Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA YANG


TERDAPAT DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR REGIONAL
PAYAKUMBUH

Disusun oleh :

Shalsa Billa Putri (1514620058)

Sesi : 2

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ari Fadiati, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan tugas Kesehatan Lingkungan ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjuduL “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Terdapat Di Tempat
Pembuangan Akhir Regional Payakumbuh.”

Makalah “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Terdapat Di Tempat


Pembuangan Akhir Regional Payakumbuh” disusun guna memenuhi tugas Ibu Ari
Fadiati pada mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Selain itu, penulis juga berharap
agar tugas ini dapat menambah wawasan untuk penulis sendiri maupun pembaca
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Terdapat Di Tempat
Pembuangan Akhir Regional Payakumbuh.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ari


Fadiati selaku dosen mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 25November 2020

Shalsa Billa Putri


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan hidup yang sehat dan bersih menjadi keharusan yang mutlak
diwujudkan baik oleh masyarakat dan negara. Lingkungan yang bersih dan sehat
merupakan hak yang pemenuhannya dilakukan oleh negara. Di lain sisi negara
menjadi bertanggung jawab terhadap pemenuhan kesehatan lingkungan yang pada
akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat yang bertempat tinggal di
Indonesia sesuai dengan yang telah diamanahkan oleh Undang-undang Dasar
1945.
Manusia dalam memanfaatkan lingkungan harus memperhatikan tujuan dan
pengaruh yang akan timbul akibatnya. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup dijelaskan
asas dan tujuan pengelolaan lingkungan antara lain: “Pengelolaan lingkungan hidup
yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan
asas manfaat tujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.”
Berkaitan dengan banyaknya sampah yang dihasilkan dari aktifitas manusia
sehari-hari, maka pemerintah baik tingkat provinsi maupun pada tingkat
Kabupaten/Kota memiliki kewenangan masing-masing. Di Provinsi Sumatera Barat
telah dibentuk Tempat Pembuangan Akhir regional. Tempat Pemprosesan Akhir
(TPA) dijelaskan dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008
Tentang Pengelolaan sampah menjelaskan: “Tempat Pemprosesan Akhir adalah
tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.”
Tempat pengelolaan sampah Regional Payakumbuh dilaksanakan antara 4
Kabupaten/Kota antara lain:
a. Kabupaten Agam

b. Kabupaten Lima Puluh Kota

c. Kota Bukittinggi

d. Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh sebagai kota yang menerima dampak paling besar akibat
adanya Tempat Pembuangan Akhir tersebut membentuk berbagai program
pengelolaan sampah yang dibiayai baik dari anggaran APBD maupun APBN.
Sampah yang dihasilkan oleh setiap daerah memiliki bobot yang berbeda, dan
menurut survey yang telah dilakukan sampah yang paling mendominasi yaitu adalah
sampah atau limbah rumah tangga, terutama untuk Kota Bukittinggi yang dikenal
sebagai kota wisata yang menghasilkan sampah lebih banyak dibandingkan dengan
kabupaten atau kota lainnya, namun masalah pengelolaan sampah juga menjadi
masalah untuk untuk, Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota yang paling
berada paling dekat dengan lokasi Tempat Pembuangan Akhir di Kota Payakumbuh.
Besarnya sampah yang dihasilkan terutama sampah rumah tangga oleh
masing-masing kabupaten/kota tersebut, sejak tahun 2013 dibentuk Tempat
Pembuangan Akhir Regional yang lokasinya ditetapkan di Kota Payakumbuh. Untuk
melaksanakan pengelolaan sampah tersebut, dalam proses pelaksanaannya
masing-masing kabupaten/kota tersebut mengeluarkan retribusi sebesar Rp.
20.000,- per satu ton sampah yang dibuang kelokasi tersebut. Sesuai dengan Pasal
39 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Sampah menjelaskan :
“Pemerintah kota dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan yang
ditetapkan secara progresif berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume sampah”
Bentuk dampak negatif yang terjadi akibat adanya Tempat Pembuangan
Akhir tersebut yaitu jebolnya tanggul penahan sampah setinggi 25 meter akibat
ribuan ton sampah yang tergenang oleh air hujan sehingga volume sampah tersebut
tidak mampu ditahan oleh tanggul yang terjadi pada tahun 2017. Secara tidak
langsung kejadian tersebut memberikan banyak dampak lingkungan mulai dari
pencemaran lingkungan, sampah meluber ke areal persawahan hingga terjadi
longsor.
Selain kerusakan lingkungan, sampah yang menumpuk akan menyebabkan
menurunnya kekebalan tubuh masyarakat yang bertempat tinggal disekitar tempat
pembuangan sampah. Penyakit seperti Hepatitis A ataupun radang hati, Demam
Thypoid atau yang dikenal dengan istilah tifus, muntah-muntah, diare bahkan infeksi
cacing tambang yang menyebabkan anemia, gangguan pada janin, infeksi cacing
gelang sehingga menyebabkan anak-anak menderita gizi buruk dan sulit
berkonsentrasi. Penyebaran penyakit dapat terjadi secara langsung atau tidak
langsung. Penyebaran penyakit secara langsung terjadi akibat sentuhan langsung
dengan sampah yang mengandung bakteri, virus, parasit. Cara tidak langsung
penyebaran penyakit terjadi apabila tumpukan sampah menjadi tempat tinggal
hewan perantara seperti tikus, nyamuk, lalat, kecoa dan lain-lain.
Pencemaran oleh limbah sampah menyebabkan berbagai dampak terhadap
lingkungan, diantaranya yaitu pencemaran udara akibat sampah yang menumpuk
dan tidak mendapatkan penanganan secara baik oleh petugas. Sarana
pengangkutan sampah yang tidak memadai berpotensi menimbulkan masalah bau
sepanjang jalan yang dilalui akibat ceceran dari air lindi bak kendaraan yang tidak
tertutup. Sampah yang tidak diolah secara baik seperti dibakar pada instalasi yang
tidak memenuhi syarat akan mencemari lingkungan melalui asap yang dihasilkan.8
Pencemaran oleh air dari tempat pembuangan yang terbuka mengasilkan
lindi saat turun hujan. Instalasi pengelolaan berskala besar mampu menampung
sampah dengan jumlah yang besar berpotensi menyebabkan pencemaran air dan
tanah lingkungan sekitar melalui rembesan dari dasar TPA. Pada daerah yang
mengalami kemiringan, akan membuat pencemaran air cepat terjadi sehingga akan
mencemaran air tanah dan sumur masyarakat sekitar.9
Permukaan tanah yang diisi oleh sampah secara sembarangan dan tidak ada
pemisahan berdasarkan jenis sampah dan banyak tempat pembuangan akhir yang
mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sangat berpotensi terhadap
pencemaran dipermukaan tanah. Proses larutnya sampah tersebut membutuhkan
waktu yang lama sehingga akan menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap
lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu sebagai berikut :

1.3. Tujuan
Untuk memenuhi penilaian tugas akhir mata kuliah Kesehatan Lingkungan
yang diberikan oleh Ibu Ari Fadiati, M.Si. Serta diharapkan pada para
pembaca dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup terutama membuka kesadaran para
pembaca untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan pentingnya
pengelolaan sampah dengan benar terutama sampah rumah tangga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sampah Rumah Tangga

2.1.1. Pengertian Sampah


 Menurut Entjang (1987), sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang
tidak dipakai lagi, baik berasal dari rumah tangga maupun sisa-sisa
industri. Dalam pengertian lain sampah adalah segala sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat, ada yang mudah
membusuk terutama sampah yang terdiri dari zat-zat organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain. Sedangkan yang tidak dapat
membusuk dapat berupa kertas, karet, logam, kaca, plastik, dan
sebagainya (slamet, 1994).
 Menurut Riyadi (1996) sampah merupakan bagian yang tidak disukai dan
secara ekonomis tidak ada harganya tergantung dari tingkat hidup
masyarakat, sumber dan macam sampah itu berbeda-beda.
 Menurut Niniek (2007) mengatakan bahwa sampah merupakan zat yang
tidak terpakai lagi yang berasal dari rumah tangga, pasar, maupun pusat
produksi lainnya, akan tetapi sampah masih mempunyai nilai ekonomis
apabila di manfaatkan kembali.
 Menurut H. Widyatmoko (2006:86) sampah adalah kegiatan dari sisa-sisa
kegiatan yang harus di kelola sehingga tidak menimbulkan bau, kotor, dan
membahayakan kesehatan. Karena sampai sekarang tidak ada satu
teknologipun yang dapat mengolah sampah tanpa meninggalkan sisa,
maka untuk menghindari terjadinya penumpukan sampah tetap merupakan
suatu strategi penanganan sampah yang paling bijaksana. Hal ini berkaitan
dengan kebutuhan lahan tempat pembuangan akhir bagi sisa-sisa sampah
yang akan selalu ada, sekalipun sampah tersebut telah diolah dengan
teknologi mutakhir. Menaikkan mutu barang dan menghindari penggunaan
bahan berlebihan seperti kemasan sangat berpengaruh terhadap jumlah
barang bekas dan sisa ini akhirnya menjadi sampah dan dibuang oleh
pemiliknya karena dianggap tidak bermanfaat. Hal ini mengulas tentang
strategi penanganan sampah termasuk perkembangan teknologinya.
Budaya masyarakat, peraturan kemasan, hasil penelitian, perkembangan
teknologi pengangkutan, pemilahan sampah, tempat pembuangan akhir,
incenerator, pyrolosis, penggunaan sampah sebagai bahan baku sebagai
bahan energii dan pupuk di harapkan dapat memberi gambaran tentang
nilai ekonomi sampah berhubungan dengan keterbatasan sumber daya
alam dan lingkungan.
 Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi-padat berupa zat organic atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan difinisi diatas, maka dapat dipahami sampah adalah :
1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan
yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah
berupa gas metan dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh.
2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah
plastik, logam, gelas karet dan lain-lain.
3. Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau
sampah.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3
adalah sampah karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau
karena sifat kimia, fisika dan mikrobiologinya dapat meningkatkan
mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan
penyakit reversible atau berpotensi irreversible atau sakit berat yang
pulih.
5. menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap
kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.
 Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah barang yang
berasal dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai,
tidak disenangi, ataupun yang dibuang. Pengertian tersebut mengartikan
bahwa limbah sisa buangan merupakan benda yang tidak disenangi
sehingga banyak orang yang akan membuangnya ke alam. Banyak sisa
buangan dari material tertentu yang membutuhkan waktu lama untuk
terurai di alam dan menimbulkan sejumlah masalah bagi lingkungan.
 Secara umum pengertian sampah dapat disimpulkan yaitu material yang
dibuang sebagai sisa dari hasil produksi industry maupun rumah tangga
atau benda-benda yang sudah tidak terpakai oleh makhluk hidup dan
menjadi benda buangan, dapat berupa zat cair, padat maupun gas yang
nantinya akan dibuang ke alam.

2.1.2. Pengertian Sampah Rumah Tangga


 Berdasarkan Pasal 1 ayat (20) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan. Sedangkan limbah rumah tangga adalah limbah yang
dihasilkan satu atau beberapa rumah.
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 81 Tahun 2012 bahwa sampah
rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
 Secara umum sampah rumah tangga dapat disimpulkan yaitu sampah
yang terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga
yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus kertas, plastik, daun dan
sebagainya.

2.2. Jenis-Jenis Sampah Rumah Tangga


2.2.1. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, sampah rumah tangga dapat digolongkan menjadi 2
yaitu sebagai berikut :
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah/limbah yang berasal dari makhluk
hidup yang memiliki sifat mudah/dapat membusuk atau terurai dalam
waktu yang relatif singkat (degradable). Semua sampah yang berasal
dari tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) serta segala macam produk
olahannya merupakan jenis sampah organik. Jenis sampah ini dapat
terurai secara alami oleh mikroba tanpa perlu tambahan bahan kimia
apapun.
Walaupun dapat terurai dengan sendirinya secara alamiah, sampah
organik bisa juga menimbulkan masalah jika tidak diurus dengan baik.
Sampah organik yang membusuk selain berbau juga berpotensi
menyebarkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Beberapa contoh sampah organik, antara lain adalah kayu, daun, kulit
telur, bangkai tumbuhan, bangkai hewan, kotoran manusia dan hewan,
sisa manusia, sisa makanan, dan lain-lain yang berasal dari alam.
Untuk penanganan sampah organic biasanya dijadikan pupuk kompos,
pakan ternak,dan sumber energy biogas.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan limbah yang beraal dari manusia yang
sulit diurai oleh bakteri sehingga memerlukan waktu yang lama bahkan
hingga ratusan tahun untuk dapat menguraikannya secara alamiah
(Undegradable). Sampah anorganik biasanya berasal dari hasil
berbagai macam proses industry. Sampah anorganik ini selalu menjadi
masalah besar kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan bumi yang
kita pijak ini, karena jumlahnya yang kian bertambah dan tidak
tertangani dengan baik. Beberapa contoh dari sampah anorganik
adalah botol minuman mineral, besi, kaca atau beling, plastic, kain
atau baju, ban bekas, pulpen, kaleng, jam tangan dan lain-lain yang
berasal dari limbah pabrik atau industry.
2.2.2. Berdasarkan Sifat Fisiknya
Berdasarkan keadaan fisiknya sampah dikelompokkan atas :
1. Sampah basah (garbage)
Merupakan jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau
sayur-sayuran yang berasal dari proses pengolahan, persiapan,
pembuatan, dan penyedian makanan yang sebagian besar terdiri dari
bahan yang membusuk, lembab dan mengandung sejumlah air
(H.J.Mukono, 1999: 24) atau dengan kata lain sampah yang
membusuk karena aktivitas mikroorganisme (Juli Soemirat. S, 2002:
153).
2. Sampah kering (rubbish)
Merupakan sampah yang mudah atau susah terbakar, berasal dari
rumah tangga, pusat perdagangan, dan kantor yang tidak termasuk
kategori garbage.
Sampah golongan ini memang diklompokkan menjadi 2 (dua) jenis :
 Golongan sampah tak lapuk.
Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa lapuk secara alami,
sekalipun telah memakan waktu bertahun – tahun, contohnya kaca dan
mika.
 Golongan sampah tak mudah lapuk.
Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini akan bisa lapuk perlahan –
lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan lagi atas
sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan
sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan
kawat.(Gelbert dkk., 1996).

2.2.3. Berdasarkan Bentuknya


Sampah adalah bahan padat maupun cairan yang tidak di pergunakan
lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat di bagi menjadi :
1. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan selain kotoran manusia, urine
dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga seperti
sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan
sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan
ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability) maka
sampah dapat di bagi lagi menjadi :
a. Biodegradable
yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob dan anaerob, seperti : sampah dapur,
sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
b. Non-biodegradable
yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi :
 Recyclable : yaitu sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilai secara ekonomi, seperti ;plastik,
kertas, pakaian dan lain-lain.
 Non-recyclable : yaitu sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi
dan tidak dapat diolah atau diubah kembali, seperti tetra packs,
carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan dan dibuang ke tempat pembuangan sampah, antara
lain:
 Limbah hitam : sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan
industri. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.

 Limbah rumah tangga : sampah cair yang dihasilkan di


dapur, kamar mandi dan tempat cucian, sampah ini mungkin
mengandung patogen.

2.3. Dampak Sampah Bagi Manusia dan Lingkungan


Pencemaran lingkungan akibat sampah industri dan sampah rumah tangga
yang dihasilkan sangatlah merugikan manusia, baik langsung dan tidak tidak
langsung. Dampak sampah tersebut berupa:
2.3.1. Dampak Bagi Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan
tempat yang cocok bagi beberapa ornganisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan
penyakit. Potensi behaya kesehatan yang dapat di timbulkan adalah
sebagai berikut:
a. Penyakut diare, kolera,tifus, menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum.

b. Penyakit jamur dapat menyebar misalnya jamur kulit.

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu


contohnyaa adalah suatu penyakitr yang dijangkitkan oleh cacing pita.
Cacing ini sebenarnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak
melalui makananya berupa sisa makanan/sampah.

d. Sampah beracun seperti sampah buangan limbah pabrik yang


memproduksi bakteri dan akumulator.

2.3.2. Dampak Terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase/sungai dapat
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik,
seperti metaba. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi
tinggi dapat meledak.
Berdasarkan dari aspek-aspek di atas bahwasannya sampah juga
menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan yang mana di
dalam lingkungan tersebut menimbulkan pencemaran yang tidak baik,
misalnya dari pencemaran udara, pencemaran air, logam berbahaya di
dalam lingkungan tersebut dan komponen ekosistem.

1. Pencemaran udara
Menurut Darmono (2001:6) pencemaran udara adalah apabila kita
menghidup udara dalam-dalam, sekitar 99% dari udara yang kita
isap ialah gas nitrogen dan oksigen, kita juga mengisap gas lain
dalam jumlah yang sedikit. Pada beberapa hasil penelitian di
laporkan bahwa di antara gas yang sangat sedikit tersebut di
identifikasi sebagai gas pencemar. Di daerah perkotaan yang ramai,
gas pencemar berasal dari asap kendaraan gas buangan pabrik,
pembangkit tenaga listrik, asap rokok, larutan, polusi sampah,
pembersih dan sebagainya yang berhubungan erat dengan aktivitas
manusia. Gas gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru manusia, hewan
tanaman, dan juga bangunan lainnya. Perubahan kandungan bahan
kimia dalam atmosfer bumi karena polusi udara akan dapat juga
mengubah iklim lokal, regional, dan global sehingga menaikan
jumlah radiasi sinar ultraviolet matahari ke permukaan bumi.

2. Pencemaran Air
Menurut Darmono (2001:9) pencemaran air dapat merupakan
masalah regional maupun lingkungan global, dan sangat
berhubungan dengan pencemaran udara serta pengunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar tersebut jatuh
ke bumi bersama air hujan maka air tersebut sudah tercemar,
beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pertisida pada lahan
pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga
mencemari air permukaan tercemar dengan menyebabkan erosi
sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan dengan
demikian banyak sekali terjadi penyebab pencemaran air.

2.3.3. Dampak Terhadap Keadaan Soasial dan Ekonomi


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah yang
bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. Karena
para pengunjung akan merasa tidak nyaman terhadap keberadaan
sampah yang berada di lokasi wisata. Sehingga dapat
menyebabkan penurunan tingkat wisatawan yang berkunjung
berakibat lokasi wisata tersebut lambat laun akan terbengkalai
karena tidak dapat beroperasi dengan baik.

c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan


rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini
meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati
orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk
kerja, rendahnya produktifitas)

d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan


banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum
seperti jalan, jembatan, drainase dan lain-lain.

e.Infrastruktur lain dapat juga di pengaruhi oleh pengelolaan


sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang di
perlukan untuk pengelohan air. Jika sarana penampungan
sampah rusak atau tidak efisien, orang akan enderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering di bersihkan dan di perbaiki.

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah


Menurut Juli Soemirat Slamet, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah sebagai berikut :
2.4.1. Jumlah Penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan
penduduk. Seperti yang kita lihat, luas daratan yang terbatas
saat ini terasa semakin sempit dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang membutuhkan lahan untuk daerah pemukiman.
Untuk menunjang kehidupan manusia sebagian daratan diambil
pula untuk pertanian, daerah industry dan juga untuk keperluan
penimbunan limbah hasil kegiatan manusia. Semakin luasnya
daerah pemukiman yang ada maka berbanding lurus dengan
sampah yang akan dihasilkan dari aktivitas rumah tangga yang
hidup di daerah pemukiman tersebut.

2.4.2. Keadaaan Sosial Ekonomi


Semakin tinggi keadaan social ekonomi masyarakat, semakin
banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang, kualitas
sampahnyapun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.
Perubahan kualitas sampah ini tergantung pada bahan yang
tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat
akan persoalan persampahan.

2.4.3. Kemajuan Teknologi


Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas
sampah, hal ini dikarenakan pemakaian bahan baku yang
semakin beragam pula (Juli Soemirat S, 2002: 154).
2.5. Faktor Penyebab Membuang Sampah Sembarangan
2.5.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang bermanfaat untuk
menentukan stastus social ekonomi dan mempunyai tingkat ketepatan
yang cukup baik, variabel ini bisa dicatat dalam kategori luas, tidak
berpendidikan, berpendidikan, sekolah lanjutan, pendidikan yang lebih
tinggi dan latihan khusus. Pada masyarakat yang hanya mempunyai
fasilitas pendidikan sekolah dasar tujuh tahun memperlihatkan
penampilan yang lebih progresif.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang
dalam melakukan pengelolaan sampah (Budioro, 1998: 67). Dalam
teori Lawrence Green juga dikatakan pendidikan kesehatan
mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan
perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari responden rumah
tangga. Karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan
sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya
pencemaran terhadap kesehatan manusia. Tingkat pendidikan
menunjukkan kolerasi yang positif dengan status gizi, penggunaaan
pelayanan dan kebersihan perorangan hygiene di rumah (Soekidjo
Notoatmojo, 2003: 115).
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan lebih luas dalam hal ini pengetahuan tentang
pembuangan dan pengelolaan sampah rumah tangga, dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
2.5.2. Pendapatan
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok, yaitu material yang harus
tersedia agar keluarga dapat melaksanakan kehidupan yang dianggap
wajar (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 258). Dalam upaya
memenuhi kebutuhan tersebut, sumber daya keluarga merupakan
fasilitas yang dapat dipergunakan, baik berupa material maupun yang
bersifat inmaterial.
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri
manusia). Faktor ekonomi yang tergolong dalam faktor eksternal
berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang (Soekidjo
Notoatmojo, 2003: 18).
Uang menentukan berapa banyak kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.
Seseorang yang tidak memiliki cukup uang kurang bisa memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan (Soekidjo Notoatmojo, 2003: 18).
Keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan berbagai masalah kesehatan. Apabila diukur dalam mata uang,
masyarakat miskin lebih sedikit pendapatan yang digunakan untuk
makanan bergizi, kebutuhan air bersih, pakaian dan tempat tinggal
yang memadai. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
tanpa ada sisa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kesehatan
sering pula tidak begitu diperhatikan oleh keluarga tingkat ekonomi dan
pendidikan yang rendah. Sehingga dengan semakin meningkatnya
pendidikan masyarakat, maka kesadaran akan nilai kesehatan akan
meningkat pula (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 258).
Teori Tim Ahli WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku adalah empat alas an diantaranya adalah
sumber daya (resources) yang meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga,
pelayanan, keterampilan (Soekidjo Notoatmojo, 2003: 56).
Seseorang yang mempunyai pendapatan lebih tinggi mempunyai
peluang yang banyak untuk membeli perlengkapan tempat
pembuangan sampah dan pengadaan tempat pengelolaannya,
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pendapatan di bawah
rata-rata, dan apabila sarana tempat sampah terpenuhi maka
kemungkinan besar keadaan lingkungan bersih (Achmad Djaeni
Sediaoetama, 2000: 258).
2.5.3. Pengaruh Sosial Budaya
Kondisi soaial dan budaya menjadi faktor yang sangat penting
untuk mengetahui kebiasaan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Selain itu, pola konsumtif dan gaya hidup masyarakat juga
akan mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan komposisi
sampah yang dimiliki (Sigit Setyo Pramono, 2005: 4).
Kebiasaan dan perilaku masyarakat juga terbawa dalam
aktivitas membuang sampah. Sampah yang drespondenang dibiarkan
tercampur dan tidak ada usaha apapun untuk memisahkan antara
sampah organic dan anorganik. Kondisi sampah yang tercampur
tersebut sangat menyulitkan bagi pemerintah dan pihak yang
berkepentingan untuk memisahkan sampah dan melakukan proses
daur ulang.
Negara-negara berkembang umumnya memandang sampah
sebagai barang yang sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan,
sehingga tindakan yang mereka lakukan adalah membuangnya,
persoalan muncul ketika setiap orang memperlakukan sampah sesuai
dengan pemahaman mereka masing-masing, misalnya dengan
meninggalkan atau membuang sampah di sembarang tempat, yang
menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan kumuh.
Sebagian lagi membuang sampah ke selokan atau sungai, yang
mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran air, yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir dan genangan di
daerah perkotaan. Sementara kebiasaan untuk memilah sampah
belum banyak dilakukan, karena mereka tidak mengerti bagaimana
cara pengelolaan sampah yang baik dan benar (Suryanto Susilowati,
2004).
Saat ini pola perilaku masyarakat masih menggunakan pola
pikiran yang lama. Bagi masyarakat sampah hanya dianggap sebagai
barang tidak berguna dan mereka merasa cukup hanya dengan
membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat tampaknya belum
sadar pada dampak yang akan ditimbulkan jika pola perilaku mereka
tidak berubah. Jika sampah yang mereka hasilkan setiap hari semakin
banyak dan tertumpuk, suatu saat mereka akan kehilangan tempat
pembuangan sampah yang layak karena sudah penuh akibat dari tidak
terkontrolnya jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan
sampah tersebut.
Pola perilaku masyarakat hanya dapat berubah jika masyarakat
diberi informasi tentang penanganan sampah yang baik dan benar.
Salah satu cara untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat
adalah dengan melalui penyuluhan kepada masyarakat.
2.5.4. Ketersediaan Sarana
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia maka perlu
pengaturan pembuangannya (Indan Entjang, 2000: 100). Tempat
sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan, yang harus ada pada setiap sumber atau penghasil
sampah, seperti sampah rumah tangga.
Syarat tempat sampah yang sehat adalah :
1. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh
melebihi 3 hari dan segera dibuang.
2. Penempatan tempat sampah hendaknya pada jarak terdekat yang
banyak menghasilkan sampah.
3. Apabila halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat
dibuat lubang sampah da apabila sudah penuh dapat ditutup
kembali dengan tanah atau dibakar sedikit demi sedikit.
4. Tempat sampah tidak menjadi sarang atau tempat berkembangnya
serangga ataupun binatang penular penyakit (vector).
5. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah
tidak berceceran airnya sehingga tidak mengundang datangnya
lalat (Dinkes Propinsi Jateng, 2005: 25).
Sarana fisik merupakan faktor yang berpengaruh dalam kejiwaan
seseorang yang tercemin pada praktik atau tindakannya, keluarga yang
mempunyai sarana tempat pembuangan sampah cenderung akan
membuang dan mengelola sampah dengan baik yang nantinya
tercermin dari kehidupannya sehari-hari (Soekidjo Notoatmojo, 2002:
124).
Ketersediaan fasilitas-fasilitas berpengaruh terhadap perilaku
seseorang kelompoik masyarakat. Pengaruh ketersediaan fasilitas
pengelolaan sampah terhadap perilaku pembuangan sampah dapat
bersifat positif atau negative (Azrul Azwar, 2002: 68).

2.6. Kondisi Sampah Saat ini Di TPA Payakumbuh


Tempat pembuangan akhir (TPA) regional Sumbar yang berada di Kelurahan
Padang Karambia Kota Payakumbuh menampung 250 ton sampah dari empat
kabupaten kota yang ada. Sampah yang dikirim ke TPA itu juga beragam, mulai dari
sampah plastik hingga sampah rumah tangga. Setiap harinya 250 ton sampah yang
berasal dari Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Bukittinggi dan
Kota Payakumbuh tercatat masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) regional
Payakumbuh di Kelurahan Padang Karambia Kecamatan Payakumbuh Selatan.
Perharinya rata-rata  terdapat 20 truk yang membawa sekitar 250 ton sampah dari
empat kabupaten kota tersebut ke TPA yang mulai beroperasi sejak tahun 2013 lalu.
Sebelum masuk ke TPA Regional Payakumbuh, masing-masing truk yang masuk
ditimbang dan untuk setiap ton sampah yang masuk. Untuk biaya, masing-masing
daerah dikenakan biaya sebesar  Rp 20 ribu per ton. Retribusi yang dibayarkan
tersebut berdasarkan perjanjian kerja sama, antara empat daerah itu dengan
pemerintah provinsi Sumbar, termasuk Kota Payakumbuh. TPA Regional
Payakumbuh memiliki area lahan seluas 15 hektar dan sampai saat ini baru separuh
lahan yang sudah digunakan, baik untuk gedung kantor ataupun tempat
pemusnahan sampah (landfield). Di TPA Regional Payakumbuh itu terdapat
sebanyak 18 orang pekerja yang bertugas sebagai operator dan juga membantu
proses masuk sampah. Untuk sampah yang masuk disimpan di landfield, dari situ
kemudian nanti ditimbun menggunakan tanah dan dipadatkan.  Pemerintah Kota
Bukittinggi saat ini tengah berupaya untuk menindaklanjuti kondisi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (TPA)  Regional di Kota Payakumbuh, agar  dimasa
mendatang   proses akhir sampah tidak menjadi persoalan baru.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi Syafnir Senin (03/08/2020),


mengatakan  Landfill TPA Regional di Kota Payakumbuh itu kondisinya telah over
capacity sehingga diperlukan solusi,  walaupun mendapatkan perbaikan diprediksi 
kawasan tersebut  hanya mampu menampung sampah hingga akhir 2020.

“sesuai informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat dan juga
Surat pak Gubernur menyatakan bahwanya kondisi  landfill yang tersedia ditempat
itu over capacity,  dan ada rencana untuk perbaikan tahun ini untuk landfill yang ada
itu perbaikan selnya, kali diperbaiki hanya mampu menampung sampah hingga akhir
2020 ini, iya untuk  sampai tahun 2020 ini”.ucapnya

Disebutkan Syafnir, menindaklanjuti kondisi landfill TPA itu maka Pemerintah


Provinsi Sumatera Barat tengah melakukan upaya untuk perluasan kawasan  hingga
mencapai  1,7 hektar. Ia menyebutkan saat ini masih berproses , apalagi wabah
pandemi covid-19 ikut memberikan dampak untuk realisasi, pasalnya anggaran
untuk mewujudkan perluasan TPA Regional di Payakumbuh menggunakan dana
APBN.

“nah untuk pengembangan sudah dipersiapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera


Barat  sebenarnya di lokasi yang sama, yakni perluasan TPA itu seluas 1, 7 hektar.
Perencanaannya sudah , DEDnya sudah, kemudian proses untuk Amdal
diperkirakan selesai tahun ini, perluasan landfiilnya itu dari anggaran APBN, namun
pengerjaannya untuk tahun 2021 belum ada kepastian, karena Covid-19
terjadi recofusing anggaran dari Kementerian dari pusat, tapi seandainya jadi
perluasan landfill di TPA Regional Payakumbuh itu maka tentu sampah kita dapat
dibawa ke sana hingga empat atau lima tahun kedepan. Nah, berdasarkan surat pak
Guberbnur tadi maka daerah perlu  memikirkan dan menindaklanjuti TPA ini”.
tambahnya

Diketahui, sampah yang dihasilkan di Kota Bukittinggi per hari mencapai 107 ton
dengan  jasa pelayanan yang harus dibayarkan Pemerintah Kota Bukittinggi sebesar
Rp 20.000 per ton kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Pembayaran
dilakukan per bulan dengan nominal  lebih 6 juta rupiah, dan jika dikalikan setahun
kota Bukittinggi mengeluarkan biaya untuk persoalan sampah di angka 900 juta
hingga mencapai 1 miliar rupiah.

2.7. Pengelolaan Sampah


Menurut Poerdarminta (1991) pengelolaan adalah penyelenggaraan atau
tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang(perusahaan) dalam
melakukan sesuatu, sehingga diperoleh manfaat dari pengolahan tersebut.
Pengelolaan ini telah dipertegas oleh Azuar (1990) bahwa pengelolaan
sampah adalah pengumpulan sampah, pengangkutan dan pembuangan
sampah.
Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Riyadi (1994) mengatakan bahwa
pengelolaan sampah yang baik jika sampah tidak menjadi tempat berkembang
biaknya bibit penyakit. Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah
merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan melakukan
pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta lingkungan yang sehat dan bersih.
Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi
masalah sampah yaitu berupa memperbanyak tempat sampah dan pengelolaan
yang baik atas sarana itu.
Pengelolaan sampah di Indonesia sendiri di dukung oleh adanya kebijakan yang sah
yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Undang-undang ini di buat agar
pengelolaan sampah dapat berjalan dengan proposional, efektif dan efisien.
Pengelolaan sampah ini diselenggarakan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan,
asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah ini
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah menjadi sumber daya. Pengelolaan sampah pada dasarnya
mengacu pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 yakni melakukan,
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah biasanyadapat
dimulai dari masing-masing individu di masyarakat. Sedangkan penanganan
sampah merupakan sistem yang dilakukan terus-menerus dan secara teratur, serta
di perlukan adanya pengawasan berkala.
Usaha pengelolaan sampah baik skala besar maupun kecil, sebaiknya dapat
mencapai tujuanya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat. Maka faktor
penting yang harus di perhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus
mengerti dan mau berpartisipasi bila perlu berubah sikap sehingga sedia membantu
mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah pada
tempatnya. Memberikan tempat sampah sampai pada penyediaan lahan dan
pemusnahan sampah (Slamet, 2009), oleh sebab itu. Usaha pengelolaan sampah
harus didasarkan pada berbagai pertimbangan, yaitu :
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit

2. Konservasi sumber daya alam

3. Mencegah gangguan estetika

4. Memberi intensif untuk daur ulang atau pemanfaatan

5. Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.


Tujuan dari pengelolaan sampah adalah supaya sampah memiliki nilai ekonomis
atau merubahnya menjadi bahan yang tidak terlalu membahayakan lingkungan.
Dengan melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, kita dapat
membantu menekan dampak negative sampah terhadap lingkungan.
Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan menggunakan system atau metode
3R, karena pengelolaan sampah yang baik harus memenuhi 3R atau Reuse,
Reduce, dan Recycle. Penerapan system 3r menjadi salah satu solusi pengelolaan
sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan
sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru
pengelolaan sampah dengan system 3R dapat dilaksanakan oleh setiap orang
dalam kegiatan sehari-hari.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian
pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan
sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce),
dan mendaur ulang (Recycle).
1. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara
langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
3. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah
mengalami proses pengolahan.
Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di perlukan upaya untuk mengurangi
sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
mengurangi
sampah dari sumber sampah ( dari hulu ) adalah menerapkan prinsip 3R sesuai
petunjuk teknis nomor CT/Rc-TC/001/98 atau pendekatan prinsip produksi sampah
sebagaimana dikemukakan oleh Winarno dkk, (1995).
Tindakan yang bisa dilakukan untuk setiap sumber sampah adalah sebagai
berikut:
1. Rumah Tangga
a. Mengurangi ( Reduce ), melalui tindakan :
 Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar.
 Menggunakan produk yang bisa di isi ulang, misalnya penggunan
lahan
pencuci yang menggunakan wadah isi ulang.
 Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan
tissu
dapat dikurangi, menggantinya dengan serbet atau sapu tangan.
b. Menggunakan Kembali (Reuse), melalui tindakan :
 Gunakan kembali wadah/ kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi
lainnya, misalnya penggunaan botol bekas untuk wadah minyak goreng
hasil home industri minyak kelapa atau wadah untuk madu lebah.
 Gunakan wadah atau kantong yang dapat digunakan berulang
ulang
misalnya, wadah untuk belanja kebutuhan pokok yang terbuat dari bahan
yang tahan lama sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama.
c. Daur ulang (Recycle), melalui tindakan :
 Pilih produk atau kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah
terurai.
 Lakukan penggunaan sampah organik menjadi kompos dengan
berbagai
cara yang telah ada atau memanfaatkan sesuai kreaktifitas masing-
masing.
 Lakukan penanganan untuk sampah anorganik menjadi barang
yang
bermanfaat.
2. Fasilitas Umum ( perkantoran, sekolah )
a. Mengurangi ( Reduce ) produksi sampah dengan cara :
 Penggunaan kedua sisi kertas dan spasi yang tepat untuk
penulisan dan foto copy.
 Penggunaan alat tulis yang bisa di isi kembali.
 Sediakan jaringan informasi dengan komputer ( tanpa kertas ).
 Gunakan produk yang dapat di isi ulang.
 Hindari bahan yang sekali pakai.
 Hindari penggunaan bahan dari plastik dalam penjilidan laporan –
laporan.
b. Menggunakan kembali ( reuse ), melalui tindakan :
 Gunakan alat kantor yang bisa digunakan berulang kali.
 Gunakan alat-alat penyimpanan elektronik yang dapat di apus dan
ditulis kembali.
3. Daerah Komersil
a. Mengurangi (reduce), melalui tindakan:
 Memberikan intensif oleh produsen bagi pembeli yang
mengembalikan kemasan yang dapat digunakan kembali.
 Memberikan kemasan/ pembungkus hanya kepada produk
yang benarbenar memerlukannya.
 Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan
sampah dalam jumlah besar.
 Sediakan pembungkus/ kemasan yang mudah terurai.
b. Menggunakan Kembali (reuse)
 Gunakan sampah yang masih dapat di manfaatkan untuk produk
lain.
 Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi
ulang
(minyak, minuman).
2.8. Penanggulangan Sampah
Penanggulangan sampah yang baik dapat di katakan berhasil apabila dapat
mewujudkan lingkungan yang bersih dan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu
faktor utama yang harus di perhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat
harus mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah sikap masyarakat itu
sendiri, sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampah
sampai perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pda tempatnya
membersihkan tempat sampah, sampai pada penyediaan lahan dan pemusnahan
sampah.
Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam
penanggulangan sampah dapat berupa memperbanyak tempat-tempat
penampungan sampah yang besar dan berskala kecil.
2.8.1. Penanggulangan Sampah oleh Pemerintah
Dalam hal ini penanggulangan sampah ada beberapa hal yang dapat di lakukan
oleh pemerintah yaitu :
a. Penyusunan peraturan daerah tentang pemeliharaan sampah

b. Sosialisasi pembentukan kawasan bebas sampah.

c. Penetapan peringkatan kebersihan bagi kawasan-kawasan umum.

d. Memberikan tekanan kepada produsen barang-barang dan konsumen untuk


berpola produksi dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan.

e. Memberikan tekanan kepada produsen untuk bersedia menarik (membeli) kembali


dari masyarakat atas kemasan produk yang di hasilkannya.

f. Peningkatan peranan masyarakat melalui pengelolaan sampah skala kecil, biasa


di mulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan.

g. Peningkatan efektifitas fungsi dari tempat pembuangan sampah sementara dan


tempat pembuangan akhir.

h. Memdorong trasnformasi pola konsumsi masyarakat untuk lebih menyukai


produk-produk yang berasal dari daur ulang.

i. Pengelolaan sampah dan limbah secara terpadu.

j. Optimalisasi penglolahan masalah persampahan.

k. Evaluasi dan monitoring terhadap permasalahan sampah.

l. Melakukan kordinasi antar lembaga atau instansi lainnya.

m. Konsisten pelaksaan peraturan perundang-perundangan sampah lingkungan


hidup.
n. Memberikan fasilitas, dorongan dan dampingan atau advokasi kepada
masyarakat dalam upaya pengalohan sampah.

2.8.2. Penanganan Limbah Rumah Tangga


Cara penanggulangan pencemaran limbah rumah tangga yang efektif supaya tidak
merusak pada lingkungan dan menjadikan lingkungan tetap bersih dan terhindar dari
bibit penyakit yakni dengan cara:
a) Dengan cara di daur ulang
Di jual ke pasar loak atau tukang rongsokan yang bisa lewat di depan rumah-rumah.
Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-apa sehingga
bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang. Dapat juga di jual
kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak atau pemulung. Barang-barang yang
dapat di jual antara lain kertas-kertas bekas, Koran bekas, majalah bekas, ban
bekas, radio tua, TV tua dan sepeda yang using.
b) Dengan cara pembakaran
Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk di lakukan karena tidak membutuhkan
usaha yang keras. Cara ini bisa di lakukan dengan cara membakar limbah-limbah
padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu di nyalakan
apinya. Kelebihan cara membakar ini adalah: mudah dan tidak membutuhkan usaha
keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil, dapat di gunakan sebagai
sumber energy baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan logam.
c) Dengan cara pengomposan
Merupakan proses biokimia, yaitu zat organik dalam limbah di pecah, menghasilkan
humas yang bermanfaat untuk memperbaiki strutur tanah.
d) Pemisahan
Yaitu dengan cara pengambilan bahan tertentu kemudian diperoses lagi sehingga
mempunyai nilai ekonomis.
e) Dengan cara pembusukan
Limbah tersebut untuk mendapatkan kompos, pada proses ini, aka nada energi
organik yang terbuang dalam bentuk panas dan gas polusi yang terjadi mencakup
udara, tanah, dan air yang terjadi dari proses pembusuksn bahan organik, karena
aktivitas dari mikroorganisme potogen yang berbahaya bagi hewan dan manusia.
Pencemaran secara kimia terjadi
karena pelapisan ion negatif dari pembusukan yang membuat gasgas dan senyawa
beracun. Penumpukan sampah dengan ketebalan-ketebalan tertentu kemudian
diurug dengan tanah yang bisa disebut land fillsystem.Metode ini merupakan cara
yang paling diunggulkan sampai saat ini, sekalipun hanya dapat mengurai bau dari
40%. Dan masalah ini tidak akan pernah tuntas mengingat bau adalah gas yang
bersifat ringan dan segera mengisi ruangan.

2.9. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga


Permasalahan sampah dirasa tidak kunjung bisa diselesaikan dengan tuntas.
Meskipun sudah banyak upaya-upaya melalui kebijakan Pemerintah, akan tetapi
sampah tetap saja terlihat menumpuk dimana-mana. Masyarakat masih suka
membuang samah sembarangan, tempat yang sudah disediakan tidak dipergunakan
dengan baik sehingga tempat sampah berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk
mengurangi dampak sampah perlu di lakukan pemanfaatan sampah yang
bermanfaat kembali bagi manusia.
Pemanfaatan sampah menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomi
adalah aspek yang diharapkan semua pihak. Akan tetapi didalam pemanfaatan
diperlukan teknologi yang tetap sesuai dengan karakteristik sampah yang ada.
Sampah rumah tangga dapat juga memberi dampak positif bagi manusia dan
lingkungan apabila dapat di kelola dengan baik. Dampak positif dalam pemanfaatan
sampah rumah tangga diantaranya :
a. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos

b. Sampah dapat digunakan sebagai pakan ternak

c. Jika dilakukan proses daur ulang sampah dapat di manfaatkan lagi seperti
sampah-sampah, kaleng, besi, plastik, dan lainlain.

d. Sampah juga dapat digunakan sebagai kerajinan tangan yanag dapat


menghasilkan bagi yang mau memanfaatkannya. Permasalahan sampah tidak
cukup hanya dengan menyediakan tempat sampah sebaiknya dimulai dari penghasil
sampah atau produsen pada sampahnya. Masalah sampah demikian kompleks
sehingga pemanfaatannya harus dilakukan secara komprehensif meliputi seluruh
aspek tentang sampah.

2.10. Teknologi Pengomposan


2.10.1. Pengertian Kompos
Pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah
organic dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis
(pupuk kompos). Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan mesin
(skala industri atau komersial). Membuat kompos dapat dilakukan dengan metode
aerob dan anaerob. Pada pengomposan secara aerob, proses dekomposisi bahan
baku menjadi kompos akan berlangsung optimal jika ada oksigen. Sementara pada
pengomposan anearob dekomposisi bahan baku menjadi kompos tidak
memerlukan oksigen.
Disisi lain pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari
sampah yaitu kompos yang kaya akan unsur hara mikro. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah adalah menciptakan metode yang
ramah lingkungan dan mudah untuk bisa dilakukan di tingkat kawasan atau rumah
tangga, salah satunya adalah dengan membuat kompos di tingkat rumah tangga
atau kawasan.

2.10.2. Pengomposan Skala Rumah Tangga


Program pengomposan skala rumah tangga muncul sebagai akibat tingginya
tuntutan untuk menanggulangi problem sampah setiap harinya. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan adalah dengan penanganan sampah skala rumah tangga/
kawasan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengomposan.
Hal ini merupakan upaya yang murah dan mudah serta hasilnya
bermanfaat.
Pengomposan adalah cara yang alamiah mengembalikan material organik ke alam
dalam bentuk pengembur tanah atau soil conditioner. Adapun manfaat kompos yang
dapat kita manfaatkan adalah :
Mengembalikan nutrisi ketanah seperti material organik, fosfor, potasium, nitrogen
dan mineral.
1. Mendukung pengendalian gulma dan pencegahan erosi.
2. Meningkatkan daya pegang air dan memperbaiki porositas tanah.
3. Meningkatkan kapasitas buffer tanah.
4. Menambah unsur hara makro dan mikro tanah.
3. Proses Pengomposan
Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh
berbagai jenis mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain sebagainya.
Proses peruraian ini memerlukan kondisi yang optimal seperti kesediaan nutrisi yang
memadai, udara yang cukup, kelembaban yang tepat. Makin cepat prosesnya dan
makin tinggi pula mutu komposnya.
Diwadah pengomposan atau komposter, mula-mula sejumlah mikroba aerobik
(mikroba yang tidak bisa hidup jika tidak ada udara), akan menguraikan senyawa
kimia rantai panjang yang dikandungkan sampah, seperti selulosa, karbohidrat,
lemak, protein. Menjadi senyawa yang lebih sederhana, gas karbondioksida dan air.
Senyawa-senyawa sederhana tersebut merupakan makanan yang berlimpah,
mikroba tumbuh dan berkembangbiak secara cepat sehigga jumlahnya berlipat
ganda.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Diperlukan adanya penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran
lingkungan hidup
serta memberikan sanksi yang berat. Dan terhadap limbah rumah tangga diperlukan
adanya aturan jelas dan tegas serta adanya sosialisasi yang terus menerus kepada
masyarakat tentang
pengelolaan limbah rumah tangga.
Cara penanganan limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan cara daur
ulang, pembakaran, pengomposan, pemisahan, dan pembusukan. Cara
pengolahan sampah juga dapat dikelola dengan system 3R yaitu Reduce
(mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan sampah), Reuse
(menggunakan kembali barang yang biasa dibuang), dan Recycle (mendaur ulang
sampah) dan cara lainnya yang dapat mempermudah masyarakat dalam mengelola
sampah.
Faktor-faktor yang menyebabkan produksi sampah yaitu jumlah penduduk,
keadaan social ekonomi dan kemajuan teknologi. Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan pembuangan sampah sembarangan yaitu diantaranya pendidikan,
pendapatan, pengaruh social budaya dan ketersediaan sarana.

3.2. Saran
Saran saya kepada para pembaca makalah ini diharapkan untuk lebih
mendalami ilmu tentang upaya-upaya pengelolaan sampah dan meningkatkan
kesadaran akan bahaya dan penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh sampah
untuk kelestarian lingkungan hidup. Karena pencemaran oleh sampah sudah sangat
mengkhawatirkan lingkungan kita, baik yang berbahaya maupun tidak, baik yang
dapat dimanfaatkan maupun tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai