Anda di halaman 1dari 17

8

E. Kerangka Teori

Limbah

Limbah Padat Limbah Cair Limbah Gas

1. Rumah Tangga
2. Industri
Nitrat,
3. Pertanian Posfat, TSS,
4. Rembesan dan COD
Luapan

pH, BOD
1. Merusak keindahan/estetika
2. Menimbulkan kerusakan
lingkungan
3. Merusak dan membunuh
kehidupan di dalam air
4. Membahayakan kesehatan. Daun Ketapang

Penurunan pH dan
BOD air limbah
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah
1. Limbah Padat
Limbah padat merupakan salah satu limbah yang paling banyak
terdapat di lingkungan. Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah.
Bentuk, jenis, dan komposisi limbah padat sangat dipengaruhi oleh
taraf hidup masyarakat dan kondisi alam, sedangkan jumlahnya sangat
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk. Umumnya, semakin padat
populasi di suatu daerah. akan semakin besar pula produksi limbah
padatnya. Secara umum, klasifikasi limbah padat (sampah) menurut
istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu:
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi
basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau
terurai mikroorganisme.
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu
sampah padat anorganik atau organik cukup kering yang tidak
terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. jenis
sampah ini adalah selulosa, kertas, plastik dan logam.
c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu dan hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa karena ringan dan tidak
mudah membusuk.
d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah
bangkai binatang, seperti tikus, ikan, dan ternak yang mati. Limbah
ini relatif kecil jumlahnya, namun bila terjadi penumpukan,
sampah ini akan bermasalah karena mudah busuk dan bau.
e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil jalanan
yang berasal dari berbagai sampah yang tersebar di seperti
dedaunan, kertas, dan plastik.
f. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang
berasal dari buangan industri. Komposisi sampah ini dari jenis
industrinya. Semakin banyak industri yang berkembang akan
10

semakin besar dan beragam sampah yang dihasilkan (Sumarno,


2002).
2. Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud , berupa
air beserta bahan-bahan buangan lain yang pur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air. Limbah cair dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelompok :
a. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair
hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan,
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Contoh limbah cair
domestik adalah air deterjen sisa cucian, sabun, dan air tinja.
b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair
hasil buangan industri. Contoh limbah cair industri adalah air sisa
cucian daging, buah, atau sayur dari industri pengolahan makanan
dan dari sisa pewarnaan kain dan bahan dari industri.
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair
yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau
melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke
dalam saluran pembuangan melalui pipa yang rusak, pecah, atau
bocor sedangkan luapan dapat terladi melalui bagian saluran yang
membuka atau terhubung ke permukaan. Contoh limbah cair yang
dapat merembes dan meluap ke dalam saluran pembuangan limbah
cair adalah air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC),
tempat parkir, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta
pertanian atau perkebunan.
g. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran
air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan
tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan
padat atau cair sehingga dapat disebut sebagai limbah cair
(Sumarno, 2002).

3. Limbah Gas
11

Limbah gas biasanya dibuang ke udara. Di udara, terkandung


unsur kimia seperti O2, N2, NO2 dan lain-lain. Limbah gas yang
dibuang ke udara dan melampaui nilai ambang batas dapat
menurunkan kualitas udara. Tingkat kualitas udara dilihat dari jenis
limbah gas, volume gas yang lepas, dan lamanya limbah berada di
udara. Jangkauan persebaran gas melalui udara dapat meluas karena
faktor cuaca dan arah angin. Arah udara dapat mempengaruhi karena
sifatnya yang ringan sehingga mudah terbawa. Pada umumnya, jenis
limbah gas yang ada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa
kimia. Beberapa macam limbah gas yang umumnya ada di udara
adalah :
a. Karbon monoksida (CO) : Gas tidak berwama, tidak berbau.
b. Karbon dioksida (CO2) : Gas tidak berwarna, tidak berbau.
c. Nitrogen oksida (NO) : Gas berwarna dan berbau.
d. Sulfur oksida (SO) : Tidak berwarna dan berbau tajam.
e. Asam klorida (HCl) : Berupa uap.
f. Amonia (NH3) : Gas tidak berwarna, berbau.
g. Metan (CH4) : Gas berbau.
h. Hidrogen fluorida (HF) : Gas tidak berwarna.
i. Nitrogen sulfida (NS) : Gas berbau.
j. Klorin (Cl) : Gas berbau
h. Limbah gas yang dibuang ke udara bisanya juga mengandung
partikel-partikel bahan padatan (misalnya abu) atau cairan
(misalnya tetesan asam sulfat) yang berukuran sangat kecil dan
ringan sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Partikel
bahan padatan atau cairan ini biasanya disebut sebagai materi
partikulat (Sumarno, 2002).

B. Limbah Cair Rumah Tangga


Limbah cair adalah semua jenis bahan sisa yang dibuang dalam
bentuk larutan atau berupa zat cair. Limbah cair dapat berupa air bekas
pencucian, busa detergen dan lain (Palar,2008). Limbah rumah tangga
adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
12

industri rumah tangga dan kotoran manusia. (Putra,Y., 2004). Kotoran-


kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral
dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan
kecil benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung
dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid. (Mahida,U.N., 1984).
1. Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga
Limbah cair rumah tangga memiliki karakteristik khas.
Karakteristik ini meliputi fisik, kimia, dan bakteriologis. Karakter fisik
air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya
mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang
volumenya bervariasi antara 100–500 mg/l. Apabila volume suspensi
padat kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila
lebih dari 500 mg/l disebut kuat. Karakteristik kimia air limbah
biasanya bercampur dengan zat kima anorganik yang berasal dari air
bersih dan zat organik dari limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber,
air limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau
membusuk akan bersifat asam karena sudah mengalami kandungan
bahan organiknya mengalami proses dekomposisi yang dapat
menimbulkan bau tidak menyenangkan. Sedangkan karakteristik
bakteriologis air limbah dilihat dari bakteri patogen yang terdapat
dalam air limbah yang biasanya termasuk golongan E.coli.
Menurut Sumarno (2002) komposisi limbah cair rumah tangga
rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang
berasal dari sisa makanan, urin dan sabun. Sebagian limbah berbentuk
bahan tersuspensi, lainnya dalam bentuk terlarut. Karakteristik fisik
dan kimia limbah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga


13

Konsentrasi (mg/l)
NO Cemaran
Kisaran Rata-rata
1. Padatan :
Terlarut 250-850 500
Tersuspensi 100-350 220
2. Minyak dan Lemak 50-150 100
3. BOD 110-400 220
4. COD 250-1000 500
5. TOC 850-290 160
6. Nitrogen :
Organik 8-35 15
NH3 12-50 25
7. Phospor :
Organik 1-5 3
Anorganik 3-10 5
8. Klorida 30-100 50
9. Alkalinitas 50-200 100
Sumber : Sumarno (2002)
Secara umum karakteristik limbah cair rumah tangga adalah :
a. Phospat
Menurut Hammer, M.J. dan Viesman, W. (2005),
bentuk utama dari fosfor dalam limbah domestik cair adalah
fosfor organik, ortho posphat (H2PO4- , HPO42 – , PO43 –)
dan poli posphat. Tipe poli phospat adalah sodium hexa meta
fosfat (Na3(PO3)6), sodium pyro fosfat Na4P2O7. Sebagian
besar fosfor yang masuk ke dalam air permukaan berasal dari
limbah manusia dan run off. Kontribusi dari non point sources
dalam drainase berkisar antara 0 – 15 lb forfor/acre/tahun,
sedangkan air limbah rumah tangga mengandung setidaknya 2
lb (0,9 kg) fosfor/kapita/tahun. Phospat terdapat dalam air alam
atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, poliphospat dan
phospat organis. Setiap senyawa phospat tersebut terdapat
14

dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel


organisme dalam air. Di daerah pertanian ortophospat berasal
dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui
drainase dan aliran air hujan. Poliphospat dapat memasuki
sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan detergen yang mengandung phospat,
seperti industri pencucian, industri logam dan sebagainya.
Phospat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja)
dan sisa makanan. Phospat organis dapat pula terjadi dari
ortophospat yang terlarut melalui proses biologis karena baik
bakteri maupun tanaman menyerap phospat untuk
pertumbuhannya (Winata, et al., 2000).
Phospat terlarut adalah salah satu bahan nutrisi yang
menstimulasi pertumbuhan yang sangat luar biasa pada alga
dan rumput-rumputan dalam danau, estuaria, dan sungai berair
tenang. Batas konsentrasi phospat terlarut yang diijinkan adalah
1,0 mg/liter. Delapan puluh lima persen atau lebih dari jumlah
tersebut berasal dari pembuangan limbah domestik. Menurut
Peavy, H. S. et al.(1985), phospat berasal dari deterjen dalam
limbah cair dan pestisida serta insektisida dari lahan pertanian.
b. Nitrat
Sebagian besar nitrogen yang ditemukan dalam air
permukaan adalah hasil dari drainase tanah dan air limbah
domestik. Air limbah domestik yang merupakan sumber utama
nitrogen berasal dari air limbah feses, urin dan sisa makanan.
Besarnya kontribusi per kapita berkisar antara 8 – 12 lb
nitrogen/tahun. Nitrogen ini ditemukan dalam bentuk organik
(40%) dan amonia (NH4+) sebesar 60% (Hammer, M.J. dan
Viesman, W., 2005).
Menurut Winata et al. (2000) nitrogen dalam air dapat
berada dalam berbagai bentuk yaitu nitrit, nitrat, amonia atau N
yang terikat oleh bahan organik atau anorganik. Nitrit dan nitrat
15

merupakan bentuk nitrogen teroksidasi dengan tingkat oksidasi


+3 dan +5. Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan
keadaan sementara proses oksidasi antara amonia dan nitrat
yang dapat terjadi dalam air sungai, sistem drainase, instalasi
air buangan dan sebagainya. Sedangkan nitrat adalah bentuk
senyawa yang stabil dan keberadaannya berasal dari buangan
pertanian, pupuk, kotoran hewan dan manusia dan sebagainya.
Keberadaan nitrit dalam jumlah tertentu dapat membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan haemoglobin dalam
darah, hingga darah tidak dapat mengangkut oksigen lagi.
Sedangkan nitrat pada konsentrasi tinggi dapat menstimulasi
pertumbuhan ganggang yang tak terbatas, sehingga air
kekurangan oksigen terlarut yang bisa menyebabkan kematian
ikan.
Menurut Sastrawijaya (2000), adanya amonia
merupakan indikator masuknya buangan permukiman. Alerts
dan Santika (1987) menyatakan amonia dalam air permukaan
berasal dari air seni, tinja dan oksidasi zat organik secara
mikrobiologis yang berasal dari buangan pemukiman
penduduk. Pendapat ini didukung oleh Kumar De (1997) yang
menyatakan bahwa limbah domestik mengandung amonia.
Amonia tersebut berasal dari pembusukan protein
tanaman/hewan dan kotoran. Menurut Kristianto (2002),
tumbuhan dan hewan yang telah mati akan diuraikan
proteinnya oleh organisme pembusuk menjadi amoniak dan
senyawa amonium. Nitrogen dalam kotoran dan air seni akan
berakhir menjadi amonia juga. Jika amonia diubah menjadi
nitrat maka akan terdapat nitrit dalam air. Hal ini terjadi jika air
tidak mengalir, khususnya di bagian dasar. Nitrit amat beracun
di dalam air, tetapi tidak bertahan lama. Kandungan nitrogen di
dalam air sebaiknya di bawah 0,3 ppm. Kandungan nitrogen di
atas jumlah tersebut mengakibatkan ganggang tumbuh dengan
16

subur. Jika kandungan nitrat di dalam air mencapai 45 ppm


maka berbahaya untuk diminum. Nitrat tersebut akan berubah
menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan mengakibatkan
wajah membiru dan kematian.
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk mennyatukan tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Skala pH
bukanlah skala absolut, Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional (Hidayat, 2008).
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan
Denmark Soren Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909.
Tidaklah diketahui singkatan apakah “p” pada kata “pH”.
Beberapa referensi mensugestikan bahwa p berasal dari
“power” (daya), ada pula yang merujuk pada kata “ potential”.
Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun
2000 yang berarti “ logaritma negatif”. Air murni bersifat
netral, dengan pH-nya 7,0 pada suhu 25o. Larutan dengan pH
lebih kecil dari 7 dikatakan bersifat asam, dan larutan dengan
pH lebih besar daripada 7 dikatakan bersifat basa atau alkalin.
Suatu larutan asam kuat, seperti asam klorida, pada konsentrasi
1 mol dm-3 mempunyai pH 0. Suatu larutan alkali yang kuat,
seperti natrium hidroksida, pada konsentrasi 1 mol dm -3
mempunyai pH 14. Dengan demikian, nilai Ph diukur akan
kebanyakan berada pada kisaran 0 hingga 14. Karena pH
adalah skala logaritma perbedaan satu unit pH setara dengan
sepuluh kali lipat perbedaan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang medis, biologi,
kimia, ilmu makanan, oseanografi, dan bidang-bidang lainnya
(Hidayat, 2008).
17

Suatu zat asam yang dimasukkan ke dalam air akan


mengakibatkan bertambahnya ion hidrogen (H+) dalam air dan
mengakibatkan berkurangnya ion hidroksida (OH-). Sedangkan
pada basa, akan terjadi sebaliknya. Zat basa yang dimasukkan
ke dalam air dan akan mengakibatkan bertambahnya ion
hidroksida (OH-) dan berkurangnya ion hidrogen (H+)
(Hidayat, 2008). Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat
digunakan untuk menentukan derajat keasaman atau kebasaan
suatu zat. Semakin asam suatu zat, semakin banyak ion H+ dan
semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air. Sebaliknya
semakin basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan
semakin banyak ion OH- di dalam air, pH yang
menggambarkan konsentrasi yang hidrogen. Semakin tinggi
nilai pH semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin
rendah kadar karbiondioksida bebas pH yang mempengaruhi
toksisitas suatu senyawa kimia. Untuk meningkatkan pH suatu
perairan kita bisa melakukan pengapuran (Marsidi, 2001).
Derajat keasaman atau pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan
dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH
tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan
tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang
kehidupan mereka. pH di perairan sangatlah penting untuk
menjaga keseimbangan kehidupan di perairan , oleh karna itu
tinggi rendahnya pH sangatlah berpengaruh terhadap
organisme di perairan terutama ikan. Karena pH tersebut
sangatlah mempegaruhi saat ikan sedang memijah. Apabila pH
optimal ,maka ikan dapat berkembangbiak dengan optimal
pula, begitu juga sebaliknya. Dalam kehidupan manusia
pengaruh pH dapat juga berdampak pada kebutuhan akan air
bersih. pH yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan
18

kesehatan akan sangat berpengaruh dalam segi kesehatan


manusia. pH yang terlalu rendah (asam) dapat berbahaya
karena tubuh tidak bisa mentoleransi ketidakseimbangan asam
dalam waktu lama. Jika pH terlalu rendah itu artinya terjadi
penumpukan karbondioksida dalam darah. Karbondioksida
yang tinggi akan membuat pernafasan menjadi sulit. Selain itu,
kondisi tubuh yang asam dapat menyebabkan kelelahan, nyeri,
kulit melepuh, sakit, kepala, mengantuk, alergi, pilek dan flu,
serta masalah sinus. Oleh karena itu, kebutuhan air yang bersih
dan sesuai persyaratan kesehatan sangat diperlukan mengingat
dampak pH yang berbahaya bagi tubuh manusia jika tidak
sesuai. Kadar pH yang tepat pada air yang dikonsumsi sehari-
hari akan membuat organ tubuh bekerja secara optimal dan
tidak mengganggu kinerja dan mengganggu kesehatan tubuh.
d. BOD (Biological Oxygen Demand
Biological atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)
atau kebutuhan oksigen biologis didefinisikan sebagai
pengukuran pengurangan kadar oksigen di dalam air yang
dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air
selama periode 5 hari pada keadaan gelap (tidak terjadi proses
fotosintesa). Pengurangan kadar oksigen ini adalah disebabkan
oleh kegiatan organisme (bakteri) mengkonsumsi atau
mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang terdapat
di dalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung
mikroorganisme relatif sedikit, sehingga pengurangan oksigen
di dalam air selama periode 5 hari akan sedikit, sedangkan
untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak
mikroorganisme bakteri akan mengkonsumsi banyak oksigen
dalam proses degradasi senyawa organik dan nutrien selama 5
hari, sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat
besar. Untuk air yang tidak terpolusi misalnya ukuran BOD
adalah 0,7 sedangkan untuk air yang terpolusi adalah BOD 200
19

atau lebih besar. Penetuan BOD sangat lambat, yaitu


membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari. (Situmorang,
2007). Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika
derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan
indikator pencemaran penting untuk menentukan kekuatan atau
daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah
tercemar. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang
diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah
sebesar 30 ppm.
Kristanto (2002) menyatakan bahwa uji BOD
mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah :
1) Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi
oleh bahan-bahan organik atau bahan-bahan tereduksi
lainnya, yang disebut juga Intermediate Oxygen Demand.
2) Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima
hari.
3) Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum
dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan ± 68 % dari
total BOD.
4) Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di
dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil
uji BOD kurang teliti.

2. Baku Mutu Limbah Cair Rumah Tangga


Baku mutu limbah cair diatur Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Domestik (Rumah Tangga).
Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik
NO Parameter Satuan Kadar Maksimum
20

1. pH - 6-9
2. BOD Mg/l 100
3. TSS Mg/l 100
4. Minyak dan Lemak Mg/l 10

C. Dampak Limbah Cair Rumah Tangga


Pada umumnya seluruh limbah domestik dibuang langsung ke
dalam badan sungai atau sembarang tempat yang tidak bertuan dan tanpa
didahului pengolahan walaupun sederhana. Padahal limbah domestik
mengandung campuran unsur-unsur yang sangat kompleks (Sudarmadji,
1995). Kehadiran pencemar di dalam badan air ada yang secara langsung
dapat diketahui tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti
timbulnya busa, warna dan bau yang tidak sedap (Suriawiria, 1996).
Masuknya limbah yang membutuhkan oksigen ke badan air akan
menurunkan secara cepat kandungan oksigen di dalam air (Kumar De,
1987). Limbah ini menimbulkan ancaman bagi kehidupan flora dan fauna
yang terdapat dalam badan sungai. Selain itu kondisi tersebut sangat
kondusif untuk pertumbuhan bakteri (Jackson and Jackson, 1996).
Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh buangan limbah
cair domestik antara lain :
a) Merusak keindahan/estetika, karena pemandangan menjadi tidak
sedap dan berbau busuk;
b) Menimbulkan kerusakan lingkungan;
c) Merusak dan membunuh kehidupan di dalam air; dan
d) Membahayakan kesehatan.
Masuknya air limbah domestik ke dalam lingkungan perairan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan besar dalam sifat fisika,
kimia, dan biologis perairan tersebut seperti suhu, kekeruhan, konsentrasi
oksigen terlarut, zat hara, dan produksi dari bahan beracun. Tingkat dan
luas pengaruh yang ditimbulkan terhadap organisme perairan tersebut
sangat tergantung dari jenis dan jumlah bahan pencemar yang masuk ke
perairan. Berubahnya keseimbangan antara faktor fisika-kimia dan
21

biologis dalam suatu lingkungan akibat adanya senyawa pencemar dapat


memengaruhi organisme dalam lingkungan tersebut. Hal ini disebabkan
oleh adanya interaksi dua prinsip ekologi, yaitu prinsip toleransi dan
kompetisi.
Menurut prinsip toleransi Shelford tiap spesies organisme
mempunyai batas ambang toleransi terhadap suatu faktor yang ada di
suatu lingkungan. Perbedaan batas toleransi antara dua jenis populasi
terhadap faktor-faktor lingkungan akan memengaruhi kemampuan
berkompetisi. Jika suatu lingkungan mendapatkan pasokan limbah
domestik yang kaya zat organik, maka akan memungkinkan bakteri
tumbuh subur dan menghabiskan oksigen terlarut yang terkandung di
dalamnya. Apabila persediaan oksigen tidak seimbang dengan yang
diperlukannya, maka lingkungan akan berubah menjadi anaerobik.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan spesies organisme yang tidak
toleran terhadap kekurangan oksigen akan menurun populasinya dan
sebaliknya spesies yang toleran terhadap kondisi kekurangan oksigen
akan meningkat populasinya karena spesies kompetitornya berkurang
(Sastrawijaya, 1991).

D. Pemanfaatan Daun Ketapang


Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama
sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk
tajuk indah bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh
di taman-taman dan tepi jalan (Gunawan, 2011). Tanaman ketapang
berasal dari Asia Tenggara. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai India
almond atau tropical almond karena hidup di daerah yang beriklim
tropis.
Pohon ketapang (Terminalia catappa L.) banyak ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Pohon ini cocok dengan iklim pesisir dan
dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dengan curah hujan
antara 1.000–3.500 mm pertahun, dan bulan kering hingga 6 bulan.
Pohon ketapang kerap di tanam di pinggir jalan dan sebagai pohon
22

peneduh. Pohon ketapang ini berbentuk cabang dan tajuk yang khas.
Cabangnya yang mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur
pagoda. Pohon ketapang ini memiliki berbagai nama daerah seperti
hatapan (Batak), Katafa (Nias), ketapieng (minangkabau), lahapang
(simeulue), ketapas (timor), atapang (Bugis) talisei tarisei, salrisse
(Sulawesi utara) tiliso, tiliho, ngusu (Maluku utara), sarisa, sirisa, sirisal,
sarisalo (Maluku), lisa (rote), dan kalis, kris (papua). Nama lain
tumbuhan ini dalam bahasa inggris adalah tropical almond, india-
almond, umbrella, umbrella tree sea almond, dan beach almond.dalam
bahasa latin ketapang memiliki nama Terminal catappa L. yang berlawan
kata dengan terminalia moluccana lamk, Terminalia procure Rcxb., dan
terminalia latifolia Blanco.
Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga
tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Bentuk
dari buah pohon ketapang ini seperti buah almond. Besar buahnya kira-
kira 4 – 5,5 cm. Buah ketapang berwarna hijau tetapi ketika tua warnanya
menjadi merah kecoklatan. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi
oleh serat yang mengelilingi biji tersebut. Kulit biji dibagi menjadi dua,
yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen).
Deskripsi dan ciri-ciri tanaman ketapang secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Pohon ketapang (terminalia catappa) yang bertajuk rindang dengan
cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Pohon
ini mudah di temukan dan tingginya mencapai 35 meter.
2. Daun ketapang berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing
dan ujung daun lebih tumpul dibandingkan daun lainnya. Daun
sejajar mempunyai tulang dengan tepi daun berombak. Daunnya
melurus (meranggas) dua kali dalam setahun.
3. Bunga ketapang berukuran kecil terkumpul dalam butir dekat ujung
ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8-25 cm.
Buah batunya berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat
23

buahnya terlihat muda ketapang berwarna hijau kekuningan dan


berubah menjadi ungu kemerah-merahan saat matang.
4. Buah ketapang (terminalia catappa) berasal dari Asia tenggara dan
tersebar luas hampir ke seluruh daerah di asia tenggara termasuk di
Indonesia. Tumbuhan ini bisa juga di taman di Australia, india,
madagaskar serta di amerika tengah dan amerika serikat.
5. Lingkungan yang di sukai pohon ketapang di daerah dataran yang
rendah hingga mencapai ketinggihan 500 meter. Pohon ketapang ini
menggugurkan daunya setiap dua kali dalam setahun hingga tanaman
ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.

Buah ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dulu.


Manfaat ini contohnya dapat dilihat dari Pepagang (kulit luar) dan
daunnya yang dapat di gunakan untuk menyamakan kulit, pewarna alami,
dan dapat di jadikan sebagai tinta. Kayunya memiliki kualitas cukup baik
meskipun rentang rayap. Buah ketapang mempunyai biji yang bisa di
makan dan biji tersebut mengandung minyak (mirip minyak almond)
sehingga sering dipakai sebagai pengganti minyak almond yang
berkhasiat meredakan penyakit radang rongga perut. Jika dimasak
dengan daunnya, dalam penyembuhan lepra, kudis dan penyakit kulit
yang lain. Dagingnya dapat di gunakan untuk penyakit rematik pada
sendi-sendi. Tanin dari pepagang dan daunnya dapat digunakan sebagai
astringan pada disentri dan sariawan juga sebagai diuretic, kordinator dan
dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit.
Pemanfaatan daun ketapang juga dilakukan dalam penurunan
karakteristik limbah cair seperti pH, BOD, COD, Phosfat, dan
sebagainya. Sebagai contoh pada penurunan pH hasil buangan air limbah
laundry, Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmi Mulyani Agus,
Andi Susilawaty, dan Dwi Santy Damayati Mahasiswa Peminatan
Kesehatan Lingkungan Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar telah membuktikan bahwa daun
ketapang cukup mampu untuk menurunkan pH air limbah laundry hingga
93,9% berdasarkan jumlah daun ketapang yang diberikan. Pada
24

kandungan COD, penelitian pernah dilakukan oleh Siti Fairuz Ismail


(2007) yang menyimpulkan bahwa pemanfaatan daun ketapang pada
penampungan air limbah menyebabkan penurunan kadar COD air limbah
turun 95,23% dengan waktu perendaman 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai