Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH

INDUSTRI PULP DAN KERTAS

“LIMBAH DOMESTIK”

Dosen Pengampu:
Evelyn, S.T., M.Sc., M.Eng., Ph.D
Jailani Aroen, S.Si., M.Si.

Kelompok IV B
Aldi Prasetyo (1807035970)
Lastri Sartika (1807035930)
Matthew Reinaldo S.T (1807035978)
Visakha Devi (1807035963)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Domestik .....................................................................................3
2.2 Karakteristik Limbah Domestik ................................................................3
2.3 Jenis-Jenis Limbah Domestik ...................................................................5
2.4 Parameter Limbah Domestik .....................................................................7
2.5 Pengelolahan Limbah Domestik ...............................................................9
BAB III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan ...............................................................................................13
3. 2 Saran .........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Akibat pembuangan limbah dapat bersifat langsung
dan tidak langsung. Bersifat langsung misalnya, penurunan atau peningkatan
temperatur dan pH akan menyebabkan terganggunya kehidupan biota air, sedangkan
akibat tidak langsung adalah defisiensi oksigen karena jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai limbah akan semakin meningkat (Silalahi, 2010).
Limbah domestik (rumah tangga) adalah limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis.
Air limbah domestik merupakan limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga
seperti kamar mandi, dapur, cucian. Air limbah domestik dapat berpengaruh buruk
terhadap berbagai hal karena dapat berperan sebagai media pembawa penyakit, dapat
menimbulkan kerusakan pada bahan bangunan dan tanaman, dapat merusak ekosistem
perairan. Air itu biasanya dibuang ke alam yaitu tanah atau badan air. Contoh limbah
cair domestic dapat berupa air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja. Air limbah
juga dapat menurunkan nilai estetika (keindahan) karena akan mengakibatkan
munculnya bau busuk dan pemandangan yang kurang sedap (Sugiharto, 1987).
Meningkatnya kegiatan manusia dalam rumah tangga mengakibatkan
bertambahnya jumlah limbah cair. Sumber limbah cair rumah tangga bersifat organic
yaitu dari sisa-sia makanan dan deterjen yang mengandung fosfor. Keadaan tersebut
yang menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi
manusia dan lingkungan. Parameter yang umum digunakan dalam pengujian limbah
domestik adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD) dan lemak/minyak. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, parameter kunci yang
digunakan untuk pengujian air limbah domestik adalah pH, Biological Oxygen

1
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS),
lemak dan minyak, amonia total, dan total koliform. Maka dari itu, diperlukan
penjelasan secara teoritis terlebih dahulu tentang parameter limbah yang digunakan
dalam pengujian limbah domestik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan limbah domestik ?
2. Apa saja jenis-jenis limbah domestic?
3. Bagaimana karakteristik limbah domestik ?
4. Bagaimana cara pengolahan limbah domestik ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah limbah cair domestik adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui informasi secara teoritis tentang limbah cair domestik.
2. Mengetahui sifat-sifat limbah cair domestik.
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab limbah domestik.
4. Mengetahui cara pengolahan limbah domestik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Domestik


Limbah domestik (rumah tangga) merupakan limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, limbah domestik adalah limbah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tetapi tidak termasuk tinja. Kegiatan sehari-
hari yang dapat menghasilkan limbah adalah mencuci, memasak, mandi, kegiatan
pertanian, kegiatan peternakan.
Menurut Tchobanoglous (1979) dalamSuhartono (2009), limbah domestik
adalah limbah yang dibuang dari pemukiman penduduk, pasar, dan pertokoan serta
perkantoran yang merupakan sumber utama pencemaran di perairan pantai. Menurut
Kodoatie dan Sjarief (2005), air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat
lagi dipergunakan untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia atau
dari aktivitas dapur, kamar mandi, dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari total rata-
rata konsumsi air bersih yaitu sekitar 120 – 140 liter/orang/hari.
Limbah domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan menyebar
sehingga lebih sulit dikendalikan daripada limbah industri. Jumlah pencemar domestik
di negara-negara maju sebesar 15% dari seluruh pencemar yang memasuki badan air
(Suriawiria, 1996).
2.2 Karakteristik Limbah Domestik
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,
temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu
103–105°C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi

3
tanah, dan infiltrasi ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan sludge
dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
b. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi
bahan organik dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.
c. Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air yang
baik mempunyai temperatur normal 8°C dari suhu kamar 27°C. Semakin tinggi
temperatur air (>27°C) maka kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan
sebagai slug/ft3 (kg/m3 ).
e. Warna
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air sehingga dalam
waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang
dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi
standar pada konsentrasi yang sama (Eddy, 2008).
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu bahan
organik, anorganik, dan gas.
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas
manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N, yang menjadi karakteristik
kimia adalah protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol,
dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang
bersumber dari pertanian.

4
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah.
Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb,
dan Mn), asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat senyawa-senyawa nitrogen
(amoniak, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawasenyawa belerang (sulfat dan hidrogen
sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3),
dan karbondioksida (Eddy, 2008).
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya
penyakit yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik biologi tersebut seperti
bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi
senyawa organik (Eddy, 2008).

2.3 Jenis Limbah Domestik


Limbah domestik menurut bentuk fisiknya dapatnya dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
1. Limbah cair yaitu buangan dari toilet, air cucian, air kamar mandi.
2. Limbah padat atau sampah seperti sampah sisa makanan, bungkus atau
kemasan, kantong plastik, botol bekas
3. Limbah gas seperti asap dari kompor minyak, asap dari tungku, asap dari
pembakaran sampah, dan bau dari kakus.
Limbah domestik yang mengandung sampah padat dan cair yang berasal dari
limbah rumah tangga dengan beberapa sifat utama yaitu sebagai berikut :
1. Mengandung bakteri
2. Mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga BOD (biological
oxygen demand) biasanya tinggi
3. Padatan organik dan anorganik yang mengendap di dasar perairan menyebabkan
oksigen terlarut (DO) rendah

5
4. Mengandung bahan terapung dalam bentuk suspensi sehingga mengurangi
kenyamanan dan menghambat laju fotosintesis (Suhartono, 2009).
Secara garis besar limbah domestik dibagi dalam dua bagian yaitu, limbah
organik dan limbah anorganik. Limbah organik bersumber dari kotoran (tinja), sisa
sayuran dan makanan, sedangkan limbah anorganik dapat berupa plastik, kertas, bahan-
bahan kimia yang diakibatkan oleh penggunaan deterjen, sampo, sabun dan
penggunaan bahan kimia lainnya. Limbah organik umumnya dapat didegradasi oleh
mikroba dalam lingkungan. Sedangkan, limbah anorganik lebih sulit didegradasi
sehingga sering menimbulkan pencemaran di lingkungan. Pada daerah yang tidak
mempunyai unit pengelolaan limbah domestik, umumnya limbah dibuang langsung ke
lingkungan khususnya perairan (sungai, danau) yang kemudian terangkut dan
terendapkan di sepanjang badan perairan.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga yang dimaksud dengan air limbah rumah
tangga adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.
Menurut Mukhtasor (2007), air limbah domestik dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Air limbah domestik yang berasal dari cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan
lemak, serta shampoo.
2. Air limbah domestik yang berasal dari kakus seperti tinja dan air seni. Air limbah
domestik mengandung lebih dari 90% cairan.
Kodoatie, et al. (2010) menyatakan zat-zat yang terdapat dalam air buangan di
antaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut seperti protein,
karbohidrat, dan lemak dan juga unsur anorganik seperti butiran, garam, metal serta
mikroorganisme. Limbah domestik terdiri dari karakteristik fisika antara lain parameter
kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia antara lain adalah parameter DO, BOD, COD,
pH dan deterjen, dan karakteristik biologi antara lain adalah parameter Coliform.

6
2.4 Parameter Limbah Domestik
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen di pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Larutan dengan harga
pH rendah dinamakan asam, sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan bas.
Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga
tengah mewakili air murni (netral) (Setyowati, 2009) 21 Secara kualitatif pH dapat
diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH)
atau pH meter. Secara kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan elektroda
potensiometrik. Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh
perubahan aktivitas ion hidrogen (H+ ) dalam larutan. pH air dapat mempengaruhi
kelarutan dari suatu koagulan. Koagulan memiliki kelarutan yang besar pada rentang
pH 5-7. Semakin mudah larut suatu koagulan, maka semakin mudah terbentuknya ion
aquometalik yang akhirnya semakin cepatnya partikel koloid ternetralisasi membentuk
flok. Semakin besar pH, maka kelarutan dari koagulan semakin kecik, sehingga ion
aquometalik semakin sulit terbentuk yang akhirnya mengurangi jumlah partikel koloid
yang dapat ternetralisasi membentuk flok.
2. Total Suspended Solid (TSS)
TSS yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air. Padatan
tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air. Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut.
Semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air semakin keruh
(Effendi, 2008).
3. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen yang diperlukan
oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada
keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20⁰C selama 5 hari, sehingga biasa disebut

7
BOD5. Nilai BOD5 dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bahan organik di
dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme
melalui proses biologi. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak
senyawa organik dalam limbah, sehingga banyak oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, sedangkan nilai BOD yang 22
rendah menunjukkan terjadinya penguraian limbah organik oleh mikroorganisme
(Zulkifli, 2007).
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
Penentuan COD ini dilakukan berdasarkan SNI 06-6989.2-2004. Chemical
Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan, menjadi CO2 dan H2O.
Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD dikarenakan hampir seluruh jenis
bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi
secara biologis.
5. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen atau disingkat dengan DO atau sering
juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) adalah sejumlah oksigen
yang terlarut dalam suatu perairan. Nilai DO yang biasanya dapat diukur dalam bentuk
konsentrasi dan satuan dari DO adalah jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu
perairan.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
air sangat yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut sudah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan untuk melihat sampai sejauh
mana suatu perairan yang mampu menampung seberapa banyak biota air seperti
mikroorganisme dan ikan.
6. Fosfat
Fosfat banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa fosfat.
Pada deterjen salah satu bahan yang digunakan adalah builder. Senyawa kompleks
yang sering digunakan dalam builder adalah fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat
dan natrium silikat atau zeolit. Senyawa fosfat dapat mencegah menempelnya kembali

8
kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Kandungan fosfat yang tinggi menyebabkan
suburnya algae dan organisme lainnya apa yang dikenal dengan eutrophikasi.
Eutrophikasi adalah masalah lingkungan hidup yang dapat mengakibatkan kerusakan
ekosistem perairan khususnya pada air tawar dimana tumbuhan tumbuh sangat cepat
dibandingkan pertumbuhan yang normal (Wati, 2008).
7. Minyak dan Lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen utama
karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahanbahan tersebut
banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada dalam tumbuh-
tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak mudah
terdekomposisi oleh bakteri (Eddy, 2008).
Tabel 2.1 Baku mutu air limbah domestik
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6-9
2. TSS mg/L 100
3. BOD mg/L 100
4. Minyak dan Lemak mg/L 10
Sumber : Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2006.

2.5 Pengolahan Limbah Domestik


1. Limbah Cair Domestik
Pengelolaan yang pertama adalah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan
benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil
dalam bak pembusukan lumpur, dimana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang.
Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi
dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk

9
membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat,
seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
2.
3. Limbah Padat Domestik
Limbah padat atau sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh
aktivitas hidup manusia dan hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi atau
tidak dihendaki. Pengelolaan limbah padat bertujuan untuk membuat lingkungan yang
sehat bagi masyarakat. Ancaman kesehatan dapat timbul disebabkan oleh
digunakannya tinmbunan sampah, sebagai tempat berkembangbiaknya lalat dan tikus
serta akhirnya menularkan penyakit pada manusia. Di samping itu, timbunan sampah
secara estetika menampilkan pemandangan tidak menyenangkan, selain bau yang tidak
sedap akibat dekomposisi.
Contoh penerapan penanganan limbah padat yang banyak dilakukan terutama
untuk jenis sampah yang banyak mengandung bahan organic adalah kompos. Yang
dimaksud dengan kompos adalah hasil akhir dari dekomposisi (pembusukan) sampah
menjadi bahan yang dapat langsung diserap oleh tumbuhan (zat organik dan
anorganik). Adapun beberapa proses yang dilakukan dalam pengolahan limbah padat,
yaitu :
a. Pemisahan
Limbah padat terdiri dari ukuran yang berbeda dan kandungan bahan yang
berbeda maka harus dipisahkan dahulu, supaya peralatan pengolahan menjadi
awet.
Pemisahan ada 3 sistem, yaitu :
1. Sistem Balistik
Sistem balistik adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman
ukuran/ berat volume.
2. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat. Contohnya:
- barang yang ringan/ terapung
- barang yang berat/tenggelam

10
3. Sistem Magnetis
Sistem Magnetis adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet, yang
bersifat magnet akan langsung menempel. Contohnya : untuk memisahkan
campuran logam dan nonlogam.
b. Penyusutan ukuran
Penyusutan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil, supaya
pengolahannya menjadi mudah.
c. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan/limbah yang mudah membusuk,
sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik.
Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan disamakan
ukurannya/volumenya.
d. Pembuangan Limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang
menjadi 2, yaitu :
1) pembuangan dilaut, pembuangan limbah padat di l;aut tidak boleh sembarangan
tempat dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang kelaut.
hal ini disebabkan oleh: laut sebagai tempat mencari ikan bagi ne;ayan, sebagai
tempat rekreasi, laut lintas rakyat dan laut menjadi dangkal.
2) pembuangan didarat, pembaungan didarat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang
harus dipertimbangkan sebagai beriku. pembuangan didarat dibagi: penebaran
didatas tanah, penimbunan/penumpukan dan pengisian tanah yang cekung
(landfill).
4. Limbah Gas Domestik
Selain limbah cair dan limbah padat, ada pula jenis limbah lainnya yakni limbah
gas. Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas. Pada umumnya,
limbah gas ini memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang

11
ada di Bumi. Limbah gas ini berbentuk gas. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain
adalah kebocoran gas, asap- asap kendaraan, dan lain sebagainya.
Limbah-limbah yang telah disebutkan di atas dihasilkan oleh proses produksi
maupun konsumsi. Bentuk limbah yang disebutkan di atas membutuhkan penanganan
dan pengolahan yang tepat agar tidak menimbulkan masalah. Adapun pemanfaaatan
limbah gas antara lain sebagai berikut:
a. Dry ice (es kering)
b. Natrium karbonat (Na2CO3) , dimana gas CO2 direaksikan atau diabsorpsi dengan
menggunakan bahan kimia NaOH
c. Kalsium karbonat light (kalsium karbonat ringan), dinama gas CO2 direaksikan
atau diabsorpsi dengan menggunakan larutan Ca(OH)2.
d. Limbah gas metana (CH4), limbah gas CH4 ini dapat bersumber dari tempat
penampungan akhir (TPA) sampah, limbah organic yang menumpuk, dimana
pada proses penampungan sampah dan bahan organic akan terjadi proses
pembusukan atau penguraian bahan organic membentuk gas CH4, gas CH4 ini
dapat dikelolah menjadi bahan bakar
e. konsepnya adalah dengan memasukkan pipa-pipa yang didesain sedemikian rupa
dan CH4 bisa masuk ke dalam pipa dan di alirkan sebagai bahan bakar.

12
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Limbah domestik (rumah tangga) merupakan limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana
sejenis.
2. Limbah domestik menurut bentuk fisiknya dapatnya dibagi menjadi 3 bagian
yaitu: limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Limbah cair berupa air buangan
dari toilet, air cucian, air kamar mandi, limbah padat seperti sampah sisa makanan,
bungkus atau kemasan, kantong plastik, botol bekas, sedangkan limbah gas
seperti asap dari kompor minyak, asap dari tungku, asap dari pembakaran sampah,
dan bau dari kakus
3. Parameter yang biasa untuk pengujian limbah domestik terdiri dari karakteristik
fisika antara lain parameter turbidity dan TSS, karakteristik kimia antara lain
adalah parameter DO, BOD, COD, pH dan deterjen, dan karakteristik biologi
antara lain adalah parameter Coliform.
5.2. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat lebih aktif dalam pencarian informasi mengenai cara
pengolahan limbah.
2. Mahsiswa diharapkan dapat memahami proses pengolahan limbah domestik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aryantie, M.H., Purwati, S.U., Hadisoebroto, R., Pitalokasari, O.D., dan Nugroho, U.
(2018). Pembangunan Demplot Biosanita: Peran Sanitasi Taman dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air untuk Mendukung Kebijakan Daerah. Tangerang
Selatan. Tangerang Selatan.
Boyd, C. E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p.
Sholichin, M. 2012. Pengelolaan air limbah: Proses pengolahan air limbah
tersuspensi, Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya: Malang.
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press, Jakarta.
Truong P, Claridge J. (1996). Effect of heavy metals toxicities on vetiver growth.
Vetiver Network (TVN) Newsletter, 15. Bangkok, Thailand.
Truong, P. and Hart, B. (2001). Vetiver System for Wastewater Treatment. Pacific Rim
Vetiver Network Technical Bulletin, No. 2001/2. Bangkok, Thailand. P.1-26.

14

Anda mungkin juga menyukai