PENDAHULUAN
1
hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan
pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius.
Sebenarnya, keberadaan limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi
suatu kegiatan industri. Namun, penanganan dan pengolahannya
membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang mendapatkan
perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil
dan menengah.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu
penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-
industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan
limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami
dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah
domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan.Untuk bisa memilih teknologi yang tepat, seseorang harus
mengetahui gambaran umum tentang metode-metode pengolahan air
limbah yang ada, baik tentang prinsip kerja, tentang penerapan metode-
metode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan juga faktor biaya. Hal
yang penting dalam konsep pengolahan air limbah industri adalah usaha
mencegah atau menekan beban pencemaran seminimal mungkin, yaitu
melalui pengendalian proses produksi itu sendiri. Baru pada tahap
selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang dihasilkan agar tidak
mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air
buangan dari industri sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.
2
1.2 Rumusan Makalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dicapai adalah :
1. Apa itu limbah?
2. Apa saja jenis limbah?
3. Apa itu limbah cair?
4. Apa saja jenis limbah cair?
5. Hal apa saja yang dapat menjadi sumber limbah cair?
6. Bagaimana efek buruk limbah cair terhadap kehidupan
masyarakat?
7. Mengapa kita perlu untuk melakukan pengolahan limbah cair
secara terpadu?
8. Bagaimana metode yang digunakan dalam pengolahan limbah cair?
9. Apa saja yang temasuk limbah cair dalam skala kecil seperti rumah
tangga?
10. Bagaimana penanganan terbaik dalam pengolahannya?
11. Apa saja jenis limbah cair dalam rumah sakit?
12. Bagaimana cara mengolah limbah cair rumah sakit agar tidak
membahayakan masyarakat?
13. Apa saja yang termasuk ke dalam limbah cair industry?
14. Bagaimana penanganan terhadap limbah industry secara umum?
15. Bagaimana penanganan limbah-limbah cair hasil industry pulp dan
kertas?
16. Apa saja parameter dalam limbah ?
17. Apa saja aspek yang memengaruhi pengelolaan air limbah ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui:
3
6. Bagaimana efek buruk limbah cair terhadap kehidupan masyarakat
7. Mengapa kita perlu untuk melakukan pengolahan limbah cair
secara terpadu
8. Bagaimana metode yang digunakan dalam pengolahan limbah cair
9. Apa saja yang temasuk limbah cair dalam skala kecil seperti rumah
tangga
10. Bagaimana penanganan terbaik dalam pengolahannya
11. Apa saja jenis limbah cair dalam rumah sakit
12. Bagaimana cara mengolah limbah cair rumah sakit agar tidak
membahayakan masyarakat
13. Apa saja yang termasuk ke dalam limbah cair industry
14. Bagaimana penanganan terhadap limbah industry secara umum
15. Bagaimana penanganan limbah-limbah cair hasil industry pulp dan
kertas
16. Apa saja parameter dalam limbah
17. Apa saja aspek yang memengaruhi pengelolaan air limbah
BAB II
4
ISI
2.1 Pengertian
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasa; dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya,
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup.
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan,
dan perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur
dengan air tanah, air permukaan atau air hujan (Soeparman dan Suparmin,
2002).
Air limbah domestik adalah air buangan yang berasal dari usaha
atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant),
perkantoran, perniagaan, apartement dan asrama (Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003).
Air buangan adalah semua cairan yang dibuang, yang mengandung
kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang
mengandung sisa-sisa proses produksi. Adapun air buangandapat dibagi
menjadi 4 golongan yaitu :
1. Air kotor/air buangan domestik
Air buangan yang berasal dari closet, peturasan, dan air
buangan yang mengandung kotoran manusia.
2. Air bekas
Air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, dan bak
cuci tangan.
3. Air hujan
Air buangan dari atap rumah atau halaman yang berasal dari air
hujan.
4. Air buangan khusus atau air buangan non-domestik
5
a. Air buangan yang mengandung gas, racun. Atau bahanbahan
berbahaya.
b. Air buangan yang bersifat radio aktif atau mengandung
bahan radio aktif yang dibuang ke badanair penerima.
c. Air buangan yang mengandung banyak lemak, biasanya
berasal dari restoran
6
air hujan. Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan
untuk meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan
konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal.
Limbah, yang dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari suatu
hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke
lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan
menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah,
air permukaan, serta buangan lainnya. Begitupun dengan Metcalf & Eddy
(2003) mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai
kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan
air hujan. Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan
untuk meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan
konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal.
Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi
dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan
pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut
memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam
pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien
perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara
terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi limbah (waste
minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan
limbah produksi (disposal).
Pengertian Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan
adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-
bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia
serta mangganggu lingkungan hidup. Batasan lainnya mengatakan bahwa
air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perdagangan,perkantoran dan industri, bersama-sama
dengan air tanah, air pemukimandan air hujan yang mungkin ada (Haryoto
7
Kusnoputranto, 1985). Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air
buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan
sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar,
karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan
manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai
dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air
buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi
dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan
pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut
memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam
pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien
perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara
terpadu dengan dimulai dengan upaya minimalisasi limbah (waste
minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan
limbah produksi (disposal).
Menurut Dr. Indasah,Ir.,M.Kes (2017), terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan
limbah cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu:
1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah
permukaan tanah, kecuali air laut dan fosil.
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah
permukaan tanah seperti mata air, sungai, rawa, danau, waduk
dan muara.
3. Pengelolaaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukkannya untuk menjamin kualitas tetap dalam kondisi
alaminya.
8
4. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kuaitas air
untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
5. Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energy
dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
6. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan
yang berwujud cair.
7. Baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsure
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair
yang akan dbuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu
usaha atau kegiatan.
9
1. Mikroba (seperti bakteri Salmonella typhi penyebab demam
tifus dan bakteri Vibrio cholera penyebab kolera, hepatitis A
dan virus penyebab polio). Tinja manusia mengandung
puluhan miliar mikroba termasuk bakteri koli-tinja (E. coli).
2. Materi organic
Berupa sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna dalam
bentuk karbohidrat, enzim,lemak,mikroba, dan sel-sel mati.
Satu liter tinja mengandung materi organic setara dengan
200-300 mg BOD5. Kandungan BOD tinggi mengakibatkan
air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna hitam.
3. Telur cacing
Prevelensi anak cacingan yang diakibatkan cacing cambuk
dan cacing gelang bisa mencapai 70 persen dari balita di
Indonesia.
4. Nutrien
Yang umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan fosfor
(P) yang dibawa oleh sisa-sisa protein dan sel-sel mati.
Nitrogen keluar dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia
mengandung ammonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat 30
mg. senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang
(algae. Akibatnya warna air jadi hijau. Ganggang
menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan
air lainnya mati. Fenomena yang disebut eutrofikasi ini
mudah dijumai, termasuk di waduk, danau, mauun balong-
balong.
10
semua rumah. Jenis ini merupakan jenis dengan tingkat pengolahan yang
baik serta tingkat pencemaran yang rendah karena sistem ini memiliki
beberapa bagian yang terdapat prosesemisahan antara padatan dan cairan,
serta terjadi pula penguraian secara mikobiologis secara anaerob, bagian
cair disalurkan ke bidang resapan sehingga air hanya memiliki
kemungkinan yang rendah untuk mencemari air tanah.
Di dalam septic tank yang sederhana itu sesungguhnya terjadi
serangkaian proses biologis dan kimiawi (biokimia) yang sangat rumit
yang melibatkan miliaran mikroba yang secara alamiah saling berbagi
tugas.
Secara umum, di alam ada 2 kelompok mikroba yakni yang
membutuhkan oksigen (aerob) dan yang tidak membutuhkan oksigen
(anaerob). Sifat mikroba itulah yang dipakai dalam sistem pengolahan
limbah yang juga terbagi dua, sistem aerob dan sistem anaerob. Sistem
aerob bekerja sangat cepat tetapi membutuhkan energy, sedangkan sistem
anaerob bekerja sangat lambat tapi menghasilkan energy. Sistem anaerob
ini yang salah satunya diterapkan dalam pembuatan biogas.
Di dalam septic tank tidak ada suplai oksigen (anaerob), sehingga
hanya mikroba anaerob saja yang bisa hidup. Itu sebabnya septic tank
dibuat sedemikian tertutup rapat sehingga tidak ada oksigen yang bisa
masuk. Jika ada oksigen yang masuk, terjadi kekacauan di dalam septic
tank karena sebagian bakteri anaerob yang terkena kontak dengan oksigen
mogok kerja. Dan ketika itu terjadi, tahu-tahu septic tank mengeluarkan
bau yang tidak sedap (bau tinja yang belum terolah).
Di dalam setik tank, mikroba mengeluarkan enzim dan enzim
itulah yang mengolah limbah. Mereka bekerja sangat lambat namun pasti,
bahkan hingga berbulan-bulan sebelum limbah tersebut terurai sempurna.
pada situasi normal dalam 2 bulan, hanya 50 % limbah yang dapat
diuraikan dan dalam 5 bulan baru 80 %. Dengan kata lain, jika kita buang
air hari ini, hingga 2 bulan ke depan kotoran kita 50 % diolah.
Blackwater mempunyai komposisi kimia yang sangat kompleks
sehingga dipakai konsep umum yang bisa menggambarkan tingkat
11
polutan, salah satunya COD (chemical oxygen demand). Yaitu banyaknya
oksigen yang dibutuhkan agar bahan kimia yang ada terurai sempurna.
Makin tinggi nilai COD, makin tinggi tingkat pencemarannya. Ini hanya
dapat diukur dilaboratorium. Blackwater memiliki nilai COD sekitar
10.000 (mg/L),limbah dari dapur ulai 500, air sungai di Jakarta ada sekitar
50, air sungai di pegunungan 0. Untuk pusat-pusat perdagangan atau hotel,
pemerintah mensyaratkan air limbahnya harus diolah hingga COD nya
dibawah 80 sebelum dibuang ke sungai.
Hasil akhir pengolahan blackwater, salah satunya adalah biogas. Di
dalam biogas sendiri ada metana (bahan bakar gas) sekitar 60%, dan
karbondioksida sekitar 35%; dan sisanya asam belerang dan amoniak yang
menjadi sumber bau di septic tank. Sekali buang air, kita menyiman ptensi
1 liter biogas yang setara dengan tenaga listrik untuk menyalakan lampu 5
watt selama 1 jam. Tapi kenyataannya sebaliknya, biogas itu terbuang dan
kita malah berkontribusi menyumbang gas metana yang menyebabkan
bumi memanas.
Sedangkan pada pengolahan grey water dapat menggunakan Unit
Prototipe alat pengolahan air limbah rumah tangga tersebut dapat
dilengkapi dengan bak khlorinasi (bak kontraktor) yang berfungsi untuk
mengkontakan khloine dengan air hasil pengolahan. Air limbah yang telah
diolah sebelum dibuang ke saluran umum dikontakan dengan chlorine agar
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air dapat dimatikan. Senyawa
khlr yang digunakan adalah kaporit dalam bentuk tablet (Dr.
Indasah,Ir.,M.Kes,2017:167-170).
Air buangan dari berbagai aktivitas domestic lainnya disebut grey
water. Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah
tangga,perusahaan, dan kendaraan merupakan masalah serius yang perlu
diperhatikkan untuk menciptakan kesehatan lingkungan.pembuangan
sampah rumah tangga dibiasakan pada temat sampah,karena itu tempat
sampah seharusnya selalu tersedia dilingkungan rumah tempat tinggal
sesuai dengan jenisnya, sampah basah atau garbage, sampah kering atau
rubbish, dan sisa-sisa industry atau industrial waste. Selain itu, kebiasan
12
meludah, buang air kecil dan besar, air limbah juga harus dikelola dengan
baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Samah yang tidak
dikelolan dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan
bau yang tidak sedap.
Grey water merupakan air limbah rumah tangga nonkakus berupa
buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (mengandung sisa
makanan), dan tempat cuci. Kandungan bahan organic air limbah terdiri
dari protein (40-60%), karbohidrat (25-50%),lemak atau minyak(10%),
urea, bahan organic (kesadahan,klorida,nitrogen, fosfor dalam bentuk
P2O5, dan belerang), gas (pembusukan gas hydrogen sulfide,pembusukan
gas metana),potassium dalam bentuk K2O,karbon, dan kalsium. Namun,
seiring dengan kemajuan bioteknologi, muncul bahan biologi jenis lain,
seperti surfaktan, organic pollutan,dan volatile organic (Hidarko 203).
Pada umunya grey water yang dihasilkan dibuang ke selokan tanpa
diolah.pelayanan terhadap pengolahan grey water di Indonesia masih
terbatas,yaitu sekitar 1,1 %.pelayanan tersebut hanya terdapat di 11 kota
besar dengan Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) domestik terpusat
(Balitbang 2009).
Menurut Hidarko (2003), dampak limbah rumah tangga tidak
dikelola sdengan baik antara lain gangguan terhadp kesehatan, kehidupan
biotic,psikologis, keindahan, dan ekonomi. Ditinjau dari segi kesehatan,
air limbah sebagai media pembawa penyakit seerti kolera dan disentri.
Segi kehidupan biotic, kematian biota air karena penurunan kadar oksigen
yang disebabkan oleh banyaknya zat pencemar dalam air limbah
(Sugiharto 1987). Dampak lingkungannya, yaitu bau tidak seda dari
limbah rumah tangga yang berasal dari selokan-selokan,membuat keadaan
tidak nyaman. Selama ini pengolahan limbah yang ada di Indonesia
metodenya belum dapat diterapkan oleh semua kalangan masyarakat. Hal
ini disebakan oleh alat dan teknologi yang relative mahal dan rumit untuk
dibuat sendiri oleh setiap warga.
Kerugian grey water dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
baik kesehatan, lingkungan, mauun estetika. Bahan organic, anorganik,
13
maupun gas yang terkandung di dalam limbah cair rumah tangga dapat
mencemari lingkungan serta menyebabkan berbagai penyakit. Selain itu,
sebagian bahan tersebut diurai oleh mikroorganisme menjadi suatu
senyawa yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Contoh bahan yang data
diurai oleh mikroorganisme yaitu rotein. Protein mengandung 16% umsur
nitrogen. Bersama dengan urea,protein menjadi sumber nitrogen dalam air
limbah. Dekomposisi bakteri atau hidrolis di dalam tubuh makhluk hidup,
terurailah bahan organic tersebut menjadi ammonia nitrogen.proses
penguraian protein menimbulkan bau busuk. Di dalam standar kualitas
buangan, kandungan nitrat dalam buangan air limbah tidak boleh lebih
dari 45 mg/liter (Hindarko 2003).
Diantara damak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas
lingkungan adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas.
Beberapa pengertian air limbah menurut beberapa pendapat antara lain :
1. Menurut azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih
dan mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan
manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan
manusia seperti, limbah industry dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut notoatmodjo (2003), air limbah atau air
buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup.
3. Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industry, bersama-
sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada.
4. Menurut sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah
kotoran dari manusia dan rumah tangga serta berasal dari
industry atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan
14
demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran
umum.
Sebagai upaya untuk pengolahan air limbah perlu diadakannya
Instalasi Penglahan Air Limbah (IPAL). IPAL adalah
suatu perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang
memproses / mengolah cairan sisa proses produksi pabrik, sehingga cairan
tersebut layak dibuang ke lingkungan.
IPAL itu sangat bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup
lainnya, antara lain:
a. Mengolah Air Limbah domestik atau industri, agar air tersebut
dapat di gunakan kembali sesuai kebutuhan masing-masing
b. Agar air limbah yang akan di alirkan kesungai tidak tercemar
c. Agar Biota-biota yang ada di sungai tidak mati
Tujuan IPAL yaitu untuk menyaring dan membersihkan air yang sudah
tercemar dari baik domestik maupun bahan kimia industri.
Pada bagian yang satu ini, saya akan menjelaskan tentang proses
air limbah domestik ataupun dari industri,akan diolah menjadi air bersih.
berikut penjelasannya:
a. SAir Limbah tersebut di alirkan ke tempat instilasi
b. Kemudian, air limbah tersebur akan melalui 4 tahap proses
c. Pada proses pertama air limbah itu akan di tampung pada
tampungan yang berisi pasir, yang dimana fungsi pasir tersebut,
utnuk mengendapakan air
d. yang kedua, air limbah tersebut akan mengalir ke tampungan yang
berisi kerikil, fungsi kerikil sama saja dengan fungsi pasir, yaitu
untuk mengendapkan air tersebut.
e. Pada tahap pada satu ini, air limbah akan mengalir di tampungan
yang berisi banyak enceng gondok.Enceng gondok tersebut
berfungsi sebagai penyerap zat-zat kimia terutama amonia dan
fosfat.
15
f. Setelah zat kimia air limbah tersebut diserap oleh enceng gondok,
maka air tersebut di saring.
g. Dan terakhir air limbah yang sudah bersih akan di tampung, ke
tampungan yang ke empat, dimana tampungan keempat tersebut
diisi oleh ikan, yang fungsinya sebagai indikator. Jika Ikan
tersebut mati dalam jangka waktu tidak lama, berarti air limbah
tersebut belum benar-benar bersih.
16
(daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter). Air baku
yang dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan
pada hasil buangan limbah industri pelapisan logam.
2. Pompa Dosing (Dosing pump)
Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia
(ferrosulfat dan PAC) dengan pengaturan laju alir dan konsentrasi
tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari
pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.
3. Pencampur Statik (Static mixer)
Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai
homogen dengan kecepatan pengadukan tertentu untuk
menghindari pecah flok.
4. Bak Koagulasi-Flokulasi
Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang
terkumpul dalam bentuk-bentuk flok dan mengendap, sedangkan
air mengalir overflow menuju proses berikutnya.
5. Pompa Filter
Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa
ini harus dapat melalui saringan multimedia, saringan karbon
aktif, dan saringan penukar ion.
6. Saringan Multimedia
Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit
penyaringan multimedia dengan tekanan maksimum sekitar 4 Bar.
Unit ini berfungsi menyaring partikel kasar yang berasal dari air
olahan. Unit filter berbentuk silinder dan terbuat dari bahan
fiberglas. Unit ini dilengkapi dengan keran multi purpose
(multiport), sehingga untuk proses pencucian balik dapat
dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya memutar
keran tersebut sesuai dengan petunjuknya. Tinggi filter ini
mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media penyaring yang
digunakan berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini
juga didisain secara khusus, sehingga memudahkan dalam hal
17
pengoperasiannya dan pemeliharaannya. Dengan menggunakan
unit ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-
logam lain yang masih terlarut dalam air dapat dikurangi sampai
sesuai dengan kandungan yang diperbolehkan untuk air minum.
7. Saringan Karbon Aktif
Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna,
logam berat dan pengotor-pengotor organik lainnya. Ukuran dan
bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya. Media
penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau
butiran dengan ukuran 1 – 2,5 mm atau resin sintetis, serta
menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada
bagian dasar
8. Saringan Penukar Ion
Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium
ditukardengan sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara
melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari
bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan
penukar ion pada awalnya menggunakan bahan yang berasal dari
alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit, Agar lebih efektif
Bahan greensand diproses terlebih dahulu. Disamping itu
digunakan zeolit sintetis yang terbuat dari sulphonated coals dan
condentation polymer. Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah
diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin
penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel
cross-linked polystyrene. Apabila resin telah jenuh maka resin
tersebut perlu diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan
cara melewatkan larutan garam dapur pekat ke dalam unggun
resin yang telah jenuh. Pada proses regenerasi terjadi reaksi
sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari resin,
digantikan dengan sodium dari larutan garam.
18
9. Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu
jaringan inlet (air masuk), jaringan outlet (air hasil olahan),
jaringan bahan kimia dari pompa dosing dan jaringan pipa
pembuangan air pencucian. Sistem jaringan ini dilengkapi dengan
keran-keran sesuai dengan ukuran perpipaan. Diameter yang
dipakai sebagian besar adalah 1” dan pembuangan dari bak
koagulasi-flokulasi sebesar 2“. Bahan pipa PVC tahan tekan,
seperti rucika. Sedangkan keran (ball valve) yang dipakai adalah
keran tahan karat terbuat dari plastik.
10. Tangki Bahan-Bahan Kimia
STangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglas
dengan volume masing-masing 30 liter. Bahan-bahan kimia
adalah ferrosulfat dan PAC. Bahan kimia berfungsi sebagai
oksidator.
19
mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat
jenisnya lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.
Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke
pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa
tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah.
Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring
berupa batu koral dan batok kelapa.
Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir
semua apartemen telah memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang
canggih dan modern. Greywater yang telah diolah akan digunakan lagi
untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil.
Di Singapura dan negara-negara maju, greywaterbahkan diolah lagi
menjadi air minum.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah
(SPAL) yang menghasilkan greywater seperti ini akan sangat bagus ubtuk
diterapkan di lingkungan perumahan dosen Universitas Haluoleo karena
selain biayanya yang murah dan bahan yang digunakan mudah didapatkan,
juga air hasil olahannya ramah lingkungan bahkan dapat digunakan
kembali atau diolah lebih lanjut menjadi air minum.
i. Dampak dari IPAL Rumah Tangga yaitu terjadi pencemaran air
ii. Cara Mengatasi Pencemaran IPAL Rumah Tangga
20
pengontrol aliran, bak pengurai senyawa organic yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
21
Sistem ini dilakukan untuk menangani limbah domestik pada
wilayah yang tidak memungkinkan untuk dilayani oleh sistem terpusat
ataupun secara individual. Penanganan dilakukan pada sebagian wilayah
dari suatu kota,dimana setiap rumah tangga yang mempunyai fasilitas
MCK pribadi menghubungkan saluran pembuangan kedalam sistem
perpipaan air limbah untuk dialirkan menuju instalasi pengolahan limbah
komunal.Untuk sistem yang lebih kecil dapa tmelayani 2-5 rumah
tangga,sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani 10-100 rumah
tangga atau bahkan dapat lebih. Effluent dari instalasi pengolahan dapat
disalurkan menuju sumur resapan atau juga dapat langsung dibuang ke
badan air (sungai). Fasilita ssistem komunal dibangun untuk melayani
kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan pengolahan air
limbah ini dapat diterapkan diperkampungan dimana tidak
memungkinkan bagi warga masyarakatnya untuk membangun septictank
individual dirumahnya masing-masing (Rhomaidhi,2008).
22
atau titik pengumpul. IPAL komunal secara kategori termasuk
pengolahan limbah domestik namun IPAL komunal memproses secara
seluruh dari limbah limbah rumah tangga yang disatukan disatu
lokasi., yaitu limbah air bekas (Cuci, Mandi, Urinoir, Wastafel) dan
limbah air kotor (Tinja)
23
biak bakteri sangat minim, hanya mengandalkan ventilasi alami, untuk
itulah diperlukan perawatan atau penambahan bakteri secara waktu
berkala agar populasi bakteri tetap terjaga, dan kelemahan
lainnyaadalah endapan hasil uraian yang berada di ruang akhir unit
pengolahan harus di angkat atau disedot dengan jangka waktu
tertentu.Ukuran IPAL Komunal Type Anaerob :
B. Proses Pengolahan sistem Anaerob dan Aerob Atau yang lebih dikenal
dengan Extended Aeration Sistem
24
2.2 Jenis-Jenis Air Limbah
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah
tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah
tangga tidak terkandung zat-zat Sberbahaya, sedangkan didalam limbah
industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang
berbahaya dan harus dilakukan penanganan khusus tahap awal sehingga
kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke
sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro
organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air
limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage
plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya
logam berat. Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya
dilakukan secara kimiawin dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa
mengeliminasi yang bersifat kotoran umum. zat-zat yang berbahaya.
Air limbah adalah seluruh air buangan yang berasal dari hasil
proses kegiatan sarana pelayanan kesehatan yang meliputi : air limbah
domestik (air buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian),
air limbah klinis ( air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit,
misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll), air limbah laboratorium
dan lainnya.
Prosentase terbesar dari air limbah adalah limbah domestik
sedangkan sisanya adalah limbah yang terkontaminasi oleh infectious
agents kultur mikroorganisme, darah, buangan pasien pengidap penyakit
infeksi, dan lain-lain.
Air limbah yang berasal dari buangan domestik maupun buangan
limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa pencemar organik yang
cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Air limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung
logam berat yang apabila dialirkan ke dalam proses pengolahan secara
biologis dapat mengganggu proses pengolahannya., sehingga perlu
25
dilakukan pengolahan awal secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Air limbah domestik
Air limbah klinis
Air limbah laboratorium klinik dan kimia
Air limbah radioaktif (tidak boleh masuk ke IPAL, harus
mengikuti petunjuk dari BATAN)
Adapun sumber-sumber yang menghasilkan air limbah, antara
lain :
a. Unit Pelayanan Medis
Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Darurat
Rawat Intensif
Haemodialisa
Bedah Sentral
Rawat Isolasi
b. Unit Penunjang Pelayanan Medis
Laboratorium
Radiologi
Farmasi
Sterilisasi
Kamar Jenasah
c. Unit Penunjang Pelayanan Non Medis
Logistik
Cuci (Laundry)
Rekam Medis
Fasilitas umum : Masjid / Musholla dan Kantin
Kesekretariatan / administrasi
26
Dapur Gizi
Dll
2.3 Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan
menentuksn cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari
lingkungan hidup. Pengolahan airlimbah dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu pengolahan secara fisik, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak
selalu berjalan sendiri-sendiri tetapi kadang-kadang harus dilaksankan
secara kombinasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga proses tersebut
yaitu (Daryanti, 1995):
1. Karakteristik fisik
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yan tidak
larut(bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair
yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini
untuk pemisahan.pada umumnya sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhada air buagan diinginkan agar bahan-
bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau
bahan-bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih
dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan
bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar
tidak mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo,1995).
2. Karakteristik kimiawi
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang
menggunakan bahan kimia untuk mengurangikonsentrasi zat
pencemar dalam air limbah. Prose ini menggunakan reasksi
kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi
kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan
secara kimia adalah netralisasi, presiitasi,khlorinasi,koagulasi
dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak
mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
phosphor dan zatorganikberacun, dengan membubuhkanbahan
27
kimia tertentu yang diperlukan.pengolahan secara kimia dapat
memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi menjadi mahal
karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo,1995).
3. Karakteristik biologis
Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara
biologis, sebagai pengolahan sekundee, pengolahan secara
biologis dipandang sebagai penglahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan
berbagai metode pengolahan biologis dengan segala
modifikasinya (Tjokrokusumo,1995).
Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain bertujuan
untuk menghilangkan bahan organic, anorganik, amoniak dan
posfat dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan
atau filter telah dikenal luas guna menangani air untuk
keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat
diterapkan untuk pengolaan air limbah yaitu degan memakai
berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada
penggunaan sistem saringan anaerobic, media filter
ditempatkan dalam suatu bak atau tagki dan air limbah yang
akan disaring dialukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan
Rahayu,1993).
Selain melakukan pencegahan perlu adapun cara atau teknik
penglahan air limbah. Tujuan utama pengolahan air limbah ini
ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air
terutama senyawa rganik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen, dan senyawa organic yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam.
Pengolahan air limbh tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap,
berikut ini adalah tahapan-tahapannya :
a. Pengolahan awal (pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang
bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan
28
minyak dalam aliran air limbah. Beberaa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahp ini ialah screen
and grit removal, equialization and storage, serta oil
separation.
b. Pengolahan tahap pertama (primary treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih
memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal.
Letak perbedaannya ialahpada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolaan tahap pertama ialah
neutralization, chemical addition and coagulation,
flotation, sedimentation dan filtration.
c. Pengolahan taha kedua (secondary treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang unruk
menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dengan prose fisik biasa.
Peralatan pengolahan yang umum dugunakan pada
pengolahan ini ialah activated sludge, anaerobic,
lagoon, trickling filter, aerated lagoon, stabilization
basin, rotating biological contractor, serta anaerobic
contractor and filter.
d. Pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment)
Proses -proses yang terlibat dalam pengilahan air
limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening
gravity or flotation.
e. Pengolahan lumpur (sludge treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap
penngolahan sebelumnya kemudian diolah kembali
melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning
29
or drying bed, incineration, atau landfill
( Dr.Indasah,Ir.,M.Kes, 2017:148-150).
Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air limbah
rumah sakit yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa konsentrasi
senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD 31,52 - 675,33 mg/l,
ammoniak 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen (MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l. Hal ini
mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga
faktor waktu dan metoda pengambilan contoh sangat mempengaruhi
besarnya konsentrasi. Secara lengkap karakteristik air limbah rumah sakit
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak
diolah sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran
secara kimiawi, air limbah rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari
lingkungan secara bakteriologis.
Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan
kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar
proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif.
30
air limbah
Ruang dapur
• Material-material • Minyak / lemak :
organik mengurangi
• Minyak / lemak perpindahan
• Fosfor oksigen ke air
• Pembersih ABS • Pembersih ABS :
terbentuk
gelembung-
gelembung dalam
bioreaktor
Ruang cuci
(laundry) • Fosfor • pH 8 ~ 10 :
• pH 8 ~ 10 beracun untuk
• ABS, N-heksana mikroorganisme
31
• ABS : terbentuk
gelembung-
gelembung dalam
bioreaktor
32
Gambar 1.1 : Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit.
Keterangan :
Pengolahan air limbah laboratorium dilakukan dengan cara dipisahkan dan
ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya
dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain.
Air limbah yang berupa pelarut yang bersifat B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) antara lain chloroform, antiseptic, asam dll, obat/bahan kimia
kadaluarsa dll dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi dengan
insinerator atau dapat dilakukan dengan cara dikirim ke tempat pengolahan
limbah B3.
Khusus dari laundry sebaiknya diberikan pre treatment basin untuk
mereduksi detergen dengan cara pembuatan bak pretreatment atau dengan
mixing langsung dalam mesin cuci.
Air limbah dari ruang isolasi sebaiknya didesinfeksi terlebih dahulu
dengan proses klorinasi.
33
tergantung pada jenis industrinya sendiri, bahan baku, proses industry,
bahan bakar, sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan.
1. Air Limbah Rumah Tangga (ALRT)
Air limbah rumah tangga (ALRT) merupakan air limbah
yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada dasarnya
air limbah rumah tangga (ALRT) terdiri dari tiga fraksi
penting diantaranya:
a. Tinja (faeces) berpotensi mengandung mikroba
pathogen (contohnya baktei e. coli)
b. Air seni (urine) umumnya mengandung nitrogen
dan fosfor, serta kemungkinan kecil
mikroorganisme.
c. Grey water merupakan air limbah domestic yang
berasal dari dapur (tempat cuci piring), air bekas
cuci pakaian (air dari saluran toilet). Campuran
faeces dan urine disebut sebagai excreta. Adapun
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut
blackwater. Mikroba patogen banyak terdapat pada
excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama
bagi penyakit bawaan air (waterborne disease).
Blackwater adalah istilah yang digunakan untuk air
limbah yang mengandung kotoran manusia.
Kelompok air limbah ini harus diolah terlebih
dahulu karena mengandung bakteri patogen.
Blackwater dikenal juga dengan istilah sewage.
Beberapa hal utama yang membedakan dari
greywater dan blackwater antara lain :
1) Greywater memiliki kandungan nitrogen
yang jauh lebih rendah disbanding
blackwater.
2) Gerywater mengandung patogen yang jauh
lebih rendah disbanding blackwater.
34
3) Greywater jauh lebih mudah didekomposisi
daripada blackwater.
Pada saat ini banyak yang memanfaatkan greywater
untuk keperluan lain dalam rangka konservasi
sumber daya air. Salah satu manfaatnya adalah
menyiram tanaman. Hal penting yang ditekankan,
yaitu tidak boleh ada materi toksik yang mencemari
greywater. Sabun cuci piring yang digunakan pun
harus ramah lingkungan. Sementara itu, blackwater
biasanya disalurkan ke septik tank atau langsung
disalurkan ke sewage system untuk kemudian diolah
di dalam instalasi pengolahan air limbah domestik.
(greywater.com)
2. Air Limbah Industri (ALI)
Air limbah industry (ALI) merupakan hasil sisa dari
produksi, air limbah industry umumnya terjadi sebagai
akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Zat-
zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi
tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh
industry tersebut. Antara lain : nitrogen, sulfide,
amoniak, lemak, zat perwarna, mineral, dan logam berat.
Oleh sebab itu, dampak yang diakibatkannya juga sangat
bervariasi, bergantung kepada zat-zat yang terkandung di
dalamnya.
Pemanfaatan air pada kegiatan industry memiliki
beberapa fungsi berikut :
a. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas
yang terjadi dari proses industry.
b. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan
boiler,pada pabrik minuman, dan sebagainya.
35
d. Untuk mencuci dan membilas produk dan atau
gedung serta instalasi (Dr.H.Arif
Sumantri,S.K.M.,M.Kes, 2015:86-87).
Sumber Air Limbah Air limbah ini dapat berasal dari berbagai
sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu :
a. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogen
b. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan
Fosfor, serta kemungkinan kecil mikro-organisme.
c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin
cucidan kamar mandi. Grey water sering juga disebut
dengan istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut
sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air
bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba
pathogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini
merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan
baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain:
nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan
yang berasal dari daerah; perkantoran,perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan jenis air limbah rumah tangga. Air limbah rumah tangga
36
sebagian besar mengandung bahan-bahan organik sehingga
memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah
industri lebih sulit pengelolaannya karena mengandung pelarut
mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik.
37
Air limbah yang mengandung bahan pencemar dialirkan ke
lingkungan (seperti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan
terjadinya pencemaran pada badan air.
1. Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia
mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air
limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media
pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis
infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di
dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen
penyebab penyakit seperti:
a. Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara
pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak
terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.
b. Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran
melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia
yang mengandung vibrio cholera.
c. Salmonella Typhosa A dan Salmonella Typhosa B
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus
yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah.
Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah
tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
d. Salmonella Sp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri
banyak terdapat pada air hasil pengolahan.
e. Shigella Sp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat
pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah
melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun
perantaraan makanan, lalat dan tanah.
38
f. Basillus Antraksis
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air
limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.
g. Brusella Sp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta
menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.
h. Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama
terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
i. Leptospira
Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama
berasal dari tikus selokan .
j. Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan
penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.
k. Schistosoma Sp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat
dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.
l. Taenia Sp
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang
sangat tahan terhadap cuaca.
m. Ascaris Spp. Enterobius Sp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada
air hasil pengolahan dan Lumpur serta sangat berbahaya terhadap
kesehatan manusia.
39
gejala penyempitan ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Kejadian yang demikian adalah
sebagai akibat termakannya ikan oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut
telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air
raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang
tercemar oleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan
limbanya. Selain air raksa masih banyak lagi racun lainnya yang dapat
membahayakan kesehatan manusia antara lain:
a. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang
tersebut dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi
otak, serta kerusakan pada ginjal.
b. Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih
berbayaha bila dibandingkan dengan krom yang bervalensi
tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan
kanker pada kulit dan saluran pencernaan.
c. Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena
dalam jumlah yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan
keracunan dan merusak organ hati.
2. Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air
limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang
terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan
kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,
dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian
kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di
dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di
dalam air limbah tersebut.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga
dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air.
40
Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan
sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi
terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit
untuk diuraikan.Selain bahan-bahan kimiayang dapatmengganggu
kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat
terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur
tinggi yang dikeluarkanoleh industri yang memerlukan proses
pendinginan. Panasnya air limbah dapat mematikan semua
organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.
3. Gangguan Terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh
perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka
setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan
organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari
pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang
sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami
proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya.Sebagai
akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat
organic yang sangat menusuk hidung.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan
menumpuknya ampas akanmemerlukan tempat yang banyak dan
mengganggu keindahan tempat sekitarnya. Pembuangan yang sama
akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan
lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan tempat di
sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang
menggangu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan
gangguan pemandangan yang tidag kalah besarnya.
Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi, apabila
pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut
merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
41
Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal
dari :
a) Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen
sulfida air dan bau-bau lain yang melewati bangunan
pengolahan.
b) Tempat pengumpulan buangna limbah industri.
c) Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
d) Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki
pengendap pertama.
e) Proses pengolahan bahan organic.
f) Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
g) Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang
dari semestinya.
h) Proses pencampuran bahan kimia.
i) Pembakaran Lumpur
4. Gangguan terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang
agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya
karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan aiar yang
kotor liannya. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya
pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida gresif, maka
tidak kalah pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang
berkadar pH rendah atau bersifat asam maupun pH tinggi
yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH yang tinggi
mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang
dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah
mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan
akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih
panas. Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke
saluran air limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air
42
limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan
menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan
dapat menyumbat aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat
jugaterjadi kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel
yang bisa berakibat timbulnya bocor.
5. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang langsung dibuang ke air permukaan
(misalnya :sungai dan danau) tanpa dilakukan pengolahan dapat
mengakibatkan pencemaran air permukaan. Bahan organic yang
terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (dissolved
oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian, akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen
akan terganggu, sehingga akan mengurangi perkembangannya
sebagai akibat matinya bakteri, maka proses penjernihan air secara
alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah tersebut juga
terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari
limbah industry juga akan membawa dampak bagi kematian
organisme, air limbah yang tidak didinginkan data merembes ke
dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila
air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak
dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.
43
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak dan diperlukan air
pengenceran terlalu banyak pula maka cara inni menimbulkan
kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhada badan-
badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti
selokan, sungai, danau dan sebagainya. Selanjutnya dapat
menimbulkan banjir.
2. Kolam oksidasi atau oxidation ponds
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbh dialirkan ke dalam kolam
besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2
meter. Dindin dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan
apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan
di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin
dengan baik. Cara kerjanya untuk kolamoksidasi atau oxidation
ponds adalah sebagai berikut :
a. Empat unsure yang berperan dalam proses pembersihan
alamiah ini adalah sinar matahari, ganggang, bakteri
dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya
dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.
b. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat
dari H2O dan CO2 oleh chlorophyll dibawah pengaruh
sinar matahari terbentuk O2 atau oksigen. Kemudian
oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobic untuk
melakukan dekomposisi zat-zat organi yang terdapat
dalam air buangan disamping itu terjadi pengendapan.
44
c. Sebagi hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut akan
berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke
dalam badan-badan air seperti kali, danau,sungai.
3. Irigasi
Air limbah dialirakan ke dalam parit-parit terbuka yang digali
dan air merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian
atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukkan.
Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limabh dai rumah
tangga, perusahaan susu sai, rumah potong hewan, dan lain-
lainnya dimana kandungan zat-zat organic dan protein cukup
tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
Sebagai patokan dapat dipergunakkan acuan bahwa 85-95 %
dari jumlah air yang dipergunakan menjadi air limbah apabila
industri tersebut tidak kembali menggunakan air limbah
tersebut (Sugiharto,1987).meskipun merupakan air sisa namun
volumenya besar karena lebih kurang 80 % dari air yang
digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk sudah kotor atau tercemar.
Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengair ke sungai dan
laut dan akan digunakan lagi oleh manusia. Oleh sebab itu, air
limbah ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1) Air limbah yang bersumber dari ruah tangga atau
domestic wastes water, yaitu air limbah yang berasal
dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekskreta yaitu tinja dan air seni, air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, dan ummnya terdiri dari
bahan-bahan organic.
45
2) Air limbah industri yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan
bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-
garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut
dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahn jenis air
limbah ini, agar tidak menimbulkan plusi lingkungan
menjadi lebih rumit.
3) Air limbah kotopraja atau municipal wastes water yaitu
air buangan yang berasal dari daerah perkantoran,
perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat ibadah, dan sebagianya. Pada umumnya zat-zat
yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga (Dr. Indasah,
Ir.,M.Kes, 2017:145-148)
46
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan
harusmemenuhi persyaratan berikut:
a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber
air minum.
b) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
c) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang
hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari.
d) Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang
mengakibatkan penyakit.
e) Tidak terbuka dan harus tertutup.
f) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
47
1. Kota atau kabupaten diundang untuk mengikuti acara multi-city
seminar atau seminar multi-kota/ kabupaten.
Dalam seminar tersebut dijelaskan tentang pentingnya
pananganan masalah sanitasi, terutama di lingkungan
masyarakat berpenduduk adat dan miskin di kawasan
perkotaan, sanitasi menjadi tanggung jawab semua pihak, garis
besar program SANIMAS termasuk prinsip dan tahap-tahap
pelaksanaan SANIMAS, serta jangka waktu implementasi.
Sekembali dari seminar, pemerintah kota/kabupaten yang
berminat harus mengirimkan surat minat ke Departemen PU,
untuk kemudian dilakukan penandatanganan kesepakatan
MoU.
2. pemerintah kota/kabupaten yang sudah menandatangani MoU
kemudian mengirimkan tenaga fasilitator dari Dinas
Penanggung jawab dan wakil masyarakat untuk mengikuti
Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) selama satu
minggu bersama dengan TFL dari kota/kabuaten lain.
3. Seleksi kampung atau seleksi masyarakat dengan pendekatan
self selection yang dimuali dari longlist dan shortlist kampung
serta penjelasan program SANIMAS kepada masyarakat yang
masuk dalam shortlist. Masyarakat yang tertarik kemudian
harus mengirimkan surat undangan kepada Dinas Penanggung
jawab untuk difasilitasi SANIMAS.
Jika dalam kota/kabupaten terdapat lebih daru satu peminat,
sementara dana dialokasikan hanya untu 1 lokasi, maka
dilakukan proses seleksi dengan menggunakan metode RPA
(Rapid Participatory Apprasial ) dengan sistem scoring dimana
masyarakat bisa menilai sendiri kemampuannya kemudian
berdasarkan nilai yang ada sudah bisa ditentukan sendiri
pemenangnya dengan sistem ranking.
Model seleksi ini dilakukan dengan cara transparan dan adil
dalam sebuah pertemuan dengan para wakil masyarakat. Hasil
48
dari seleksi kemudian disepakati dengan penandatanganan
berita acara oleh semua stakeholder yang hadir dalam
pertemuan tersebut.
4. Tahap berikutnya adalah penyusunan dokumen rencana kerja
masyarakat atau disingkat RKM, yang luas dilakukan secara
partisipatif. Masyarakat diberikan ruang seluas mungkin untuk
mengambil keputusan untuk menangani sanitasinya sendiri.
Kegiatan ini dimulai dari penentuan calon penerima manfaat
program, pemetaan wilayah pelayanan,pemilihan sarana
teknologi sanitasi, penyusunan detailed engineering design
(DED), penyusunan rencana anggaran dan belanja (RAB),
penentuan kelompok swadya masyarakat (KSM) pengguna
kesepaatan iuran baik untuk pembangunan maupun operasional
dan perawatan, serta legalisasi dokumen RKM.
5. Tahap kontruksi dan capacity building dimana pada tahap ini
mulai dilakukan pelatihan-pelatihan kepada KSM sebagai
penanggung jawab pekerjaan konstruksi, pengadaan barang,
pengawasan kualitas barang dan kualitas pekerjaan, pengerahan
tenaga kerja,keamanan selama pekerjaan konstruksi, sampai
komisioning bangunan serta keuangan dan kelembagaan.
Setelah semua pekerjaan pembangunanselesai, juga diberikan
pelatihan operasional dan pemeliharaan kepada KSM, operator
dan masyarakat pengguna agar masyarakat tahu cara-cara
penggunaan fasilitas sanitasi dengan benar dan operator bisa
merawat dengan baik agar bangunan aman dan tahan lama,
serta KSM tahu tanggung jawab yang harus diemban selama
masa operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi ini,
terutama mengelola iuran masyarakat pengguna.
6. Tahap keenam adalah dukungan untuk operasional dan
pemeliharaan sarana SANIMAS. Agar sarana sanitasi yang
telah dibagun tersebut benar-benar berkelanjutan (suistainable)
maka perlu dukungan terhadap KSM maupun masyarakat dan
49
operator. Selama masa ini, dilakukan kegiatan monitoring
kualitas effluent agar diketahui secara terus-menerus kualitas
limbah cair rumah tangga yang dibuang ke sungai sudah benar-
benar memnuhi persyaratan baku mutu lingkungan. Monitoring
juga dilakukan terhadap aspek keuangan (iuran pengguna) serta
keberadaan dan fungsi KSM sebagai pengelola. Dukungan juga
bisa dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan institusi
terkait dengan bentuk pemberian insentif kepada masyarakat
yang mengelolan limbahnya sendiri.
50
Kendala pelaksanaan SANIMAS
Kendala implementasi SANIMAS tidak bisa dikatakan sedikit
dan ringan, tetapi banyak dan cukup berat. Kendala yang umumnya
masih terus menerus diperdebatkan antara lain :
1. Pemahaman konsep partisipatif, masih banyak yang
beranggapan bahwa pendekatan partisipatif tidak boleh
dibuat target waktu. Memang banyak pihak berpandangan
seperti itu, sehingga SANIMAS tidak bisa digolongkan
kedalam pendekatan partisipatif. Banyak kalangan yang
tidak mengerti bahwa partisipatif untuk masyarakat
perkotaan esensinya adalah dialog.
2. Pendanaan, sebenarnya SANIMAS mengkombinasikan
antara pendekatan pemberdayaan dan pendanaan dari
berbagai stakeholder, terutama pemerintah karena
permasalahan sanitasi samai hari ini adalah merupakan
tanggung jawab public. Memang kegiatan emberdayaan
butuh waktu lama, namun penggunaan dana public
(pemerintah) juga harus sesuai dengan aturan
penganggaran. Oleh karena itu, SANIMAS harus
mengkombinasikan dua pendekataan tersebut, sehingga
sering terjebak pada kegiatan yang berbasis anggaran,
meski harus terus diupayakan bahwa aspek pemberdayaan
masyarakat tidak bisa dilupakan. Karena dengan
melupakan proses pemberdayaan masyarakat maka sistem
SANIMAS tidak akan sustainable.
3. Jadwal implementasi, pada umumnya,penyelesaian
pekerjaan fisik (konstruksi) SANIMAS berlangsung
sampai bulan januari atau februari pada tahun berikutnya,
sehingga hal ini sering menjadi masalah bagi para
pelaksana. Beberapa pihak mengusulkan agar jadwal
pelaksanaan SANIMAS dibuat menjadi 2 tahun anggaran
(multi-year budgeting). Tetapi asek terpenting sebetulnya
51
adalah menjaga semangat masyarakat yang baru saja
menjadi “pemenang” lokasi. Untuk mulai membangun
SANIMAS dibutuhkan energy dan keswadayaan
masyarakat yang juga lebih tinggi lagi, maka
memanfaatkan moment semangat masyarakat adalah
sangat penting apalagi menyangkut masalah sanitasi yang
tidak pernah menjadi prioritas masyarakat. Jangankan bagi
masyarakat, bahkan Pemerintah Daerah pun tidak
meletakkan sanitasi menjadi prioritas pembangunan nomor
satu.
4) kondisi budaya masyarakat setempat juga menimbulkan
beberapa permasalahan pada saat implementasi
SANIMAS. Permasalahan yang muncul berkaitan
dengan budaya masyarakat setempat bervariasi dari satu
daerah dengan daerah lain, sehingga memerlukan
penanganan yang berbeda pula(Dr. Indasah, Ir.,M.Kes,
2017:150-155)
52
b) Volume air mencukupi sehingga pengenceran
berlangsung kurang dari 30-40 kali3. Air harus
cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air
harus mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak
menimmbulkan bau.
2. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi
digunakan untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah
yang berpasir agar air buangan mudah meresap kedalam tanah.
Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila ceespool
sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap
keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai,
sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool
berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45
meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
3. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung
air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam system
lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara
ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah.
Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan
diameter 1-2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama
pemakaian dapat mencapai 6-10 tahun.
4. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik
untuk mengelolah air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan
memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian,
antara lain:
a. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan
akan mengalami penguraian oleh bakteri pembusuk yang
akan menghasilkan gas, cairan, dan lumpur. Gas dan cairan
53
akan masuk kedalam dosing chamber melalui pipa.
Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
b. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan
lumpur. Apabila ruang sudah penuh, lumpur dapat
dipompa keluar.
c. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald
yang berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang akan
dialirkan ke bidang resapan agar merata.
d. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing
chamber dan menyaring bakteri pathogen maupun bibit
penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10meter
dan dibuat pada tanah berpasir.
5. System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah
maupun perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari
lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan,
sistem riool ini disebut combined system, sedangkan jika bak
penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated
system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor
dialirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan,
pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu masih
memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:
a. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-
benda yang terapung diatas permukaan air.
b. Pengendapan (sedimentation)
54
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar
(sand trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur
serta pasir mengendap.
c. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat
organic di dalam limbah baik secara aerob maupun
anaerob.
d. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
e. Desinfeksi Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air
limbah) untuk membunuh mikroba patogen.
f. Pengenceran Terakhir, air limbah dibuang ke sungai,
danau atau laut sehingga mengalami pengenceran.
55
a) jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10m.
b) untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu
dibuat daerah resapan dengan lantai septic tank dibuat
miring kearah ruang lumpur.
c) septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran
rumah tangga dengan jumlah air limbah antara 70-90 %
dari volume penggunaan air bersih.
d) waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan
minimal 24 jam.
e) besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat
menampung lumpur yang dihasilkan setiap orang rata-
rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan
lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
f) pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih
tinggi kurang lebh 2.5 cm dari pipa air keluar.
g) septic tank harus dilengkapi dengan lubang
pemeriksaan dan lubang penghawaan untuk membuang
gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan
tahan lama perlu diperhatikan hal berikut :
a) Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses
pembuangan limbah. Selisih ketinggian kloset dan
permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %,
artinya setiap 100cm terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
b) Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran
minimal adalah 4 inchi. Rumah yang memiliki jumlah
toilet yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang
lebih besar. Perancangan saluran diusahakan dibuat
56
lurus tanpa belokan, karena belokan atau sudut dapat
membuat mampat.
c) Sesuaikan Kapasitas Septic tank
Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni
empat orang, cukup dibuat septic tank dengan ukuran
(1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias
dibuat dengan ukuran (1x1x2)m. semakin banyak
penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang
dibutuhkan.
d) Bak Harus Kuat dan Kedap Air
Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosi, rapat air dan tahan lama. Konstruksi
septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul
akibat tekanan air, tanah maupun
57
darah, dll ; air bekas laboratorium dan lainnya. Beberapa teknologi yang
digunakan dalam pengolahan air limbah rumah sakit yakni antara lain:
proses lumpur aktif, reactor putar biologis, proses pengolahan dengan
biofilter “Up Flow”, serta proses pengolahan dengan system “biofilter
anaerob-aerob.
58
oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke
bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur.
Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi
sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan
lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge
drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam
oksidasi ini terdiri dari :
a) Pump Swap (pompa air kotor)
b) Oxidation Ditch (pompa air kotor)
c) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
d) Chlorination Tank (bak klorinasi)
e) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur,
biasanya 1-2 petak).
f) Control Room (ruang kontrol)
3. Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan
anaerobik melalui filter/saringan, air limbah tersebut
sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank
(inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik
dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak
untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu
sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di
bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat
tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-
komponen antara lain sebagai berikut :
a) Pump Swap (pompa air kotor)
b) Septic Tank (inhaff tank)
c) Anaerobic filter.
d) Stabilization tank (bak stabilisasi)
59
e) Chlorination tank (bak klorinasi)
f) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
g) Control room (ruang kontrol)
a) Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga
tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah
tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment
Systemdapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut,
misalnya :
b) Volume septic tank
c) Jumlah anaerobic filter
d) Volume stabilization tank
e) Jumlah chlorination tank
f) Jumlah sludge drying bed
g) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
60
menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah
ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992
dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard
untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah
dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong
berwarna hitam dengan tulisan “domestik”
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan
intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan
dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis
ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan
eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut
termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis
diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang
sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang
berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste)
yang mungkin diterapkan adalah :
a) Incinerasi
b) Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada
kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)°
61
c) Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
d) Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
5. Inaktivasi suhu tinggi
6. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
7. Microwave treatment
8. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau
ukuran sampah)
9. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi
volume yang terbentuk.
B. Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan
digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang
disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan
disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara,
penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah
dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap
untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi
volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah
B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan
yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada
iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.
Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt
dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat
menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution
control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).
Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan
ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan
melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang
sesuai.
62
2.10 Pengolahan Limbah Cair Industri
A. Karakteristik Limbah Cair Industri
Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang
spesifik, yang berbeda dengan jenis industri lainnya, walaupun
mungkin suatu jenis industri mempunyai beberapa parameter
pencemar yang sama dengan industri lainnya. Perbedaan karakteristik
limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair
industri tersebut berbeda antara satu industri dengan industri
lainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa sehingga
tidak akan mencemari badan air setempat dimana limbah cair tersebut
akan dibuang.
Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung
dari:
a. Karakteristik limbah cair industri yang
bersangkutan. Dalam hal ini penting dipertimbangkan
bentuk dari zat pencemar, misalnya materi tersuspensi,
koloid atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk
dapat terurai secara biologis (biodegradability); dan
toksiksitas senyawa organik dan inorganik.
b. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan
pula kemungkinan dilakukannya batasan di masa yang akan
datang, seperti misalnya batasan toksisitas kehidupan
perairan bioassayefluen.
c. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih
kombinasi pengolahan dapat menghasilkan efluen yang
diinginkan. Akan tetapi hanya satu dari alternatif tersebut
yang paling efektif biayanya.
63
sulfat, kapur, klorin, tanah liat, resin, alum, zat pewarna dan getah. Proses
pembuatan pulp mencakup penggunaan bahan kima, panas, penggilingan
mekanis dan atau hydroppulping untuk memisahkan serat selulosa.
Pembuatan pulp secara kimia juga mengurangi jumlah serat.untuk
menghilangkan warna coklat dari pulp dan kertas, bahan itu dikelantang
dengan menggunakan klor, hidrosulfit dan oksigen dan peroksida.
Kostik digunakan untuk ekstraksi produk kelantang yang
mengandun klorin. Pertama-tama, kertas dibuat dengan memurnikan serat
(menyikat dan memotong masing-masing serat) lalu memasukkan bahan
kimia seperti resin, tanah liat da natrium oksida sebagai bahan pengisi.
Kertas lalu dibentuk di atas ayakan kawat lebar yang bergerak cepatsecara
kontinu sambil membiarkan air tepisah keluar, menakan dan
mengeringkan produknya.
Proses dalam industri pulp dan kertas mengandung air. Hasilnya
adalah debit buangan yang tinggi dengan kadar BOD dan padat tersuspensi
yang relatif rendah antara 400 dan 700 mg/1. pada proses pembuatan pulp,
pencucian pulp setelah pemasakan dan pemisahan serat secara mekanis
merupakan salah satu bagian yang paling banyak menggunakan
air.pengelantang konvensional dengan klor dan penghilangan lignin pada
pembuatan pulp secara kimia mengahasilkan paling banyak bahan yang
memerlukan oksigen. Apabila ada proses perolehan kembali bahan kima,
kadar jumlh zat padat yang terlarut, COD dan BOD akan menjadi tinggi.
Proses pembuatan kertas secara konvensional menghasilkan
banyak air dengan kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi dan kadar
COD yang cukup penting. Mesin pembuat kertas, seperti Fourdrinier
konvensional, dirangcang untuk menggunakan air untuk mencuci produk
yang terdapat pada ayakan kawat secara kontinu. Tanpa sistem konservasi
akan terjadi kehilangan bahan serat dan pengisi.
1. Pengendalian di dalam pabrik
Karena banyak bahan perusak lingkungan dihasilkan oleh pabrik
konvensional penghasil pulp yang dikelantang dengan proses kraft atau
64
sulfit, maka banyaak industri baru dirancang untuk pembuatan pulp secara
termo-mekanik atau kimia-mekanik.
Proses sulfit dan kratf tanpa pengambilan kembali bahan kima
khususnya yang menimbulkan pencemaran, sebaiknya dipertimbangkan
untuk tidak digunakan dalam pabrik baru. Pengelantangan dengan
menggunakan senyawa klorin menimbulkan hirokarbin klor dengan kadar
yang tidak dapat diterima oleh lingkungan , termasuk dioksin. Akhir-akhir
ini pengelantang dengan menggunakan oksigen dan peroksida mulai
digunakan untuk menggantikan klor.
Pengelantangan dengan menggunakan oksigen menghasilkan
produk dengan kualitas lebih tinggi daripada yang menggunakan klor.
Demikian juga, pengelantangan dengan penukaran ( di mana zat-zat warna
asli pada serat ditukar dengan zat pemutih) mulai dipasang pada pabrik-
pabrik baru, memnghasilkan lebih sedikit buangan dari kilang
pengelantangan
Langkah-langkah lain yang harus dimasukkan ke dalam pabrik
baru termasuk :
a) Sistem pengambilan kembali bahan kimia secara efisien.
b) Pelepasan kulit kayu secara kering.
c) Pembakaran limbah da pengambilan panas kembali.
d) Pendaurulangan buangan kilang pengelantangan ke ketel
pengambilan kembali bahan kimia.
e) Sistem pencucian brownstock bertahap banyak dengan
aliran berlawanan yang efisien .
f) Penggunaan klor dioksida untuk menggantikan klorin
dalam proses pengelantangan konvensional.
g) Pemasakan berlanjut dalam proses pembuatan pulp secara
kimia.
h) Pengurangan lignin oksigen setelah pemasakan secara
kimia.
65
i) Pengendalian penggunaan klor yang ketat dalam
pengelantangan dengan cara pemantauan apabila klor sisa
dikurangi maka zat organic klor juga berkurang.
2. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan eksternal pada operasi pulp dan kertas mencakup
ekualisi netralisasi, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap
pemolesan. Kerana gangguan dari prosesdan fluktuasi pada pemuatan
limbah awal, biasanya pabrik kertas modern memiliki tempat
penampungan dan netralisasi limbah yang memadai sebelum masuk ke
tempat pengendapan primer yang pertama. Ayakan digunakan untuk
menghilangkan benda-benda besar yang masuk kedalam limbah pabrik
pulp atau kertas. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan
atau bak penjernih. Bak pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya
berat, tidak memberi keluwesan operasional.
Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Bak
penjernih bulat yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan sampai
80% zat padat tersuspensi dan 50-995 BOD. Untuk teknologi terbaik yang
tersedia yang baru, pengendapan dapat ditingkatkan dengan menggunakan
bahan flokulasi atau koagulasi disamping pengurangan bahan yang
membutuhkan oksigen, pengolahan secara biologis mengurangi kadar
racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang
menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna
fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan
mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal 10 hari.
Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan
laguna aerasi bahkan dengan waktu tinggal yang lebih panjang, atau
kadang-kadang dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan penjernihn
akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS sampai di bawah 30mg/1.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai, maka proses lumpuraktif,
parit oksidasi dan trickling filter banyak digunakan dengan hasil kualitas
buangan yang sama, tetapi sering membutuhkan biaya operasinya lebih
tinggi. Sekarang, pemolesankapasitas yang diperbesar atau melalui
66
pengolahan fisik atau kimia diterapkan dibeberapa tempat untuk
melindungi badab air penerima.
3. Pencemaran lain yang perlu diperhatikan
Effluent dari pengoperasian pulp dan kertas melalui pemasakan
atau pengelantangan dengan bahan kimia banyak mengandung zat padat
terlarut ( terutama natrium dan sulfat ). Senyawa sulfur yang lebih rendah,
merkaptan dan senyawa asam resin juga terdapat dalam buangan pabrik
yang menggunakan pemisah serat kimiawi.Nutrien (nitrogen dan karbon
organic ) dan logam (seng dan aluminium) telah menimbulkan masalah
lingkungan dalam beberapa pabrik sperti tersebut di atas : hidrokarbon
klor juga harus diperhatikan dalam pabrik yang menggunakan kelang
pengelantangan berbasis klor beroperasi dan yang baru di Finlandia,
Swedia, Jerman, Jepang, Thailand, Kanada, Belgia, Norwegia, Amerika
Serikat, Spanyol, Perancis, Inggris, dan yunani. Tabel 3.2.1. Baku mutu
limbah cair industri pulp dan kertas, berlaku bagi industri baru atau yang
diperluas dan bagi semua industri mulai tahun 1995
B. Pulp
1. Proses Kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah proses
produksi pulp dengan cairan pemasak natrium hidroksit yang
sangat alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang tidak
dikelantang digunakan pada produksi kertas karton dan kertas
kasarberwarna coklat yang lain. Pengelantangna adalah
penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti dengan ekstraksi
alkali untuk menghilangkan warna dari pulp, pada rentang produk
kertas yang lengkap.
2. Proses pulp larut adalah produksi pulp putih dan sangat murni
melalui pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk
pembuatan kertas dan produk lain dengan syarat hampir tidak
mengandung lignin.
67
3. Proses sulfit adalah penggunaan larutan pekat bersulfit kalsium,
magnesium, ammonia, atau sodium yang mengandung sulfur
dioksida bebas yang berlebihan dan termasuk pengelantangannya.
4. Proses grownwood adalah proses yang menggunakan defibrasi
mekanis (pemisahan serat) dengan menggunakan gerinda atau
penghalus dari batu.
5. Proses semi- kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulit
netral tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar
lapisan dalam karton gelombang berwarna coklat.
6. Proses soda adalah produksi yang dikelantang dengan
menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat
alkalis.
7. Proses penghilangan tinta (de-ink) merupakan penggunaan kertas
bekas yang didaur ulang melalui proses pengkilangan tinta dengan
kondisi alkali kadang-kadang dibuat cerah atau diputihkan untuk
menghasilkan pulp sekunder, sering kali berkaitandengan proses
konvensional.
C. Kertas
a) Kertas halus merupakan produksi kertas halus yang dikelantang
seperti kertas cetak, kertas tulis dan kertas rokok.
b) Kertas kasar merupakan produksi kertas berwarna coklat seperti
linerboart, kertas kantong berwarna coklat atau karton.
c) Kertas lain merupakan produksi kertas yang dikelantang selain sisa
yang tercantum dalam golongan “halus” seperti kertas Koran.
68
Limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD dan
BOD serta kadar fenol yang tinggi, tapi kadar limbah logamnya
rendah dengan debit air limbah yang tinggi.
2. Kemampuan Badan Air (assimilative capacity)
Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan
badan air (air, kali, dll) untuk menerima beban yang berupa
limbah tanpa mengakibatkan pencamaran. Semakin kecil
polutan berarti semakin besar pula (assimilative capacity) dari
badan air tersebut.
3. Peraturan Tentang Limbah yang Berlaku
Tiap daerah memilki kebijakan yang berbeda terhadap
standar Baku Mutu Lingkungan. Peraturan tersebut di
sesuaikan dengan keuntungan dari badan air yang bersangkutan
(beneficial use).
69
Prinsipnya adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta
menambah oksigen terlarut (dissolved oxygen). Penambahan oksigen
terlarut secara fisik dilakukan dengan menyemburkan udara bebas dalam
air pada bak/ kolam aerasi secara kontinyu. Secara biologis dilakukan
dengan menggunakan activated sludge, dimana limbah di alirkan kedalam
bak/ kolam penampungan yang berisi mikroorganisme yang akan merubah
zat organic menjadi biomassa (energy) dan gas CO2. Secara mekanis-
biologi di lakukan dengan menyemprotkan air limbah ke permukaan benda
padat (mis. Lantai beton) yang di beri mikroorganisme.
70
Di dalam pengolahan air limbah biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya,
akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin
partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu
proses adsorbsi atau menyumbat membran yang digunakan
untuk proses osmosis.
4. Proses adsorbs
Biasanya dengan karbon aktif dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatic dan senyawa organik lainnya terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
B. Pengolahan secara kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid). Logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut yaitu dari tak dapat diendapkan
menjadi mudah diendapkan (flokuasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa rekasi oksidasi reduksi dan juga berlangsung sebagai hasil
oksidasi.
C. Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa
dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan
secara biologi dapat dibedakan secara 2 jenis yaitu :
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor)
Didalam reactor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses
lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reactor
jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
71
berbagai modifikasinya antara lain oxidation ditch dan kontak
stabilisasi. Oxidation ditch memiliki beberapa kelebihan yaitu
efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85-90 %
(dibandingkan 80-85 %) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90-95 %), kontak
stabilisasi memiliki kelebihan yang lain yaitu waktu detensi
hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak stabilisasi
dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
adsorbsi dalam tangki kotak sehingga tidak diperlukan
penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Di dalam metode pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi.
a) Pengolahan Air Buangan dengan Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan air buangan dengan proses lumpur aktif
konvensional (standar) secara umum terdiri dari bak
pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta
bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara
umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut :Air
buangan ditampung dalam bak penampung air buangan. Bak
penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air
buangan serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk
memisahkan kotoran yang besar. Kemudian air buangan
dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak
pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan
tersuspensi (suspended solids) sekitar 30-40%, serta BOD
sekitar 25%. Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan
ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air
buangan dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme
yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air
buangan. Energi yang didapatkan darihasil penguraian zat
organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk
proses pertumbuhannya. Dengan demikian di dalam bak
72
aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomassa dalam
jumlah besar. Biomassa atau mikroorganisme inilah yang
akan menguraikansenyawa polutan yang ada di dalam air
buangan. Sebagian besar mikroorganisme mengoksidasi
senyawa organik dalam waktu yang singkat. Waktu tinggal
dalam bak aerasi berkisar antara 4-8 jam.Dari bak aerasi, air
dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan
dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
pompa sirkulasi lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air buangan
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh
mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai
atau saluran umum. Dengan proses ini air buangan dengan
konsentrasi BOD 250-300 mg/lt dapat diturunkan kadar
BODnya menjadi 20-30 mg/lt (Said, N.I, 1999).
Proses yang berlangsung di lumpur aktif berada dalam
kondisi aerob. Kebutuhan oksigen dipenuhi dengan
penggunaan aerator baik secara mechanical maupun secara
diffused. Setelah beberapa waktu tertentu limbah yang sudah
mengalami pengolahan secara biologi dialirkan ke bak
sedimentasi. Sebagian lumpur terendap yang masih
mengandung mikroorganisme diresirkulasi ke reaktor untuk
menjaga konsentrasi bakteri dalam reaktor. Sedangkan
sebagian yang lain merupakan lumpur yang harus dibuang
(Tchobanoglous, 1991). Keunggulan dari lumpur aktif adalah
dapat mengolah air buangan dengan beban BOD yang besar,
sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini
cocok digunakan untuk mengolah air buangan dalam jumlah
besar. Sedangkan kelemahannya antara lain: kemungkinan
73
terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadibuih, serta
jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar.Selain sistem
lumpur aktif konvensional, ada beberapa modifikasi dari
proses lumpur aktif yang banyak digunakan di lapangan
yakni antara lain sistem aerasi berlanjut (extended aeration
system), sistem aerasi bertahap (step aeration), sistem aerasi
berjenjang (tappered aeration), sistem stabilisasi kontak
(contact stabilization system), sistem oksidasi parit
(oxydation ditch), sistem lumpur aktif kecepatan tinggi (high
rate activated sludge), dan sistemlumpur aktif dengan oksigen
murni (pure-oxygen activated sludge). Beberapa
pertimbangan untuk pemilihan proses tersebut antara lain:
jumlah air buangan yang akan diolah, beban organik, kualitas
air olahan yang diharapkan, lahan yang diperlukan serta
kemudahan operasi dan lainnya.
1) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeration System)
Proses ini biasanya digunakan untuk kapasitas
pengolahan yang relatif kecil, pengolahan paket untuk
mengurangi produksi lumpur. Waktu aerasinya berkisar
antara 16-24 jamdan efisiensi pengolahan berkisar antara
75-85%.
2) Proses dengan Sistem Oksidasi Parit (Oxidation Ditch)
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit
atau saluran yang berbentuk oval yang dilengkapi dengan
satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi. Proses ini
digunakan untuk kapasitas yang relatif kecil, konstruksi
sederhana dan membutuhkan tempat yang cukup luas.
Waktu aerasi yang dibutuhkan adalah 24-48 jam dengan
efisiensi pengolahan sekitar 75-85%.
3) Sistem Aerasi Bertingkat (Step Aeration)
Proses ini merupakan modifikasi dari proses
konvensional, dimana endapan limbah dikembalikan ke
74
dalam tangki melalui beberapa titik dalam tangki aerasi.
Hal ini bertujuan untuk menyamakan perbandingan F/M
dan mengurangi kebutuhan oksigen. Proses ini digunakan
untuk pengolahan air buangan dengan beban BOD yang
besar dengan waktu aerasi 4-6 jam dan efisiensi
pengolahan 90%.
4) Sistem Stabilisasi Kontak (Contact Stabilization)
Dalam proses ini, dibutuhkan dua buah tangki terpisah
untuk pengolahan air buangan dan menstabilkan lumpur
aktif. Lumpur aktif yang telah distabilkan kemudian
dicampurkan dengan air buangan dalam tangki kontak.
Campuran air buangan dengan mikroba diendapkan
dalam bak pengendapan sekunder. Selanjutnya lumpur
endapan tersebut diaerasi kembali dalam tangki secara
terpisah untuk menstabilkan bahan-bahan organik. Proses
ini digunakan untuk mengurangi kandungan lumpur,
meningkatkan kemampuan adsorpsi dari lumpur aktif
dengan waktu aerasi 5 jam dan efisiensi pengolahan 85-
90%.
5) Sistem Lumpur Aktif Kecepatan Tinggi (High Rate
Activated Sludge)
Sistem ini digunakan untuk mengolah limbah konsentrasi
tinggi dan dioperasikan untuk beban BOD yang sangat
tinggi dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional. Prosesini mempunyai waktu tinggal
hidraulik sangat singkat yaitu 2-3 jam dengan efisiensi
pengolahan 75-95%.
6) Sistem Aerasi dengan Oksigen Murni (Pure Oxygen
Aeration)
Sistem aerasi inididasarkan pada prinsip bahwa laju
transfer oksigen murni lebih tinggidaripada oksigen
atmosfer. Proses ini menghasilkan kemampuan oksigen
75
terlarut menjadi lebih tinggi, sehingga meningkatkan
efisiensi pengolahansekitar 85-95% danmengurangi
produksi lumpur. Sistem aerasi melalui difusi udara dan
aerator mekanik dengan waktu 6-8 jam
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor)
Dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh
di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film
untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembvangkan selama ini antara lain trickling filter, cakram
biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi. Seluruh
modiufikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80-90%.
a. Trickling Filter (TF)
Pengolahan air buangan dengan proses Trickling
Filteradalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan
air buangan ke dalam suatu tumpukan atau media yang
terdiri dari bahan batu pecah(kerikil), bahan keramik, sisa
tanur(slag), medium dari bahan plastik. Dengan cara
demikian maka pada permukaan medium akan tumbuh
lapisan biologis (biofilm) seperti lendir, dan lapisan
tersebut akan kontak dengan air buangan dan akan
menguraikan senyawa polutan pada air buangan. Trickling
Filterterdiri dari media tembus air membentuk bed yang
terbuat dari batuan pecah dimana air dapat terdistribusi dan
tersaring. TF juga dilengkapi dengan sistem
underdrainterbuka sebagai pengumpul filtrat padat dan
sebagai sumber udara bagi mikroorganisme di dalam
filter.Proses yang terjadi pada pengolahan air buangan
dengan sistem Trickling Filteryaitu air limbah dialirkan ke
dalam bak pengendapan awal untuk mengendapkan padatan
tersuspensi, selanjutnya air buangan dialirkan ke bak
trickling filtermelalui pipa berlubang yang berputar.
76
Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering
secara bergantian sehingga terjadi transfer oksigen ke
dalam air buangan. Pada saat kontak dengan media tricking
filter, air buangan akan kontak dengan mikroorganisme
yang menempel pada permukaan media, dan
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa
polutan yang ada di dalam air buangan. Air buangan yang
masuk ke dalam bak trickling filterselanjutnya akan keluar
melalui pipa underdrain yang ada di dasar bak dan keluar
melalui saluran efluen. Dari saluran effluen dialirkan ke
bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak
pengendapan akhir merupakan air olahan. Proses
pengolahan air buangan dengan sistem Trickling Filter.
Kelebihan dari Trickling Filter adalah sebagai berikut:
1) Sederhana
2) Proses cocok untuk area pengolahan dimana tidak
tersedia ruang besar
3) Efektif dalam mengolah konsentrasi organik tergantung
dari media yang digunakan
4) Cocok untuk komunitas kecil-sedang dan sistem onsite
5) Relatif hemat energi
77
Reaktor biologis putar (Rotating Biological Contactor)
disingkat RBC adalah salah satu teknologi pengolahan air
buangan yang mengandung polutan organik yang tinggi
secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached
culture). Prinsip kerja pengolahan air buangan dengan RBC
yakni air buangan yang mengandung polutan organik
dikontakkan dengan lapisan mikroorganisme yang melekat
pada permukaan media di dalam suatu reaktor.Media tempat
melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari
berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu
modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara
pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air buangan
yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
Secara garis besar proses pengolahan air buangan dengan
sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap
awal, bak kontrol aliran, reaktor biologis putar (RBC), bak
pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan
lumpur. Air buangan dialirkan ke dalam bak pemisah pasir,
sehingga kotoran yang berupa pasir dapat diendapkan,
sedangkan kotoran yang berupa sampah mengambang akan
tertahan pada saringan yang dipasang pada inlet kolam
pemisah pasir tersebut. Dari bak pemisah pasir, air buangan
dialirkan ke bak pengendap awal. Waktu tinggal di dalam bak
ini adalah 2-4 jam, dan lumpur yang telah mengendap
dikumpulkan dan dipompa ke bak pengendap lumpur. Jika
debit aliran air buangan melebihi kapasitas perencanaan,
kelebihan debit air buangan tersebut dialirkan ke bak kontrol
aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran
kecil, maka air buangan yang ada di dalam bak kontrol
dipompa ke bak reaktor putar biologis. Waktu tinggal di
dalam kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian,
78
mikroorganisme akan tumbuh pada permukaan media yang
berputar tersebut, membentuk lapisan (film) biologis yang
terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme. Mikroorganisme
inilah yang akan menguraikan senyawa oeganik yang ada
dalam air buangan. Air limpasan yang keluar dari bak reaktor
selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir dengan waktu
tinggal 3 jam. Di dalam bak khlorinasi, air buangan dibubuhi
senyawa khlorine dengan dosis dan waktu tertentu sehingga
seluruh mikroorganisme patogennya dapat dimatikan.
Selanjutnya dari bak khlorinasi air buangan sudah boleh
dibuang ke badan air.
Kelebihan pengolahan menggunakan RBC (Rotating
Biolgical Contactor) yaitu sebagai berikut :
1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah
2. Dapat dipasang beberapa tahap sehingga tahan terhadap
fluktuasi beban pengolahan
3.Tidak terjadi bulking ataupun buih seperti pada proses
lumpur aktif
79
memisahkan biomassa.Pada sistem lumpur aktif, kedua
proses tersebut berlangsung dalam dua tangki yang
berbeda, sedangkan pada SBR berlangsung secara
bergantian pada tangki yang sama. Keunikan lain sistem
SBR adalah bahwa tidak diperlukan resirkulasi sludge.
Proses sistem SBR terdiri atas lima tahap, yaitu pengisian,
reaksi (aerasi), pengendapan (sedimentasi), pembuangan,
dan istirahat(idle).Waktu siklus dalam sistem SBR berkisar
antara 3-24 jam, tergantung pada karakteristik limbah dan
tujuan pengolahan.
d.Sistem Kolam (Kolam Oksidasi)
Sistem kolam atau sering disebut kolam oksidasi
merupakan salah satu sistem pengolahan limbah cair tertua,
dan merupakan perkembangan dari cara pembuangan
limbah cair secara langsung ke badan air. Pada sistem
kolam, konsentrasi mikroorganisme relatif kecil, suplai
oksigen dan pengadukan berlangsung secara alami,
sehingga proses perombakan bahan organik berlangsung
relatif lama dan pada area yang luas. Berbagai jenis
mikroorganisme berperan dalam proses perombakan, tidak
terbatas mikroorganisme aerobik, tetapi juga
mikroorganisme anaerobik. Karena lamanya waktu tinggal
limbah cair, maka organisme dengan waktu generasi tinggi
(zooplankton, larva, insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat
tumbuh dan berkembang dalam sistem kolam. Komposisi
organisme sangat tergantung pada temperatur, suplai
oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi
substrat.Faktor pembatas sistem kolam adalah suplai
oksigen. Sistem kolam umumnya dirancang untuk tingkat
pembebanan rendah, sehingga laju pasokan oksigen dari
atmosfir mencukupi kebutuhan oksigen bakteri. Waktu
tinggal hidraulik dalam kolam sekitar 20 hari. Kelebihan
80
dari sistem kolam antara lain: sistem pengolahan limbah
cair sederhana yang tidak memerlukan peralatan mekanis,
mudah dioperasikan, dan tidak memerlukan biaya tinggi.
Sedangkan kekurangan dari sistem kolam antara lain:
sangat tergantung pada cuaca, memerlukan lahan luas, dan
berpotensi menimbulkan bau busuk.
81
baku mutu yang telah ditetapkan. Komposis tanaman air dan
pengeceran limbah berinteraksi dalam memberikan efek terhadap
peningkatan kualitas limbah restoran pada proses bioremediasi. Efek
bioremediasi yang optimal terjadi pada percobaan yang menggunakan
4 jenis tanaman air yaitu Mendong (Irissaibirica), teratai (Nymphae
firecrest), Kiambang (Spirodella polyrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla
verticillata). Kualitas limbah restoran yang telah melalui proses
bioremediasi dengan simulasi tanaman air pada umumnya telah
memenuhi syarat untuk dilepas ke lingkungan, baik ditinjau dari
kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi.
2. Proses Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses
elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi. Proses ini dapat menjadi
pilihan metode pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 cair fase
air alternatif mendampingi metode-metode lain yang telah
dilaksanakan. Kelebihan proses ini untuk mengolah limbah cair adalah
tidak adanya penambahan bahan kimia. Elektrokoagulasi secara teknis
dapat digunakan untuk proses pengolahan limbah efluen hasil
pengolahan limbah B3 cair karena mampu mereduksi kontaminan
dalam limbah diatas 90%. Kondisi terbaik dicapai pada kuat arus 5
Ampere, waktu operasi elektrokoagulasi kontaminan selama 120
menit, yaitu memberikan efisiensi elektrokoagulasi kontaminan.
82
Proses pemisahan yang bertujuan untuk Menyisihkan padatan yang
berukuran kecil Dan mudahmengendap dalam waktu relatif Pendek
Padatan dapat mengendap dengan mudah jika
Berat jenis padatan jauh lebih besar Dibanding berat jenis air
Proses sedimentasi dioperasikan saat awal Pengolahan air limbah,
setelah proses kimia Maupun dapat dioperasikan setelah proses
Biologi, tergantung tahapan operasi Pengolahan air limbah yang
diaplikasikanPeralatan/konstruksi sedimentasi berbagai Bentuk.
3. Filtrasi
Proses pemisahan yang bertujuan untuk Menyisihkan padatan yang
berukuran kecil Dan sulit mengendap dalam waktu relatif Pendek
Filtrasi dapat ditempatkan pada awal atau Akhir proses pengolahan
tergantung pada Tahapan proses pengolahan air limbah Filtrasi
diaplikasikan jika konsentrasi Padatan tidak terlalu tinggi Media filter
yang dipergunakan tidak larut Dalam air limbah dan pori-pori media
yang Kecil Pada filtrasi diperlukan 2 unit alat filter Yang dioperasikan
secara bergantian
4. Flotasi
Proses pemisahan yang bertujuan Untuk menyisihkan padatan yang
Mengapung dipermukaan air (berat Jenisnya < berat jenis air)
Mekanismenya merupakan kebalikan Dari proses sedimentasiPadatan
akan keluar dari bagian atas Dan air bersih dari bagian bawah
bakProses flotasi dioperasikan saat awal Pengolahan air limbah atau
Tergantung kondisi limbahnya Peralatan/konstruksi sedimentasi
Berbagai bentuk
5. Adsorpsi
Proses adsorpsi (penyerapan fisik) sering Dijumpai dalam proses
pengolahan air Limbah seperti : penyerapan warna, logam Berat dan
polutan yang terlarut
83
2.4 Pengolahan Limbah Secara Kimia
A. Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan
air dan garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 –
9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi
kehidupan air, termasuk bakteri.
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan
jumlah air limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air
limbah yang bersifat asam dapat menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH,
sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3,
H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch
atau continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system
batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan
cukup tinggi. Netralisasi system continue digunakan jika laju aliran
besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.
B. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan
cara penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan
terbentuknya padatan – padatan. Dalam pengolahan air limbah,
presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat,
fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime,
dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida,
alumunium klorida, dan garam - garam besi.
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic
Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan
presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut
harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran,
dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida
yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik
Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan
untuk mencegah eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari
84
sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan
slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.
C. Koagulasi dan Flokulasi
Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-
polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah,
menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau
diapungkan.
Partikel koloid sangat sulit diendapkan dan merupakan bagian
yang besar dalam polutan serta menyebabkan kekeruhan. Untuk
memisahkannya, koloid harus diubah menjadi partikel yang berukuran
lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dann
flokulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses, yaitu:
a) Penambahan koagulan/flokulan disertai pengdukan
dengan kecepatan tinggi dalam waktu singkat.
b) Destabilsasi dari system koloid
c) Penggumpalan partikel yang telah mengalami
destabilsasi sehingga terbentuk microfloc.
d) Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc
yang dapat diendapkan, disaring, dan diapungkan.
85
bahan kimia, misalnya Al2SO4, Fe2Cl3, Fe2SO4, PAC, dan
sebagainya.
Dasar-dasar perencanaan koagulasi adalah sebagai
berikut.
D. Khlorinasi
Khlorinasi banyak digunakan pada pengolahan dan penyediaan
air domestik, disamping itu sering pula digunakan pada air limbahyang
telah diolah. Zat khlor merupakan zat pengoksidasi, oleh karena itu
jumlah khlor yang dibutuhkan tergantung pada konsentrasi organik dan
zat NH3$N dalam air yangdiolah. Kebutuhan zat khlor untuk air
limbah rata$rata 40 hingga 60 mgr/l. Pada umumnya zat khlor
dimasukkan ke dalam air dalam bentuk gas Cl2, khlor dioksida (ClO2),
sodium hipokhlorit (NaOCl) dan calsium hipokhlorit Ca(OCl)2. Khlor
bentuk calcium hipokhlorit lebih banyak digunakan dari pada
bentukgas, karena penanganannya lebih mudah.
E. Ozonisasi
Ozon (O3) adalah suatu bentuk allotropik oksigen yang
diproduksi dengan cara melewatkan oksigen kering atau udara dalam
suatu medan listrik (5000 – 20.000 V; 50 – 500 Hz). Ozon bersifat
tidak stabil,merupakan gas berwarna biru yang sangat toksik dengan
bau seperti rumput kering. Ozon adalah oksidator kuat yang sangat
efisien untuk disinfeksi. Sebagaimana oksigen, kelarutan ozon dalam
air cukup rendah dan karena sifatnya yang tidak stabil maka disinfeksi
dengan ozon tidak memberikan residu (sisa).
86
Merupakan wahana penyaring berbentuk silinder dengan media
berpori yang disusun secara bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini
yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh lengan
yang dapat berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil,
kemudian berkontak dengan mikroorganisme yang menempel pada
media. Tujuan pendisribusian berputar ialah untuk menyebarkan air
limbah ke permukaan seluruh media secara merata. Media itu sendiri
dapat berupa potongan – potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang,
pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80
mm. Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film)
mikroorganisme – biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan spesies
protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai
oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah.
Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan
air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar.
Trickling Filter merupakan salah satu proses biologi dengan
menggunakan media batu apung secara acak. Air limbah akan
mengalir melalui media tersebut, dalam beberapa hari akan timbul
lapisan lendir yang menyelimuti batu apung. Lapisan lendir ini
mengandung mikroorganisme yang akan mengolah/ mendedagrasi air
limbah tersebut.
Tujuan pendisribusian berputar ialah untuk menyebarkan air
limbah ke permukaan seluruh media secara merata. Media itu sendiri
87
dapat berupa potongan – potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang,
pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80
mm.
Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film)
mikroorganisme – biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan spesies
protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai
oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah.
Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan
air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar.
Kegunaan trickling filter adalah untuk mengolah air limbah
dengan dengan mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan
melalui melalui lapisan batu untuk kemudian tersaring.
Pada dasarnya sistem trickling filter merupakan metode untuk
menyaring air limbah. Prinsipnya adalah trickling filter terdiri atas
tumpukan media padat yang memiliki kedalam sekitar 2 meter dan
biasanya berbentuk silinder.
Limbah industri cair disebarkan ke permukaan media bagian
atas dan kemudian air akan menetes ke bawah melalui lapisan media.
Prinsip ini pada dasarnya menggunakan prinsip penyaringan dasar
dimana mikroorganisme yang ditumbuh kembangkan pada media akan
menyerap polutan dalam limbah cair.
Setelah mencapai ketebalan tertentu, lapisan tersebut akan
terbawa aliran limbah industri cair ke bagian bawah. Limbah cair di
bagian bawah kemudian akan dialirkan ke tangki sedimentasi untuk
kemudian memisahkan lapisan biomassa tersebut.
Sistem ini memiliki kelebihan karena prinsip dasarnya yang
sederhana. Untuk pengolahan limbah industri cair, sistem ini relatif
mudah. Namun sistem ini membutuhkan klarifier yang berlapis dan
juga ada potensi terjadi penyumbatan pada media filter oleh benda
berukuran besar (plastik, kayu, daun) terutama jika sistem tidak
dilengkapi fasilitas penyaringan kasar.
88
Pengolahan air limbah dengan proses Trickilng Filter adalah
proses pengolahan dengan cara menyebarkan air limbah ke dalam
suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri dari bahan batu pecah
(kerikil), bahan keramik, sisa tanur (slag), medium dari bahan plastik
atau lainnya. Dengan cara demikian maka pada permukaan medium
akan tumbuh lapisan biologis (biofilm) seperti lendir, dan lapisan
biologis tersebut akan kontak dengan air limbah dan akan menguraikan
senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Proses pengolahan air limbah dengan sistem Trickilng Filter
pada dasarnya hampir sama dengan sistem lumpur aktif, di mana
mikroorganisme berkembang-biak dan menempel pada permukaan
media penyangga.
89
menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan
keluar melalui pipa under-drain yang ada di dasar bak dan keluar melalui
saluran efluen. Dari saluran efluen dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air
limpasan dari bak pengendapan akhir adalah merupakan airolahan.
Lumpur yang mengendap di dalam bak pengendapan akhir selanjutnya
disirkulasikan ke inlet bak pengendapan awal. Gambar penampang bak
trickling filter dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 6.2. dan6.3.
90
Gambar 6.3 : Penampang Bak Trickling Filter
91
air limbah yang masuk ke dalam reaktor atau dengan cara melakukan
aerasi di dalam bakekualisasi untuk menaikkan kensentrasi
oksigenterlarut.
3. Operasi Trickling Filter
Penghapusan polutan dari aliran limbah yang melibatkan kedua absorpsi
dan adsorpsi senyawa organik oleh lapisan biofilm mikroba. Media filter
biasanya dipilih untuk menyediakan luas permukaan yang sangat tinggi
untuk volume, bahan Khas sering berpori dan memiliki luas permukaan
internal yang cukup besar di samping permukaan eksternal medium.
Bagian dari air limbah yang melalui media memoles terlarut udara,
oksigen yang lapisan lendir diperlukan untuk oksidasi biokimia senyawa
organik dan melepaskan gas karbon dioksida, air dan produk akhir
teroksidasi. Sebagai mengental lapisan biofilm, akhirnya sloughs off ke
effluen diperlakukan dan selanjutnya merupakan bagian dari lumpur
sekunder. Biasanya, trickling filter diikuti dengan sebuah tangki clarifier
atau sedimentasi untuk pemisahan dan penghapusan peluruhan tersebut.
Filter lainnya memanfaatkan media lebih tinggi kepadatan seperti pasir,
busa dan gambut tidak menghasilkan lumpur yang harus dibuang, tetapi
membutuhkan paksa blower udara dan lingkungan anaerobik tertutup.
Perlakuan air limbah atau limbah lainnya dengan tipe trickling filter
adalah salah satu teknologi pengolahan tertua dan paling baik ditandai.
4. Jenis Trickling Filter
a) Tiga jenis dasar Trickling Filter filter digunakan untuk:
b) Pengolahan limbah perumahan atau pedesaan kecil individu
c) Terpusat sistem yang besar untuk pengobatan limbah kota
d) sistem diterapkan pada pengolahan air limbah industri.
e) Perlakuan air limbah atau limbah lainnya dengan tipe Trickling Filter
adalah salah satu teknologi pengolahan tertua dan paling baik ditandai.
5. Bidang Resapan Sistem Septik
Ini adalah bentuk paling sederhana dari sistem pembuangan limbah cair,
biasanya menggunakan pipa dikuburkan di pasir longgar atau kerikil untuk
mengusir keluar cairan dari tangki septik. Pemurnian cair dilakukan oleh
92
biofilm yang secara alami membentuk sebagai pelapis di atas pasir dan
kerikil di bidang penyerapan dan memakan nutrisi yang terlarut dalam
aliran limbah.
Karena sistem yang benar-benar dikuburkan dan umumnya terisolasi dari
lingkungan permukaan, proses pemecahan limbah lambat dan
membutuhkan area permukaan yang relatif besar untuk menyerap dan
mengolah limbah cair. Jika limbah cair terlalu banyak memasuki lapangan
terlalu cepat, limbah dapat lulus dari biofilm sebelum dikonsumsi limbah
dapat terjadi, menyebabkan pencemaran air tanah.
Dalam rangka untuk memperpanjang umur lapangan leaching, salah satu
metode konstruksi untuk membangun dua bidang perpipaan sisi ke sisi,
dan menggunakan aliran katup berputar untuk limbah langsung ke satu
bidang sekaligus, berpindah antar bidang setiap tahun atau dua. Hal ini
memungkinkan masa istirahat untuk membiarkan mikroorganisme punya
waktu untuk memecah limbah dibangun di ranjang kerikil.
Di daerah di mana tanah tidak cukup serap (gagal uji perkolasi) pemilik
rumah mungkin diperlukan untuk membangun suatu sistem gundukan
yang merupakan limbah pembuangan khusus tidur direkayasa pasir dan
kerikil mounded pada permukaan tanah dengan penyerapan cairan miskin.
6. Komponen Sistem Trickling Filter
Tiga komponen utama Trickling Filter yaitu :
a) DistributorAir limbah didistribusikan pada bagian atas lengan
distributor yang dapat berputar
b) Pengolahan (Pada Media Trickling Filter)Pengolahan Trickling
Filter terdiri dari suatu bak atau bejana dengan media permiable
untuk pertumbuhan bakteri.
c) PengumpulFilter juga di lengkapi dengan Underdrain untuk
mengumpulkan Biofilm yang mati,kemudian diendapkan dalam
bak sedimentasi. Bagian cairan yang keluar biasanya dikembalikan
lagi ke Trickling Filter sebagai iar pengencer dari air baku yang
diolah.
93
7. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Efisiensi Trickling Filter
1. Persyaratan Abiotis
a. Jenis Media
Bahan untuk media Trickling Filter harus kuat, keras dan
tahan tekanan, tahan lama, tidak mudah berubah dan
mempunyai luas permukaan per nit volume yang tinggi. Bahan-
bahan yang biasa digunakan adalah batu kali, krikil, antrasit,
batu bara, dan sebagainya. Akhir-akhir ini telah digunakan
media plastik yang dirancang sedemikian rupa sehingga
menghasilkan panas yang tinggi
b. Diameter Media
Diameter media Trickling Filter biasanya antara 2,5-7,5 cm.
Sebaiknya dihindari penggunaan media dengan diameter terlalu
kecil karena akan memperbesar kemungkinan penyumbatan.
Makin luas permukaan media maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang hidup di atasnya.
c. Ketebalan Susunan media
Ketebalan meda Trickling Filter minimum 1 meter dan
maksimum 3-4 meter. Makin tinggi ketebalan media maka
94
maka makin besar pula total luas permukaan yang ditumbuhi
mikroorganisme sehingga makin banyak pula mikroorganisme
yang tumbuh menempel diatasnya.
d. lama Waktu Tinggal Trickling Filter
Diperlukan lama waktu tinggal yang disebut waktu
pengkondisian atau pendewasaan agar mikroorganisme yang
tumbuh diatasa permukaan media telah tumbuh cukup memadai
untuk terselenggaranya proses yang diharapkan. Masa
pendewaas biasa berkisar 2-6 minggu. Lama waktu tinggal ni
dimaksudkan agar mikroorganisme dapat menguraikan bahan-
bahan organik dan tumbuh dipermukaan media Trickling Filter
membentuk lapisan Biofilm atau lapisan berlendir.
e. PH
Pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri
dipngaruhi oleh nilai PH. Agar pertumbuhan baik diusahakan
agar PH mendekati keadaan netral. Nilai PH antara 4-9,5
dengan nilai PH yang optimum 6,5-7,5 merupakan lingkungan
yang sesuai.
f. Suhu
Suhu yang baik untuk Mikroorganisme adalah 25-37
Derajat Celcius. Selain itu suhu juga mempengaruhi kecepatan
reaksi dari suatu proses biologis. Bahkan efisiensi dari
Trickling Filter sangat dipengaruhi oleh suhu.
g. Aerasi
Agar Aerasi berlangsung dengan baik media Trickling
Filter harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
masuknya udara kedalam sistem Trickling Filter tersebut.
Ketersediaan udara, dalam hal ini adalah Oksigen sangat
berpengaruh terhadap proses penguraian oleh mikroorganisme.
2. Persyaratan Biotis
95
Persyaratan biotis yang diperlukan dalam penggunaan trickling
filter adalah jenis, jumlah, dan kemampuan mikroorganisme dalam
trickling filter serta asosiasi kehidupan didalamnya.
96
Fenol 0.5 – 1.0
Sianida (CN) 0.05 – 0.5
97
Trickling Filter yang bebrbentuk persegi menggunakan lengan – lengan
yang mempunyai nozzle yang tetap (fixed nozlle) atau tidak berputar.
Pada Bangunan Trickling Filter pengolahan pertama sangat diperlukan
agar benda – benda kasar tersaring dan tidak masuk dalam pengolahan
Trickling Filter, karena kan mengganggu proses.
Bahan-bahan organik yang ada dalam air limbah diuraikan oleh mikro-
organisme yang menempel pada media filter. Bahan organik sebagai
subtrat yang terlarut dalam air limbah diadsorbsi ke dalam biofilm atau
lapisan berlendir.
98
mengalami fase endogenous (kematian). Pada akhirnya mikroorganisme
sebagai biofilm tersebut akan lepas dari media. Cairan yang masuk akan
turut melapas / mencuci dan mendorong biofilm keluar. Setelah itu
lapisan biofilm baru akan segera mulai tumbuh. Fenomena lepasnya
biofilm dari media disebut sebagai sloughing dan hal ini fungsi dari
beban organik dan beban hidrolik pada Tricking Filter tersebut. Beban
hidrolik (hydroulik Loading) memberikan kecepatan daya gerus biofilm,
sedangan beban organik (beban Organik) memberikan kontribusi pada
laju metabolisme dalam biofilm. Berdasarkan beban hidrolik dan
organik maka dapat dikelompokkan tipe Trickling Filter low rate dan
high rate.
Trickling Filter terdiri dari suatu bak dengan media permeabel untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Filter media biasanya mempunyai
ukuran diameter 25 – 10 mm. Kedalaman media filter berkisar 0.9 – 2.5
m (rata-rata 1.8). Media filter dapat berupa batu atau plastik. Kedalaman
filter dapat mencapai 12 m yang disebut sebagai tower trickling filter.
Q.So
99
dy dS
Q dy = - kv A/Q
(So+dS)dy
dy
Dengan :
ω.V
Orde ke nol : Se = So – k (o)a Q
ω.V
Orke ke satu : Se = So exp – ( k (1)a Q )
Formula NRC :
100
100
E1 = 1 + 0.0085 √ Yo/V1 . F 1
Dengan :
E1 = efisiensi TF (%)
F = faktor resirkulasi
1 + R/Q
2
F = ( 1 + 0 . 1 R/Q)
100
0 . 0085
1+
1 - E1
√ Yo'/V2 . F2
E2 =
Dengan :
Yo’ = Yo (1 - E1)
F = faktor resirkulasi
CONTOH SOAL
101
1. Suatu Bangunan Single Stage Trickling Filter dengan diameter 10 m,
menggunakan media plastik dengan kedalaman 6.1 m. Dimana karakteristik
air limbah tersebut adalah sebagai berikut :
- Debit = Q = 4000 m3/day
- BOD = 120 gr/m3
- TSS = 80 gr/m3
- TKN = 25 gr/m3
Berapakah BOD loading dan TKN loading nya ? dan bagaimanakah
spesifik TKN loadingnya ? Berapa effisiensi removal BODnya pada suhu
20oC ?
Penyelesaian :
2
π (10 m )
A=
4
= 78.5 m2
V = (78.5 m2)(6.1 m)
= 479 m3
- BOD loading
BOD loading rate = Q So /V
= 1.0 Kg/m3.d
= 0.21 Kg TKN/m3.d
102
- Effisiensi BOD removal, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.
Dari grafik dengan BOD loading 1.0 Kg/m 3.d maka di dapat persen
removal BOD sebesar 82 %
= 43.110 m2
QNo
SpesifikTKNLoading=
A
( 4000 m3 /d )( 25 gr/m 3 )
=
43. 110 m 2
¿ 2 . 3 gr. N/m 2 . d
103
Penyelesaian :
3
1 ft 1 acft
3 3
V = 628 m3 x 0. 0283 m x 43560 ft = 0.5094 acft
- Faktor resirkulasi
104
1 + R/Q 1+1
2
F = (1 + 0 .1 R/Q) = 1 . I = 1.65
2
- Perhitungan efisiensi TF
100
E1 = 1 + 0.0085 √2202 .5/0. 5094(1 .65)
E1 = 69.7 %
Perhitungan TF ke dua :
- Perhitungan beban
Yo’ = Yo ( 1 – E1)
= 667.36 lb/hari
100
0.0085
1+
(1 - 0.697)
√333 . 68/0. 5094(1 .65)
E1 = = 64.1 %
105
9. Batasan Air Limbah untuk Industri
Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang
dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi
yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air
limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang
teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta
pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa
parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik,
dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat
organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total
organic carbon (TOC),chemical oxygen demand (COD), biochemical
oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum
hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat
dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau,
dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah
dapat berupa senyawa organik atau inorganik.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik,
padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan
air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment).
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang
bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak
dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit
removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
106
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih
memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak
perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang
terjadi pada pengolahan tahap pertama
ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan
zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan
dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum
digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated
lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor,
serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah
tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening gravity or
flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
a. Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap
pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali
melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning
or drying bed, incineration, atau landfill.
107
ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi
yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi
kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan
untuk:
Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang
sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.
Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk
penerapan skala sebenarnya. Teknologi trickling untuk pengolahan limbah
penduduk menggunakan media batmik dan plastik
108
Korelasi harga media filter terhadap penurunan zat pencemar dibatasi
untuk prameter BOD dan COD, untuk masing - masing media filter
yaitu :
Keunggulan :
3. Kadar T‐N dan T‐P yang relatif masih tinggi di air effluent
Trickling Filter dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pertanian
109
2.6 Parameter dalam air
Parameter dalam menentukan kualitas dan karakteristik dari air limbah
tersebut, diantaranya :
1. BOD 520(Biologial Oxygen Demand)
Merupakan banyaknya oksigen dalam ppm atau
milligram/liter(mg/L) yang diperlukan untuk menguraikan
benda organic oleh bakteri pada suhu 200C selama 5 hari. BOD
hanya menggambarkan kebutuhan oksigen untuk penguraian
bahan organic yang dapat didekomposisikan secara biologis
(biodegradable).
Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organic yang
sebenarnya, hanya mengukur secara relative jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditujukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan
bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
bahan organic secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi
secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didekmposisi secara biologis (non-biodegradable). Oksigen
yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang
diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yan
lebih tinggi dari pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil
terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
teroksidasi dalam uji COD.
3. Osigen Terlarut (Dissolved Oxygen=DO)
Banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalan satuan milligram per liter.oksigen terlarut ini digunakan
sebagagi tanda derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin
110
besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat engotoran
yang relatif kecil.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di
dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang
dibutuhkan.
4. Kesalahan (Hardness)
Gambaran kation logam (divalen valensi 2) yang terdapat
dalam air. kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan (presipitasi) maupun dengan anion yang terdapat di
dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.
Sifat kesalaan sering kali ditemukan pada air yang menjadi
sumber baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah
yang tanahnya mengandung deposit garam mineral dan kapur.
5. Settleable solid
Lumpur yang mengenda dengan sendirinys pada kondisi yang
tenang selama 1 jam secara gayaberatnya sendiri.
6. TSS (Total Suspended Solid)
Jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada di dalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membrane
berukuran 0,45 mikron. Suspended solid (material tersusensi)
dapat dibagi menjadi zat padat dan koloid. Selain suspended
solid ada juga istilah dissolved solid (padatan terlarut).
Kandungan TSS memiliki hubungan erat dengan kecerahan
perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan
menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan
sehingga hubungan antara TSS dengan kecerahan akan
menunjukkan hubungan yang berbandint terbalik (Blom, 1994).
7. MLSS (Mixed Liquor Susended Solid)
Jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif
setelah dipanaskan pada suhu 103OC-105oC.
111
8. MLVSS (Mixed Liquor Valatile Susended Solid)
Kandungan organic matter yangterdapat dalam MLSS didapat
dari pemanasan MLSS pada suhu 600oC. Benda volatile
menguap disebut MLVSS.
9. Kekeruhan (Turbidity)
Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air
(Dr.H.Arif Sumantri,S.K.M.,M.Kes, 2015 :90-92).
112
Kasus desa-desa di Pulau Jawa dan perkampungan nelayan
yang berkelompok tidak mungkin lagi menerapkan sistem
on-site bagi sarana air limbahnya. Setidaknya komunalisasi
sistem sudah harus dilakukan meskipun belum mengarah
pada sistem off-site secara murni.pengelolaan sistem air
limbah ditinjau dari sudut demografi lebih melihat pada
kategori perkotaan (urbanise area) dan pedesaan (remote
area) dan bukan berdasarkan pembatasan administrasi.
Regionalisasi sistem pengelolaan limbah lebih melihat pada
sisi ekonomis pelayanan, sebagai contoh untuk Instalasi
Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani beberapa daerah
administrative berdekatan, maka akan jauh lebih ekonomis
dari ada membuat sistem-sistem tersediri secara skala kecil.
Berdasarkan data pencemaran pada 35 kota utama di
Indonesia, secara umum diperkirakan setiap pertambahan
200.000 penduduk perkotaan akan meningkatkan kadar
BOD pada bahan air sebesar 1 ppm. Maka secara umum,
arahan strategi penanganan sistem off-site adalah sebagai
berikut :
a. Besarnya konsentrasi BOD pada badan air yang
akan diturunkan.
b. Setiap ppm menurunkan BOD tersebut dialihkan
dengan 200.000 jiwa yang menunjukkan jumlah
total penduduk yang akan dikelola air limbah
domestiknya dengan sisten off-site.
c. Selanjutnya dipilih kawasan padat yang akan dan
perlu dengan segera diterapkan dengan sistem off-
site.
d. Pilih skala penanganan berdasarkan pertimbangan
ekonomi dan financial, dan tetapkan kawasan yang
sesuia untuk pengolahan air limbah skala komunal,
skala mdul (sekitar 1.000 KK) atau skala kawasan.
113
2. Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan hal yang akan menentukan
dalam pemilihan sistem pengelolaan air limbah. Hal
terpenting pada aspek ini adalah kelayakan secara
ekonomi.kelayakan ekonomis antara biaya sanitasi off-site
dan sistem sanitasi on-site terjadi ada titik kepadatan
sekitar 300 org/ha. Bila tingkat kepadatan penduduk lebih
dari 30 orang/ha, maka pengolahan air limbah secara
terpusat (off-site) menjadi layak dilakukan. Maksimum net
benefit-cost tercapai bila terjadi marginal fungsi benefit-
marginal fungsi cost sama dengan nol atau pada simpangan
terbesar antara dua fungsi tersebut. Artinya berapa besar
biaya pencemaran yang dierlukan dibandingkan dengan
keuntungan secara ekonomi yang diperoleh. Biaya
pencemaran yang dimaksud adalah biaya pengobatan untuk
penyakit yang ditularkan melalui air, biaya bahan kimia
PDAM dengan semakin menurunnya konsentrasi BOD
pada air bakunya adanya instalasi pengolahan air limbah
tersebut dan lainnya.
Teknologi pengolahan limbah yang digunakan untuk
mencapai biaya efektif sangat bergantung pada tingkat
objektivitast yang harus dicapai. Penerapan teknologi
pengolahan air limbah bergantung pada standar effluent
yang diperkenankan dan sampai tingkat mana kondisi
lingkungan yang akan diperbaiki. Misalnay, untuk kondisi
sistem komunal mungkin effluent pada janka menegah
didizinkan di bawah 100 ppm. Pemilihan kapasitas sistem
pengelolaan harus memenuhi skala ekonomi. Hal ini
dimaksud bawha sistem yang dibagun harus memberikan
pengembalian keuntungan yang optimal baik pengembalian
yang ekonomis (effluent) maupun financial. Dengan
demikian, jangan sampai biaya/kapita dari stu sistem
114
menjadi tinggi disebabkan oleh jumlah pelayanan yang
tidak layak.
3. Sosial
Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-
ekonomi yang berbeda sehingga akan sangat terkait dengan
kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini
akan sangat memengaruhi dan berdampak secara teknis
terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan. Kondisi
sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu
dialokasikan oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan
penerapan sistem subsidi silang untuk konteks penanganan
air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Jika
seseorang dikenakan pungutan atau jasa yang melebihi dari
diterima, maka orang tersebut dapat menolak. Kondisi
sosila juga akan membedakan tingkat pencemaran yang
dihasilkan. Dibandingkan dengan Negara maju, umumnya
tingkat BOD per kapita per hari di Indonesia tidak terlalu
tinggi karena masih sekita 30 gram sampai 40 gram.
4. Lingkungan
Aspek lingkungan yang memengaruhi pengelolaan air
limbah di antaranya:
a. Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara
anaerob seperti septic tank imhoff tank ,kolam
anaerobic, dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob
merupakan suatu tahap yang penting dari seluruh
rangkaian serial pengolahan limbah.
b. Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan
run off yang sangat besar disbanding aliran air
limbah, sehingga sistem sewer (saluran) terpisah
antara air hujan dan air limbah pemukiman akan
relative lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk
115
kawasan terbatas dapat diterapkan sistem
interceptor.
c. Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut
harus memperhatikan muka air tertinggi, untuk
sanitasi onsite penggunaan septic tank
denganupword flow yang disebut vertical septic tank
dapat diterapkan.
d. Kepaadatan 100 org/ ha memberikan damak
pencemaran cukup besar terhadap lingkungan maka
kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat
mampu dapat menerapkan sistem off-site pada
kawasan tersebut.
e. Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan dengan
effluent yang dibuang ke danau dan waduk,selain
harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga
harus mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang
akan memicu pertumbuhan algae biru dan gulma
yang akan menutupi permukaan air danau.
f. Kawasan perairan untuk wisata renang harus dijaga
kadar COD tidak melebihi 5 ppm dan tidak
mengandung logam berat.
g. Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka
penetapan kualitas Effluen hasil penglahan limbah
harus memperhitungkan kemampuan badan air
penerima untuk “natural purification” bagi
berlangsungnya kehidupan akuatik secara
keseluruhan.
116
Yaitu sistem penyaluran dimana segala macam air buangan
dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan keluar tanpa
memperhatikan jenis air. Pertimbangan menggunakan sistem
penyaluran ini yaitu (Soeparman, 2001):
a) Debit air buangan dan air hujan umumnya relatif kecil
sehingga dapat disatukan.
2) Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
3) Kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh
berbeda.
117
Kelebihan sistem penyaluran ini adalah masing-masing
memudahkan dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan dan
mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat. Sedangkan
kelemahannya adalah harus dibuat dua sistem saluran sehingga
diperlukan tempat yang luas (Soeparman, 2001).
2. Sistem Jaringan Penyaluran
Sistem penyaluran limbah dipengaruhi oleh letak dan topografi
daerah yang dilayani. Menurut Soeparman (2001), berdasarkan
sistem pengaliran penyaluran air buangan dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Sistem Gravitasi
Dimana air buangan dari tempat yang lebih tinggi secara
gravitasi dialirkan ke saluran umum yang letaknya lebih
rendah.
b. Sistem Pemompaan
Dimana saluran air buangan lebih tinggi, sehingga air buangan
dikumpulkan lebih dahulu dalam bak penampung kemudian
dipompa ke tempat pengolahan, biasanya menggunakan
pompa yang digerakkan motor listrik dan bekerja secara
otomatis.
c. Sistem Kombinasi
Sistem ini digunakan apabila air buangan dari daerah
pelayanan dialirkan ke bangunan pengolahan dengan bantuan
pompa/reservoir
BAB III
PENUTUP
118
3.1 Kesimpulan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasa; dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya,
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup.
Pengolahan air buangan dengan proses Trickling Filteradalah
proses pengolahan dengan cara menyebarkan air buangan ke dalam suatu
tumpukan atau media yang terdiri dari bahan batu pecah(kerikil), bahan
keramik, sisa tanur(slag), medium dari bahan plastik. Dengan cara
demikian maka pada permukaan medium akan tumbuh lapisan biologis
(biofilm) seperti lendir, dan lapisan tersebut akan kontak dengan air
buangan dan akan menguraikan senyawa polutan pada air buangan.
Trickling Filterterdiri dari media tembus air membentuk bed yang terbuat
dari batuan pecah dimana air dapat terdistribusi dan tersaring. TF juga
dilengkapi dengan sistem underdrainterbuka sebagai pengumpul filtrat
padat dan sebagai sumber udara bagi mikroorganisme di dalam
filter.Proses yang terjadi pada pengolahan air buangan dengan sistem
Trickling Filteryaitu air limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan awal
untuk mengendapkan padatan tersuspensi, selanjutnya air buangan
dialirkan ke bak trickling filtermelalui pipa berlubang yang berputar.
Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering secara bergantian
sehingga terjadi transfer oksigen ke dalam air buangan. Pada saat kontak
dengan media tricking filter, air buangan akan kontak dengan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan media, dan
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada
di dalam air buangan. Air buangan yang masuk ke dalam bak trickling
filterselanjutnya akan keluar melalui pipa underdrain yang ada di dasar
bak dan keluar melalui saluran efluen. Dari saluran effluen dialirkan ke
bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan akhir
119
merupakan air olahan. Proses pengolahan air buangan dengan sistem
Trickling Filter.
Kelebihan dari Trickling Filter adalah sebagai berikut:
1) Sederhana
2) Proses cocok untuk area pengolahan dimana tidak tersedia ruang besar
3) Efektif dalam mengolah konsentrasi organik tergantung dari media
yang digunakan
4) Cocok untuk komunitas kecil-sedang dan sistem onsite
5) Relatif hemat energi S
3.2 Saran
120