Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan zaman melatar belakangi segala hal untuk terus survive.


Pendidikan telah menjadi prioritas utama setiap orang, sebab dengan
pendidikan orang tersebut merasa ada kenaikan strata pada hidupnya yang
sangat berpengaruh pada masa depannya. Salah satunya teknologi
pendidikan yang mengacu adanya peningkatan teknologi, banyak kegiatan
yang menunjang peningkatan kondisi perekonomian mulai bermunculan.
Namun halnya dari bentuk usaha yang begitu pesat berkembang adalah
bidang perindustrian yaitu industri makanan yang salah satunya dalam
usaha pembuatan tahu dalam skala kecil. Selain meningkatkan kondisi
perekonomian, dunia perindustrian menimbulkan berbagai dampak negatif
diantaranya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Berbagai krisis lingkungan yang melanda negara kita saat ini


menunjukan adanya kesalahan dalam cara pembangunan ekonomi yang kita
tempuh khususnya dalam bidang perindustrian. Hal itu memicu kita untuk
mengembangkan strategi pembangunan ekonomi khususnya di bidang
perindustrian yang bersifat sustainable dan berwawasan lingkungan.
Berkaitan dengan hal itu, mengkaji dan memahami paradigma produksi
bersih akan merupakan upaya yang sangat bermanfaat, mengingat
paradigma tersebut dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap
berbagai kesalahan praktek industri yang telah terjadi.

1
Dalam makalah ini dengan topik teknik pengolahan industri makan
yaitu makanan tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber
protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan
oleh industri skala kecil yang kebanyakan terdapat di Pulau Jawa. Industri
tersebut berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Namun, di sisi lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi
mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk
pemprosesannya, yaitu untuk proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit,
pencucian, penggilingan, perebusan dan penyaringan.

Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha


skala kecil dengan modal yang terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini juga
sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumber daya manusia yang
terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, serta belum
banyak yang melakukan pengolahan limbah.

Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik


limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses
penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin
dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan
ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan
dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan
dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh
karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu
dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD,
COD yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas
sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu
memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi
resiko beban pencemaran yang ada

2
Teknologi pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan proses
biologis sistem anaerob, aerob dan kombinasi anaerob-aerob. Teknologi
pengolahan limbah tahu yang ada saat ini pada umumnya berupa
pengolahan limbah dengan sistem anaerob, hal ini disebabkan karena biaya
operasionalnya lebih murah. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi
pengolahan hanya sekitar 70%-80%, sehingga airnya masih mengandung
kadar pencemar organik cukup tinggi, serta bau yang masih ditimbulkan
sehingga hal ini menyebabkan masalah tersendiri (Herlambang, 2002).

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diterapkan sistem pengolahan


limbah dengan sistem kombinasi anaerob-aerob, dengan sistem ini
diharapkan dapat menurunkan konsentrasi kadar COD air limbah tahu.
Sehingga jika dibuang tidak menyebabkan bau dan tidak mencemari
lingkungan sekitarnya. Mengingat industri tahu merupakan industri dengan
skala kecil, maka membutuhkan intalasi pengolahan limbah yang alat-
alatnya sederhana, biaya operasionalnya murah, memiliki nilai ekonomis
dan ramah lingkungan.

Pengolahan limbah cair tahu dengan sistem anaerob yang sudah ada
tersebut, tentunya harus dikelola dengan baik dan dipelihara secara rutin.
Ini juga memerlukan perhatian dari berbagai pihak terkait terutama
pemerintah dan pemilik industri tahu. Hal ini penting agar proses
pengolahan limbah tetap berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang
optimal. Dari berbagai teknologi pengolahan limbah yang sudah ada, maka
akan dilakukan kajian untuk mengetahui teknologi pengolahan limbah tahu
yang efektif dan efisien beserta kelebihan dan kekurangannya dan
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam makalah ilmiah ini akan
diangkat permasalahan diantaranya:

1. Apakah limbah industri tahu itu ?


2. Apakah kandungan limbah tahu yang menyebabkan
tercemarnya lingkungan hidup ?
3. Bagaimana cara pengolahan limbah industri tahu yang tepat
agar tidak mencemari lingkungan hidup ?

1.3 Tujuan Penulis


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Ingin mengetahui dampak dari pengaruh limbah industri tahu
terhadap manusia dan lingkungan.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat
kandungan limbah industri tahu.
3. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat
bagaimana teknik pengolahan limbah tahu agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup.

1.4 Manfaat
Pada makalah ilmiah ini, kami berharap dapat memberikan ilmu baru
kepada para pembaca makalah ini, yaitu seputar teknik pengolahan limbah
industri makanan khususnya industri pengolahan limbah tahu. Kami juga
berharap makalah ilmiah ini dapat memberikan kesadaran kepada
masyarakat akan bahayanya air buangan industri tahu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair


Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme phatogen, bahan kimia beracun
dan radioaktivitas. Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Keterpaparan kimiawi : hasil pembuangan limbah kimiawi
dimanfaatkan oleh mikroba yang terdapat dilingkungan air sebagai
makanannya, selain itu limbah kimiawi di dalam air membentuk
suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan garam
anorganik masuk ke air secara domestik atau industrial umumnya
memberikan kontrubusi terhadap pencemaran air. Secara kimiawi
digunakan test BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima) hari
kimiawi menjadi karbon dioksida, secara konvensional bahan
organik mengalami dekomposisi yang menstabilisasi polutan organik
dalam lingkungan alamiahnya. Biological Oxygen Demmand dalam
ukuran penggunaan oksigen oleh mikroorganisme.
2. Keterpaparan Fisika : keterpaparan fisika air dapat dilihat dari bau,
warna dari air limbah keabu-abuan dan menganung kerosin.
3. Keterpaparan Biologi : limbah berbahaya secara biologis jika
terdapatnya mikroorganisme pathogen yang endemik yang memberi
dampak pada kesehatan masyarakat.

5
Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH),
definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara
umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas
dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang
bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

2.2 Air Limbah Industri


Air Limbah Industri Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa
atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya
bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).

Menurut Mulia (2005), air limbah industri umumnya terjadi sebagai


akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air
umumnya memiliki beberapa fungsi berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari
proses industri.
2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.
3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik
minuman dan sebagainya.
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta
instalasi Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena
proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah
yang bersumber langsung dari kegiatan industri yaitu limbah yang
terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung,
dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama. Sedangkan

6
limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah
proses produksi (Ginting, 2007).

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses
industri, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi aliran
selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak
pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh
industri yang tidak menggunakan proses basah di perkirakan sekitar 50
m/ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan adalah berupa air limbah
apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah. Apabila
industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya
akan lebih kecil lagi. Adapun banyaknya pemakaian air dari suatu industri
seperti terlihat pada Tabel 2.5. Dengan demikian jumlah air limbahnya
adalah sebanyak jumlah tersebut dikalikan 85 atau 95% (Sugiharto, 2008).

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Limbah Industri Tahu


Limbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan
padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian
terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair
yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan
tahu pada tahap proses penggumpalan dan penyaringan yang disebut air
dadih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan
pembersihan, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan, pencucian
peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh
industri pembuatan tahu sebanding dengan penggunaan air untuk
pemprosesannya.

Jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan
dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram
bahan baku kacangkedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari
limbah cair tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai
bahan penggumpal. Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan
organik kompleks yang tinggi terutama protein dan asam-asam amino
dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut. Adanya senyawa-
senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu
mengandung BOD, COD dan TSS yang tinggi yang apabila dibuang ke
perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan pencemaran.

8
3.2 Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu
diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika
meliputi padatan total, suhu, warna
dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan
gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai.
Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 80
0C sampai 100 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan
mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain,
kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri


tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air
buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di
antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak yang jumlahnya paling
besar yang mencapai 40% - 60% protein, 25 – 50% karbohidrat, dan 10%
lemak. Bertambah lama bahan-bahan organik ini volumenya semakin
meningkat, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena
beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme didalam air limbah tahu
tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan
beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TSS. Uji BOD
merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat
pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.

9
Parameter yag digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan
industri tahu adalah:
1. Parameter fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau,dan
lain-lain.
2. Parameter Kimia
a. Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD,
TOC), oksigen terlarut (DO), minyak/lemak, Nitrogen-Total
(N-Total), dan lain-lain.
b. Kimia anorganik: pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, sulfur, H2S ,
dan lain-lain.
Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang penting antara lain:

3.2.1 Padatan Tersuspensi


Padatan tersuspensi yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak
larut dalam air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat
kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka
air akan semakin keruh.

3.2.2 BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand), merupakan parameter untuk
menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen
yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik
secara biologis di dalam limbah cair. Limbah cair industri tahu mengandung
bahan-bahan organik terlarut yang tinggi.

3.2.3 COD
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimiawi
merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium
dikhormat) untuk mengoksidasi seluruh material baik organik maupun
anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungan senyawa organik dan

10
anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air dapat mencapai
nol sehingga tumbuhan, air, ikan-ikan dan hewan air lainnya yang
membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.

3.2.4 N-Total
N-Total (Nitrogen-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organaik
campuran senyawa kompleks antara lain asam-asam amino, dan protein
(polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari
campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan nitrit. Nitrogen organik dan
nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode
Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan
sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawan-senyawa N-Total
adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium
(NH4+) melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah.
Menurut Kuswardani (1985) limbah cair industri tahu mengandung N-Total
sebesar 434,78 mg/l.

3.2.5 pH
pH (Derajat Keasaman). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung
asam, pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap.
Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk.

11
3.3 Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah
dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan,
yaitu secara fisika, kimia maupun biologis.

Cara fisika, merupakan metode pemisahan sebagian dari beban


pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair.
Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat
digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi
(penyaringan) menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan
dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah
cair. Padatan tersuspensi yang lolos dari penyaringan selanjutnya disisihkan
dalam unit sedimentasi dengan menambahkan koagulan sehinggga
terbentuk flok. Proses ini termasuk proses kimia. Dalam sedimentasi,
flokflok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan gaya
gravitasi.

Cara kimia, merupakan metode penghilangan atau konversi


senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-
bahan kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat
diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya
termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam proses koagulasi-
flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion
bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut,
sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan negatif.

12
Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya Van der Waals
menarik ionion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh
(lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern)
yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan
membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut bersama-
sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil.

Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil menurut Davis dan


Cornwell (1991) cenderung tidak mau bergabung satu sama lainnya
membentuk flok-flok berukuran lebih besar, sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi. Koagulasi pada
dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel koloid bermuatan dengan
cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke dalam
koloid, dengan demikian partikel koloid menjadi netral dan dapat
beraglomerasi satu sama lain membentuk mikroflok. Selanjutnya
mikroflokmikroflok yang telah terbentuk dengan dibantu pengadukan
lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok (flokulasi),
sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara pengendapan
atau filtrasi. Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit,
aluminium, kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan
limbah secara kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan ,
sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Cara biologi, dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan


memanfaatkan mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara
biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul sederhana
oleh mikroorganisme.

13
Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut
(DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang
digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa
Sedangkan tumbuhan air yang mungkin dapat digunakan termasuk gulma
air (aquatic weeds).

Metode biologis lainnya juga telah dicoba diterapkan dalam


penanganan limbah cair industri tahu, menggunakan proses lumpur aktif
(activated sludge) untuk mendegradasi kandungan organik dalam limbah
cair tahu dan susu kedelai. Hasil yang dicapai dilaporkan secara teknis
cukup memuaskan, dimana diperoleh penurunan BOD terlarut, nitrogen dan
fosfor berturut-turut sebesar 95%, 67% dan 57%. Akan tetapi melihat
tingkat pengetahuan para pengrajin tahu khususnya di Indonesia yang relatif
minim dalam hal penanganan limbah dan faktor-faktor teknis lainnya,
seperti biaya investasi dan operasi cukup tinggi, serta pengendalian proses
yang relatif kompleks. Sehingga, penerapan metode ini khususnya di
Indonesia kurang berdaya guna.

Hal ini dapat dilihat, bahwa banyak di antara pengrajin tahu


membuang limbahnya ke perairan tanpa melalui pengolahan terlebih
dahulu. Sementara proses biofilter aerobik yang penulis rencanakan
hanyalah reaktor yang diisi dengan media krikil bahan yang mudah
diperoleh.

14
3.4 Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Proses
Biofilter Aerobik

Diagram proses pengolahan air limbah industri tahu-tempe dengan


sistem kombinasi biofilter "Anareb-Aerob".

Biofilter sebagai salah satu cara dalam pengolahan air limbah,


dengan memanfaatkan kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba
yang melekat pada media yang dipakai. Untuk media filter, bahan harus
kuat, keras, tahan tekanan, tahan lama dan tidak mudah berubah. Beberapa
bahan media biofilter yang umum dipakai adalah; polimer, kerikil, batu
apung, kayu, dan perlit. Proses biofilter disebut juga aerasi kontak sebab air
limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang menempel.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), teknologi


biofilter aerob-anaerob dibuat untuk mempertinggi komponen lokal sesuai
dengan potensi dan kebutuhan masyarakat akan teknologi pengolahan

15
limbah yang praktis, mudah dioperasikan dan harganya terjangkau
khususnya bagi kelas menengah ke bawah.

Biofilter berupa filter dari media bahan PVC berbentuk sarang tawon
sebagai tempat pembiakan mikroorganisme senyawa polutan yang ada di
dalam air limbah tahu. Teknologi biofilter ini dapat diterapkan untuk
pengolahan air limbah rumah tangga (domestik), pengolahan air limbah
perkantoran, pengolahan industri tahu tempe, pengolahan limbah cair
rumah sakit.

Biofilter merupakan suatu reaktor biologis film-tetap (fixed-film)


menggunakan packing berupa kerikil, plastik atau bahan padat lainnya
dimana limbah cair dilewatkan melintasinya secara kontinyu. Adanya bahan
isian padat menyebabkan mikroorganisme yang terlibat tumbuh dan
melekat atau membentuk lapisan tipis (biofilm) pada permukaan media
tersebut. Biofilter berupa filter dari medium padat tersebut diharapkan dapat
melakukan proses pengolahan atau penyisihan bahan organik terlarut dan
tersuspensi dalam limbah cair.

Filtrasi merupakan proses pemisahan padatan-material tersuspensi


yang ada di dalam air dengan melewatkannya melalui media berpori
Adanya bahan organik dan aktivitas biologis menyebabkan terjadinya
perubahan sifat pelekatan material tersuspensi terhadap media filter.
Aplikasi teknologi biofilter aerob yang telah dilakukan khususnya dalam
pengolahan limbah cair antara lain : limbah cair industri karet remah limbah
cair pabrik kelapa sawit; limbah cair domestik ; limbah cair rumah makan,
dengan sistem biofilter lapisan multi media yaitu dengan menyusun
beberapa lapis media padat yang berbeda.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Limbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan
padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cairlah merupakan bagian
terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sumber limbah cair tahu ini
berasal dari proses sortasi dan pembersihan, pengupasan kulit, pencucian,
penyaringan, pencucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair
yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebanding dengan
penggunaan air untuk pemprosesannya.
Dengan demikian, maka dapat digolongkan metode pengolahan
yangndikembangkan dibagi 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika,
kimia maupun biologis.

4.2 SARAN

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah sudah mutlak dan


harus dimiliki oleh setiap industri atau badan pengolah yang ditunjuk agar
setiap air limbah yang dibuang ke badan sudah masuk dalam baku utu yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.

Keseriusan dari semua pihak sangat diperlukan agar limbah industri


yang ada benar-benar tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.
Kalau hal ini tidak kita mulai dari sekarang, maka sama-sama kita lihat
bahaya apa yang akan muncul ke depan yang menghadang kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html

http://www.enviro.bppt.go.id/. Diakses pada tanggal 30 September 2012

Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair


Direktorat Teknologi Lingkungan
Kedeputian Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html
sugiharto, 1987

Dasar-dasar pengelolaan air limbah. Badan Penerbit Universitas


Indonesia, Jakarta : 13 hlm.

18

Anda mungkin juga menyukai