PENDAHULUAN
Proses pencemaran perairan pada umumnya disebabkan oleh berbagai kegiatan yang
merupakan sumber bahan pencemar perairan antara lain pemukiman, industri,
transportasi, dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi menghasilkan bahan
pencemar yang merusak sistem kehidupan di dalam ekosistem pantai. Polusi air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang
sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikategorikan sebagai perairan tercemar
(Effendi, 2003).
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam
oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh
karena itu, untuk tetap menjaga kualitas air tersebut utamanya maka dilakukan
pengukuran Total Suspended Solid dengan menggunakan metode Gravimetri.
1.2 Rumusan Masalah
Berapa kadar Total Suspended Solid dalam sampel air yang diteliti ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar Total Suspended Solid dalam sampel air yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi.Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O.Satu
molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (00C). Zat ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).
Tersedianya persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas sangat penting
bagi manusia.Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari segi jumlah.Peradaban
berkembang disekitar badan air sehingga dapat mendukung pertanian dan transportasi
sebaik menyediakan air minum. Kesadaran pentingnya kualitas air berkembang lebih
perlahan. Sejak awal manusia menilai kualitas air hanya melalui penampakan fisik,
rasa dan bau. Tidak hingga ilmu pengetahuan biologi, kimia, dan medis berkembang
berbagai cara tersedia untuk mengukur kualitas air dan menentukan pengaruhnya pada
kesehatan manusia (Arif Sumantri, 2010).
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa penggolongan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga
memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik
lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006).
2.5 Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis
gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar bahwa
teknik gravimetrik telah digantikan oleh metode instrumen. Masih banyak kasus
dimana teknik gravimetrik merupakan pilihan terbaik untuk memecahkan suatu
problem analisis yang khusus.
Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit
secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar garvimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses
pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap
secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan
tertentu dan harus murni atau mendekati murni (Irha, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat : Laboratorium Air dan Lingkungan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
(BBIHP) Makassar.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquadest, sampel air limbah dan kertas saring
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan yaitu oven, gelas ukur 100 mL, neraca analitik, batang
menghentikan pencucian
3.3.2 prosedur
2. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetic untuk memperoleh contoh uji
3. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan
pengaduk magnetik
6. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103oC sampai
dan timbang.
7. Ulangi tahapan pengeringan, pedinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan
sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4%
Keterangan :
Catatan :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 + 𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 𝑥100%
Keterangan :
RPD = Relative Percent Different
Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan harus diulang
b. Sampel kode 2 (OUTLET LABKIM)
Hasil
Parameter Satuan
simplo Duplo
Bobot cawan petri ( kosong) + kertas
g 57,3910 50,9846
saring (A)
Bobot gelas cawan petri + residu kering
g
(B)
g 57,3930 50,9867
Penimbangan 1
g 57,3927 50,9862
Penimbangan 2
g 57,3927 50,9862
Penimbangan 3
Bobot residu (B-A) g 0,0017 0,0016
Volume contoh uji mg/L 100 100
(𝐵−𝐴) 𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 17 16
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
mg/L
Rata-rata 25
RPD % 0,04
Catatan :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 + 𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 𝑥100%
Keterangan :
RPD = Relative Percent Different
Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan harus diulang
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai TSS pada sampel kode 1 (Limbah outlet
RS) yaitu 22,5 mg/l dan kode 2 (Limbah outlet Labkim) adalah 25 mg/l. Menurut
keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri nilai TSS maksimum adalah 400 mg/L. Jika di bandingkan dengan
literatur yang ada, dapat dikatakan bahwa nilai TSS yang terdapat pada sampel tidak
melewati batas maksimum. Sumawidjaya (1974) menyatakan bahwa TSS akan
berpengaruh terhadap kejernihan air, selanjutnya berpengaruh terhadap daya penetrasi
cahaya dan akhirnya akan mempengaruhi produktiktivitas primer. TSS yang tinggi
dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu
proses fotosintesis dan menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepaskan
kedalam air oleh tanaman.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
nilai TSS yang diperoleh pada sampel yaitu pada kode 1 limbah outlet RS yaitu 22,5
mg/l, sedangkan pada kode 2 limbah outlet Laboratorium kimia adalah 25 mg/l. Nilai
TSS yang didapatkan pada kedua sampel rata-rata memenuhi standar baku mutu air
limbah KepMenLH No 51 tahun 1995.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Gosyen
Publishing. Sleman, Yogyakarta.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Halaman 135-145.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan dan Sumber Daya Lingkungan
Perairan. Kanisius. Jakarta.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya.
Bandung.
Hasriyani & Hermana, J. 2010. Studi Kinerja Boezem Morokrembangan pada Penurunan
Kandungan Total Solid dan Zat Organik sebagai PermanganateValue (PV). Jurusan
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITSN). Surabaya. Hal
18.
Irha, 2011. Didowload dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-
penentuan-kadar-dengan-metode-gravimetri/ Diakses 11 september 2017.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik. Jakarta.
Kusmayadi.2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat. http://database.deptan.go.id, diakses tanggal 11 September 2017.
Marganof, 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau
Sumatera Barat. Disertai doctor pada program studi pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan institute pertanian bogor.
Martopo, S. 1987. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi KursusSingkat
Penanganan Limbah Secara Hayati. Yogyakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 1990.Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia.1995.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 51. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001.Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir, Jakarta.
SNI 06-6989.3-2004. Air dan Air Limbah. Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (Total
Suspensed Solid, TSS) Secara Gravimetri. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kharisma Putra Utama,
Jakarta.
ANALISA DATA
A. Limbah oulet RS
1. Perhitungan simplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 40,6445
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
Penimbangan 1 = 40,6464 gram
Penimbangan 2 = 40,6440 gram
Penimbangan 3 = 40,6440 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(40,6440−40,6445) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 15
100
2. Perhitungan duplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 39,8439
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
Penimbangan 1 = 39,8458 gram
Penimbangan 2 = 39,8458 gram
Penimbangan 3 = 39,8458 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(39,8458−39,8439) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 15
100
3. Perhitungan Relative Percent Different (RPD)
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛+𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 x 100 %
15−15
= (15+15)/2 x 100 % = 0 %
Menurut SNI 06-6989.3-2004 Nilai % RPD lebih besar 5% Penentuan harus diulang, nilai
RPD yang didapatkan sebesar 0% sehingga penentuan tidak perlu melakukan pengulangan
kembali.
Menurut SNI 06-6989.3-2004 Nilai % RPD lebih besar 5% Penentuan harus diulang, nilai
RPD yang didapatkan sebesar 0,04% sehingga penentuan tidak perlu dilakukan
pengulangan kembali.
DOKUMENTASI