertumbuhan jentik.

11
c.Fogging fokus
Pengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus dan sekitarnya dengan
jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20 rumah sekitarnya. Dilakukan 2 siklus dengan dengan
jarak seminggu.
Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE) positif, yaitu:
- Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain
- Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus demam.
- ada kasus DBD meninggal
d.Fogging massal
Dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada awal dan akhir musim
penghujan.

Penyuluhan kesehatan
- Perorangan: penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab/ konsultasi terhadap individu yang
berobat di puskesmas.
- Kelompok: dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah melalui
diskusi, dan menggunakan poster.

Promotif
Promosi Kesehatan
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk),
penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui
jalur informasi yang ada :
a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru,
murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.
b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada
penderita/keluarganya di puskesmas
c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.
d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I,
Pusat)
Menggerakan masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim

12
penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat.
Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan
dalam program sanitasi

Preventif9
Pemberantasan vektor
a. Pengasapan (fogging/ ULV)
pelaksana : petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang
telah dilatih
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : rumah dan tempat-tempat umum
insektisida : sesuai dengan dosis
alat : mesin fog atau ULV
cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu
b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
pelaksana : masyarakat di lingkungan masing-masing
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan
merupakan satu kesatuan epidemiologis.
Sasaran : semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan
air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan sebagainya, di
rumah/bangunan dan tempat umum.
Cara : melakukan kegiatan 3M plus
untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu
melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:
1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak
mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut
tidak bisa dikuras
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan
berkembang biak di dalamnya
3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya
ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain

13
c. Larvasidasi
pelaksana : tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas
kesehatan kabupaten/kota
lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit
sasaran : tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum
Larvasida : sesuai dengan dosis
Cara : larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB
Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi
temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau
10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini
mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth
regulator.

Kuratif
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan
sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan
komplikasi perlu perawatan intensif.3,10
a. Tirah baring selama masih demam
b. Obat antipiretik atau kompres panas hangat.
c. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak
dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
d. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam,
anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan
diberikan selama 2 hari.
e. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu
turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.
f. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu
menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena.
Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam
faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan

14
ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA
tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin

Protektif
Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan
adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit
DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku
dan kebiasaan masyarakat.10
1. Prilaku Masyarakat
Adalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Atau dapat pula diartikan
suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.
a. Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi,
menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera.
Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi:
- pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara
pencegahan DBD)
- pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
- pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)
Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih,
sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai
pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan
biologic.

b. Sikap
Merupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran
seperti diatas:
- sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan
DBD)

15
- sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan
- sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)

c. Praktik./Tindakan
Merupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup:
- praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan
penyakit DBD
- praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup
mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang
- praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada
tempatnya.

2. Kebiasaan Masyarakat
Berhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju. Hal ini
berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang
hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang
yang tergantung. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa
dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk
bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang
bergantungan.

Surveilance

Surveilans adalah observasi kejadian yang sedang berlangsung, aktif, dan sistematik
terhadap kejadian dan distribusi penyakit dalam suatu populasi, dan kejadian atau kondisi yang
dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kejadian suatu penyakit. Sistem surveilans dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai macam peristiwa.6

Surveilans juga dapar digunakan untuk mengukur outcome lainnya yang disebabkan oleh
pelayanan atau kinerja, atau proses tindakan yang diambil untuk mencapai suatu outcome
(seperti kepatuhan pada suatu kebijakan atau peraturan yang telah disepakati). Dua tujuan utama

16
program surveilans dalam fasilitas pelayanan kesehatan adalah: memperbaiki kualitas pelayanan
pasien; dan mengidentifikasi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi untuk mencegah
dan mengendalikan infeksi nosokomial dan kejadian tidak diinginkan lainnya. Empat tujuan
suatu program surveilans adalah: 1. Mempersiapkan standar nilai, atau rate penyakit endemik; 2.
mengidentifikasi peningkatan rate penyakit di atas standar nilai yang telah ditetapkan, atau yang
diperkirakan; 3. mengidentifikasi faktor risiko penyakit; dan 4. mengevaluasi efektivitas tindakan
pengendalian.6

Terdapat beberapa metode surveilans yang telah digunakan dalam fasilitas pelayanan
kesehatan. Metode ini dapat dipisahkan ke dalam empat kategori utama: 1. Surveilans prospektif
total, ketika semua pasien dipantau untuk infeksi nosokomial pada semua divisi rumah sakit; 2.
Surveilans yang bertarget, yaitu dengan menyurvei infeksi terseleksi, tempat infeksi, atau
organisme tertentu yang akan disurvei; 3. Survei prevalensi, untuk jumlah infeksi yang aktif
selama periode waktu tertentu, dan rate prevalensi yang dihitung; 4. Surveilans periodik, yang
dapat dilakukan selama suatu periode waktu tertentu pada unit-unit yang terpilih dan surveilans
periode berikutnya dilakukan pada unit lain sehingga keseluruhan rumah sakit dapat disurvei
pada selama tahun tersebut.6

Suatu program surveilans yang telah dirancang dengan baik seharusnya mempunyai
kegiatan pengumpulan data, manajemen data, analisis data, dan diseminasi data yang
berkelanjutan untuk mengendalikan dan mencegah penyakit.6

Tanpa mengabaikan fasilitas pelayanan kesehatan, orang-orang yang merancang suatu


program surveilans untuk fasilitas pelayanan kesehatan seharusnya dapat menetapkan suatu
sistem yang dapat mencegah timbulnya infeksi dan kejadian merugikan lainnya lebih banyak lagi
dengan sumber daya yang ada. Daftar ini dapat digunakan untuk merancang suatu program
surveilans: 1. Menargetkan outcome yang akan dicegah dan proses yang akan dikembangkan
serta mengembangkan indikator yang spesifik dengan tujuan tertentu; 2. Menetapkan prioritas
menurut tujuan tersebut; 3. Mengalokasi waktu dan sumber daya yang sesuai dengan prioritas
yang telah ditetapkan; 4. Setelah menyelesaikan 3 langkah pertama, strategi surveilans,
pencegahan, dan pengendalian kemudian dirancang agar langkah-langkah tersebut dapat
mendukung tujuan yang telah ditetapkan; 5. Setelah waktu surveilans ditentukan, langkah

17
berikutnya adalah mengevaluasi program survelians, pencegahan, dan pengendalian, serta
merevisi program tersebut jika dibutuhkan.6

Pemilihan denominator yang tepat adalah salah satu aspek yang paling penting dalam
pengukuran frekuensi penyakit. Denominator yang digunakan harus mendekati populasi berisiko
yang sebenarnya. Insidens mengukur frekuensi kasus atau kejadian selama suatu periode
tertentu. Rumusnya adalah:6



Insidens = 10

Selain itu terdapat juga prevalensi yang mengukur kejadian kasus baru maupun kasus
yang telah ada dari suatu penyakit.Rumusnya adalah:6



Prevalensi = 100

Surveilans vektor DHF ditujukan untuk memperoleh informasi tentang kepadatan dan
distribusi vektor DHF, tempat bersarannya yang berpotensial, jarak terbang, arah infiltrasi vektor
ke dalam masyarakat, dan pengaruh perubahan cuaca atau mutasi terhadap populasi vektor.

Penetapan Status Kejadian8


Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang
artinya sebagai berikut:
1) Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat
baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
2) Kejadian Luar Biasa

18
Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu.
b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu
daerah.
(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan
dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam,
hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari,
minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:
- Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita tersangka DHF
yang perlu dikonfirmasi laboratorium.
- Menentukan luas daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.
- Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat, mengenai fasilitas
dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.
- Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah
oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kakus tersebut
dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam
berdarah yang mengelompok, dan yang meninggal).
Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah
(kelurahan) endemis DBD :, 3
- Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD
- Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD
- Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat,
transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5%
- Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus

19
Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I
minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan
penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko
penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan
kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.9

PENUTUP
Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan
nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan
penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.
Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting
bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara
cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target
variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan
DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan
dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD
sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk
menurunkan angka kesakitan DBD.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Nasruddin. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian DBD di
Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian Analitik. Yogyakarta: Program Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada.2000.
2. Kadar, A. Epidemiologi dan Penyakit Menular. Magelang: Balai Pelatihan
Kesehatan.2003.
3. Widoyono. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Penyakit Tropis Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.2008.
4. Thomas S. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Edisi
3. Jakarta; Departemen Kesehatan 2007.

5. Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan Pembangunan


Nasional 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta; h 44-6
6. Trihono. Arrime, pedoman management puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2002.

7. Ferry Efendi,Makhfudli.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Penerbit Salemba Medika.Jakarta,2009; h 274-85
8. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan. 2001.

9. Sungkar S. Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi program pemberantasan demam berdarah


dengue di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedokt Indon 2006;56:108-12.

21

Anda mungkin juga menyukai