DISUSUN OLEH
Sesi : 2
DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pencegahan dan
Pengawasan Tanah oleh Faktor Lingkungan Biologis” ini dengan tepat waktu.
Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah bagi para
pembaca dan penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ari
Fadiati Wirasoetisna, M.Si.selaku dosen mata kuliah kesehatan lingkungan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Fungsi Tanah....................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Tanah....................................................................................5
2.3 Pengertian Pencemaran Tanah..................................................................8
2.4 Faktor Pencemaran Tanah.........................................................................8
2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah..........................11
2.6 Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).........................................21
2.7 Pencegahan Pencemaran Tanah.............................................................24
2.8 Kasus Pencemaran Tanah.......................................................................27
2.9 Pengawasan Pencemaran Tanah.............................................................28
2.10 Penanganan Pencemaran Tanah..............................................................31
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dari tanah?
2. Bagaimana jenis-jenis tanah di Indonesia?
3. Mengapa pencemaran tanah bisa terjadi?
4. Bagaimana dampak pencemaran tanah?
5. Bagaimana kaitannya dampak pencemaran terhadap kesehatan?
6. Mengapa tanah mudah terdegradasi?
7. Bagaimana metode pengolahan limbah B3?
8. Bagaimana contoh kasus dari pencemaran tanah?
9. Bagaimana pengawasan pencemaran tanah?
10. Bagaimana solusi untuk mengatasi pencemaran tanah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
unsur hara dan air, media pengatur tata air, dan sebagai sistem penyangga
kehidupan secara lestari.”
2
proses-proses kehidupan tanaman. Tanpa air, udara, dan unsur-
unsur hara, tanaman tidak dapat tumbuh.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
Zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam
organik; antibiotik dan toksin anti hama enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara. Senyawa-senyawa tersebut
terbentuk karena adanya proses-proses yang terjadi didalam tanah
baik yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri, mikroba tanah
maupun komponen-komponen tanah lainnya.
4. Sebagai habitat biota tanah
Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung
dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman
tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama
& penyakit tanaman.
1. Tanah Alluvial
2. Tanah Andosol
3
ini yaitu cokelat keabuan dan tanah ini kaya akan unsur hara, air, dan
mineral. Beberapa daerah yang terdapat tanah andosol ini, diantaranya
Jawa, Bali, Sumatera, dan Nusa Tenggara.
3. Tanah Humus
4. Tanah Grumosol
5. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis berasal dari abu gunung api atau material letusan
gunung api yang telah mengalami pelapukan. Tanah ini tergolong subur
dan cocok untuk lahan pertanian seperti holtikultura. Tanah ini memiliki
cirri berbutir halus, tidak mudah erosi, dan tidak mudah tertiup angin.
6. Tanah Laterit
6. Tanah Latosol
2
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Tanah ini berwarna merah hingga kuning, teksturnya lempung. Tanah
8. Tanah Gambut
9. Tanah Kapur
Tanah ini terbentuk karena suhu rendah dan curah hujan tinggi.
Tanah ini berwarna merah hingga kuning yang disebabkan oleh proses
longgokan alumunium atau besi yang teroksidasi. Tanah ini tergolong
kurang subur. Tanah ini terdapat di daerah Kalimantan, Papua, Sumatera,
Sulawesi, dan Jawa bagian barat.
Tanah ini berasal dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan
mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.
Tanah ini subur, banyak mengandung mineral dan air, serta dapat
3
digunakan untuk pertanian maupun persawahan. Tanah ini banyak terdapat
di daerah dataran rendah seperti di Solo, Madiun, dan Kediri.
2
menjaga kelestarian tanah sehingga bisa mendukung kehidupan di
muka bumi ini.
3
i. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasilkan zat
radioaktif.
2
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses
industri pelapisan logam.
3. Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah
merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama
tanaman.
3
Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan
adalah limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia
yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah
padat ini busuk. Selain itu, pencemaran tanah juga menyebabkan
timbulnya bau di sekitarnya karena tertimbunnya limbah ini dalam
jangka waktu lama sehingga menyebabkan permukaan tanah menjadi
2
Timbal atau timah hitam (Pb) adalah unsur kimia yang dalam
sistem periodik berkala termasuk logam berat, mempunyai toksisitas
yang tinggi dengan sifat bioakumulatif. Masuknya bahan pencemar
itu ke dalam tubuh manusia bisa melalui berbagai cara dengan suatu
proses berantai. Unsur toksik itu dapat mudah masuk ke dalam tubuh
manusia melalui rantai makanan dari ikan, terhirup dari udara yang
tercemar uap logam berat timbal, dan konsumsi air yang tercemar ion
logam timbal terlarut.
3
dari logam berat. Sekalipun demikian, hal ini bukan alasan menajadi
kita menjadi takut mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil pertanian
intensif.
2
Dengan memperhatikan kebersihannya, maka bahaya racun aku-
mulatif logam berat itu tentu dapat dicegah atau dikurangi.
Langkah yang paling baik adalah mengontrol penggunaan
pestisida yang dilarang dan dosis yang berlebihan dapat dicegah.
Penggunaan pestisida dengan dosis berlebihan sering terjadi, seperti
yang dinyatakan hasil penelitian Balai Penelitian Holtikultura
Lembang bahwa pada sentra produksi sayuran dataran rendah di lima
propinsi (Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur), pemakaian pertisida yang sangat intensif atau berlebihan
dilakukan petani demi menstabilkan hasil usaha taninya, tanpa
memikirkan dampak negatifnya terhadap konsumen.
Melalui udara timbal dapat dengan mudah masuk ke dalam
tumbuh manusia tanpa disadari ketika menghirup udara yang
mengandung uap timbal. Asap pembakaran bahan bakar minyak
(BBM) pada kenderaan bermotor adalah sumber yang potensial ter-
jadinya pencemaran udara yang mengandung uap logam timbale,
karena sampai hari ini bahan bakar seperti premium masih menggu-
nakan timbal terlarut (ion Pb2+) sebagai anti letupan (anti knocking)
mesin kenderaan bermotor. Karena sifatnya yang akumulatif, maka
dampak negatif bahan pencemar itu tidak segera tampak dan baru akan
terlihat setelah jangka waktu tertentu dengan akibat yang sangat
mencemaskan.
Bahan pencemar timbal juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui air minum. Apabila pipa air minum yang digunakan
mengandung logam berat itu, baik sebagai bahan pembuatan atau
pematrian pipa, maka kerusakan pipa menjadi sumber pencemaran
timbal yang membahayakan. Keracunan timbal yang diketahui berasal
dari pipa air minum pernah terjadi pada penduduk Meksiko tahun
1987.
Selain itu, masuknya bahan pencemar ke dalam air sumur
kemungkinan dapat melalui infiltrasi air tanah. Air permukaan yang
mengandung timbal meresap ke dalam tanah. Melalui infiltrasi, unsur
timbal itu akan menjalar memasuki pori-pori tanah. Bila tanah digali
untuk membuat sumur, maka bahan pencemar logam berat itu dapat
mengkontaminasi air sumur tanapa diketahui penduduk.
Pada zaman modern ini, logam berat timbal banyak digunakan
sebagai bahan dasar ataupun katalisator dalam proses pembuatan
14
barang-barang keperluan manusia. Perabot dari keramik yang
mengandung campuran timah putih dan hitam, seperti piring,
mangkok, dan lain-lain menjadi sumber pencemaran timbal yang tidak
disadari, dan masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman.
Perkakas dan perabot keramik yang sudah luntur catnya misalnya,
akan semakin besar peluangnya masuk ke dalam tubuh. Keracunan
timbal yang pernah dilaporkan berasal dari perabot keramik adalah ke-
racunan penduduk Romawi dan Amerika pada tahun 1978.
Cat dinding yang mengandung logam berat timbal, dapat
masuk ke dalam tubuh dari uap cat tersebut. Oleh sebab itu, kamar
yang baru dicat sebaiknya jangan ditempati dulu sebelum cat tersebut
kering benar. Kalau tidak, maka bersama uap itu logam berat timbal
akan kita hirup dan terakumulasi dalam tubuh.
Demikian halnya dengan lunturan cat becak yang dibuang ke
laut, dalam jangka lama bisa berakumulasi dalam jaringan tubuh ikan
yang tanpa diketahui menjadi jembatan masuknya bahan itu ke dalam
tubuh manusia melalui rantai makanan. Namun sampai sekarang,
belum ada penelitian khusus terhadap dampak pencemaran dari
lunturan cat becak yang dibuang ke laut terhadap besarnya kandungan
logam berat timbal dalam tubuh ikan-ikan laut, seperti di perairan
Teluk Jakarta.
Bila bahan timbal itu berakumulasi dalam tubuh, maka dengan
kadar 0,5 ppm saja sudah menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, akan menyebabkan
kerusakan ginjal, hati, sistem saraf pusat, dan sistem reproduksi.
Logam berat itu dapat juga meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
gangguan pada saluran pernafasan dan pencernaan, dan dapat
menghambat pembentukan hemoglobin dalam darah, sehingga dapat
menyebabkan anemia.
Akibat fatal dari bahan toksik itu terutama disebabkan logam
berat timbal mudah berikatan dengan unsur sulfur dari asam amino
sistin dan sistein dengan membentuk ikatan kovalen, yang me-
nyebabkan tersumbatnya respirasi sel dan tidak aktifnya enzim,
sehingga proses metabolisme terhambat.
Dari hasil penelitian di Amerika dinyatakan, pencemaran
logam berat timbal itu membawa pengaruh buruk terhadap
kemampuan anak di sekolah. Pada kadar 1,5 mikro gram per mili liter
15
sudah menimbulkan kelainan psikologis, neurologis, kehilangan daya
pendengaran, daya tangkap menurun dan bahkan IQ rendah.
Demikian juga hasil penelitian Fakultas Kedokteran di
Universitas Pitssburgh tahun 1979 menguatkan fakta itu. Dari seluruh
murid sekolah dasar yang diamati dan diuji, maka murid yang
memiliki IQ terendah, daya tangkap terburuk dan nilai rapor paling
jelek adalah anak-anak yang memiliki kadar timbal paling tinggi dalam
tubuhnya. Tetapi bukan berarti bila seorang anak bodoh lantas
memiliki kadar timbal tinggi dalam tubuhnya. Kejadian tersebut terjadi
karena di daerah Pitssburgh pernah terjadi pencemaran timbal.
Dengan melihat fakta-fakta itu, mungkin kita menjadi cemas
dan tersentak dari kelengahan selama ini. Bagaimanapun akibat
perkembangan industri dewasa ini, maka tubuh kita tetap berpeluang
kemasukan bahan pencemar timbal itu. Tentu yang dapat dilakukan
adalah bagaimana mencegahnya agar bahan itu sekecil mungkin masuk
ke dalam tubuh dari berbagai kemungkinan cara dan proses, sehingga
tidak menimbulkan pengaruh buruk pada kesehatan.
Kadar bahan pencemar timbal yang masuk ke dalam tubuh
harus berada di bawah standar konsentrasi yang ditetapkan
Departemen Kesehatan atau WHO. Besarnya kadar timbal yang
diperkenankan untuk air minum misalnya, tidak boleh melebihi 0,05
mg per liter.
16
Klorin, zat ini sangat berbahaya karena menganggu fungsi kerja
organ hati, ginjal , dan saraf pusat dalam otak
Kromium, digunakan dalam berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua
populasi.
15
Salah satu penyebab pencemaran tanah adalah pembuangan
tinja. Tinja dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan menarik
perhatian serangga seperti lalat. Hal ini berpotensi menjadi penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit. Diare menjadi salah satu akibat
dari pencemaran tanah yang disebabkan oleh tinja. Bakteri penyebab
diare yang sering menyerang adalah bakteri Entero Pathogenic
Escherichia Coli (EPEC). Menurut data profil kesehatan Indonesia
dari Kementerian Kesehatan, terdapat 13 provinsi terserang penyakit
diare pada tahun 2015 dimana 1.213 kasus diare mengakibatkan 30
jiwa meninggal. Pada tahun sebelumnya, ada 2.549 kasus diare,
diantaranya 29 orang meninggal. Kasus tertinggi terjadi pada tahun
2008 dimana terdapat 8133 kasus berdampak kematian pada 239 jiwa.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga dapat timbul,
diantaranya penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi
zat racun, penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa, dan
infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis,
dan ankilostosomiasis, kolera dari bakteri Vibrio cholera, dan disenteri
sebuah penyakit yang ditandai dengan diare berdarah. Untuk mencegah
hal ini terjadi maka pembuangan kotoran yang baik harus dibuang ke
tempat penampungan kotoran. Bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran itu tersimpan dalam satu
tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit.
16
dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain
dari rantai makanan tersebut.
15
2.5.4 Dampak Bagi Kesuburan Tanah
16
nyaman sama sekali. Terlebih apabila pencemaran tanah tersebut
disebabkan oleh sampah. Sampah- sampah akan membuat berbagai
macam kerugian bagi makhluk hidup. Selain tidak sedap dipandang
mata, sampah juga akan menyebabkan bau yang sangat menyengat. Ini
sungguh tidak nyaman digunakan sebagai tempat bermukim.
15
Berbahaya dan Beracun diatur mengenai ketentuan perizinan terkait
pemanfaatan limbah B3, berdasarkan Pasal 85 ayat (1) yaitu:
16
Untuk mencegah terjadinya pencemaran maka dilakukanlah pengolahan
limbah. Beberapa metode pengolahan limbah, antara lain :
2. Metode Insinerasi
Metode ini disebut dengan metode pembakaran dan termasuk ke
dalam metode fisik. Tujuan dari metode ini adalah memperkecil
volume dan menghancurkan senyawa berbahaya. Saat melakukan
pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara. Biasanya metode ini digunakan
untuk mengolah limbah medis dan beberapa racun kimia.
23
dengan biotransformasi. Sedangkan Fitoremediasi adalah penggunaan
tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan
beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan
lebih murah dibandingkan dengan metode kimia atau fisik, tetapi
metode ini memiliki kekurangan dimana kedua proses tersebut
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membersihkan limbah B3.
20
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Contoh
penerapan reuse yang dapat dilakukan adalah :
- Memanfaatkan sisa sayuran dan buah untuk dijadikan makanan
hewan
c. Recycle
Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi
barang atu produk baru yang bermanfaat. Contoh penerapannya
adalah :
- Mengolah sampah organik menjadi kompos atau pupuk
- Memanfaatkan kotoran hewan menjadi biogas
21
b. Reuse
Reuse atau menggunakan kembali. Memilah kembali sampah
anorganik yang sekiranya masih layak untuk dimanfaatkan
kembali. Contoh penerapan reuse, antara lain :
- Memanfaatkan kaleng bekas makanan untuk dijadikan pot
tanaman
- Menggunakan kembali botol plastik bekas untuk dijadikan
tempat atau wadah sabun cairan pencuci piring atau deterjen
cair
- Menggunakan pena yang isi tintanya dapat diisi ulang dan
dapat digunakan kembali.
c. Recycle
Recycle atau mendaur ulang. Mekanismenya adalah memanfaatkan
sampah yang masih layak digunakan sebagai benda baru yang
memiliki nilai jual atau nilai guna yang tinggi. Contoh daur ulang :
- Bungkus makanan kemasan yang bisa dijadikan bahan untuk
membuat tas
- Ban kendaraan yang tidak terpakai dapat diubah menjadi meja
yang unik dan kreatif
- Mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil
dan bio gas.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang
akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat
pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-
sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak
berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal
pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat
dalam.
5. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun
sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan.
26
6. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organic yang
dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme
27
beracun, menyebabkan infeksi, koroif dan bersifat karsinogenik
(menyebakan kanker)
27
sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggungjawab dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu penguatan sistem dan
perangkat pengawasan lingkungan yang efisien dan efektif menjadi suatu
keharusan.
27
1. Lingkup Peraturan Perundang-Undangan dan Perizinan Lingkungan Hidup
dan Kehutanan:
30
pengawasan, peraturan administrasi dan audit lingkungan hidup.
Ketentuan mengenai perizinan dikaitkan dengan kajian penyusunan
AMDAL, dengan memperhatikan rencana tata ruang, pendapat
masyarakat, pertimbangan dan sokongan pegawai yang memiliki
wewenang dan berkaitan dengan usaha dan/atau aktivitas tersebut. Menteri
melakukan pengawasan terhadap pertanggungjawaban usaha atau aktivitas
atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan di
bidang lingkungan.
Bab IX meliputi 8 pasal dari pasal 41 hingga pasal 48, mengatur ketentuan
hukuman yang perlu diambil. Barang siapa yang sengaja melanggar
hukum dengan melakukan perbuatan yang melibatkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan akan dijatuhi hukuman penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,- (lima
ratusjuta rupiah). Selanjutnya apabila hal tersebut dilakukan karena
kelalaian maka akan dijatuhi hukuman 3 (tiga) tahun penjara dan denda
sebanyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
31
1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (on-site) dan ex-
situ (off-site).
32
Fitoremediasi adalah metode untuk mencuci limbah menggunakan
tanaman.Pencucian ini dapat berupa penghancuran, inaktivasi maupun
imobilisasi limbah ke bentuk yang tidak berbahaya. Tanaman yang dapat
digunakan sebagai fitoremediasi adalah tanaman yang mempunyai
beberapa sifat seperti: mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang
banyak pada waktu yang singkat, mampu meremediasi lebih dari satu
polutan, toleran terhadap polutan serta mempunyai pertumbuhan yang
cepat. Adapun jenis tanaman yang dapat digunakan adalah bayam-
bayaman, kangkung, gulma (putri malu, beberapa jenis rumputan, gulma
perairan), bunga matahari dan azolla.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Ketika suatu zat berbahaya /
beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut akan berdampak kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air, tanah, dan udara di atasnya. Pencemaran tanah bisa disebabkan
oleh limbah domestic (detergen, tinja, kantong plastik, kaleng minuman), limbah
industry (sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, polywood,
pengawetan buah,sisa pengolahan pelapisan logam), dan limbah pertanian (pupuk
urea, pestisida).
3.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran tanah ini sebaiknya harus lebih
menjaga lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran dan juga tidak tidak
menimbulkan berbagai macam penyakit. Kesadaran juga harus ditingkatkan agar
lebih bersih lingkungannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Izzah, Rahma. 2020. Pencemaran Tanah Akibat Limbah Industri, diakses dari
https://mahasiswaindonesia.id/pencemaran-tanah-akibat-limbah-industri/,
pada 17 Oktober 2020 pukul 20.05
35
Pemerintah Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI
Tahun 1997, No. 3699. Sekretariat Negara. Jakarta
36
41