Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan bahan buangan yang sudah tidak digunakan lagi oleh
suatu industri. Limbah ini memiliki berbagai wujud diantaranya yaitu limbah
padat, limbah gas dan dapat berupa cairan. Limbah yang tidak dikelola dengan
baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan yaitu selain mencemari,
dengan jumlah yang cukup banyak akan dapat merusak lingkungan sehingga,
lingkungan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Maka dari itu harus
ada peraturan atau regulasi yang mengatur tentang bagaimana industri dalam
mengelola limbah yang dihasilkan.
Sedangkan berdasarkan UU RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap industri maupun
instansi/badan usaha harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah
yang telah dihasilkan dari setiap kegiatan industri tersebut. Peraturan tersebut
berarti bahwa setiap industri diwajibkan dalam mengelola limbah yang
dihasilkan. Dari berbagai limbah yang sulit penangannya salah satunya yaitu
limbah cair. Limbah cair yang berasal dari industri berbasis kegiatan organik
mempunyai potensi pencemaran yang sangat berat terhadap lingkungan,
terutama industri makanan atau industri minuman.
Dalam pengelolaan limbah cair organik ini biasanya menggunakan proses
pengolahan biologi aerobik maupun anaerobik. Hal tersebut tergantung bahan
limbah yang akan diolah berasal dari limbah apa. Untuk bahan limbah yang
berasal dari organik ringan proses yang cocok digunakan yaitu proses
pengolahan limbah dengan metode aerobik. Dalam pengolahan limbah aerobik
pH dari air limbah yang akan dikelola harus netral atau berkisaran pada nilai
7.
Maka dari para penyedia lahan industri dikawasan industri hendaknya juga
memfasilitasi terkait masalah pengolahan limbah di kawasan industri tersebut.
PT. SIER selain sebagai jasa penyedia lahan untuk perindustrian dikawasan
industri rungkut Surabaya, juga menyediakan fasilitas dalam pengolahan
limbah. Limbah yang diolah dalam pengolahan IPAL PT. SIER adalah
pengelolaan limbah cair saja, selian itu menjadi tanggung jawab industri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pencemaran air?
2. Apa pengertian limbah cair dan IPAL?
3. Bagaimana komposisi limbah (IPAL)?
4. Bagaimana proses pengolahan limbah cair dalam IPAL?
5. Apa saja tujuan dari pengolahan limbah cair?
6. Bagaimana hasil dari pengolahan limbah menurut peraturan yang ada?
7. Apa yang dimaksud PT. SIER?
8. Bagaimana struktur organisasi pada PT. SIER?
9. Bagaimana sumber air limbah PT. SIER?
10. Bagaimana sistem pengolahan limbah cair pada PT. SIER?
11. Bagaimana standar air limbah buangan dari PT. SIER?
12. Apa saja kelebihan dan kekurangan IPAL dari PT. SIER?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pencemaran air.
2. Mengetahui pengertian limbah cair dan IPAL
3. Mengatahui komposisi limbah (IPAL).
4. Mengetahui proses pengolahan limbah cair dalam IPAL.
5. Mengetahui apa saja tujuan dari pengolahan limbah cair.
6. Mengetahui hasil dari pengolahan limbah menurut peraturan yang ada.
7. Mengetahui apa yang dimaksud PT. SIER.
8. Mengetahui struktur organisasi pada PT. SIER.
9. Mengetahui sumber air limbah PT. SIER.
10. Mengetahui sistem pengolahan limbah cair pada PT. SIER.
11. Mengetahui standar air limbah buangan dari PT. SIER.
12. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan IPAL dari PT. SIER.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pencemaran
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU No 4
Tahun 1982).
Pencemaran ialah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia,
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yng telah ditetapkan (UU
Lingkungan No 32 Tahun 2009).
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun global, dan
sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah
atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar (Darmono, 1995).
Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya,
walaupun didaerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang
bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu
mengandung bahan-bahan terlarut, seperti karbon dioksida (CO2), oksigen
(O2), dan nitrogen (N2), serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan
partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir.
Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan
pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi,
maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. Sebagai
contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan
langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan sebagai air minum (Kristanto, 2002).

2.2 Definisi Limbah Cair


Secara umum dapat dikemukakan bahwa limbah cair adalah cairan
buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat
umum lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan
kesehatan

manusia

serta

mengganggu

kelestarian

lingkungan

hidup

(Kusnoputranto, 1985).
Limbah cair adalah air kotor yang membawa sampah dari tempat tinggal,
bangunan, perdagangan, dan industri berupa campuran air dan bahan padat
terlarut atau bahan tersuspensi (Wilgooso, 1979).
Menurut Environmental Protection Agency 1977, Limbah cair adalah air
yang membawa bahan padar terlarut atau tersuspensi dari tempat tinggal,
kebun, bangunan perdagangan dan industri.
Sedangkan menurut P. Gintings (2008), limbah cair ialah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki di
lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
2.3 Definisi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal adalah Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun untuk mengelola air limbah
rumah tangga dengan tujuan untuk mencegah pencemaran air tanah dari
bakteri Eschercia coli akibat pembuangan limbah rumah tangga yang kurang
memadai. Fungsi dari IPAL diantaranya :
1. Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu
pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
2. Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan
limbah rumah tangga lainnya.
3. Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas
manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas
pertambangan.
2.4 Komposisi Limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Komposisi air limbah yang nantinya akan diolah dalam Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) tergantung dari sumber air limbah tersebut.
Air limbah dapat bersumber dari limbah domestik maupun limbah industri.
Secara umum didalam limbah domestik tidak terkandung zat-zat berbahaya,
sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang

mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak sehingga untuk limbah
industri yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan
penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi
terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya
itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan
senyawa-senyawa di dalam air limbah. Berikut ini merupakan bagan
komposisi air limbah secara umum:
Air Limbah

Bahan Padat
(0,1%)

Air (99,9%)

Organik [protein
(65%), karbohidrat
(25%),
lemak (10%)]
2.5 Mekanisme IPAL (Instalasi
Pengolahan
Air Limbah)

Anorganik
(butiran,
garam, metal)

Instalasi Pengolahan AirGambar


Limbah
(IPAL) merupakan cara pengolahan air
1. Komposisi Air Limbah
Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah
limbah supaya nantinya air limbah saat dibuang ke badan air telah memenuhi
standar baku mutu air limbah serta tidak menimbulkan gangguan baik
gangguan pada kesehatan maupun lingkungan. Teknologi yang digunakan
dalam IPAL menurut BPPT terdiri dari teknologi pengolahan air limbah secara
fisika dan biologis.
Teknologi pengolahan air limbah secara fisika dan biologis terdiri dari bak
pengumpul, unit pemisah minyak (oil trap), screening (alat penyaring awal),
equalisasi, sedimentasi atau pengendapan, filter/alat penyaringan (biofilter
anaerob-aerob, lumpur aktif, biofilm) dan pengeringan/pengolahan lumpur.
Pada awalnya air limbah yang berasal dari berbagai sumber seperti limbah cair
kamar mandi akan dimasukkan ke dalam bak pengumpul yang kemudian akan
disalurkan ke dalam unit pemisah minyak. Pada tahap pemisahan minyak ini
merupakan pengolahan awal (primary treatment), selain memisahkan minyak
dan air pada tahap ini juga digunakan untuk menghilangkan pasir.
Setelah itu air limbah akan dialirkan ke unit screening untuk menyaring
atau menghilangkan sampah maupun benda padat yang berukuran besar. Air
limbah selanjutnya akan masuk ke unit bak equalisasi untuk distabilkan terkait
5

karakteristik limbahnya dan untuk mengontrol debit limbah yang akan masuk
ke proses selanjutnya yaitu proses sedimentasi. Sedimentasi adalah suatu unit
operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia. Air limbah
selanjutnya akan diolah menggunakan proses biologis menggunakan beberapa
filter/alat penyaringan yang dapat disesuaikan dengan kondisi tempat
pengolahan air limbah. Salah satu proses biologis yang dapat digunakan yaitu
proses biofilter anaerob-aerob. Dalam proses biofilter anaerob-aerob air
limbah yang masih mengandung zat organik dan nutrisi diubah menjadi sel
bakteri baru, hidrogen maupun karbon dioksida oleh sel bakteri dalam kondisi
cukup oksigen sehingga zat organik dalam air limbah berkurang. Setelah itu
air limbah yang telah seusai dengan baku mutu air akan dikeluarkan ke badan
air dan lumpur sisa pengolahan air limbah akan dikeringkan atau diolah
kembali. Berikut ini merupakan gambar IPAL dengan teknologi secara fisika
dan biologis:

Gambar 2.2 Mekanisme IPAL dengan Teknologi Pengolahan secara Fisika dan
Biologis
2.6 Dampak Limbah Cair
Dampak limbah cair menurut Santi (2004) meliputi gangguan terhadap
kesehatan,

gangguan

terhadap

kehidupan

biotic,

gangguan

terhadap

keindahan, dan gangguan terhadap kerusakan benda.


1. Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia
mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air
limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa
6

saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta


schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu
sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti: virus,
vibrio cholera, Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b, Shigella
Spp , dll.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air
limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi,
bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah
terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air
limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah
contoh yang nyata di mana para nelayan dan keluarganya mengalami
gejala penyempitan ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan
oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai
akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa
ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya pabrik yang
menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih
banyak lagi racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia
antara lain:
a. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang tersebut
dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta
kerusakan pada ginjal.
b. Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha bila
dibandingkan dengan krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar
oleh krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran
pencernaan.
c. Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah
yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak
organ hati.
2. Gangguan Terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah,
maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di
7

dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di


dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan
mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air
disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena
adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain
matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa
terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya
adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan.
Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di
dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan
adanya

pengaruh

fisik

seperti

adanya

tempertur

tinggi

yang

dikeluarkanoleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya


air limbah dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan
pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.
3. Gangguan Terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh
perusahaan yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap
hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organik dalam
jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu
dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air
limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu
tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organik
yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau
hasil pengurangan dari zat organic yang sangat menusuk hidung.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya
ampas akan memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan
tempat sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh
perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan
bau juga menyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan
tumpukan ampas yang menggangu, maka warna air limbah yang kotor
akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidak kalah besarnya.
Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini
8

dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut merupakan derah


tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif,
maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada
benda yang terbuat dari besi serta bangunan aiar yang kotor liannya.
Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan
semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.
Selain karbon dioksida gresif, maka tidak kalah pentingnya apabila air
limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau bersifat asam
maupun pH tinggi yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH
yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang
dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah
mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan
berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak
yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan
menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami
pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air limbah
yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah. Selain
penyumbatan akan dapat juga terjadi kerusakan pada tempat dimana lemak
tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor. Pencemaran yang
disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udara terbuka
karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah
pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.
2.7 Peraturan Terkait Baku Mutu Air Limbah
Peraturan terkait baku mutu air limbah ini diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah. Adapun usaha dan/atau kegiatan yang diatur dlama
peraturan ini adalah:
Tabel 2.1 Jenis Usaha yang diatur dalam PerMenLH No. 5 Tahun 2014
Jenis Usaha/Industri yang Diatur Baku Mutu Air Limbahnya
Industri pelapisan logam
Industri pengolahan
Industri petrokimia hulu
dan galvanis
daging
9

Industri penyamakan
kulit
Industri minyak sawit

Industri pengolahan
Industri oleokimia dasar
kedelai
Industri pengolahan
Industri soda
obat tradisional (jamu)
kostik/khlor
Jenis Usaha/Industri yang Diatur Baku Mutu Air Limbahnya
Industri karet
Industri peternakan sapi Industri pulp dan kertas
dan babi

Industri tapioca
Industri monosodium
glutamat dan inosin
Monofosfat
Industri kayu lapis
Industri pengolahan
susu
Industri minuman
ringan
Industri sabun, deterjen
dan produk-produk
Minyak nabati
Industri bir
Industri baterai timbal
asam
Industri pengolahan
buah-buahan dan/atau
Sayuran
Industri pengolahan
hasil perikanan
Industri pengolahan
hasil rumput laut
Industri pengolahan
kelapa

Industri minyak goreng


dengan proses basah
dan/atau kering
Industri gula
Industri rokok dan/atau
cerutu
Industri elektronika

Industri ethanol
Industri baterai kering
Industri cat
Industri farmasi

Industri
pengolahan kopi
Industri gula rafinasi

Industri pestisida

Industri petrokimia
hulu
Industri rayon

Industri tekstil

Industri keramik

Fasilitas pelayanan
kesehatan

Industri asam tereftalat

Rumah pemotongan
hewan
Domestik

Polyethylene tereftalat

Industri pupuk

Perhotelan

Sedangkan pembuangan hasil pengolahan limbah cair ke badan air ini


harus memperhatikan klasifikasi mutu air dan penetapan kelas yang diatur
dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Penetapan Kelas Air Pada Sungai. Peraturan ini berlaku untuk wilayah Jawa
Timur. Adapun pembagian kelas air ini meliputi :

10

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sarna dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya

dapat

digunakan

untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,


air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sarna dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sarna dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Selanjutnya baku mutu kelas air ini dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada peraturan ini diatur
kriteria mutu air berdasarkan kelas, sehingga pada pengeloaan limbah cair
dalam pembuangannya harus disesuaikan dengan kelas air dimana IPAL
membuang hasil pengelolaan limbahnya.

11

BAB 3
METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan : Kamis, 2 Juni 2016
Tempat pelaksanaan : IPAL PT SIER
3.2 Metode
Dalam rangka kunjungan kali ini metode yang digunakan adalah
pada awal diberikan penjelasan mengenai IPAL PT SIER secara umum di
aula atau temapt pertemuan sebelum melakukan observasi melihat secara
langsung proses kerja dari IPAL PT SIER. Dalam pertemuan awal
diberikan materi dan penjelasan serta menunjukan video tentang IPAL PT
SIER. Selanjutnya dilakukan observasi dengan mengunjungi langsung ke
bagian bagian atau tahapan proses dari pengolahan limbah IPAL PT
SIER ini dipandu oleh salah satu pihak dari IPAL PT SIER bertugas
menjelaskan tiap tahap serta menjawab pertanyaan yang diajukan dari
mahasiswa.
3.3 Cara Kerja
Proses cara kerja pengolahan limbah PT SIER memiliki beberapa
tahap. Pertama berasal dari pabrik atau perkantoran lalu menuju bak
kontrol diteruskan ke sistem air limbah, rumah pompa , bak pengendapan
pertama, Oxydalition Ditch , bak pengendap akhir , bak pembagi lumpur,
bak pengering lumpur, bak effluent, kolam indikator, Thickener, Filter
press, Instalasi pembakar sludge dan yang terakhir open channel flow.

12

Gambar 3.1 Proses Perjalanan Air Limbah Industri

13

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi PT. SIER
Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) merupakan kawasan industri
terbaik dan terbesar di Jawa Timur. Kawasan ini mulai berdiri pada tanggal 28
Februari 1974.
4.1.1Visi Misi PT. SIER
Sebagai perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun maka
PT. SIER tentunya telah memiliki tujuan dari perusahaan tersebut. Tujuan
tersebut tercantum dalam visi dan misi. Visi dan misi PT. SIER antara lain
adalah
Visi:
Menjadi pengembang kawasan industri modern yang terintregrasi ramah
lingkungan
Misi:
1. Mewujudkan kawasan industri modern yang inovatif, berbasis
teknologi informasi, dan ramah lingkungan.
2. Menyediakan lahan industri siap bangun untuk kepentingan semua
investor.
3. Peka dan adiptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan rencana
pengembangan regional dan nasional.
4. Pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam penyediaan layanan
penjualan, persewaan, penyediaan fasilitas industri, dan sarana
penunjanganya dengan kualitas terbaik guna mendukung proses
bisnis.
4.1.2Fasilitas PT. SIER
PT. SIER memiliki sistem industri yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dimana termasuk dalam usaha
tersebut adalah pengolahan air limbah, kemudahan akses keluar masuk
barang di Pelabuhan Tanjung Perak yang dilengkapi dengan terminal peti
kemas dan Bandara Udara Juanda Surabaya. Bentuk kemudahan akses
tersebut adalah terdapat jalan tol yang langsung menghubungkan area
area tersebut sehingga perjalanan yang ditempuh pada area ini adalah
sekitar kurang lebih satu jam. Kemudahan akses lain adalah dilengkapi

14

dengan jalur bebas hambatan yang menghubungkan PT. SIER dengan


beberapa kota seperti Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
Total luas lahan adalah 895 ha dengan rincian penggunaan sebagai
berikut, 30 % digunakan untuk fasilitas umum dan 70 % untuk kavling
industri. Untuk kawasan industri sendiri PT. SIER mengelola tiga lokasi,
yaitu :
1. Kawasan Rungkut Surabaya
Luas lahan mencapai 246 Ha dan terletak di Kecamatan Rungkut
Surabaya. Saat ini telah terjual seluruhnya, menampung 300 pabrik
atau industri, dengan jumlah pekerja kurang lebih sebesar 50.000
orang.
2. Kawasan Berbek Sidoarjo
Kawasan ini merupakan perluasan ke-2 yang dilakukan pada tahun
1985, luas lahan 87 Ha, namun yang kini tersisa tinggal kurang lebih 2
Ha. Investor yang dimiliki sebanyak 50 dan jumlah pekerja kurang
lebih sebanyak 10.000 orang. Pada wilayah ini ditempati oleh 300
perusahaan.
3. Kawasan Rembang Pasuruan
Selanjutnya pada perluasan ke-3 dilakukan pada tahun 1989. Luas
lahan 563 Ha yang dilengkapi dengan fly over untuk menghubungkan
seluruh area pada kawasan ini. Investor pada kawasan ini mencapai 60
dan jumlah pekerja kurang lebih 75.000 org. Seluruh lahan yang ada
pada kawasan ini telah penuh semua.
Secara umum fasilitas yang disediakan di kawasan industri PT.
SIER adalah
1. Bangunan Pabrik Siap Pakai
Tersedia sebanyak 108 unit dengan total luas lahan 200.000 m 2 .
Sistem yang diterapkan adalah sistem sewa. Fasilitas yang disediakan
pada BPSP adalah ketersediaan listrik, gas, sambungan telepon, dan
air bersih.
2. Gudang Siap Pakai (GSP)
Gudang siap pakai tersedia sebagai bentuk salah satu fasilitas yang
disediakan oleh PT. SIER. Metode penggunaannya dengan sistem
sewa yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang ada di kawasan
ataupu perusahaan yang berada di luar kawasan industri ini.
3. Sarana Usaha Kecil (SUIK)

15

Ketersediaan sarana usaha industri kecil juga dimiliki dengan luas


lantai >7000 m2.
Selain itu untuk menunjang kegiatan industri di bidang logistik
maka disediakan pula SIER Logistik yang melayani jasa ekspedisi. Unit
jasa ekpedisi terdiri dari jasa pengiriman domestik yang dilengkapi sistem
yang memastikan pengiriman barang tepat waktu. Tidak hanya dalam skala
domestik saja tetapi jasa ekspedisi ini juga melayani pengiriman
internasional. SIER Logistik juga menyediakan ruang gudang, pengurusan
jasa bongkar muat, pengurusan bea cukai, dan penanganan dokumen
eksport.
Keunggulan lain yang dimiliki PT. SIER dalam segi sarana adalah
usaha lain yang dimiliki untuk menunjang aktivitas perusahaan yang ada
pada kawasan industri. Bentuk usaha tersebut adalah :
1. Ketersediaan Office Priority Center yaitu yang menyediakan ruang
kantor yang bisa disewa oleh perusahaan perusahaan di sekitar area
ini.
2. Ketersediaan sejumlah tower BTS yang menunjang komunikasi data
dan suara bisa berjalan dengan lancar. Untuk komunikasi nirkabel
sendiri juga telah didukung oleh beberapa operator telepon seluler.
Selanjutnya untuk sambungan nirkabel dan fiber optik didukung oleh
PT. Telkom.
3. Memiliki Stasiun Pengisian BBM, melayani pemenuhan bahan bakar
bagi kegiatan industri maupun kendaraan pribadi.
Bentuk kepeduliaan terhadap lingkungan ditunjukkan dengan
model jalan utama yang ada di kawasan ini adalah jalan kembar. Pada
beberapa kawasan telah dibangun jalan menggunakan paving stone yang
tujuannya untuk memperkuat konstruksi dan memperlancar kegiatan
industri. Pada setiap sisi jalan di kawasan industri ini telah ditanami pohon
untuk mengatasi polusi udara yang mungkin disebabkan oleh asap
buangan industri maupun kendaraan yang lewat disepanjang area tersebut.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian dari PT. SIER terhadap
lingkungan serta bertujuan untuk meningkatkan kawasan kerja yang
nyaman dan aman. Fasilitas yang tak kalah penting dalam pelestarian
ekosistem lingkungan maka disediakan pula sarana pengelolaan air limbah

16

baik dari kegiatan industri maupun limbah akibat kegiatan domestik dari
perkantoran.
4.2 Sumber Air Limbah PT. SIER (Persero)
Sumber air limbah yang diolah di IPAL PT. SIER (Persero) berasal dari
seluruh pabrik dan perkantoran yang berada di kawasan Rungkut dan Berbek.
Jumlah pabrik dan perkantoran yang membuang air limbah di IPAL PT. SIER
(Persero) sebanyak 393 perusahaan. Sumber air limbah yang masuk ke IPAL
PT. SIER (Persero) Surabaya beranekaragam. Air limbah yang masuk ke
IPAL berasal dari berbagai jenis industri diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Industri kayu dan rotan


Industri plastik
Industri logam
Industri kimia
Industri makanan dan minuman
Industri tembakau
Industri tekstil
Industri karet
Industri penyamaan kulit

4.3 Jenis-Jenis Limbah Industri yang Menjadi Bahan Olahan PT. SIER
1. Bahan buangan cairan berminyak
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung
di atas permukaan air, bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke
air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Apabila bahan
buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatil maka akan
terjadi penguapan dan luar permukaan minyak yang menutupi permukaan
air akan menyusut. Penyusutan luas permukaan ini tergantung pada jenis
minyaknya dan waktu lapisan minyak yang menutupi permukaan air
dapat

juga

terdegradasi

oleh

mikroorganisme

tertentu,

namun

memerlukan waktu yang cukup lama.


Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu
kehidupan organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh lapisan minyak
pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam
air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi
berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu
kehidupan hewan air. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga
17

akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga


fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen
yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi.
Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun.
Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak
dapat dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang
berminyak terdapat juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzena,
senyawa toluena dan lain sebagainya.
2. Bahan buangan padat
Bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk
padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan
tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan
pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloid.
Apabila bahan buangan 2.padat tersebut menimbulkan pelarutan,
maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan
ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung
larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesis tanaman dalam air
akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang,
kehidupan organisme dalam air juga terganggu.
Pembentukan koloid terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus,
sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayanglayang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi
penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesis dan
berkurangnya kadar oksigen dalam air.
3. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini
biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan unsurunsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa
atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air
bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat

18

merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan


(korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.
Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang
bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung
ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut
tidak layak minum.
4.4 Sistem Pengolahan Air Limbah PT. SIER
Sistem pengolahan air limbah, PT. SIER (Persero) menggunakan system
pengolahan secara fisika-biologis. Dalam hal ini tanpa menggunakan atau
menambahkan bahan kimia. Sebelum dialirkan ke pengolahan limbah PT
SIER pabrik-pabrik harus menampung dan mengolah terlebih dahulu limbah
yang akan dibuang di suatu bak kontrol. Sebelum dialirkan ke IPAL petugas
akan memeriksa dahulu limbah buangan, karena tidak semua jenis limbah bisa
diolah di IPAL PT SIER. Berikut adalah penjelasan tahap dari instalasi
pengolahan air limbah PT SIER:
1. Bak Kontrol
Bak Kontrol terletak pada setiap pabrik/industri di kawasan PT
SIER. Bak Kontrol ini berfungsi sebagai pengontrol limbah yang
dihasilkan oleh masing-masing pabrik . Setiap hari bak kontrol selalu di
check untuk memantau kualitas air limbah yang dihasilkan memenuhi atau
tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh PT SIER, apabila
sudah sesuai dengan baku mutu , maka air limbah dapat disalurkan ke
pengolahan air limbah PT SIER. Namun sebaliknya apabila tidak sesuai
maka pabrik/industri tersebut akan mendapat surat teguran dan apabila
pabrik/industri tersebut tidak segera menangani atau memperbaiki hasil
buangan akibat aktivitasnya maka saluran akan ditutup.
2. Rumah Pompa
Rumah Pompa adalah tempat pemompaan air limbah yang berasal
dari industri-industri sebelum dilakukannya treatment atau sebelum
menuju instalasi pengolahan air limbah. Rumah pompa ini memiliki
kedalaman berkisar 8 meter, kira-kira sebanyak 7000 liter air limbah yang
dipompa menuju unit IPAL setiap harinya. Warna air pada rumah pompa

19

ini dapat berubah setiap saat , hal ini dipengaruhi oleh banyak nya volume
air limbah industi yang dominan. Misal air berwarna putih keruh, hal ini
dipengaruhi volume air limbah yang masuk dan yang paling dominan
dengan jumlah yang besar adalah industri lem, pasta gigi dan lain-lain.

Gambar 4.1 Rumah Pompa


3. Bak Pengendap Pertama
Bak pengendap pertama atau Primary Settling Tank merupakan tempat
pengolahan air limbah pada tahap awal .Terdapat 3 bak dalam bak
pengendap pertama yang saling berkaitan yaitu diantaranya adalah :
a. Bak Penampung Sementara
Bak penampung sementara juga disebut dengan bak equalisasi. Air
limbah yang tertampung di rumah pompa , akan dipompa menuju bak
penampung sementara. Dalam bak penampung sementara, air limbah dari
berbagai pabrik di kawasan industri PT SIER ditampung dan dicampur
untuk menghomogenkan serta menstabilkan pH air limbah. Proses
menstabilkan pH air limbah dilakukan secara alami tanpa proses kimia.
Selain itu tujuan dari bak ini adalah untuk meratakan berat jenis dari
semuah limbah buangan yang berasal dari pabrik, hal ini dilakukan untuk
memudahkan proses pengolahan limbah di IPAL PT SIER.
Pembuangan air limbah industri (waste water disposal) dialirkan
melalui pipa dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang
sepanjang jalan di depan kavling pabrik yang terletak di Kawasan Industri
Rungkut, volume limbah yang masuk IPAL PT. SIER 7000-8000 m 3/hari
dari 445 industri. Limbah- limbah ini dikumpulkan jadi satu di bak
pengumpul ini.

20

b. Bak Pengendap awal


Bak pengendap awal atau juga disebut primary settling tank
merupakan pengolahan air limbah secara fisik. Air limbah yang telah
ditampung di bak penampung sementara kemudian dialirkan ke bak
pengendap awal. Pada bak pengendap awal terbentuk endapan lumpur.
Selain itu juga terdapat minyak dan lemak terapung. Minyak dan lemak
trsebut akan dialirkan menuju floating tank. Sedangkan lumpur yang
terendap akan disalurkan ke drying bed untuk dikeringkan
Bak pengendap awal ini, untuk mereduksi padatan yang kemudian
dialirkan ke drying bed. Proses pengendapan yang terjadi secara gravitasi
pada bak equalisasi atau sumur pengumpul. Dalam proses ini diperkirakan
penurunan BOD-COD 20-45 % dan padatan 50-60 % dengan waktu
tinggal 2-5 jam. Bak drying bed digunakan untuk mengeringkan sisa-sisa
padatan tersuspensi , sisa lumpur ,padatan terapung, agar lebih padat jika
sudah kering padatan dikirim ke PPLI di bogor yang ditunjuk pemerintah
untuk mengolah bahan limbah padat.
c. Bak kedua
Bak selanjutnya merupakan bak terakhir dari penyaringan
terdahulu untuk kemudian akan diolah selanjutnya (secondary treatment).
Air yang keluar dari bak penyaringan akan dilirkan sedikit demi sedikit
menuju bak oksidasi ( secondary treatment )

Gambar 4.2 Bak Pengendap Pertama


4. Bak Oksidasi

21

Unit pengolahan air limbah selanjutnya adalah bak oksidasi atau


oxidation ditch. IPAL PT SIER memiliki 4 bak oksidasi yang bekerja
sama. Didalam bak oksidasi terjadi proses penambahan oksigen . Air yang
sudah disaring dialirkan ke bak oksidasi. Penambahan oksigen adalah
salah satu usaha pengambilan zat pencemar dalam limbah sehingga
konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan
sama sekali dengan cara menggunakan rotor yang berfungsi untuk
mengalirkan oksigen sebagai pengganti kincir. Proses aerasi dilakukan
dengan menggunakan alat mammoth rotor atau cage rotor dengan
oksigeneration capacity sebesar 45 kg O2/jam/rotor .Zat yang dapat
diambil berupa gas, cairan, ion, koloid atau bahan tercampur. Proses
biologis yang terjadi bertujuan untuk mengurangi bahan-bahan organik
melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Pada proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat
kekotoran dan jenis kotoran.
Proses Pertumbuhan Bakteri. Bakteri diperlukan untuk mengurangi
bahan organik yang ada dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan
jumlah bakteri yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut.
Bakteri ini akan berkembang biak apabila jumlah makanan yang
terkandung di dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri
dapat dipertahankan secara konstan. Pada

proses ini dilakukan

penambahan lumpur yang baru sehingga pengolahan air limbah dapat terus
berlangsung. Pada bak oksidasi ini dengan panjang 40 meter, lebar 10
meter dan tinggi 3 meter, dengan waktu tinggal 16-24 jam. Dengan
demikian penurunan kadar BOD-COD 90-95 % kadar mercurinya < 0,1
ppm. Kemudian ke bak pembagi lumpur dengan waktu tinggal 4-5 jam.
Kemudian ke bak indicator untuk mengetahui mutu dan kualitas hasil
pengolahan limbah.

22

Gambar 4.3 Bak Oksidasi

5. Bak Pengendap akhir


Bak pengendap akhir atau clarifier berbentuk bundar pada abagian
atas dan berbentuk kerucut pada bagian bawah. Desain ini bertujuan untuk
mempermudah mengeluarkan endapan berupa lumpur dari dasar bak
pengendap akhir. Pada bak pengendap akhir ini air limbah diaduk secara
perlahan dengan kecepatan rendah yaitu sekitar 45 menit setiap satu
putaran. Pengadukan secara lambat ini bertujuan untuk membentuk
gumpalan lumpur yang akan mengendap ke dasar bak pengendap akhir.
Lumpur hidup yang menmgendap didasar tangki akan dikembalikan
menuju bak oksidasi sebagai tambahan makanan bagi bakteri. Proses
pengembalian lumpur dari bak pengendap akhir menuju bak oksidasi ini
disebut lumpur aktif. Bak pengendap akhir merupakan unit akhir dari
pengolahan air limbah. Setelah diolah di bak pengendap akhir hasil dari
pengolahan air limbah ini dapat berupa air dan Lumpur. Lumpur ini akan
dikembalikan ke Oxydation Ditch sebagai Lumpur aktif yang diperlukan
untuk proses biologis. Sedangkan air dari hasil proses yang telah
memenuhi standar mutu air limbah, menurut SK Menteri Negara KLH No.
3/1991 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 414/1987 akan dialirkan melalui
pipa dengan menggunakan sistem Drainage yang terletak di tiap kavling
industri ke kali Tambak Oso.
23

Gambar 4.4 Bak Pengendap Akhir (Final Settling Tank)


6. Bak pembagi
Pada proses lumpur aktif , lumpur hidup yang berasal dari bak
pengendap akhir atau clarifirer disalurkan terlebih dahulu ke bak pembagi
atau distribution box. Setelah melalui bak pembagi maka lumpur hidup
disalurkan ke bak oksidation. Proses inilah yang disebut sebagai proses
lumpur aktif

24

Gambar 4.5 Bak Kotak Pembagi (Distribution Box)


7. Bak pengering lumpur
Lumpur yang mengendap pada bak pengendapan awal akan
disalurkan menuju bak pengering lumpur atau drying bed. Setelah lumpur
sudah mongering maka akan di kirim ke PPLI, Bogor.

Gambar 4.6 Bak Pengering atau Bak Zat Terapung (Floating Tank)

25

26

Gambar 4.7 Bagan Proses pengolahan Air Limbah PT SIER


4.5 Kelebihan dan Kekurangan IPAL PT. SIER
4.5.1Kelebihan IPAL PT. SIER
Ketatnya peraturan dan kesadaran akan lingkungan mengharuskan
pihak industri mencari upaya yang lebih efektif dan efisien untuk
mengolah air limbah. Hal tersebut juga sejalan dengan paradigma
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memiliki
tiga pilar sekaligus, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Berbagai
kendala masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan
pengolahan air limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu.
Kendala-kendala tersebut antara lain (persepsi tingginya) biaya yang
harus ditanggung, baik biaya pembangunan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) maupun biaya operasional, ketersediaan lahan yang
sempit, faktor sumber daya manusia (SDM) yang tidak mencukupi, dan
sebagainya.
Kendala tersebut di atas ternyata tidak menjadi kendala berarti bagi
PT. Sier. Sebagai industry pengolahan air limbah, system IPAL PT. Sier
memiliki kelebihan. Dalam sistem IPAL PT. SIER memiliki kelebihan
dari segi pengolahan yang dilakukan dengan proses fisika-biologi. Sistem
ini tidak membutuhkan biaya

operasional yang mahal karena

pengolahannya terjadi secara alami dengan menggunakan bakteri dan


gerak gravitasi dan hasil pengolahannya pun tidak membahayakan
lingkungan karena dalam pengolahannya tidak menggunakan bahan
kimia. Selain itu, proses fisika yang berlangsung menggunakan prinsip
bejana berhubungan, sehingga aktivitas dari setiap media instalasi
berlangsung secara kontinyu. Lokasi yang terbagi menjadi tiga kawasan
industri tentunya mampu mengimbangi produksi air limbah yang
semakin banyak akibat aktivitas manusia.
4.5.2Kekurangan IPAL PT. SIER Persero
27

Meskipun teknologi IPAL yang dimiliki oleh PT. Sier sudah tepat
guna (menguntungkan), PT. Sier juga memiliki kekurangan. Kekurangan
tersebut adalah pada pengolahan limbah cair masih menimbulkan bau
pada bak penampungan awal. Hal ini karena belum terjadi pengolahan.
PT. Sier tidak memanagemen pengolahan polusi udara.
Pada tahun 2007 lalu, terjadi luapan air jorok dari saluran drainase
PT. Sier yang meluberi perumahan penduduk di daerah Rungkut Lor. Air
tersebut berwarna hitam, berbuih dan berbau menyengat. Air tersebut
diduga luapan limbah PT. Sier. Menurut pengelola kawasan industri, air
terbut merupakan luapan dari saluran drainase yang dibangun kurang
layak dan dangkalnya saluran tersebut.

28

BAB 5
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Pencemaran ialah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia,
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun global, dan sangat
berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia
untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar
pencemaran limbah cair dapat berdampak pada gangguan terhadap kesehatan,
gangguan terhadap kehidupan biotic, gangguan terhadap keindahan, dan
gangguan terhadap kerusakan benda.
Maka dari itu para penyedia lahan industri dikawasan industri seperti PT.
SIER selain sebagai jasa penyedia lahan untuk perindustrian dikawasan
industri rungkut Surabaya, juga menyediakan fasilitas dalam pengolahan
limbah. Limbah yang diolah dalam pengolahan IPAL PT. SIER adalah
pengelolaan limbah cair. Proses cara kerja pengolahan limbah PT SIER
memiliki beberapa tahap. Pertama berasal dari pabrik atau perkantoran lalu
menuju bak kontrol diteruskan ke sistem air limbah, rumah pompa , bak
pengendapan pertama, Oxydalition Ditch , bak pengendap akhir , bak pembagi
lumpur, bak pengering lumpur, bak effluent, kolam indikator, Thickener, Filter
press, Instalasi pembakar sludge dan yang terakhir open channel flow.
5.2 Saran
Pengolahan limbah cair di IPAL PT SIER masih menimbulkan bau karena
menggunakan metode fisika dan biologi saja, sehingga perlu adanya
penggunaan alat pelindung diri berupa masker bagi petugas yang bekerja di
lapangan, terutama petugas pengawas di pos bak kontrol karena bau sangat
menyengat dan jika dihirup dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus
dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

29

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, N. M., 2011. Otomasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sistem
Mobile di Baristand Industri Surabaya. Jurnal Riset Industri, Volume V
No. 2, pp. 183-194.
Darmono, 1995. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Taksologi Senyawa Logam, Jakarta: UI Press.
Ginting, P., 2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Gubernur Jawa Timur, 2010. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun
2010 tentang Penetapan Kelas Air Pada Sungai, Surabaya: Sekretaris
Daerah.
Kristanto, P., 2002. Ekologi Industri, Yogyakarta: ANDI.
Kusnoputranto, H., 1985. Kesehatan Lingkungan, Jakarta: FKM UI.
PTL-BPPT, ____. Buku SOP IPAL BPPT. [Online]
http://www.kelair.bppt.go.id [Accessed 5 Juni 2016].

Available

at:

Republik Indonesia, 1982. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun


1982 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta: Sekretaris Negara.
Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, Jakarta: Sekretaris Negara.
Republik Indonesia, 2009. Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan, Jakarta: Sekretaris Negara.
Republik Indonesia, 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta:
Sekretaris Negara.
Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, Jakarta:
Menteri Lingkungan Hidup.
Safitri, S., 2009. Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu PT.
AS Tanah Baru Depok Tahun 2009. [Online] Available at:
http://www.lib.ui.ac.id [Accessed 5 Juni 2016].
Santi, D., 2004. Santi, Devi Nuraini. 2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada
Industri Penyamakan Kulit Industri Pulp dan Kertas Industri Kelapa
Sawit. [Online] Available at:
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-devi2.pdf
[Accessed 4 Juni 2016].

30

Anda mungkin juga menyukai