Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan
mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia
untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut
tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum
mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin
mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk
bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.

Proses pencemaran perairan pada umumnya disebabkan oleh berbagai kegiatan yang
merupakan sumber bahan pencemar perairan antara lain pemukiman, industri,
transportasi, dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi menghasilkan bahan
pencemar yang merusak sistem kehidupan di dalam ekosistem pantai. Polusi air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang
sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikategorikan sebagai perairan tercemar
(Effendi, 2003).

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih
besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam
oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh
karena itu, untuk tetap menjaga kualitas air tersebut utamanya maka dilakukan
pengukuran Total Suspended Solid dengan menggunakan metode Gravimetri.
1.2 Rumusan Masalah
Berapa kadar Total Suspended Solid dalam sampel air yang diteliti ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar Total Suspended Solid dalam sampel air yang diteliti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi.Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O.Satu
molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (00C). Zat ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).

Tersedianya persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas sangat penting
bagi manusia.Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari segi jumlah.Peradaban
berkembang disekitar badan air sehingga dapat mendukung pertanian dan transportasi
sebaik menyediakan air minum. Kesadaran pentingnya kualitas air berkembang lebih
perlahan. Sejak awal manusia menilai kualitas air hanya melalui penampakan fisik,
rasa dan bau. Tidak hingga ilmu pengetahuan biologi, kimia, dan medis berkembang
berbagai cara tersedia untuk mengukur kualitas air dan menentukan pengaruhnya pada
kesehatan manusia (Arif Sumantri, 2010).

Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi


beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa penggolongan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.2 Air Limbah


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair.Air limbah dapat
berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri). Berikut merupakan
definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb :
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini merupakan :
a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal
dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat. membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin
baik.
Terdapat berbagai macam sumber air limbah, diantaranya yaitu :
1. Rumah tangga
Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya
2. Perkotaan
Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempat ibadah.
3. Industri
Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga
memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik
lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006).

2.3 Macam-Macam Limbah


2.3.1 Limbah Cair Domestik
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran),
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.Limbah domestik atau limbah
rumah tangga terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan
dapur.Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-zat bahan mineral dan
organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil, benda
padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk
koloid dan setengah kolloid (Martopo, 1987).

2.3.2 Limbah Cair Industri


Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha
yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga
cenderung untuk dibuang ( Asmadi,2012 ).

2.3.3 Limbah Cair Rumah Sakit


Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.Selain sampah
klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal
dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol),
sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair
yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia
dan biologi.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,


tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada ( laboratorium, klinik dan lain-lain ). Tentu
saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat pathogen. Limbah
rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik
dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor
pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

2.4 Total Suspensed Solid (TSS)


Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang
tertanhan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi yang terbawa kee dalam badan air (Marganof, 2007).

Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air.


Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga
produktivitas primer perairan menurun, yang pada gilirannya menyebabkan
terganggunnya keseluruhan rantai makanan (Hasriyani dan Herman, 2010).
TSS dapat diukur secara langsung atau tidak langsung.Pengukuran langsung dapat
dilakukan dengan menentukan konsentrasi TSS umumnya dilakukan menyaring secara
cepat sampel air.Air disaring kemudian dikeringkan dan ditimbang mengikuti dua
metode standar umum, yaitu Ameriica Public Health Association (1998) dan American
Society untuk prngujian dan material (2000). Namun, kedua APHA dan standar ASTM
metode memakan waktu dan memerlukan sebagian besar volume suspense terutama
ketika konsentrasi paadatan tersuspensi rendah (Ginting, 2006).

2.5 Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Analisis
gravimetri sangat penting dalam bidang kimia analisis, meskipun telah didengar bahwa
teknik gravimetrik telah digantikan oleh metode instrumen. Masih banyak kasus
dimana teknik gravimetrik merupakan pilihan terbaik untuk memecahkan suatu
problem analisis yang khusus.

Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit
secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar garvimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses
pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap
secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan
tertentu dan harus murni atau mendekati murni (Irha, 2011).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Tanggal 16 Januari 2017

Tempat : Laboratorium Air dan Lingkungan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

(BBIHP) Makassar.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu aquadest, sampel air limbah dan kertas saring

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan yaitu oven, gelas ukur 100 mL, neraca analitik, batang

pengaduk, cawan porselin, penjepit, penjepit dan pompa vakum.

3.3 Prosedur Analisa( SNI 06-6989.3-2004 )

3.3.1 Persiapan pengujian

a. Persiapan kertas saring atau cawan gooch


1. Meletakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Memasang vakum dan

wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. melanjutkan

penyedotan dan menghilangkan semua sisa air, mematikan vakum dan

menghentikan pencucian

2. Memindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang

aluminium. Jika digunakan cawan gooch dapat langsung dikeringkan


3. Mengeringkan dalam oven pada suhu 103oC sampai dengan 105oC

selama 1 jam, dinginkan dalam desikator kemudian menimbang

4. Mengulangi langkah ketiga sampai di peroleh berat konstan atau

sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penmbangan

sebelumnya atau lebih kecil 0,5 mg.

3.3.2 prosedur

1. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan


sedikit air suling.

2. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetic untuk memperoleh contoh uji

yang lebih homogen.

3. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan

pengaduk magnetik

4. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan

kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit

agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut

yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.

5. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan


pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika

digunakan cawan gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.

6. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103oC sampai

dengan 105oC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu

dan timbang.
7. Ulangi tahapan pengeringan, pedinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan

sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4%

terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

8. Lalu hitung padatan tersuspensi total dengan rumus :


(𝐴−𝐵) 𝑋 1000 𝑚𝐿
mg TSS per liter = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖

Keterangan :

A = berat kertas saring + residu kering (mg)


B = berat kertas saring (mg)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Sampel kode 1 (OUTLET RS)
Hasil
Parameter Satuan
simplo Duplo
Bobot cawan petri ( kosong) + kertas saring
g 40,6445 39,8439
(A)
Bobot gelas cawan petri + residu kering (B) g
Penimbangan 1 g 40,6465 39,8458
Penimbangan 2 g 40,6460 39,8454
Penimbangan 3 g 40,6460 39,8454
Bobot residu (B-A) g 0,0015 0,0015
Volume contoh uji mg/L 100 100
(𝐵−𝐴) 𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 15 15
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
mg/L
Rata-rata 22,5
RPD % 0

Catatan :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 + 𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 𝑥100%

Keterangan :
RPD = Relative Percent Different
Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan harus diulang
b. Sampel kode 2 (OUTLET LABKIM)
Hasil
Parameter Satuan
simplo Duplo
Bobot cawan petri ( kosong) + kertas
g 57,3910 50,9846
saring (A)
Bobot gelas cawan petri + residu kering
g
(B)
g 57,3930 50,9867
Penimbangan 1
g 57,3927 50,9862
Penimbangan 2
g 57,3927 50,9862
Penimbangan 3
Bobot residu (B-A) g 0,0017 0,0016
Volume contoh uji mg/L 100 100
(𝐵−𝐴) 𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 17 16
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
mg/L
Rata-rata 25
RPD % 0,04

Catatan :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 + 𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 𝑥100%

Keterangan :
RPD = Relative Percent Different
Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan harus diulang
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai TSS pada sampel kode 1 (Limbah outlet
RS) yaitu 22,5 mg/l dan kode 2 (Limbah outlet Labkim) adalah 25 mg/l. Menurut
keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri nilai TSS maksimum adalah 400 mg/L. Jika di bandingkan dengan
literatur yang ada, dapat dikatakan bahwa nilai TSS yang terdapat pada sampel tidak
melewati batas maksimum. Sumawidjaya (1974) menyatakan bahwa TSS akan
berpengaruh terhadap kejernihan air, selanjutnya berpengaruh terhadap daya penetrasi
cahaya dan akhirnya akan mempengaruhi produktiktivitas primer. TSS yang tinggi
dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu
proses fotosintesis dan menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepaskan
kedalam air oleh tanaman.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
nilai TSS yang diperoleh pada sampel yaitu pada kode 1 limbah outlet RS yaitu 22,5
mg/l, sedangkan pada kode 2 limbah outlet Laboratorium kimia adalah 25 mg/l. Nilai
TSS yang didapatkan pada kedua sampel rata-rata memenuhi standar baku mutu air
limbah KepMenLH No 51 tahun 1995.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Gosyen
Publishing. Sleman, Yogyakarta.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Halaman 135-145.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan dan Sumber Daya Lingkungan
Perairan. Kanisius. Jakarta.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya.
Bandung.
Hasriyani & Hermana, J. 2010. Studi Kinerja Boezem Morokrembangan pada Penurunan
Kandungan Total Solid dan Zat Organik sebagai PermanganateValue (PV). Jurusan
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITSN). Surabaya. Hal
18.
Irha, 2011. Didowload dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-
penentuan-kadar-dengan-metode-gravimetri/ Diakses 11 september 2017.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik. Jakarta.
Kusmayadi.2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat. http://database.deptan.go.id, diakses tanggal 11 September 2017.
Marganof, 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau
Sumatera Barat. Disertai doctor pada program studi pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan institute pertanian bogor.
Martopo, S. 1987. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi KursusSingkat
Penanganan Limbah Secara Hayati. Yogyakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 1990.Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia.1995.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 51. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001.Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir, Jakarta.
SNI 06-6989.3-2004. Air dan Air Limbah. Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (Total
Suspensed Solid, TSS) Secara Gravimetri. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Kharisma Putra Utama,
Jakarta.
ANALISA DATA

A. Limbah oulet RS
1. Perhitungan simplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 40,6445
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
 Penimbangan 1 = 40,6464 gram
 Penimbangan 2 = 40,6440 gram
 Penimbangan 3 = 40,6440 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(40,6440−40,6445) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 15
100

2. Perhitungan duplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 39,8439
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
 Penimbangan 1 = 39,8458 gram
 Penimbangan 2 = 39,8458 gram
 Penimbangan 3 = 39,8458 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(39,8458−39,8439) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 15
100
3. Perhitungan Relative Percent Different (RPD)
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛+𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 x 100 %
15−15
= (15+15)/2 x 100 % = 0 %

Menurut SNI 06-6989.3-2004 Nilai % RPD lebih besar 5% Penentuan harus diulang, nilai
RPD yang didapatkan sebesar 0% sehingga penentuan tidak perlu melakukan pengulangan
kembali.

B. Limbah Outlite Laboratorium Kimia


1. Perhitungan simplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 57,3910
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
 Penimbangan 1 = 57,3930 gram
 Penimbangan 2 = 57,3927 gram
 Penimbangan 3 = 57,3927 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(57,3927−57,3910) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 16
100
2. Perhitungan duplo
Dik : berat cawan + kertas saring kosong (A) = 50,9846
berat cawan + kertas saring + residu (B) :
 Penimbangan 1 = 50,9867 gram
 Penimbangan 2 = 50,9862 gram
 Penimbangan 3 = 50,9862 gram
Dit : Total Suspensed Solid (TSS) ?
Penyelesaian :
(𝐵−𝐴)𝑥 1000 𝑥 1000
TSS = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(50,9862−50,9846) 𝑥 1000 𝑥 1000
= = 16
100

3. Perhitungan Relative Percent Different (RPD)


ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%RPD = (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛+𝑑𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)/2 x 100 %
17−16
= (17+16)/2 x 100 % = 0,04 %

Menurut SNI 06-6989.3-2004 Nilai % RPD lebih besar 5% Penentuan harus diulang, nilai
RPD yang didapatkan sebesar 0,04% sehingga penentuan tidak perlu dilakukan
pengulangan kembali.
DOKUMENTASI

Penyiapan alat Pengovenan alat Mendesikator alat

Proses penyaringan Hasil yang di Pengovenan hasil


dapatkan

Anda mungkin juga menyukai