Anda di halaman 1dari 19

Penanganan dan Pengolahan Limbah Cair

• Pengertian Limbah Cair


• Limbah cair atau air limbah merupakan air sisa proses dari kegiatan
manusia, baik itu kegiatan domestik, industri, komersial dan lain-lain
yang mengandung bahan-bahan yang berbahaya dan beracun bagi
lingkungan hidup manusia. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, air limbah merupakan air sisa dari suatu hasil usaha
dan atau kegiatan yang berwujud cair.
• Sumber Limbah Cair
Sumber limbah cair dapat berasal dari kegiatan di pemukiman atau
perumahan, perkantoran, komersial, fasilitas umum dan pelayanan
kesehatan serta kegiatan industri. Selain itu, limbah cair juga dapat
bersumber dari air hujan dan air limpasan atau air luapan dari
permukaan, seperti air luapan dari sungai atau selokan di pinggir jalan.
Karakteristik Limbah Cair
Secara umum, limbah cair atau air limbah dapat diidentifikasi secara langsung dengan
mudah, misalnya dengan melihat warna, ada tidaknya bau, kekeruhan dan lain-lain
(Herlambang, 2006).
• Kekeruhan
Kekeruhan pada air buangan disebabkan karena adanya campuran antara zat padat dengan
zat cair, baik partikel koloid maupun partikel tersuspensi. Kekeruhan dapat mengurangi
kemampuan cahaya matahari untuk dapat masuk menembus perairan. Selain karena
adanya zat padat, kekeruhan juga dapat diakibatkan karena adanya pertumbuhan bakteri
dan algae. Walaupun tidak membahayakan, kekeruhan dalam air buangan dapat
mengganggu estetika pada air, sehingga perlu diolah agar kekeruhan dapat hilang atau
menurun.
• Warna
Warna pada air dapat dibedakan menjadi true color dan apparent color. True color
disebabkan karena adanya partikel koloid yang ada pada air buangan, sedangkan apparent
color dikarenakan adanya partikel tersuspensi yang ada pada air limbah.
• Bau
Bau pada air limbah merupakan hasil dari penguraian bahan-bahan organik oleh organisme
yang ada di dalamnya. Adanya bau pada air buangan menunjukkan bahwa air dalam
kondisi tercemar atau mengandung bahan polutan berbahaya.
• Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total Dissolved
Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended Solid/TSS). TSS
pada air limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri, fungi maupun
partikel anorganik lainnya. Tingginya kandungan TSS pada perairan
dapat menyebabkan kekeruhan. Air yang keruh dapat mengurangi
penetrasi cahaya matahari untuk masuk ke dalam badan air sehingga
proses fotosintesis dapat terganggu.
pH
• pH merupakan derajat keasaman pada suatu badan air. Nilai pH
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisme yang ada di
perairan. Selain itu, pH juga dapat dijadikan indikator keseimbangan
unsur hara dan unsur kimia yang bermanfaat bagi kehidupan di dalam
air.
• Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme yang ada dalam
air buangan agar dapat mengurai bahan-bahan organik. DO sangat
tergantung pada suhu air limbah. Pada air buangan, biasanya nilai DO
sangat rendah. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya disediakan alat
(aerator) untuk mensuplai oksigen ke dalam air limbah. .
• BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD diartikan sebagai kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan bahan organik dalam kondisi aerobik (Atima, 2015; Astuti,
2016). Jika kebutuhan oksigen dalam air buangan menunjukkan angka
yang tinggi, maka hal ini menunjukkan rendahnya oksigen terlarut dalam
air.
• COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengurai bahan
organik secara kimiawi.
• Bahan organik
Pada air limbah, bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas manusia.
Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N yang bersumber dari limbah domestik,
komersial dan industri.
• Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Bahan
organik pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat (Fe, Cu,
Pb, dan Mn), asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa nitrogen
(amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen
sulfida). Bahan anorganik banyak terkandung pada air limbah yang berasal dari industri
manufaktur, pertambangan, baterai, penyamakan kulit dan industri elektronika.
• Mikroorganisme patogen
Mikroorganisme yang biasa ditemui pada air buangan adalah bakteri, protozoa dan virus.
Keberadaan mikroorganisme ini juga dipengaruhi oleh sumber air limbahnya. Limbah cair
yang berasal dari kegiatan domestik biasanya mengandung bakteri E.coli. Kehadiran
mikroorganisme ini sulit untuk diidentifikasi, sehingga salah satu cara yang biasa
dilakukan adalah dengan menggunakan organisme lain sebagai indikator selain
pemeriksaan di laboratorium.
Dampak Limbah Cair
Limbah cair jika tidak dikelola dengan baik maka dapat berakibat buruk bagi
lingkungan hidup penerima air buangan tersebut. Beberapa dampak negatif dari
keberadaan limbah cair adalah sebagai berikut:
Gangguan Kesehatan
• Adanya mikroorganisme patogen dalam air buangan dapat mengganggu
kesehatan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan. Gangguan kesehatan yang sering muncul terkait dengan
air limbah adalah kolera, disentri dan diare.
• Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri biasanya mengandung logam
berat yang apabila dikonsumsi oleh manusia maka logam tersebut akan
terakumulasi di dalam tubuh (Irfandi, 2013), sehingga dapat menimbulkan
penyakit, misalnya gangguan ginjal, hati, kulit (Miaratiska, 2015), saluran
pernafasan, syaraf, anemia bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan.
• Penurunan Kualitas Lingkungan
Limbah cair yang tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan apabila bercampur
dengan air hujan dan meresap ke dalam tanah, maka akan mencemari air tanah.
Selain itu, air limbah juga dapat masuk ke badan air terbuka, seperti sungai dan danau
dengan membawa zat-zat atau bahan-bahan berbahaya yang dapat mengganggu
ekosistem yang ada di dalamnya.
• Gangguan Estetika/Keindahan
Air buangan yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dapat mengganggu estetika
atau keindahan serta kenyamanan. Air limbah tanpa pengolahan dapat mengundang
hewan pembawa penyakit, seperti nyamuk, lalat, tikus dan lain-lain yang dapat
mengganggu pemandangan di sekitarnya.
• Kerusakan Material
Air limbah yang berasal dari kegiatan industri banyak mengandung logam berat yang
bersifat korosif dan gas-gas oksida yang dapat mempercepat proses terjadinya karat
pada material berbahan dasar besi. Jika tidak diolah terlebih dahulu, maka air limbah
yang dibuang ke lingkungan akan mengganggu bangunan atau benda-benda lain yang
ada di sekitarnya.
Penanganan Limbah Cair
Limbah cair perlu ditangani secara serius agar polutan atau bahan-
bahan berbahaya yang ada di dalamnya dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penanganan
limbah cair adalah:
• sumber limbah cair,
• kualitas dan kuantitas limbah cair dan;
• kondisi lingkungan di sekitar lokasi pembuangan limbah cair.
Pengolahan Limbah Cair
• Pengolahan limbah cair dimaksudkan agar air hasil kegiatan manusia, baik
domestik maupun industri dan kegiatan lain tidak berbahaya ketika dibuang ke
lingkungan. Pengolahan limbah ini wajib dilakukan oleh semua penghasil limbah,
baik yang bersifat individu (domestik), maupun kolektif (industri). Prinsip
pengolahan limbah cair pada umumnya adalah mengurangi kadar bahan
pencemar pada air limbah dan mengurangi kuantitas air buangan yang akan
dibuang dengan cara melakukan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) pada air limbah.
• Reduce dilakukan dengan mengurangi penggunaan air bersih, terutama air tanah
dengan menggantinya dengan memanfaatkan air hujan. Reuse dilakukan dengan
memanfaatkan kembali air hasil olahan untuk pemanfaatan kegiatan lain secara
langsung. Recycle merupakan kegiatan mendaur ulang air hasil olahan untuk
keperluan aktivitas yang lain, misalnya untuk menyiram tanaman dan flushing di
toilet (kamar mandi).
Tujuan Pengolahan Limbah Cair
• Limbah cair sebagai hasil akhir dari kegiatan manusia, baik yang
bersumber dari kegiatan domestik, komersial, layanan kesehatan dan
industri sudah seharusnya diperlakukan sedemikian rupa sebelum
dibuang ke lingkungan agar tidak mencemari makhluk hidup
(manusia, hewan dan tumbuhan) yang ada di sekitarnya. Selain itu,
pengolahan air limbah juga dapat bertujuan untuk pemanfaatan
(dipakai) kembali air tersebut setelah bahan-bahan atau zat-zat
berbahaya yang ada di dalamnya dihilangkan.
• Secara umum, tujuan diolahnya limbah cair atau air buangan adalah
menghilangkan zat atau partikel tersuspensi, mikroorganisme patogen
dan kontaminasi yang ada pada air buangan.
Proses Pengolahan Limbah Cair
• Proses pengolahan limbah cair dapat dilakukan secara alami maupun buatan. Secara
alami, air limbah dapat dikurangi atau dihilangkan kandungan bahan-bahan
berbahayanya hanya dengan ditampung pada kolam stabilisasi sebelum dibuang ke
lingkungan. Seiring dengan berjalannya waktu, maka zat-zat pencemar yang terkandung
pada air limbah akan terurai dengan sendirinya Cara ini dikenal dengan proses pasif. Jika
dilihat dari segi biaya, cara ini memang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan
cara yang lain, namun waktu yang diperlukan untuk menstabilkan air buangan relatif
lebih lama dan lahan yang diperlukan juga relatif lebih luas.
• Cara kedua dalam mengolah air buangan adalah dengan membuat Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) dan dikenal sebagai proses aktif karena pada proses ini ada
penambahan material lain serta suplai energi untuk mengurai polutan yang ada di
dalamnya. Instalasi dan proses yang dijalankan disesuaikan dengan air limbah yang akan
diolah.
Beberapa proses yang ada pada IPAL adalah
sebagai berikut:
Proses Fisika
• Screening
• Screening (penyaringan) dalam proses pengolahan limbah cair dilakukan pada saat
awal dengan maksud untuk melakukan pemisahan kotoran dalam bentuk padatan
kasar dan berukuran relatif besar. Alat yang biasanya digunakan dalam proses ini
adalah bar screen yang diletakkan pada lokasi intake limbah cair sebelum lanjut ke
proses berikutnya.
• Grit Chamber
• Grit chamber merupakan bak penangkap pasir. Alat ini digunakan untuk memisahkan
kotoran dalam bentuk padatan kasar seperti pasir, kerikil, pecahan kaca dan lain-lain
yang berada pada air buangan. Hal ini dilakukan untuk melindungi peralatan mekanik
dari gesekan partikel yang padat dan keras serta menghindari terjadinya penyumbatan
pada pipa karena adanya endapan kasar di dalamnya.
Proses Fisika (lanjutan)
• Ekualisasi
• Proses ekualisasi dilakukan untuk menstabilkan air limbah sebelum
dilakukan proses fisika-kimia dan biologi. Kondisi air limbah yang
stabil akan menjaga unit pengolahan berikutnya.
• Sedimentasi
• Proses sedimentasi/pengendapan didasarkan pada berat jenis zat- zat
polutan yang ada pada air buangan. Material tersuspensi yang
terkandung pada air limbah akan terendapkan dengan sendirinya
secara gravitasi.
• Proses Kimia
• Koagulasi-Flokulasi
• Proses ini merupakan proses destabilisasi koloid yang terkandung pada air
buangan dengan memberikan tambahan bahan kimia atau yang dikenal
dengan nama koagulan. Penambahan koagulan diiringi dengan pengadukan
cepat agar terjadi percampuran antara keduanya. Penambahan koagulan
membuat partikel koloid yang tidak dapat mengendap ini bersatu dan
menjadi besar. Proses koagulasi biasanya diikuti dengan proses flokulasi,
yaitu proses pembentukan flok pada air limbah dengan cara pengadukan
lambat sehingga flok tersebut menjadi besar dan mudah mengendap
(Susanti, 2003).
• Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi- flokulasi mampu
menurunkan nilai BOD-COD pada limbah laundry (Rahimah, 2016), BOD,
COD dan TSS pada air lindi (Fajri, 2017) dan mampu menurunkan kadar Cr
pada air limbah industri elektroplating (Nurhasni, 2013).
• Adsorbsi
• Proses adsorpsi pada pengolahan air buangan bertujuan untuk
memisahkan air dengan zat-zat pengotornya dengan cara penyerapan.
Media yang biasa digunakan dalam proses ini adalah karbon aktif dan
zeolit yang sebelumnya telah diaktivasi serta tanah haloisit (Masduqi,
2004) dan silika gel (Larasati, 2016). Menurut Nurlela (2018), proses
adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif lebih efektif jika dibandingkan
dengan zeolit dalam mengolah air buangan pewarna sintetis.
• Pengolahan air limbah dengan proses adsorpsi juga dapat dikombinasikan
dengan proses lain, seperti aerasi dan filtrasi (Edahwati, 2014),
wetlands (Sutyasmi, 2013), koagulasi (Audiana, 2017)
• Disinfeksi
• Proses desinfeksi merupakan metode untuk membunuh
mikroorganisme berbahaya yang ada pada air buangan sebelum air
olahan dibuang ke lingkungan atau dimanfaatkan kembali (Ratnawati,
2013). Bahan atau zat disinfeksi (disinfektan) yang umum digunakan
adalah ozon, kaporit dan klor (Said, 2007). Namun menurut Irawan
(2014), ekstrak limbah kulit buah nanas juga dapat digunakan sebagai
disinfektan untuk menurunkan jumlah bakteri E.coli pada pengolahan
air bersih.
Proses Biologi
• Menurut Said (2002) proses biologi dalam mengolah limbah cair secara umum terbagi atas
tiga macam, yaitu proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses
biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem
lagoon atau kolam.
• Proses biakan tersuspensi merupakan proses pengolahan air limbah dengan menggunakan
aktivitas mikroorganisme yang dibiakkan secara tersuspensi di dalam sebuah reaktor untuk
menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air, contohnya adalah proses lumpur aktif
standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact stabilization,
extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya.
• Sedangkan proses dengan biakan melekat yakni merupakan proses pengolahan air limbah
dengan mikroorganisme yang dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme
tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses film
mikrobiologis atau proses biofilm, contohnya adalah trickling filter, biofilter tercelup, reaktor
kontak biologis putar (rotating biological contactor/RBC), contact aeration/oxidation (aerasi
kontak) dan lainnya.
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan air limbah dengan menggunakan
proses biologi cukup efektif untuk megolah air limbah domestik (Said, 2007; Nusanthary,
2012) dan limbah CPO (Sari, 2013)
• Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai