Disusun Oleh :
REGULER C
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin
dan ridha-Nya, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, makalah ini
berjudul “Toksikologi Lingkungan Tentang Arsen”. Makalah ini disusun sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas adanya tugas dari mata kuliah Keamanan Pangan
Program Studi Kesehatan Masyarakat di STIKes Kuningan.
Makalah ini di susun dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Bibit Nasrokhatun Diniah, S.KM,.M.Kes selaku dosen mata kuliah
Toksikologi Lingkungan.
2. Teman-teman kami di STIKes Kuningan umumnya dan kelas Reguler C
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat khususnya atas segala bantuannya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Saran ........................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa
bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air
tanah. Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu
menempati urutan keduapuluh dari unsure kerak bumi, sehingga sangat besar
kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa
terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina.
Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi
ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya
mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.
1.3 Tujuan
Bersasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah
untuk mengetahui arsen di lingkungan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pentavalen. Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn
bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3), yang
terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat
ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun
pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit
atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan
laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik
bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah
arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in
organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat
(Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia
yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
4
itu sendiri. Kondisi natural lainnya yakni loellingite (FesA2), safforlite (CoAs),
nicolite (NiAs), rammelsbergit (NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite (CoAsS),
enargite (Cu3AsS4), gerdsorfite (NiAsS), glaucodot ((CO, Fe)AsS), dan elemen
arsen.
Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi arsen
membentuk fentavalent arsenat ((As(V)), dimana dalam kondisi sebaliknya saat
tereduksi membentuk trivalent arsenat (As(III), dan mobilitas serta penyerapan
oleh sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah bergantung pada bentuk
arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial dapat membentuk arsen
dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu ke lapisan atmosfer
(Widaningrum dkk, 2007., Mor, 2009).
5
As4S4 yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan
tetrahedron As4.
6
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah
10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena
kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada
sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.
b. Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung
senyawa arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson &
Braman, 1975). Crecelius (1974) menunjukkan bahwa hanya 35%
arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi tercemar, kadar As
di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik (Peirson, et al
1974; Johnson & Braman, 1975).
c. Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi
sehingga dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan
kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan
endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik
dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam
air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah
permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009).
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik
(Braman, 1973; Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah
methylarsenic acid dan methylarsenic acid, sedang anorganik dalam
bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air
permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta
pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan
aluminium, sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen
pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang
tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara
0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada
7
tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen
tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant &
Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen
tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah
(Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut
juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
2. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan
Amerika Serikat (Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi
senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-
negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR.
Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia.
Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan
produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
3. Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah
satunya dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan
senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida. Sebagian tembakau
yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang mengandung
arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut
selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan rokok.
8
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama
arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni.
Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah,
rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara,
masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah),
diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah,
lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org,
2009). Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat
berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan
kematian (www.wikipedia.org, 2009).
9
2. Gejala Kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh
arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan
sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah
yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat
mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai
8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi
tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan
kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis
dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan
kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko
terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma),
kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti
menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik
hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi
As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air
tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248
pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
10
2.3.3 Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian
alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh
arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya:
a. Masker yang memadai
b. Sarung tangan yang memadai
c. Tutup kepala
d. Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun.
Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama
kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya
dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara
dapat lancar.
11
2. Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah
menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem
kelasi tidak dianjurkan, karena As mempunyai waktu paruh biologik
hanya sekitar 3-4 hari.
2.4 LD 50 dan LC 50
Arsenik trioksid memiliki lethal dose sebesar 14 mg/kg, sedangkan lethal
concentration sebesar 0,014 g/l.
Paparan dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya
peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk
ke dalam tubuh.
2.5 Toksikokinetik
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral,
dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung
dan u sus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005). Arsen
adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabila
arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.
Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks, piruvat dehidrogenase yang
berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2
sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut
terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi
yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril
sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat-kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila
arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua
dariglikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam reaksi gliseraldehid
dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
12
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan
tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun
gugus –SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati
yang terikat sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebabkan
As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung
dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang
beberapa tahun kemudian.
13
permukaan kulit dan merusak jaringan di bawah kulit atau dapat pula diserap ke
dalam aliran darah kemudian sampai ke organ-organ tertentu.
c. Saluran Pernafasan
Keracunan bahan kimia di industri sebagian besar disebabkan oleh
penghirupan Arsen di lingkungan kerja. Hal ini disebabkan oleh permukaan paru
yang sangat luas dan kemampuan menyerap Arsen lebih banyak melalui
pembuluh darah kapiler yang terdapat dalam jaringan paru yang berbatasan
dengan alveoli. Arsen yang masuk melalui pernafasan dapat berupa gas uap mist
fume dan debu halus yang tidak dapat dilihat oleh mata. Arsen yang masuk
melalui saluran pernafasan dapat berupa iritasi pada mukosa hidung dan saluran
pernafasan dan dapat pula merusak jaringan paru. Apabila Arsen tersebut masuk
ke dalam aliran darah akan menimbulkan kerusakan pada organ tertentu.
Sebelum diekskresikan arsen akan mengalami fase toksodinamik (interaksi
antara toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim.
Cara arsen berinteraksi dengan system enzim adalah dengan inhibisi secara bolak-
balik (reversible /terpulihkan). Arsen merupakan toksik polar inhibitor enzim, di
mana terjadi ikatan non kovalen (ikatan yang lemah ) antara arsen dengan enzim
sehingga arsen bisa keluar dari enzim dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen
tadi dengan gugus SH pada enzim, sehingga enzim tidak dapat berfungsi.
R'S
R - As = O + 2R'SH R - As + H2O
R'S
14
kronik. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik
dan asam monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
a. Tingkat oksidan reaktif dan produk akhir peroksidasi lipid dalam plasma
Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai produk akhir dekomposisi yang relatif
stabil, terutama aldehida reaktif tak jenuh, seperti MDA, HNE dan 2-propenal
(akrolein) dan iso-prostanes, yang dapat diukur dalam plasma dan urin sebagai
indikator tidak langsung dari stres oksidatif. Sebuah penelitian yang dilakukan
di Taiwan menunjukkan bahwa konsentrasi As dalam seluruh darah individu
yang terpapar (As 9,6± 9,9 g/L) secara positif terkait dengan konsentrasi
oksidan reaktif dan berhubungan negatif dengan kapasitas antioksidan plasma.
Hubungan antara paparan As kronis dari air minum dan stres oksidatif pada
manusia juga dieksplorasi di Mongolia Dalam, Cina. Hasil mereka
menunjukkan bahwa tingkat serum rata-rata lipid peroksida (LPO) secara
signifikan lebih tinggi pada individu yang sangat terpapar yang memiliki As
360± 173 g/L dalam urin mereka, dibandingkan dengan subyek yang kurang
terpapar (As 71± 13 g/L), tanpa perbedaan signifikan dalam aktivitas SOD
darah. Konsentrasi LPO serum yang meningkat berkorelasi dengan kadar As
15
anorganik dan metabolitnya dalam darah. Selain itu, ada korelasi terbalik
dengan kadar sulfhidril non protein dalam darah lengkap. Kedua studi
memberikan bukti bahwa paparan As kronis melalui air minum menghasilkan
induksi stres oksidatif pada manusia, sesuai dengan bukti kuat yang diberikan
oleh penelitian pada hewan.
b. Penggunaan probe fluorescent dan resonansi spin elektron (ESR) untuk
pengukuran ROS
Paparan arsenik menginduksi stres oksidatif pada manusia tetapi untuk
mengevaluasi besarnya, pengukuran ROS dalam media biologis individu yang
terpapar perlu dilakukan. Teknik yang lebih berguna adalah probe fluoresens
untuk mendeteksi ROS atau penggunaan ESR untuk mengidentifikasi radikal
oksigen. Probe fluoresen adalah alat dengan sensitivitas tinggi untuk
mendeteksi 1O2, H2O2, •OH atau O2•, dalam sampel manusia. Namun,
keterbatasan probe fluoresens untuk mengukur generasi ROS intraseluler
dalam sampel manusia harus dipertimbangkan karena mereka cenderung
bereaksi dengan berbagai macam ROS dan tidak sepenuhnya dapat difoto.
Pendekatan lain yang banyak digunakan untuk menentukan generasi ROS
dalam sampel manusia adalah ESR yang memungkinkan pengukuran beberapa
jenis spesies radikal yang diinduksi oleh stres oksidatif. ESR memungkinkan
deteksi elektron tidak berpasangan dan karena spesies radikal memiliki paruh
yang sangat pendek (t1/2=10-9-10s), berputar menjebak agen untuk
melumpuhkan dan mengukur mereka yang umum digunakan. (De Vizcaya-
Ruiz, Barbier et al. 2009)
c. Kerusakan DNA oksidatif terkait dengan paparan arsenik
Beberapa produk oksidasi guanin pada posisi 8 dan diekskresikan dalam urin telah
digunakan sebagai penanda kerusakan DNA oksidatif dalam penelitian pada
manusia, di antaranya adalah 8-hidroksi-guanin (8-okso-G), 8- hidroksiguanosin
(8-oksi) -Guo) dan 8-hidroksi-2 -deoksiguanosin (8-OHdG). Metode analitik
untuk mendeteksi penanda ini secara teknis menantang karena produk awal dari
serangan radikal bebas terhadap purin, pirimidin, dan deoksiribosa mengalami
transformasi menjadi produk akhir yang stabil yang jumlahnya relatif sangat
16
tergantung pada kondisi reaksi dan dapat terjadi kerusakan DNA artifaktual.
selama isolasi. 8-OHdG adalah salah satu modifikasi basis yang lebih melimpah
dan telah menarik perhatian khusus karena menyebabkan transversi G-to-T dan
keberadaannya dapat menyebabkan mutagenesis. Selain itu, proses perbaikan
kerusakan yang diakibatkan 8-OHdG menghasilkan addisi 8-OHdG yang
diekskresikan dalam urin, dan karena pengumpulannya yang mudah dianggap
sebagai biomarker kerusakan DNA oksidatif yang cocok. Sehubungan dengan
penelitian pada populasi yang terpapar As, sebuah studi dalam populasi Kamboja
yang secara kronis terpapar As di air tanah (As <1–886 g/L) menunjukkan bahwa
subjek dengan kadar As yang meningkat dalam urin (2,2-119ng/mgcreat)
memiliki kadar urin 8-OHdG yang lebih tinggi menunjukkan bahwa induksi
kerusakan DNA oksidatif disebabkan oleh paparan As kronis. Sebuah studi cross-
sectional di sebuah desa yang terkena dampak As di Mongolia Dalam. (Kitchin
and Ahmad 2003)
17
Persebaran paparan arsen berawal didataran tengah yang merupakan pusat
negara bangladesh menyebar ke utara dan selatan yang datarannya lebih rendah
melalui lapisan bawah tanah (Paul, 2004). Dugaan lainnya adalah anggapan
adanya kandungan arsen dalam mineral sulfida pada kedalaman 66-330 kaki
dibawah sungai yakni sungai gangga yang mengalir di 2 negara yakni india dan
bangladesh. Negara bangladesh memiliki kandungan arsen tinggi didalam
tanahnya. Arsen yang sering ditemukan dalam bentuk cebakan secara natural
terurai dengan bantuan pH yang tinggi. Pada pH tertentu arsen akan larut dalam
air yang mengalir di sungai setempat. Arsen yang larut dalam air juga larut dalam
tanah dan dikonsumsi oleh penduduk setempat.
Terkonsumsi manusia
Meresap ke tumbuhan
secara oral
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup
potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut. Arsen di air ditemukan
dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa arsen
didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan
berminyak, Arsen trioksida (As2O3), arsen putih) berupa kristal putih dan berupa
gas arsine (AsH3). Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa
senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih.
Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air
panas. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi,
berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar
arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik,
dengan berat jenis 1,97 dan 5,73. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun
makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses
pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung
arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan
pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik).
20
dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim. Hasil
metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam
monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
3.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui
udara, air, tanah, biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah
menggunakkan alat proteksi diri, seperti memakai masker, sarung tangan,
kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan
pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara rutin.
Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.
21
DAFTAR PUSTAKA
Roy, D. R., et al. (2009). "Arsenic toxicity: an atom counting and electrophilicity-
based protocol." Molecular diversity 13(4): 551.
22