Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Limbah
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat
jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi baik dari alam maupun hasil dari
kegiatan manusia. Beberapa pengertian tentang limbah:
1. Berdasarkan keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang
prosedur impor limbah, menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas
dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan
sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, limbah merupakan sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan.

B. Definisi Limbah Cair


Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku
mutu limbah cair bagi kegiatan industri, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan. Adapun pengertian lain terkait limbah cair, yaitu semua limbah yang
berwujud cair dengan komposisi 99,9 % air dan 0,1 % bahan buangan yang terlarut maupun
tersuspensi didalamnya. Limbah cair diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu (Subardo, 2013)
:
1. Limbah cair domestic ( domestic wastewater)
Yaitu limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran, penginapan, mall
dan lain-lain. Contoh : air bekas cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi,
tinja, sisa makanan berwujud cair.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater)
Yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh ; air sisa cucian daging, buah atau sayur
dari industry pengolahan makanan, air sisa pewarnaan pada industri tekstil.
3. Rembesan dan Luapan ( infiltration and inflow )
Rembesan yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber saluran pembuangan yang
rusak, pecah atau bocor sehingga merembes ke dalam tanah. Luapan yaitu limbah cair
yang meluap dari saluran pembuangan yang terbuka karena debitnya melebihi daya
tampungnya. Contoh : air buangan dari talang atap, AC, tempat parker, halaman,
bangunan industry/perdagangan, pertanian dan perkebunan.
4. Air hujan
Air hujan dikategorikan sebagai limbah apabila hujan terjadi pada daerah yang tercemar
udaranya oleh gas-gas sulfur maupun nitrogen sehingga ketika hujuan turun, terjadilah
hujan asam sebagai akibat terjadinya reaksi antara gas-gas belerang dan nitrogen di udara
dengan air hujan. Hujan asam pH nya rendah, berasa asam, bersifat korosif dan kadang-
kadang terasa gatal di kulit.

C. Karakteristik Limbah Cair


Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa karakteristik sesuai
dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik
fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Eddy, 2008).
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid,bau, temperatur, densitas,
warna, konduktivitas, dan turbidity.
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu 103–
105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi tanah, dan
infiltrasi ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan sludgedan kondisi
anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
b. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan
organik dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.
c. Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air yang
baikmempunyai temperatur normal 8oC dari suhu kamar 27oC. Semakin tinggi
temperatur air (>27oC) maka kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai
slug/ft3(kg/m3).
e. Warna
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air sehingga dalam waktu
lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh
sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada
konsentrasi yang sama (Eddy, 2008).
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu bahan organik,
anorganik, dan gas.
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas manusia.
Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N, yang menjadi karakteristik kimia adalah
protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana
sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada
umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn),
asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak, nitrit, dan
nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen
(N2),oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan
karbondioksida (Eddy, 2008).
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya penyakit
yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan
mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik
(Eddy, 2008).

D. Pengaruh Polutan Cair Pada Kualitas Air


Masuknya sampah ke dalam air akan meningkatkan kadar bahan organik yang terlarut
maupun yang padat, dan dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut (Soedarto, 2013):
1. Air menjadi keruh oleh bahan padat, sehingga sinar matahari tidak bisa menembus air dan
pertumbuhan tanaman air menjadi terhambat
2. Endapan bahan padat menyebabkan terjadinya lumpur yang dapat menimbulkan bau
busuk
3. Bahan organik yang merupakan makanan bagi organisme heterotrofik yang akan
berkembang biak dapat menyebabkan peningkatan populasi organisme dekomposer
pemecah bahan organik, BOD dan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air.
E. Filtrasi
Menurut Degremont, filtrasi adalah proses pemisahan campuran solida likuida melalui media
porus di mana solida tersebut tertahan di dalam media dan likuida yang dilewatkan. Dalam sistem
pengolahan air limbah, proses filtrasi biasanya merupakan bagian dari pengolahan ketiga atau
pengolahan lanjutan yang disebut tertiary treatment. Proses ini digunakan apabila air limbah hasil
olahan akan dimanfaatkan kembali (reuse), misalnya untuk air penggelontor atau apabila
dimaksudkan untuk pengendalian eutrofikasi (penyuburan perairan) pada badan air yang
digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah (Dewi, 2009).
Berdasarkan karakter partikel pencemar, unsurfiltrasi adalah perembesan yang terbagi
menjadi rembesan secara mekanik; artinya partikel pencemar yang lebih besar ukurannya dari pori
media filter ditahan secara mekanis. Rembesan kebetulan artinya partikel yang lebih kecil
ukurannya dari media filter terperangkap di dalam kontak secara kebetulan. Partikel pencemar
mengendap pada dan di dalam media filter. Menurut Huisman, dalam proses filtrasi terjadi
aktivitas kimia yaitu proses di mana zat kimia tertentu dapat melarut karena teroksidasi bahkan
terurai menjadi bahan senyawa yang tidak larut pada saat penyaringan. Sementara aktivitas biologi
adalah interaksi bakteri yang hidup dalam lapisan filter. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
filtrasi adalah suhu air, kecepatan filtrasi dan kualitas air yang akan difilter (Dewi, 2009).

F. Definisi Membran
Menurut Osaka dan Nakasawa, membran merupakan selaput tipis semi permeable yang
berupa lapisan tipis dapat memisahkan dua fase dengan cara menahan komponen tertentudan
melewatkan komponen lainnya melalui pori-pori Membrane separation yaitu suatu teknik
pemisahan campuran 2 (dua) atau lebih komponen tanpa menggunakan panas. Komponen-
komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput
semi-permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari campuran yang tidak melewati
membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati membran) (Dewi, 2009).

G. Klasifikasi Membran
1. Berdasarkan bahan pembuatnya, membran dibedakan menjadi membran organik
(membran alamiah dari selulosa dan membran sintesis) dan membran anorganik.
Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu (Dewi, 2009) :
a. Porous membran.
Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan dipisahkan. Hanya
partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya
akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan
menjadi macropores(>50nm), mesopores(2-50nm), dan micropores (<2nm). Porous
membrane digunakan pada microfiltrationdan ultrafiltration.
b. Non-porous membran.
Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik
gasmaupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti halnya
porous membrane.Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi,
molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati membran
tersebut.
c. Carrier membran.
Pada carriers membran, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier moleculeyang
mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Carrier
molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga
pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Membran yang digunakan dalam penyaringan adalah membran yang telah dicetak
sesuai ukuran miliphore. Membran selulosa memiliki pori-pori kecil sehingga jika
membran tidak mendapat perlakuan sesuai persyaratan maka kemampuan membran
untuk menyaring tidak maksimal atau tidak bekerja dengan baik.
2. Berdasarkan morfologinya, membran dapat digolongkan dalam dua bagian (Kesting, RE,
2000) yaitu :
a. Membran Asimetrik
Membran asimetrik adalah membran yang terdiri dari lapisan tipis yang merupakan
lapisan aktif dengan lapisan pendukung dibawahnya. Ukuran dan kerapatan pori
untuk membran asimetris tidak sama, dimana ukuran pori dibagian kulit lebih kecil
dibandingkan pada bagian pendukung. Ketebalan lapisan tipis antara 0,2-1,0 dan
lapisan pendukung sublayer yang berpori dengan ukuran antara 50-150 .
b. Membran Simetrik
Membran simetris adalah membran yang mempunyai ukuran dan kerapatan pori yang
sama disemua bagian, tidak mempunyai lapisan kulit. Ketebalannya berkisar antara
10-200 . Membran ultrafiltrasi terdiri atas struktur asimetris dengan lapisan kulit yang
rapat pada suatu permukaan. Struktur demikian mengakibatkan solut didalam umpan
tertahan dipermukaan membran dan mencegah terjadinya pemblokiran didalam pori.
3. Dilihat kerapatan porinya, membran dapat dibedakan dalam dua bagian (Kesting, RE,
2000) yaitu :
a. Membran rapat (Membran tak berpori)
Membran rapat ini mempunyai kulit yang rapat dan berupa lapisan tipis dengan
ukuran pori dari 0,001 dengan kerapatan lebih rendah. Membran ini sering digunakan
untuk memisahkan campuran yang memiliki molekul-molekul berukuran kecil dan
ber BM rendah, sebagai contoh untuk pemisahan gas dan pervaporasi. Permeabilitas
dan permselektifitas membran ini ditentukan oleh sifat serta type polimer yang
digunakan.
b. Membran berpori
Membran ini mempunyai ukuran lebih besar dari 0,001 dan kerapatan pori yang lebih
tinggi. Membran berpori ini sering digunakan untuk proses ultrafiltrasi, mikrofiltrasi,
hyperfiltrasi. Selektifitas membran ini ditentukan oleh ukuran pori dan pengaruh
bahan polimer.
4. Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya gaya dorongan (Δ) yang
mengakibatkan adanya perpindahan massa melalui membran. Berdasarkan fungsinya
membran dibagi menjadi (Wenten, 1995) :
a. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan proses perpindahan pelarut dengan gaya dorong
perbedaan tekanan, dimana beda tekanan yang digunakan harus lebih besar dari beda
tekanan osmosis. Ukuran pori pada proses osmosa balik antara 1-20 dan berat
molekul solut yang digunakan antara 100-1000. Dengan adanya pengembangan
membran asimetrisproses osmosis balik menjadi sempurna, terutama digunakan untuk
memproduksi air tawar dari air laut.
b. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi mempunyai dasar kerja yang sama dengan osmosa balik, tetapi berbeda
dengan ukuran porinya. Untuk ultrafiltrasi ukuran diameter pori yang digunakan yaitu
0,01-0,1 dengan BM solut antara 1000-500.000 g/mol. Proses pemisahannya ukuran
molekul yang lebih kecil dari diametr pori akan menembus membran, sedangkan
ukuran molekul yang lebih besar akan tertahan oleh membran.
c. Mikrofiltrasi
Milkrofiltrasi mempunyai prinsip kerja yang sama dengan ultrafiltrasi, hanya berbeda
pada ukuran molekul yang akan dipisahkan. Pada mikrofiltrasi ukuran molekul yang
akan dipisahkan 500-300.000 , dengan BM solut dapat mencapai 500.000 g/mol,
karena itu proses mikrofiltrasi sering digunakan untuk menahan partikel-partikel
dalam larutan suspensi.
d. Dialisa
Dialisa merupakan proses perpindahan molekul (zat terlarut atau solut) dari suatu
cairan ke cairan lain melalui membran yang diakibatkan adanya perbedaan potensial
kimia dari solut. Membran dialisa berfungsi untuk memisahkan larutan koloid yang
mengandung elektrolit dengan berat molekul kecil. Proses secara dialisa sering
digunakan untuk pencucian darah pada penderita penyakit ginjal.
e. Elektrodialisa
Elektrodalisa merupakan proses dialisa dengan menggunakan bantuan daya dorong
potensial listrik. Elektrodalisa berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan
dialisa. Pemakaian utamanya adalah desalinasi (penurunan kadar garam) dari juice.
f. Pervaporasi
Pervaporasi merupakan proses perpindahan massa melalui membran dengan
melibatkan perubahan fasa didalamnya dari fasa cair ke fasa uap. Gaya dorong proses
pervaporasi adalah perbedaan aktifitas pada kedua sisi membran yang menyebabkan
terjadinya penguapan karena tekanan parsial lebih rendah daripada tekanan uap jenuh.
Pada umumnya selektifitas pervaporasi adalah tinggi, proses pervaporasi sering
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak tahan panas dan campuran yang
mempunyai titik azeotrop. Proses pemisahan secara pervaporasi menggunakan
membran non pori/dense dan asimetris. Keunggulan proses pervaporasi penggunaan
energi relatif rendah.

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Membran


Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan membran (Agustina, 2006), yaitu :
1. Ukuran Molekul
Ukuran molekul membran sangat mempengaruhi kinerja membran. Pada pembuatan
mikrofiltrasi dan ultrafikasi mempunyai spesifikasi khusus. Sebagai contoh untuk
membran protein kedelai yang dihidrolisis menggunakan ukuran membran 5000 MWCO
(Molecular Weight Cut Off), 10.000 MWCO dan 50.000 MWCO.
2. Bentuk Molekul
Bentuk dan konfigurasi makromolekul mempunyai efek dan kekuatan ion, temperatur dan
interaksi antar komponen. Perbedaan bentuk ini khusus pada kondisi di bawah permukaan
membran. Hal ini dapat terlihat dalam penggunaan membran pada protein dan dextrin.
3. Bahan Membran
Perbedaan bahan membran akan berpengaruh pada hasil rejection dan distribusi ukuran
pori. Sebagai contoh membran dari polysulfone dan membran dari selulosa asetat, kedua
membran ini menunjukkan rendahnya deviasi antara kedua membran dan ini mempunyai
efek pada tekanan membran. Selain itu mempunyai efek pada tingkat penyumbatan pada
membran.
4. Karakteristik Larutan
Karakteristik memban memiliki efek terhadap permeabilitas membran. Contohnya berat
molekul larutan garam dan gula mempunyai berat molekul yang lebih kecil dari ukuran
pori membran.
5. Parameter Operasional
Jenis parameter yang digunakan pada operasional pada umumnya terdiri dari tekanan
membran, permukaan membran, temperatur dan konsentrasi. Adapun parameter
tambahan meliputi pH, ion strength dan polrisasi.

I. Prinsip Pemisahan dengan Membran


Proses pemisahan dengan menggunakan media membran dapat terjadi karena membran
mempunyai sifat selektifitas yaitu kemampuan untuk memisahkan suatu partikel dari
campurannya. Hal ini dikarenakan partikel memiliki ukuran lebih besar dari pori membran.
Upstream merupakan sisi umpan terdiri dari bermacam-macam molekul (komponen) yang
akan dipisahkan, sedangkan downstream adalah sisi permeat yang merupakan hasil pemisahan.
Pemisahan terjadi karena adanya gaya dorong (driving force) sehingga molekul-molekul
berdifusi melalui membran yang disebabkan adanya perbedaan tekanan (∆),perbedaan
konsentrasi (∆),perbedaan energi (∆), dan perbedaan temperature (∆).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemisahan dengan membran meliputi :
1. Interaksi membran dengan larutan
2. Tekanan
3. Temperature , dan
4. Konsentrasi polarisasi
Dalam penggunaannya, pemilihan membran didasarkan kepada sifat-sifat sebagai berikut :
1. Stabil terhadap perubahan temperatur
2. Mempunyai daya tahan terhadap bahan-bahan kimia
3. Kemudahan untuk mendeteksi kebocoran
4. Kemudahan proses penggantian
5. Efisiensi pemisahan
Prinsip proses pemisahan dengan membran adalah pemanfaatan sifatmembran, di mana
dalam kondisi yang identik, jenis molekul tertentu akan berpindah dari satu fasa fluida ke fasa
lainnya di sisi lain membran dalam kecepatan yang berbeda-beda, sehingga membran bertindak
sebagai filter yang sangat spesifik, di mana satu jenis molekul akan mengalir melalui
membran,sedangkan jenis molekul yang berbeda akan “tertangkap” oleh membrane .Driving
force yang memungkinkan molekul untuk menembus membran antara lain adanya perbedaan
suhu, tekanan atau konsentrasi fluida.Driving forceini dapat dipicu antara lain dengan penerapan
tekanan tinggi, atau pemberian tegangan listrik.
J. Karakteristik Membran
Untuk memahami proses pemisahan dengan membran, akan ditentukan karakteristik
membran yang dalam hubungannya dengan sifat dan struktur membran seperti kandungan air,
uuran pori, jumlah pori, luas membran, dan ketebalan membran.
1. Kandungan air
Kandungan air merupakan tingkat kemampuan polimer untuk menyerap air. Sifat ini
ditunjukan oleh adanya gugus yang bersifat hidrofilik dalam rantai polimer. Polimer yang
banyak mengandung gugus hidroksil akan bersifat hidrofilik. Kandungan air ini akan
mempengaruhi difusivitas penetran melalui membran karena semakin banyak yang terikat
dengan membran, akan menyebabkan rantai polimer bebas bergerak, sehingga molekul
semakin mudah menembus membran polimer melewati ruang kosong antara rantai
polimer dengan rantai lainnya.
2. Ukuran dan Jumlah pori
Pada proses pemisahan menggunakan membran ukuran dan jumlah pori merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan agar memenuhi standar ultrafiltrasi. Ukuran pori akan
menentukan sifat selektifitas membran, yaitu kemampuan dari membran untuk menahan
molekul-molekul zat terlarut, sehingga tidak ada yang lolos menembus pori membran.
Sedangkan jumlah pori menentukan sifat permeabilitas membran yaitu kemudahan
membran untuk melewatkan molekul-molekul air, dimana jika permeabilitas membran
yang dihasilkan tinggi, maka membran layak digunakan.
3. Ketebalan Membran
Ketebalan membran merupakan salah satu karakterisasi membran yang diukur untuk
mengetahui laju permeasi membran. Ketebalan membran polysulfon diukur dengan
menggunakan mikrometer. Ukuran ketebalan membran menurut standar ultrafiltrasi
adalah 50-150.
4. Luas Membran
Luas membran yang telah dibuat disesuaikan dengan luas modul membran dari rancangan
alat, dimana pengukuran panjang dan lebar membran ini dilakukan secara manual dengan
menggunakan mistar.

K. Peran Strategis Teknologi Membran


Peran strategis membran meliputi aplikasi dalam bidang medis, bioseparasi, biorefinery,
industri makanan dan minuman, pengolahan air dalam skala besar, reklamasi air dengan
bioreaktor membran, pembangkitan energi dan pemisahan gas (Wenten, 2016).
L. Teknologi Membran di Indonesia
Teknologi membran di Indonesia, meliputi (Wenten, 2016) :
1. Pengolahan Air
Aplikasi teknologi membran untuk pengolahan air merupakan salah satu aplikasi utama
yang telah dikembangkan di Indonesia. Selain cocok untuk kondisi darurat bencana,
teknologi membran ini juga dapat di desain dalam unit yang kompak dan sederhana
sehingga memungkinkan aplikasinya dalam skala rumah tangga baik untuk penyediaan
air minum maupun air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti
memasak dan mencuci makanan. Tidak hanya untuk skala rumah tangga, teknolohi
membran dalam unit yang kecil tetapi berkapasitas besar juga dapat digunakan untuk
depot air minum isi ulang. Filter membran dapat dikombinasikan dengan karbon aktif dan
biokeramik.
2. Pengolahan Limbah Industri
Salah satu penggunaan teknologi membran dalam sistem pengolahan air limbah industri
adalah teknologi membran bioreaktor. Bioreaktor dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa, bioeraktor membran aerasi, dan
bioeraktor membran ekstraktif.
3. Industri Akuakultur
Penerapan teknologi membran ultrafiltrasi pada sistem akukultur memungkinkan
dihasilkannya air kultur berkualitas tinggi, bebas dari virus, mikroba, dan padatan
tersuspensi. Proses membran ultrafiltrasi dapat diaplikasikan pada panti benih atau kolam
pembesaran. Selain itu proses membran MF dan UF adalah alternatif yang dapat
digunakan untuk memanen biomassa alga.
4. Industri Agro
Teknologi membran di Indonesia juga telah dikembangkan pada sektor agro industri,
misalnya pada pengolahan gula. Pada produksi gula yang hampir semua tahapan
produksinya merupakan proses pemisahan, teknologi membran sangat berpotensi
meningkatkan produktifitas dan efisiensi proses produksi gula.
5. Teknologi Membran Non-Modular
Terobosan teknologi membran yang cukup menarik perhatian dan telah telah
dikembangkan di Indonesia adalah konsep membran ultrafiltrasi non-modular.
Simplisistas atau kesederhanaan yang ditawarkan oleh konsep membran non-modular
adalah kemampuannya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh membran
modular, yaitu desai satu pompa bolak-balik yang dapat digunakan untuk backwash dan
filtrasi. Penggunaan pompa tunggal ini tentunya berdampak pengurangan biaya investasi
dan energi.
6. Membran Superhidrofobik
Pengembangan terbaru dalam fabrikasi membran adalah pembuatan membran
superhidrofobik berbasis polimer polipropilen (PP). PP banyak digunakan untuk
pembuatan membran mikropoli hidrofobik karena memliki stabilitas termal, resistensi
kimia, dan kekuatan mekanik yang baik serta murah. Membran hidrofobik dibutuhkan
untuk aplikasi yang tidak mengijinkan pembasahan pori-pori membran oleh cairan,
seperti pada proses distilasi membran, absorpsi gas membran, ekstraksi pelarut organik,
dan pemisahan emulsi air dalam minyak.

M. Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Membran


Jika dibandingkan dengan teknologi pemisahan lainnya, keunggulan dari teknologi membran
antara lain adalah :
1. Proses pemisahan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan (continuous)
2. Konsumsi energi umumnya rendah
3. Dapat dengan mudah dipadukan dengan teknologi pemisahan lainnya (hybrid)
4. Umumnya dioperasikan dalam kondisi sedang (bukan pada tekanan dan temperatur
tinggi) dan sifat membran mudah untuk dimodifikasi
5. Mudah untuk melakukan up-scaling
6. Tidak memerlukan aditif
Namun demikian, dalam pengoperasiannya, terdapat kelemahan yang mengharuskan
perhatian khusus terhadap hal-hal berikut :
1. Penyumbatan/fouling
2. Umur membran yang singkat
3. Selektivitas yang rendah
DAFTAR PUSTAKA

AGUSTINA S. 2006. TEKNOLOGI MEMBRAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


INDUSTRI. Buletin Penelitian. Vol 28 No 1 : 18-24

DEWI YS. 2009. EFEKTIVITAS FILTRASI MEMBRAN SELULOSA DALAM PENGELOLAAN


LIMBAH TEKSTIL. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S. Vol. 5 No.1 : 27-33

Eddy. 2008.KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol.2 No.2

Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I Tentang Prosedur Impor Limbah

Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun

http://eprints.polsri.ac.id/967/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 21 Desember 2019

Soedarto. 2013. LINGKUNGAN DAN KESEHATAN. Semarang : CV Sagung Seto

Subardo, U. 2013. Pengertian limbah dan jenisnya.


https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/limbah-dan-jenisnya/. Diakses 31 oktober
2019

WENTEN, I. G. 2016. Teknologi membran: Prospek dan tantangannya di Indonesia. Orasi Ilmiah
Guru Besar Institut Teknologi Bandung, 26.

Anda mungkin juga menyukai