Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN PENCEMARAN TANAH OLEH


FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS

DISUSUN OLEH

Sesi : 2

Nafisah Shofiyana N 1514620037

Aulia Qurani Majidz 1514620046

Neneng Sulistyowati 1514620055

DOSEN PENGAMPU

Dr. Ari Fadiati Wirasoetisna, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pencegahan dan
Pengawasan Tanah oleh Faktor Lingkungan Biologis” ini dengan tepat waktu.

Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah bagi para
pembaca dan penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ari
Fadiati Wirasoetisna, M.Si.selaku dosen mata kuliah kesehatan lingkungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan
datang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Fungsi Tanah....................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Tanah....................................................................................5
2.3 Pengertian Pencemaran Tanah..................................................................8
2.4 Faktor Pencemaran Tanah.........................................................................8
2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah..........................11
2.6 Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).........................................21
2.7 Pencegahan Pencemaran Tanah.............................................................24
2.8 Kasus Pencemaran Tanah.......................................................................27
2.9 Pengawasan Pencemaran Tanah.............................................................28
2.10 Penanganan Pencemaran Tanah..............................................................31
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam. Salah satunya adalah


tanah yang sangat subur. Tanah merupakan bagian penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Namun seiring berjalannya waktu, tanah digunakan tanpa
memperhatikan dampak yang akan terjadi sehingga banyak terjadi pencemaran
tanah.

Pencemaran tanah berakibat terhadap kesehatan manusia,tata kehidupan,


pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran karena
tanah menghasilkan makanan bagi makhluk hidup. Gejala pencemaran dapat
terlihat pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan
pertumbuhan
Pencemaran dalam waktu relatif singkat terjadi seminggu sampai dengan
setahun, sedangkan pencemaran dalam jangka panjang terjadi setelah masa 20
tahun atau lebih. Gejala pencemaran yang terjadi dalam waktu singkat dapat
diatasi dengan melihat sumber pencemaran lalu mengendalikannya. Tanda-tanda
pencemaran ini mudah terlihat pada komponen lingkungan yang terkena
pencemaran. Berbeda halnya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang
cukup lama.Bahan pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi. Dampak
pencemaran semula tidak begitu kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang
relatif panjang dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang
ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan mengalami perubahan kehidupan habitat.
Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi gersang dan digantikan dengan
tanaman lain. Jenis binatang tertentu yang semula berkembang secara wajar
beberapa tahun kemudian menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dari tanah?
2. Bagaimana jenis-jenis tanah di Indonesia?
3. Mengapa pencemaran tanah bisa terjadi?
4. Bagaimana dampak pencemaran tanah?
5. Bagaimana kaitannya dampak pencemaran terhadap kesehatan?
6. Mengapa tanah mudah terdegradasi?
7. Bagaimana metode pengolahan limbah B3?
8. Bagaimana contoh kasus dari pencemaran tanah?
9. Bagaimana pengawasan pencemaran tanah?
10. Bagaimana solusi untuk mengatasi pencemaran tanah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan
2. Mengetahui fungsi tanah
3. Mengetahui jenis-jenis tanah di Indonesia
4. Mengetahui bagaimana pencemaran tanah bisa terjadi
5. Mengetahui apa saja dampak pencemaran tanah
6. Mengetahui kaitan antara dampak pencemaran dengan kesehatan
7. Mengetahui mengapa tanah mudah terdegradasi
8. Mengetahui mengenai pengolahan Limbah B3
9. Mengetahui kasus pencemaran tanah
10. Mengetahui pengawasan pencemaran tanah
11. Mengetahui solusi mengatasi pencemaran tanah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Tanah


2.1.1 Pengertian Tanah

Menurut Undang-Undang No 37 Tahun 2014 tentang Konservasi


Tanah dan Air dalam Pasal 1 Ayat (1), yaitu : “Tanah dan Air adalah
lapisan permukaan bumi yang terdiri atas zat padat berupa mineral dan
bahan organic, zat cair berupa air yang berada dalam pori-pori tanah dan
yang terikat pada butiran tanah, serta udara sebagai satu kesatuan yang
berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan media pengatur tata air”.

Tanah adalah bagian yang terbentuk dari gabungan mineral dengan


bahan organik. Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi
dan sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup. Secara umum tanah
dengan bahan induk mineral tersusun atas 45% mineral, 5% bahan
organic, 25% air, dan 25% udara. Sedangkan pada tanah organik misalnya
gambut, bahan padatan terdiri atas 45% bahan organik dan 5% bahan
anorganik. Bahan organic terdiri dari 10% mikroorganisme, 10% akar,
80% humus. Tanah biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan
perkebunan. Ciri-ciri tanah yang tidak tercemar yaitu :
1. Tanahnya subur
2. Tidak mengandung logam berat dan sampah organik
3. PH tanah berkisar antara 6 – 8
4. Gembur

2.1.2 Fungsi Tanah


Fungsi Tanah dalam Undang-Undang No 37 Tahun 2014 menurut
Pasal 1 Ayat (7), yaitu : “Fungsi Tanah adalah penyedia dan penyimpan

3
unsur hara dan air, media pengatur tata air, dan sebagai sistem penyangga
kehidupan secara lestari.”

Tanah memiliki beberapa fungsi, diantaranya :


 Fungsi-fungsi Tanah sebagai Sumber Daya Alam :
1. Unsur produksi pertanian
2. Unsur pengatur tata air siklus hidrologi
3. Unsur perlindungan alam/lingkungan
4. Unsur teknik bangunan/infrastruktur
 Fungsi-fungsi Tanah Menurut Karlen et al., 1997
1. Mendukung aktivitas biologi, keanekaragaman hayati dan
produktivitas
2. Mengatur tataair dan aliran lautan
3. Sebagai saringan, buffer, degradator, detoksifikator senyawa
anorganik dan organik, termasuk limbah industri, rumah tangga
dan limbah atmosfer
4. Menyimpan dan mendaur ulang hara dan unsur lain didalam
biosfer;
5. Mendukung bangunan dan melindungi kekayaan arkeologi.
 Fungsi Tanah Sebagai Faktor Produksi Tanaman :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman.
Akar-akar tanaman tumbuh, berkembang dan melakukan
aktivitasnya didalam tanah. Akar melakukan kegiatan fisik, kimia
dan biologi di dalam tanah sehingga dapat terus tumbuh dan
berkembang ke lapisan tanah yang lebih dalam agar dapat
menopang tumbuhnya bagian tanaman di atas tanah.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur
hara).
Untuk mendukung produktivitasnya tanaman membutuhkan
air, udara, dan unsur-unsur hara yang dapat diambil dari dalam
tanah. Air, udara dan unsur-unsur hara sangat dibutuhkan tanaman
dalam kegiatan metabolismenya untuk dapat berlangsungnya

2
proses-proses kehidupan tanaman. Tanpa air, udara, dan unsur-
unsur hara, tanaman tidak dapat tumbuh.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
Zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam
organik; antibiotik dan toksin anti hama enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara. Senyawa-senyawa tersebut
terbentuk karena adanya proses-proses yang terjadi didalam tanah
baik yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri, mikroba tanah
maupun komponen-komponen tanah lainnya.
4. Sebagai habitat biota tanah
Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung
dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman
tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama
& penyakit tanaman.

2.2 Jenis – Jenis Tanah


Indonesia memiliki beragam jenis tanah. Jenis tanah dari daerah
satu dengan daerah lainnya berbeda tergantung komponen yang ada dalam
tanah tersebut. Berikut ini adalah beberapa jenis tanah di Indonesia :

1. Tanah Alluvial

Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan


lumpur yang terbawa oleh air sungai atau akibat erosi yang diendapkan
bersama lumpur. Tanah ini biasanya berwarna cokelat hingga kelabu.
Tanah ini subur dan sangat cocok untuk pertanian karena teksturnya
lembut. Persebaran tanah ini mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Papua, dan Jawa.

2. Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan jenis tanah yang terbentuk karena proses


vulkanisme. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman. Warna tanah

3
ini yaitu cokelat keabuan dan tanah ini kaya akan unsur hara, air, dan
mineral. Beberapa daerah yang terdapat tanah andosol ini, diantaranya
Jawa, Bali, Sumatera, dan Nusa Tenggara.

3. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan


tumbuh-tumbuhan. Tanah ini mengandung banyak unsur hara dan mineral
sehingga sangat subur untuk tanaman. Warna dari tanah ini adalah
kehitam-hitaman. Jenis tanah ini cocok untuk ditanami padi, kelapa, dan
nanas. Persebaran tanah ini meliputi daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Papua, dan sebagian wilayah dari Sulawesi.

4. Tanah Grumosol

Tanah grumosol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa


vulkanik. Tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman,
kecuali tanaman vegetasi kuat seperti kayu jati. Tekstur tanah ini kering
dan mudah pecah serta memiliki warna hitam. Tanah ini biasanya berada
di permukaan yang tidak lebih dari 300 mdpl. Persebaran tanah ini
terdapat di daerah Jawa Tengah (Demak, Pati, Rembang, Jepara), Nusa
Tenggara Timur, Ngawi, Madiun.

5. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis berasal dari abu gunung api atau material letusan
gunung api yang telah mengalami pelapukan. Tanah ini tergolong subur
dan cocok untuk lahan pertanian seperti holtikultura. Tanah ini memiliki
cirri berbutir halus, tidak mudah erosi, dan tidak mudah tertiup angin.

6. Tanah Laterit

Tanah ini berwarna merah bata karena mengandung banyak zat


besi dan alumunium. Tanah ini tidak cocok untuk ditanami tumbuhan
apapun karena kandungannya.

6. Tanah Latosol

2
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Tanah ini berwarna merah hingga kuning, teksturnya lempung. Tanah

latosol tidak terlalu subur. Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi,


Lampung, Bali, dan Papua.

8. Tanah Gambut

Tanah ini kaya akan bahan organic dan mempertahankan


kelembaban dalam jumlah besar. Tanah ini memiliki ciri-ciri seperti,
lembek, bertekstur basah, warna tanah agak gelap, kurang subur karena
kandungan unsur haranya terbatas, memiliki sifat asam tinggi, banyak
ditemukan di daerah rawa-rawa atau lahan yang basah. Tanah gambut
banyak ditemukan di pantai timur Sumatera, serta pantai barat dan selatan
Kalimantan, dan di sekitar Daratan Sahul yaitu di pantai barat dan selatan
Papua.

9. Tanah Kapur

Tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan.


Tanah ini tidak subur dan tidak dapat ditanami tanaman yang
membutuhkan air. Akan tetapi, dapat ditanami pohon yang kuat seperti
jati.

10. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah ini terbentuk karena suhu rendah dan curah hujan tinggi.
Tanah ini berwarna merah hingga kuning yang disebabkan oleh proses
longgokan alumunium atau besi yang teroksidasi. Tanah ini tergolong
kurang subur. Tanah ini terdapat di daerah Kalimantan, Papua, Sumatera,
Sulawesi, dan Jawa bagian barat.

11. Tanah Mergel

Tanah ini berasal dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan
mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.
Tanah ini subur, banyak mengandung mineral dan air, serta dapat

3
digunakan untuk pertanian maupun persawahan. Tanah ini banyak terdapat
di daerah dataran rendah seperti di Solo, Madiun, dan Kediri.

2.3 Pengertian Pencemaran Tanah


Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (14),
yaitu : “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.”

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan


manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami.Tanah
menyediakan sumber daya yang berguna untuk kepentingan makhluk
hidup.Tanah juga berfungsi sebagai habitat bagi hewan dan tumbuhan.
Selain itu, tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia
yang berasal dari rembesan penumpukan sampah (landfill), Instalasi
Pengolahan Air Limbah, dan sumber-sumber lainnya. Lahan pertanian
yang terkontaminasi akan menyebabkan terjadinya penumpukan bahan
berbahaya dan beracun di dalam tanah (Sumantri, 2017: 215). Ketika suatu
zat berbahaya / beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun
di tanah. Zat beracun di tanah tersebut akan berdampak kepada manusia
ketika bersentuhan atau dapat mencemari air, tanah, dan udara di atasnya.

2.4 Faktor Pencemaran Tanah


Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan
makhluk hidup di muka bumi. Kita ketahui rantai makanan bermula dari
tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Sebagian besar
makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada
tumbuhan dan hewan yang hidup di laut. Sudah sepatutnya kita

2
menjaga kelestarian tanah sehingga bisa mendukung kehidupan di
muka bumi ini.

Komponen Bahan Pencemar Tanah :

a. Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh


mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan
dan hewan yang mati.
b. Senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh
mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
c. Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida
nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida
karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan
menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/
tanaman.
d. Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah
industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
e. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasilkan zat
radioaktif.
f. Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat,
keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan menyebabkan
tanah menjadi kurang subur.
g. Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida
nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida
karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan
menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/
tanaman.
h. Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari
limbahindustri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.

3
i. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasilkan zat
radioaktif.

Pencemaran tanah bisa disebabkan oleh limbah domestik, limbah industri,


dan limbah pertanian, berikut penjelasannya :
1. Limbah domestik
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa
berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata,
bisa berupa limbah padat dan cair.
a) Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah
ini tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-
biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dan sebagainya.
b) Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat. Jika meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa
membunuh mikroorganisme di dalam tanah.
2. Limbah industri
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal
dari daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan,
bisa berupa limbah padat dan cair.
a) Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah
hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, polywood, pengawetan
buah, ikan daging, dan lainnya.
b) Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu
proses produksi, misalnya sisa sisa pengolahan industri
pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,

2
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses
industri pelapisan logam.
3. Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah
merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama
tanaman.

2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah


Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat
mengganggu/ mencemari karena lindi (air sampah), bau, dan estetika.
Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah
tidak bisa dimanfaatkan. Timbunan sampah dapat menghasilkan gas
nitrogen dan asam sulfide. Adanya zat mercury, chrom, dan arsen
pada timbunan sampah dapat menyebabkan pencemaran tanah /
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan
dan tekstur tanah. Limbah lainnya adalah oksida logam, baik yang
terlarut maupun tidak menjadi racun di permukaan tanah.

Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh


akar tanaman dan tidak tembus air adalah sampah anorganik tidak
terbiodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam
tanah pun akan berkurang. Oleh sebab itu, tanaman sulit tumbuh dan
bahkan mati sebab tidak mendapatkan makanan untuk berkembang.

Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah


tangga; peresapannya kedalam tanah akan merusak kandungan air
tanah dan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh
mikroorganisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang disebutkan
sebagai pencemaran tanah.

3
Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan
adalah limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia
yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah
padat ini busuk. Selain itu, pencemaran tanah juga menyebabkan
timbulnya bau di sekitarnya karena tertimbunnya limbah ini dalam
jangka waktu lama sehingga menyebabkan permukaan tanah menjadi

rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi bakteri


tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau karena terjadinya pencemaran tanah. Timbunan yang
mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.

Sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat


seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen, dan boron adalah limbah
cair yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Peresapannya ke
dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang
memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. Hal tersebut
dapat menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk yang digunakan secara
terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah sehingga
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis
tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi
ini tanpa disadari justru pupuk juga mengakibatkan pencemaran tanah.

Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman


tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal
kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
Selain pencemaran tanah penggunaan pestisida yang terus menerus
akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah
pada berbagai bidang , diantaranya adalah:

.5.1 Dampak Pencemaran Tanah Terhadap kesehatan

2.5.1.1 Dampak Limbah Timbal Terhadap Kesehatan

2
Timbal atau timah hitam (Pb) adalah unsur kimia yang dalam
sistem periodik berkala termasuk logam berat, mempunyai toksisitas
yang tinggi dengan sifat bioakumulatif. Masuknya bahan pencemar
itu ke dalam tubuh manusia bisa melalui berbagai cara dengan suatu
proses berantai. Unsur toksik itu dapat mudah masuk ke dalam tubuh
manusia melalui rantai makanan dari ikan, terhirup dari udara yang
tercemar uap logam berat timbal, dan konsumsi air yang tercemar ion
logam timbal terlarut.

Melalui rantai pangan, logam berat timbal dapat sampai di


tubuh kita melalui konsumsi ikan yang hidup di perairan yang
mengalami pencemaran timbal. Industri yang menggunakan timbal
sebagai katalis dalam proses proses produksi pembuatan pipa paralon,
atau bahan pembuatan baterai kering dan akki kemungkinan besar
menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) yang
dapat memasuki lingkungan perairan.
Dalam ekosistem perairan, limbah B-3 itu dalam bentuk ion
terlarut pertama sekali akan memasuki tubuh fitoplankton, kemudian
berpindah ke tubuh zooplankton, ikan dan akhirnya masuk ke tubuh
manusia melalui rantai makanan. Perlu kita ingat bahwa logam berat
timbal sekali masuk ke dalam tubuh manusia sangat sukar atau tidak
bisa lagi keluar dari tubuh karena logam tersebut bersifat bioa-
kumulatif atau terakumulasi secara biologis dalam jaringan tubuh.
Oleh sebab itu, secara perlahan, sedikit demi sedikit logam akan terus
diakumulasi dalam tubuh hingga pada akhirnya menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan tubuh.
Dalam proses produksi komoditi pertanian, pestisida atau
herbisida yang mengandung Pb mungkin masih digunakan. Bahan itu
dapat berakumulasi dalam jaringan tumbuhan. Pemanfaatannya
sebagai bahan pangan dapat menjadi jembatan masuknya bahan itu ke
dalam tubuh. Anehnya, logam berat itu bisa mempunyai kadar yang
rendah dalam tanaman atau ikan, tetapi dalam tubuh manusia bisa
menjadi berlipat ganda. Hal itu merupakan ciri sifat bioakumulatif

3
dari logam berat. Sekalipun demikian, hal ini bukan alasan menajadi
kita menjadi takut mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil pertanian
intensif.

2
Dengan memperhatikan kebersihannya, maka bahaya racun aku-
mulatif logam berat itu tentu dapat dicegah atau dikurangi.
Langkah yang paling baik adalah mengontrol penggunaan
pestisida yang dilarang dan dosis yang berlebihan dapat dicegah.
Penggunaan pestisida dengan dosis berlebihan sering terjadi, seperti
yang dinyatakan hasil penelitian Balai Penelitian Holtikultura
Lembang bahwa pada sentra produksi sayuran dataran rendah di lima
propinsi (Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur), pemakaian pertisida yang sangat intensif atau berlebihan
dilakukan petani demi menstabilkan hasil usaha taninya, tanpa
memikirkan dampak negatifnya terhadap konsumen.
Melalui udara timbal dapat dengan mudah masuk ke dalam
tumbuh manusia tanpa disadari ketika menghirup udara yang
mengandung uap timbal. Asap pembakaran bahan bakar minyak
(BBM) pada kenderaan bermotor adalah sumber yang potensial ter-
jadinya pencemaran udara yang mengandung uap logam timbale,
karena sampai hari ini bahan bakar seperti premium masih menggu-
nakan timbal terlarut (ion Pb2+) sebagai anti letupan (anti knocking)
mesin kenderaan bermotor. Karena sifatnya yang akumulatif, maka
dampak negatif bahan pencemar itu tidak segera tampak dan baru akan
terlihat setelah jangka waktu tertentu dengan akibat yang sangat
mencemaskan.
Bahan pencemar timbal juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui air minum. Apabila pipa air minum yang digunakan
mengandung logam berat itu, baik sebagai bahan pembuatan atau
pematrian pipa, maka kerusakan pipa menjadi sumber pencemaran
timbal yang membahayakan. Keracunan timbal yang diketahui berasal
dari pipa air minum pernah terjadi pada penduduk Meksiko tahun
1987.
Selain itu, masuknya bahan pencemar ke dalam air sumur
kemungkinan dapat melalui infiltrasi air tanah. Air permukaan yang
mengandung timbal meresap ke dalam tanah. Melalui infiltrasi, unsur
timbal itu akan menjalar memasuki pori-pori tanah. Bila tanah digali
untuk membuat sumur, maka bahan pencemar logam berat itu dapat
mengkontaminasi air sumur tanapa diketahui penduduk.
Pada zaman modern ini, logam berat timbal banyak digunakan
sebagai bahan dasar ataupun katalisator dalam proses pembuatan

14
barang-barang keperluan manusia. Perabot dari keramik yang
mengandung campuran timah putih dan hitam, seperti piring,
mangkok, dan lain-lain menjadi sumber pencemaran timbal yang tidak
disadari, dan masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman.
Perkakas dan perabot keramik yang sudah luntur catnya misalnya,
akan semakin besar peluangnya masuk ke dalam tubuh. Keracunan
timbal yang pernah dilaporkan berasal dari perabot keramik adalah ke-
racunan penduduk Romawi dan Amerika pada tahun 1978.
Cat dinding yang mengandung logam berat timbal, dapat
masuk ke dalam tubuh dari uap cat tersebut. Oleh sebab itu, kamar
yang baru dicat sebaiknya jangan ditempati dulu sebelum cat tersebut
kering benar. Kalau tidak, maka bersama uap itu logam berat timbal
akan kita hirup dan terakumulasi dalam tubuh.
Demikian halnya dengan lunturan cat becak yang dibuang ke
laut, dalam jangka lama bisa berakumulasi dalam jaringan tubuh ikan
yang tanpa diketahui menjadi jembatan masuknya bahan itu ke dalam
tubuh manusia melalui rantai makanan. Namun sampai sekarang,
belum ada penelitian khusus terhadap dampak pencemaran dari
lunturan cat becak yang dibuang ke laut terhadap besarnya kandungan
logam berat timbal dalam tubuh ikan-ikan laut, seperti di perairan
Teluk Jakarta.
Bila bahan timbal itu berakumulasi dalam tubuh, maka dengan
kadar 0,5 ppm saja sudah menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, akan menyebabkan
kerusakan ginjal, hati, sistem saraf pusat, dan sistem reproduksi.
Logam berat itu dapat juga meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
gangguan pada saluran pernafasan dan pencernaan, dan dapat
menghambat pembentukan hemoglobin dalam darah, sehingga dapat
menyebabkan anemia.
Akibat fatal dari bahan toksik itu terutama disebabkan logam
berat timbal mudah berikatan dengan unsur sulfur dari asam amino
sistin dan sistein dengan membentuk ikatan kovalen, yang me-
nyebabkan tersumbatnya respirasi sel dan tidak aktifnya enzim,
sehingga proses metabolisme terhambat.
Dari hasil penelitian di Amerika dinyatakan, pencemaran
logam berat timbal itu membawa pengaruh buruk terhadap
kemampuan anak di sekolah. Pada kadar 1,5 mikro gram per mili liter

15
sudah menimbulkan kelainan psikologis, neurologis, kehilangan daya
pendengaran, daya tangkap menurun dan bahkan IQ rendah.
Demikian juga hasil penelitian Fakultas Kedokteran di
Universitas Pitssburgh tahun 1979 menguatkan fakta itu. Dari seluruh
murid sekolah dasar yang diamati dan diuji, maka murid yang
memiliki IQ terendah, daya tangkap terburuk dan nilai rapor paling
jelek adalah anak-anak yang memiliki kadar timbal paling tinggi dalam
tubuhnya. Tetapi bukan berarti bila seorang anak bodoh lantas
memiliki kadar timbal tinggi dalam tubuhnya. Kejadian tersebut terjadi
karena di daerah Pitssburgh pernah terjadi pencemaran timbal.
Dengan melihat fakta-fakta itu, mungkin kita menjadi cemas
dan tersentak dari kelengahan selama ini. Bagaimanapun akibat
perkembangan industri dewasa ini, maka tubuh kita tetap berpeluang
kemasukan bahan pencemar timbal itu. Tentu yang dapat dilakukan
adalah bagaimana mencegahnya agar bahan itu sekecil mungkin masuk
ke dalam tubuh dari berbagai kemungkinan cara dan proses, sehingga
tidak menimbulkan pengaruh buruk pada kesehatan.
Kadar bahan pencemar timbal yang masuk ke dalam tubuh
harus berada di bawah standar konsentrasi yang ditetapkan
Departemen Kesehatan atau WHO. Besarnya kadar timbal yang
diperkenankan untuk air minum misalnya, tidak boleh melebihi 0,05
mg per liter.

Selain timbal, masih banyak lagi zat yang dapat menyebabkan


berbagai penyakit, diantaranya :
 Paparan kronis secara terus-menerus terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia atau kanker darah.
 Merkuri (air raksa) dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
beberapa penyakit lain yang tidak dapat diobati.
 Sikoldenia, ini dapat memicu infeksi dan gangguan pada organ
hati
 Karmabat, menyebabkan gangguan pada saraf otot sehingga
akan kesulitan bergerak

16
 Klorin, zat ini sangat berbahaya karena menganggu fungsi kerja
organ hati, ginjal , dan saraf pusat dalam otak
 Kromium, digunakan dalam berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua
populasi.

2.5.1.2 Dampak Sampah Terhadap Kesehatan


Keberadaan TPA seharusnya menjadi solusi untuk
merealisasikan lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiadaan TPA
menimbulkan problem lingkungan yang lebih parah karena terjadinya
penumpukan sampah secar liar tanpa atau pembuangan sampah tanpa
terkendali. Namun kondisi TPA yang dekat dengan pemukimam
pendudukdan telah mengalami over capacity malah menimbulkan
dampak buruk bagi masyarakat termasuk kesehatan, diantaranya
karena belum optimalnya pengelolaan sampah disana.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tiga kelompok
penyakit di sekitar kawasan TPA. Tiga kelompok ini termasuk
penyakit yang lazim ditemukan di kawasan TPA atau TPS.
Berkembangnya gangguan pada saluran pencernaan seperti diare,
disentri dan jenis penyakit perut lainnya berhubungan dengan
kebersihan makanan dan air minum yang dikonsumsi masyarakat.
Ditambah pula masyarakat yang belum memiliki kebiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat di rumahnya. Dari hasil wawancara
diketahui untuk kebutuhan mandi dan memasak umumnya warga
Cipayung menggunakan air sumur dengan kondisi sangat keruh.
Sedang untuk kebutuhan minum, mereka membeli air dari depot air
minum. Kondisi air sumur yang keruh diduga tercemar oleh air
lindi yang dihasilkan TPA disamping akibat pencemaran lainnya.
Hal ini disebabkan letak sumur gali penduduk yang terlalu dekat
dengan TPA.

2.5.1.3 Dampak Pencemaran Tinja Terhadap Kesehatan

15
Salah satu penyebab pencemaran tanah adalah pembuangan
tinja. Tinja dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan menarik
perhatian serangga seperti lalat. Hal ini berpotensi menjadi penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit. Diare menjadi salah satu akibat
dari pencemaran tanah yang disebabkan oleh tinja. Bakteri penyebab
diare yang sering menyerang adalah bakteri Entero Pathogenic
Escherichia Coli (EPEC). Menurut data profil kesehatan Indonesia
dari Kementerian Kesehatan, terdapat 13 provinsi terserang penyakit
diare pada tahun 2015 dimana 1.213 kasus diare mengakibatkan 30
jiwa meninggal. Pada tahun sebelumnya, ada 2.549 kasus diare,
diantaranya 29 orang meninggal. Kasus tertinggi terjadi pada tahun
2008 dimana terdapat 8133 kasus berdampak kematian pada 239 jiwa.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga dapat timbul,
diantaranya penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi
zat racun, penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa, dan
infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis,
dan ankilostosomiasis, kolera dari bakteri Vibrio cholera, dan disenteri
sebuah penyakit yang ditandai dengan diare berdarah. Untuk mencegah
hal ini terjadi maka pembuangan kotoran yang baik harus dibuang ke
tempat penampungan kotoran. Bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran itu tersimpan dalam satu
tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit.

.5.2 Pada Ekosistem

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap


ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang
rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang

16
dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain
dari rantai makanan tersebut.

Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah


tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan
bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada
makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek
ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat
Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal
ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman
dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang
dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari
bahan pencemar tanah utama.

2.5.3 Dampak Pada Ekonomi

Manusia merupakan salah satu makhluk yang membutuhkan energi


untuk bekerja, yaitu berupa makanan. Makanan yang kita konsumsi
berasal dari hewan dan tumbuhan, pada tumbuhan lahan makanan yang

kita sebut ladang, seperti padi, perkebunan teh, perkebunan sayur-


mayur, dan perkebunan buah-buahan merupakan komponen-komponen
dalam fungsi metabolisme tubuh manusia. Tetapi, apa jadinya jika
ladang yang kita tanam mengandung zat berbahaya yang diakibatkan
oleh penggunaan pestisida berlebihan, hal ini akan menyebabkan
menurunnya tingkat panen bagi para petani, terlebih lagi, hasil panen
yang kurang steril tidak akan laku dipasaran dan akan mengakibatkan
kenaikan harga yang drastis sekaligus kelangkaan bahan baku. Jika
sudah seperti itu, perekonomian Indonesia akan menjadi tidak stabil
yaitu banyaknya korban kelaparan akibat harga pangan yang tinggi.

15
2.5.4 Dampak Bagi Kesuburan Tanah

Dampak bagi kesuburan tanah jika sudah tercemar pastinya


menurunkan kesuburan pada tanah itu sendiri, seperti jika tanah
memiliki suatu keungggulan yang tanahnya subur dan tanaman
menjadi baik, namun ketika tanah sudah tercemar dengan berbagai zat
yang merugikan dari kimia atau non kimia, yang dapat menurunkan
kesuburan tanah tersebut. Tanah akan menjadi tidak subur karena zat-
zat polutan sudah merusak jaringan kesuburan tanah tersebut.
Akibatnya, banyak tanaman yang tidak akan bisa tumbuh dengan baik.

2.5.5 Dampak Pada Udara

Pencemaran tanah juga akan berdampak pada pencemaran udara.


Hal ini karena zat- zat yang mencemari tanah tersebut (misalnya
sampah) dalam jangka waktu yang lama akan membuat udara yang ada
di sekitarnya menjadi tidak sehat. Akibatnya udara tersebut menjadi
tidak nyaman untuk dihirup. Selain itu, apabila yang membuat
pencemaran pada tanah adalah sampah, maka ketika akan terjadi
proses dekomposisi maka akan menimbulkan bau yang begitu
menyengat, dan inilah yang disebut dengan pencemaran udara.

2.5.6 Dampak Pada Keindahan atau Estetika

Hal yang pasti terjadi selanjutnya akibat adanya pencemaran tanah


adalah rusaknya nilai keindahan atau estetika lingkungan. Keindahan
lingkungan tidak hanya terdapat pada apa yang kita lihat saja, namun
juga apa yang kita dengar dan apa pula yang kita rasa. Pencemaran
tanah akan banyak sekali merusak nilai- nilai keindahan tersebut.
Tidak hanya itu saja, dan yang paling penting pencemaran tanah ini
akan menyebabkan kondisi lingkungan yang kita tempati menjadi tidak

16
nyaman sama sekali. Terlebih apabila pencemaran tanah tersebut
disebabkan oleh sampah. Sampah- sampah akan membuat berbagai
macam kerugian bagi makhluk hidup. Selain tidak sedap dipandang
mata, sampah juga akan menyebabkan bau yang sangat menyengat. Ini
sungguh tidak nyaman digunakan sebagai tempat bermukim.

2.6 Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)


Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya adalah suatu zat
sisa/limbah yang mengandung zat beracun dan berbahaya sehingga dapat
merusak lingkungan mengganggu kesehatan, dan mengancam
kelangsungan hidup manusia dan organisme lainnya. Menurut Peraturan
Pemerintah No 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun. Pengertian Pemanfaatan Limbah B3 menurut
Pasal 1 ayat (22) yaitu :

“Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur


ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah limbah
B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku,
bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia
dan lingkungan hidup.”

Beberapa contoh limbah B3, diantaranya bekas pengharum


ruangan, pemutih pakaian, pembersih lantai, pembasmi serangga, dan lain
sebagainya. Limbah B3 ini memiliki beberapa karakteristik diantaranya
mudah terbakar, mudah meledak, beracun, bersifat reaktif, dan bersifat
korosif. Limbah B3 ini tidak dapat dibakar, dibuang ke lingkungan karena

mengandung zat berbahaya yang dapat membahayakan makhluk hidup


lain dan juga manusia.Perizinan adalah hal yang harus ada dalam suatu
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh badan hukum karena hal ini akan
menentukan legal atau tidaknya kegiatan tersebut. Dalam Peraturan
Pemerintah No 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan

15
Berbahaya dan Beracun diatur mengenai ketentuan perizinan terkait
pemanfaatan limbah B3, berdasarkan Pasal 85 ayat (1) yaitu:

“Pemanfaatan Limbah B3 untuk memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 harus mengajukan permohonan
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3
secara tertulis kepada Menteri.”

Dalam hal sumber pencemar yang tidak dimiliki oleh penanggung


jawab atau dari kegiatan yang bersumber dari masyarakat, maka
Pemerintah menjadi penanggung jawab terhadap kegiatan pemulihan yang
akan dilakukan pada lokasi tercemar tersebut sebagaimana ketentuan di
dalam Pasal 215, PP nomor 101 tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah
B3. Kegiatan pemulihan pada lahan yang terkontaminasi B3 telah menjadi
perhatian Pemerintah sejak tahun 2009 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Tentang Tatacara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, berdasarkan Pasal 3 (tiga) Permen LH
nomor 33 tahun 2009, yaitu :

“Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pemulihan


lahan terkontaminasi limbah B3 yang diakibatkan dari usaha dan/atau
kegiatannya. Apabila dalam suatu lokasi lahan terkontaminasi berada
pada lokasi yang tidak memiliki penanggung jawab maka Pemerintah
dapat bertanggung jawab untuk melakukan pemulihannya, melalui proses
pengambilan keputusan oleh lembaga-lembaga legislatif yang sangat
menentukan” (Reksohadiprodjo, 2000).

16
Untuk mencegah terjadinya pencemaran maka dilakukanlah pengolahan
limbah. Beberapa metode pengolahan limbah, antara lain :

1. Metode Stabilisasi dan Solidifikasi


Sifat beracun dari limbah B3 tidak begitu rusak jika limbah
tersebut ditampung dalam satu tempat khusus sehingga tidak
mencemari lingkungan. Stabilisasi adalah proses pencampuran limbah
dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas
limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua
proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai
arti yang sama. Beberapa contoh bahan yang biasa digunakan dalam
metode stabilisasi dan solidifikasi diantaranya adalah kapur, semen
dan bahan termoplastik. Metode ini termasuk dalam metode kimia.

2. Metode Insinerasi
Metode ini disebut dengan metode pembakaran dan termasuk ke
dalam metode fisik. Tujuan dari metode ini adalah memperkecil
volume dan menghancurkan senyawa berbahaya. Saat melakukan
pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara. Biasanya metode ini digunakan
untuk mengolah limbah medis dan beberapa racun kimia.

3. Metode Bioremediasi dan Fitoremediasi


Metode ini termasuk kedalam metode pengolahan limbah secara
biologi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme
lain untuk mendegradasi / mengurai limbah B3.Enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun
dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut. Peristiwa ini disebut

23
dengan biotransformasi. Sedangkan Fitoremediasi adalah penggunaan
tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan
beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan
lebih murah dibandingkan dengan metode kimia atau fisik, tetapi
metode ini memiliki kekurangan dimana kedua proses tersebut
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membersihkan limbah B3.

2.7 Pencegahan Pencemaran Tanah


Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha
untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya
mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:

1. Mengelola sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang dapat membusuk atau


diuraikan oleh mikroorganisme. Contoh sampah organik rumahan
adalah sisa makanan, sisa buah dan sayuran, kertas, kardus, tisu,
ranting, kayu, daun kering, kotoran mahluk hidup dan lain sebagainya.
Prinsip pengolahan sampah organic yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan 3R, yakni :
a. Reduce
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang
yang tidak terlalu dibutuhkan.
Contoh mengurangi sampah organik, yaitu :
- Mengurangi penggunaan tisu yang dapat digantikan dengan
sapu tangan
- Melakukan zero food waste. Cara termudah adalah dengan
menghabiskan apa yang kita makan, sehingga tidak ada
makanan sisa yang perlu dibuang.
b. Reuse

20
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Contoh
penerapan reuse yang dapat dilakukan adalah :
- Memanfaatkan sisa sayuran dan buah untuk dijadikan makanan
hewan
c. Recycle
Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi
barang atu produk baru yang bermanfaat. Contoh penerapannya
adalah :
- Mengolah sampah organik menjadi kompos atau pupuk
- Memanfaatkan kotoran hewan menjadi biogas

2. Mengelola sampah anorganik


Sampah anorganik adalah limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan buatan
manusia atau sintetik. Contoh sampah anorganik yang dapat kita temui
sehari-hari adalah botol plastik, gelas plastik, kaleng kemasan, styrofoam,
kemasan makanan plastik, botol kaca, dan lain sebagainya. Ciri sampah
anorganik diantaranya adalah sulit terurai dan terbuat dari bahan pabrikasi.
Prinsip pengolahan sampah anorganik yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan 3R, yakni :
a. Reduce
Reduce atau mengurangi, merupakan prinsip yang paling
sederhana. Cara ini mudah dilakukan, namun membutuhkan
kesadaran masyarakat untuk melakukannya. Contoh cara
mengurangi penggunaan sampah anorganik, sebagai berikut :
- Tidak menggunakan sedotan plastik untuk minum
- Membawa botol minum sendiri dan tidak membeli botol
minum kemasan
Membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi
penggunaan kantong plastic.

21
b. Reuse
Reuse atau menggunakan kembali. Memilah kembali sampah
anorganik yang sekiranya masih layak untuk dimanfaatkan
kembali. Contoh penerapan reuse, antara lain :
- Memanfaatkan kaleng bekas makanan untuk dijadikan pot
tanaman
- Menggunakan kembali botol plastik bekas untuk dijadikan
tempat atau wadah sabun cairan pencuci piring atau deterjen
cair
- Menggunakan pena yang isi tintanya dapat diisi ulang dan
dapat digunakan kembali.
c. Recycle
Recycle atau mendaur ulang. Mekanismenya adalah memanfaatkan
sampah yang masih layak digunakan sebagai benda baru yang
memiliki nilai jual atau nilai guna yang tinggi. Contoh daur ulang :
- Bungkus makanan kemasan yang bisa dijadikan bahan untuk
membuat tas
- Ban kendaraan yang tidak terpakai dapat diubah menjadi meja
yang unik dan kreatif
- Mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil
dan bio gas.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang
akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat
pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-
sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak
berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal
pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat
dalam.
5. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun
sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan.

26
6. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organic yang
dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme

2.8 Kasus Pencemaran Tanah


1. Kilang Minyak Cepu

Kilang minyak Pusdiklat Migas berada di daerah Cepu, kabupaten


Blora, provinsi Jawa Tengah, terletak pada areal seluas + 34 Ha, adalah
salah satu sarana pendidikan dan pelatihan Pusdiklat Migas Cepu yang
mengolah minyak mentah (crude oil) milik PT. Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu dari lapangan Kawengan, Ledok dan Nglobo. Kapasitas kilang
yang dimiliki rata-rata sebesar 200 m3/hari, dengan produknya berupa
pertamina solvent (pertasol), minyak tanah (kerosene), solar dan residu.
Limbah minyak akibat tumpahan minyak (oil spill) pada operasi
kilang minyak Pusdiklat Migas berasal dari buangan air yang bercampur
minyak saat penurasan (drain) tangki timbun. Penurasan tangki timbun
dilakukan setiap hari yang fungsinya untuk memisahkan air yang
becampur dengan minyak. Selain itu limbah minyak akibat tumpahan
minyak dapat terjadi pada saat loading dan unloading di tangki timbun
(storage tank), pembersihan tangki timbun (tank cleaning), pada proses di
separator dan pada pompa feed maupun pompa produk. Minyak yang
tumpah bisa berupa minyak mentah (crude oil) maupun produk. Sehingga
berdasarkan neraca massa arus minyak kilang Pusdiklat Migas, minyak
yang hilang (losses) karena menguap, tumpah maupun tercecer selama
proses produksi rata-rata 0,4% atau 108,38 barrel per bulan atau 17.232,42
liter per bulan.
Berdasarkan PP No 18 tahun 1999 jo. tentang pengelolaan limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tumpahan minyak di area kilang
termasuk dalam kategori limbah B3 kode D 221 karena sifat dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan

hidup. Sedangkan karakteristik yang termasuk limbah B3 adalah mudah


meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,

27
beracun, menyebabkan infeksi, koroif dan bersifat karsinogenik
(menyebakan kanker)

2. Peleburan Aki Bekas Tanpa Izin di Desa Cinangka, Bogor

Sejak tahun 1978 masyarakat Desa Cinangka telah beraktivitas


sebagai pelebur aki bekas yang dilakukan di halaman belakang rumah
(backyard smelters) dengan teknologi yang sangat sederhana tanpa
mempertimbangkan aspek kesehatan, keselamatan dan lingkungan hidup.
Kegiatan peleburan tersebut dilakukan dengan cara membelah aki bekas
menggunakan kapak atau pisau besar untuk memisahkan plastik
pengungkung (plastic box) dengan elemen aki di dalamnya, plastik
pengungkung ini dapat digunakan kembali baik untuk pabrik aki maupun
pabrik plastik (Titiresmi, 2000).
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tahun 2010,
teridentifikasi sebanyak 128 titik sebaran tanah yang terkontaminasi
limbah hasil dari proses peleburan aki bekas (KLH, 2014). Limbah yang
dihasilkan dari proses peleburan secara sederhana tersebut menimbulkan
dampak, salah satunya adalah dampak terhadap kesehatan masyarakat
khususnya kepadaanak-anak yang memiliki resiko tinggi terpapar timbal,
dibuktikan dengan adanya anak-anak yang mengalami cacat fisik sampai
dengan keterbelakangan mental disekitar lokasi peleburan (KLHK, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa sebagian
besar siswa SD Cinangka memiliki kadar timbal dalam darah tinggi atau
melebihi nilai yang direkomendasikan oleh WHO (10 μg/dl) yaitu sebesar
61,2%” yang diambil dari 63 responden siswa SD di Desa Cinangka
(Annashr, 2015).

2.9 Pengawasan Pencemaran Tanah

Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota

27
sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggungjawab dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu penguatan sistem dan
perangkat pengawasan lingkungan yang efisien dan efektif menjadi suatu
keharusan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002


tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi
Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan
hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status
ketaatan penanggungjawab usaha dan atau kegiatan terhadap :

1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di


bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup;

2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan


pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau
persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin terkait.

Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggungjawab kegiatan


menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup,
persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah, dll)
serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara, tanah,
kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan yang telah
dimiliki. Pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pengawasan
pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan ketaatan industri dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

27
1. Lingkup Peraturan Perundang-Undangan dan Perizinan Lingkungan Hidup
dan Kehutanan:

1.1 Aspek Peraturan Perundang-Undangan


1.1.1 Peraturan Pemerintah:
Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa;
1.1.2 Peraturan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan:

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003


tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi
Secara Biologis;

1.2 Aspek Perizinan Lingkungan Hidup


1.2.1 Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, antara
lain:
1.2.1.1 Izin Pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah;
1.2.1.2 Izin Penyimpanan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
1.2.1.3 Izin Pengumpulan Limbah B3;
1.2.1.4 Izin Pemanfaatan Limbah B3;
1.2.1.5 Izin Pengolahan Limbah B3;
1.2.1.6 Izin Penimbunan Limbah B3

Undang-Undang Lingkungan Hidup Indonesia


 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, meliputi ketentuan pengelolaan
lingkungan.
 Dalam Bab VI terdapat 12 pasal, meliputi pasal 18 hingga pasal 29 yang
mengatur persyaratan penataan lingkungan yang meliputi izin,

30
pengawasan, peraturan administrasi dan audit lingkungan hidup.
Ketentuan mengenai perizinan dikaitkan dengan kajian penyusunan
AMDAL, dengan memperhatikan rencana tata ruang, pendapat
masyarakat, pertimbangan dan sokongan pegawai yang memiliki
wewenang dan berkaitan dengan usaha dan/atau aktivitas tersebut. Menteri
melakukan pengawasan terhadap pertanggungjawaban usaha atau aktivitas
atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan di
bidang lingkungan.
 Bab IX meliputi 8 pasal dari pasal 41 hingga pasal 48, mengatur ketentuan
hukuman yang perlu diambil. Barang siapa yang sengaja melanggar
hukum dengan melakukan perbuatan yang melibatkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan akan dijatuhi hukuman penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,- (lima
ratusjuta rupiah). Selanjutnya apabila hal tersebut dilakukan karena
kelalaian maka akan dijatuhi hukuman 3 (tiga) tahun penjara dan denda
sebanyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2.10 Penanganan Pencemaran Tanah


Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk
mendegradasi senyawa-senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya
melalui proses biologis dan kimiawi. Namun, sering kali beban
pencemaran di lingkungan lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
proses degradasi zat pencemar tersebut secara alami. Akibatnya, zat
pencemar akan terakumulasi sehingga dibutuhkan campur tangan manusia
dengan teknologi yang ada untuk mengatasi pencemaran tersebut.
(Nugroho, 2006).
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan
penanggulangan terhadap pencemaran tersebut. Tindakan penanggulangan
pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah. Tanah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan
terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan
tanah. Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah, diantaranya adalah:

31
1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (on-site) dan ex-
situ (off-site).

a. Remediasi in-situ (on-site)


Remediasi in-situ adalah pembersihan atau  pengolahan tanah
terkontaminasi di lokasi. Remediasi in situ lebih murah dan lebih
mudah dengan konversi biologi dan kimia, pemisahan daerah
terkontaminasi agar tidak mencemari lingkungan lainnya.
b. Remediasi ex-situ (off-site)
Remediasi ex-situ adalah pengolahan tanah terkontaminasi digali
dan diolah di suatu unit pengolahan antara lain, dapat dilakukan
dengan cara memisahkan bahan pencemar dengan tanah, penguraian
kontaminan dengan mikroba, pemanfaatan energi panas yang dapat
menguapkan kontaminan dari tanah, dan ekstraksi kontaminan dari
tanah. Pembersihan ini meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah di bawa ke daerah
aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu,
tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Remediasi ex-situ ini jauh lebih mahal
dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan proses pembersihan pencemaran tanah
dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air). Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah,
ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30 :
1, dan ketersediaan oksigen.
3. Fitoremediasi

32
Fitoremediasi adalah metode untuk mencuci limbah menggunakan
tanaman.Pencucian ini dapat berupa penghancuran, inaktivasi maupun
imobilisasi limbah ke bentuk yang tidak berbahaya. Tanaman yang dapat
digunakan sebagai fitoremediasi adalah tanaman yang mempunyai
beberapa sifat seperti: mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang
banyak pada waktu yang singkat, mampu meremediasi lebih dari satu
polutan, toleran terhadap polutan serta mempunyai pertumbuhan yang
cepat. Adapun jenis tanaman yang dapat digunakan adalah bayam-
bayaman, kangkung, gulma (putri malu, beberapa jenis rumputan, gulma
perairan), bunga matahari dan azolla.

Berikut proses fitoremediasi:

1. Phytoacumulation: tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga


berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Phytoacumulation: tumbuhan
menarik zat kontaminan sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan.
2. Rhizofiltration: proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar.
3. Phytostabilization: penempelan zat – zat kontaminan tertentu pada akar
yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.
4. Rhyzodegradetion: penguraian zat – zat kontaminan oleh aktivitas microba
5. Phytodegradation: penguraian zat kontaminan.
6. Phytovolatization: transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk
yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Ketika suatu zat berbahaya /
beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut akan berdampak kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air, tanah, dan udara di atasnya. Pencemaran tanah bisa disebabkan
oleh limbah domestic (detergen, tinja, kantong plastik, kaleng minuman), limbah
industry (sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, polywood,
pengawetan buah,sisa pengolahan pelapisan logam), dan limbah pertanian (pupuk
urea, pestisida).

Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah pada berbagai


bidang , diantaranya bidang kesehatan, bidang ekosistem, bidang ekonomi,
kesuburan tanah, dan udara. Untuk mengatasi pencemaran ini dapat dilakukan
beberapa cara, antara lain mengelola sampah organic maupun anorganik,
pengolahan terhadap limbah industry, sampah zat radioaktif sebelum dibuang,
disimpan dahulu pada sumur-sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup
lama, penggunaan pupuk pestisida tidak digunakan secara sembarangan.
Pencemaran tanah ini dapat ditangani dengan berbagai cara, diantaranya
remediasi, bioremediasi, dan fitoremediasi.

3.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran tanah ini sebaiknya harus lebih
menjaga lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran dan juga tidak tidak
menimbulkan berbagai macam penyakit. Kesadaran juga harus ditingkatkan agar
lebih bersih lingkungannya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adryansyah, A. 2019. Pemulihan Lahan Terkontaminasi dari Kegiatan Peleburan


Aki Bekas Tanpa Izin di Desa Cinangka, Kabupaten Bogor. IJEEM -
Indonesian Journal of Environmental Education and Management, 4(1),
3-5

Damonopoli, Firdaus A, dan Dewi Sri. 2015. Pengawasan Penaatan Perizinan


dan Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat
Pengaduan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi

Emilda, NAP Septiani, RH Pratiwi. 2019. Dampak Pengelolaan Sampah di TPA


Cipayung Pada Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan :
Wawasan Kesehatan, 5 (2): 246-252

Fikri, Andi dkk. 2018. Pencemaran Tanah. Makalah. Diambil dari


https://www.academia.edu/36382048/Makalah_Pencemaran_Tanah pada
17 Oktober 2020 pukul 20.05

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademi Pressindo.

Izzah, Rahma. 2020. Pencemaran Tanah Akibat Limbah Industri, diakses dari
https://mahasiswaindonesia.id/pencemaran-tanah-akibat-limbah-industri/,
pada 17 Oktober 2020 pukul 20.05

Muslimah. 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. Jurnal


Penelitian Agrisamudra, 2 (1): 11-19

P, Aditya Kumara dkk. 2014. Pencemaran Tanah Akibat Tumpahan Minyak


Industri. Makalah. Diakses dari
https://www.academia.edu/8985711/Pencemaran_tanah_akibat_Tumpahan
Minyak_Industri pada 16 Oktober 2020 pukul 19.30

35
Pemerintah Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI
Tahun 1997, No. 3699. Sekretariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 18 tentang


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara
RI Tahun 1999, No. 3815. Sekretariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah No. 150 tentang


Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. Lembaran
Negara RI Tahun 2000, No. 4068. Sekretariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 140. Sekretariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun


2014 tentang Konversi Tanah dan Air. Lembaran Negara RI Tahun 2014,
No. 5608. Sekretariat Negara. Jakarta

Sitorus, Hasan. 2017. Ancaman Timbal Terhadap Kesehatan. Diakses dari


https://analisadaily.com/berita/arsip/2017/6/5/356469/ancaman-timbal-
terhadap-kesehatan/ pada 29 Oktober 2020 pukul 19.50

Sumantri, Arif. 2017. Kesehatan Lingkungan. Depok: Kencana.

W, Dieqy Hasbi. 2017. Waspada, Tinja Bisa Membunuhmu. Diakses dari


https://tirto.id/waspada-tinja-bisa-membunuhmu-cmCl pada 3 November
2020 pukul 21.26

Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset


Yogyakarta, Jakarta.

Wastec. 2019. Bagaimana Limbah B3 Diolah?Inilah Metode Yang Biasa


Digunakan, diakses dari https://wastecinternational.com/bagaimana-
limbah-b3-diolah-inilah-metode-yang-biasa-digunakan.html pada 19
Oktober 2020 pukul 17.43

36
41

Anda mungkin juga menyukai