Anda di halaman 1dari 61

TUGAS BESAR

PENGELOLAAN SAMPAH

Dosen Pengajar
Ir. Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD.

Oleh :
Dylan Dave Nieljhonson Karangan 2005561001
Grisella Febiola Pinem 2005561004
Made Cahyadewi Saka Putri 2005561008
Amy Debora Luwuk 2005561018
Qattan Putra Sulaeman 2005561026

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Pengelolaan
Sampah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sampah.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dan memberikan bimbingan, baik langsung maupun tidak langsung,
antara lain:
1) Ir. Kadek Diana Harmayani, ST,.MT.,Ph.D. selaku dosen pengajar dan dosen
pembimbing mata kuliah Pengelolaan Sampah.
2) Semua pihak yang telah memberikan informasi, bantuan, dan bimbingan
kepada penulis sehingga laporan tugas ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini selanjutnya.

Denpasar, 30 Mei 2022

Penulis

i
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tujuan
pengelolaan sampah secara nasional adalah mendukung tercapainya visi pembangunan
perkotaan dan pedesaan, yaitu meningkatnya kemandirian daerah dalam pengelolaan
dan pengembangan perkotaan yang layak huni, berkeadilan, berbudaya, produktif,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, khususnya dalam pengelolaan bidang
persampahan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, kegiatan
pengelolaan sampah di Kecamatan Kuta Selatan belum sepenuhnya berjalan secara
efektif. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan terpadat di
Kabupaten Badung yang terdiri dari 6 desa dengan jumlah penduduk 105.508 jiwa.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta banyaknya
pembangunan meningkatkan jumlah timbulan sampah dan keberagaman karakteristik
sampah di Kecamatan Kuta Selatan. Selain itu, persebaran TPS3R di Kecamatan Kuta
Selatan masih belum merata karena terdapat beberapa desa yang tidak memiliki TPS.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa kurang optimalnya peran TPS dalam upaya
mengelola sampah sehingga Kecamatan Kuta Selatan berkontribusi besar
menghasilkan timbulan sampah di Kabupaten Badung.
Perlu dilakukan upaya pembangunan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R
serta perbaikan fungsi dari TPS yang telah tersedia di Kecamatan Kuta Selatan agar
berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyelenggaraan TPS3R tidak hanya
berfokus kepada manajemen pengelolaan sampah yang tepat, tetapi juga harus
menekankan kepada penyelesaian masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan
sikap dan pola pikir masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang berkelanjutan

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kecamatan Kuta
Selatan?
1.2.2. Bagaimana laju timbulan dan komposisi sampah di Kecamatan Kuta
Selatan?
1.2.3. Bagaimana proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kuta Selatan
untuk 20 tahun kedepan?
1.2.4. Bagaimana teknis operasional pengelolaan sampah di TPS3R?
1.2.5. Bagaimana rancangan TPS3R yang memenuhi standar kriteria SNI
3242:2008 untuk proyeksi 20 tahun mendatang?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kecamatan Kuta
Selatan.
1.3.2. Menganalisis laju timbulan dan komposisi sampah di Kecamatan Kuta
Selatan.
1.3.3. Menganalisis proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kuta
Selatan untuk 20 tahun kedepan.
1.3.4. Menganalisis teknis operasional pengelolaan sampah di TPS3R.
1.3.5. Menganalisis rancangan TPS3R yang memenuhi standar kriteria SNI
3242:2008 untuk proyeksi 20 tahun mendatang
1.4. Manfaat
Manfaat dari perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R ini adalah
sebagai acuan bagi peneliti tentang cara merencanakan pembangunan pengolahan
sampah di sebuah desa dan masukan kepada instansi terkait alternatif yang dapat
dilakukan untuk merencanakan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R di wilayah
pedesaan serta sebagai pemenuhan syarat mata kuliah Pengelolaan Sampah.

1.5 Referensi Hukum


1.5.1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
1.5.2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

2
1.5.3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan
Sampah Spesifik.
1.5.4. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
1.5.5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
1.5.6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan.
1.5.7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 tentang
Sistem Pengelolaan Persampahan.

3
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Pengertian Sampah
Definisi sampah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.18
Tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut World Health Organization
(WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan tidak dipakai tidak
disenangi atau sesuat yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendiri (Chandra, 2006). Sampah juga merupakan semua
buangan yang berbentuk padat maupun semipadat yang dihasilkan dari kegiatan
manusia maupun hewan, dimana keberadaannya sudah tidak digunakan dan
dimanfaatkan lagi (Tchobanoglous, 1993).
Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan sejenisnya
selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3
(bahan berbahaya dan beracun). Sampah organik bersifat biodegradable
sehingga mudah terdekomposisi, sedangkan sampah non organik bersifat non-
biodegradable yang sulit terdekomposisi. Sampah organik sebagian besar
terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan
sampah kebun. Sampah anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar,
logam, dan debu. Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca
yang panas, biasanya dalam proses dekomposisinya menimbulkan bau dan
mendatangkan lalat (Damanhuri dan Padmi, 2010).
Setidaknya terdapat 4 jenis sampah yang mudah dipahami masyarakat
yang terdiri dari: sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk;
sampah daur ulang, yaitu kategori sampah anorganik (sulit membusuk) yang
dapat di daur ulang; sampah anorganik residu (tidak dapat di daur ulang); dan
sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) (Kementerian PUPR, 2016).
Penjelasan mengenai sumber timbulan, komposisi dan karakteristik sampah
sangat penting untuk membuat perencanaan sistem pengelolaan persampahan.

4
2.1.2 Sumber Sampah
Sumber Sampah Menurut Sumantri (2010), Penggolongan atau
pembagian sampah menurut sumbernya, dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Pemukiman penduduk.
Sampah pemukiman penduduk merupakan sampah yang dihasilkan
oleh setiap anggota keluarga yang berada dalam satu tempat. Jenis
sampah yang dihasilkanbiasanya adalah sisa makanan, sayuran,
sampah kering (rubbish), dan lain- lain.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan.
Sampah tempat umum merupakan sampah yang dihasilkan di
tempat- tempat umum, seperti terminal, stasiun, pasar, dan lain-
lain.Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa-sisa makanan
(garbage), sampah daun, sampah kering, sampah sisa bahan
bangunan, sampah khusus, dan juga sampah B3.
3. Sarana pelayanan masyarakat.
Sampah yang dihasilkan dari sarana layanan masyarakat, seperti
jalan umum, tempatpelayanan kesehatan (misalnya, rumah sakit dan
puskesmas), kompleksmiliter, gedung pertemuan, pantai, dan
saranapemerintah yang lain. Pada tempat- tempat ini yang
dihasilkan adalah sampah kering.
4. Industri
Sampah yang dihasilkan dari sisa produksi maupun karyawan.
Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya sampah basah,
sampah kering,sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah
berbahaya.
5. Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari sektorpertanian seperti, kebun, ladang,
ataupun sawah. Sampah yang dihasilkan berupa sampah pertaniaan,
pupuk, maupunbahan kimia pembasmi hama tanaman.

5
2.2 Komposisi Sampah dan Karakteristik Sampah
Karakteristik dan komposisi sampah sangat diperlukan untuk dapat
mengetahui pengelolaan yang tepat untuk menangani permasalahan sampah.
Komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah. Komposisi
sampah sering kali disajikan dalam persentase berat. Selain komposisi,
karakteristik sampah dibutuhkan pula dalam penanganan atau pengelolaan
sampah yang tepat.
2.2.1 Komposisi Sampah
Menurut (Damanhuri, 2010), Komposisi sampah dilihat berdasarkan sifat
atau karakteristiknya. Komposisi sampah dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sampah Basah (Garbage) merupakan sampah yang mudah terurai oleh
mikroorganisme dan bersifat degradable, seperti sampah daun- daun kering,
sisa- sisa makanan, buah- buahan,sayuran,dan lain- lain
b. Sampah Kering (Rubbish) merupakan sampah yang sulit terurai oleh
mikroorganisme dan bersifat undegradable. Contoh sampah jenis ini antara
lain:
a) Sampah Kering Logam, seperti kaleng dan besi usang.
b) Sampah Kering Non Logam, terdiri dari sampah yang mudah terbakar
(combustible rubbish) dan sampah yang sulit terbakar (noncombustible
rubbish). Sampah yang mudah terbakar misalnya kain, kertas, karton
dan kayu. Sedangkan sampah yang sulit terbakarmisalnya pecahan
kaca, botol dan gelas
c. Sampah Lembut yaitu sampah yang berupa partikel-partikel kecil dan dapat
mengganggu pernapasan dan mata.Misalnya debu, debu pabrik maupun
tenun, abu kayu, serbuk gergaji, abu sekam, dan incinerator.
d. Sampah Bahan Beracun Berbahaya (B3), yaitu sampah yang karena
komposisi dan jumlahnya berdampak pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Misalnya sampah rumah sakit,pestisida, racun, kaleng bekas
penyemprot nyamuk danparfum, batu baterai serta sampah nuklir, dan lain-
lain.

6
Komposisi sampah pemukiman atau sampah domestik dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tipikal Komposisi Sampah Domestik (% Berat Basah)

(Sumber: Damanhuri dan Padmi, 2010)


Sedangkan, komposisi sampah secara umum dapat dibedakan dalam
beberapa komponen yaitu:
- Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makan dan dedaunan
- Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas, dan lain-lain.
- Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas
kemasan, dan lain-lain.
- Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furniture bekas, dan lain-
lain.
- Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dan lain-lain.
- Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit, dan lain-
lain.
- Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas
kaca, dan lain-lain
- Sampah Kain perca; dapat berupa potongan kain atau pakaian bekas,
dan lain-lain
- Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah
yang tidak termasuk dalam kategori diatas

7
- Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng
bekas kemasan insektisida, lampu Neon, kaleng bekas cat, hair spray,
obat-obatan kadarluarsa, dan lain-lain.
Komposisi sampah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Tchobanoglous, 1993 dalam Fuadhilah, 2012):
a. Sumber sampah Dalam suatu sumber sampah maka akan
mendapatkan komposisi sampah yang berbeda dari lainnya.
b. Aktivitas penduduk Profesi dari masing-masing penduduk akan
membedakan jenis komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas
keseharian masyarakat nya.
c. Sistem pengumpulan dan pembuangan yang dipakai Sistem
pengumpulan dan pembuangan yang berbeda dari masing-masing
sumber sampah akan membedakan komposisi sampah yang perlu
diketahui.
d. Geografi Daerhah yang satu dengan daerah yang lain berdasarkan
letaknya akan membedakan komposisi sampah yang dihasilkan,
daeah pertanian dan perindustrian akan mempunyai komposisi
sampah yang berbeda.
e. Sosial ekonomi Faktor ini sangat mempengaruhi jumlah timbulan
sampah suatu daerah. Faktor sosial disini juga termasuk adat
istiadat, araf hdup, perilaku serta mental dan masyarakatnya.
f. Musim atau iklim Faktor ini mempengaruhi jumlah timbulan
sampah, contohnya di Indonesia misalnya musim hujan
kelihatannya smpah meningkat karena adanya sampah yang terbawa
oleh air.
g. Teknologi Dengan kemajuan teknologi maka jumlah timbulan
sampah juga meningkat. Sebagai contoh, dulu tidak dikenal dengan
adanya sampah jenis plastik tetapi sekarang plastik menjadi masalah
dalam pembuangan sampah.

8
h. Waktu Jumlah timbulan sampah dan komposisinya sangat
dipengaruhi oleh faktor waktu (harian, mingguan, bulanan,
tahunan). Jumlah timbulan sampah dalam satu hari bervariasi
menurut waktu. Hal ini erat hubunganya dengan kegiatan manusia
sehari-hari.

2.2.2 Karakteristik Sampah


Selain komposisi sampah, Karakteristik sampah di suatu wilayah
juga perlu diketahui untuk melakukan penanganan mengenai pengelolaan
sampah. Karakteristik sampah juga berfungsi agar mendapatkan volume
dan juga potensi sampah yang dapat di recycle dan cara mencari masalah
mengenai perngelolaan sampah. Karakteristik sampah dapat ditinjau dari
beberapa aspek yaitu karakteristik fisik dan kimia, yaitu:
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik sampah meliputi beberapa hal, sebagai berikut:
a. Berat jenis sampah
Dinyatakan dalam satuan (kg/m3), dimana dan dalam keadaan
bagaimana sampah diambil sebagai sampling untuk menghitung
berat spesifik sampah. Berat sampah dipengaruhi letak geografis,
lokasi, musim dan lama waktu penyimpanan. Hal ini sangat penting
untuk mengetahui volume sampah yang diolah. Sebagai gambaran
berat jenis masing-masing karakteristik sampah dapat dilihat pada
Tabel 2.2.

9
Tabel 2.2 Berat Jenis Masing-Masing Karakteristik Sampah

(Sumber: Sulistyoweni, 2002 dalam Deni R, 2017)


b. Kadar Kelembaban
Kadar kelembaban didefinisikan sebagai massa air per unit
massa sampah basah atau sampah kering. Untuk kandungan
kelembaban pada sampah dapat dilihat pada tabel 2.3.

10
Tabel 2.3 Kelembaban Sampah

(Sumber: Sulistyoweni, 2002 dalam Deni R, 2017)


c. Ukuran Partikel
Ukuran partikel angat penting untuk pengolahan akhir sampah,
terutama pada tahap mekanis, untuk mengetahui ukuran
penyaringan dan pemisahan mekanik.
2. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi
proses alternatif dan pilihan pemulihan energi.
a. Kandungan energi Jumlah energi yang dibutuhkan untuk membakar
limbah padat semuanya hingga menjadi abu (sisa akhir),
dipengaruhi oleh berat limbah padat dan kadar kelembaban
didalamnya. Besaran tipikal dari abu yang dihasilkan dan jumlah

11
energi yang dibutuhkan untuk membakar limbah padat tersebut
sesuai dengan komponen sampahnya dapat dilihat pada tabel 2.4
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Sisa Akhir dan Kandungan Energi limbah Padat

(Sumber: Sulistyoweni, 2002 dalam Deni R, 2017)


b. Ultimate analysis
Ultimate Analysis merupakan cara menganalisis penentuan
unsur kimia yang terdapat pada sampah, meliputi Karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S).
Berdasarkan nilai C dan N maka dapat ditentukan rasio C/N sampah
(Tchobanoglous, 1993 dalam AZ Abdillah, 2018). Ultimate

12
Analysis masing-masing komponen dalam sampah domestik,
dimana kadar Karbon (C) tertinggi dimiliki oleh komponen sampah
karet sebesar 78 %, kadar Oksigen (O) tertinggi dimiliki oleh
sampah kertas sebesar 44 %, kadar Nitrogren (N) tertinggi dimiliki
oleh sampah kulit sebesar 10 %, dan kadar Sulfur (S) tertinggi
dimiliki oleh sampah makanan dan kulit sebesar 0,4 %.
2.3 Timbulan Sampah
Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang ukur dalam
satuan berat atau volume. Tetapi di Indonesia pengukuran timbulan
sampah menggunakan satuan volume. Dalam memprediksi timbulan
sampah dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut
(Damanhuri, 2010):

Dimana:
Qn : timbulan sampah pada n tahun mendatang
Qt : timbulan sampah pada tahun awal perhitungan
Cs : peningkatan/ pertumbuhan kota
Ci : laju pertumbuhan sektor industri
Cp : laju pertumbuhan sektor pertanian
Cqn : laju peningkatan pendapatan per kapita
P : Laju pertumbuhan penduduk
Menurut Petunjuk Teknis TPS 3 R (2017), menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulan dan komposisi
sampah, yaitu :
1. Kategori kota
2. Sumber sampah

13
3. Jumlah penduduk, yakni apabila jumlah penduduk
mengalami peningkatan, maka timbulan sampah juga
akanmeningkat.
4. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial
maupun ekonomi seseorang, maka akan semakin tinggi
pula timbulan sampah perkapita yang dihasilkan.
5. Kemajuan teknologi, dengan kemajuan teknologi yang
semakin pesat juga akan menambah jumlah dan kualitas
sampah

Besarnya timbulan sampah dipengaruhi oleh kategori kota. Pada


kota besar timbulan sampah yang dihasilkan akan semakin tinggi,
begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah klasifikasi timbulan sampah
kota dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Timbulan Sampah Kota

2.4 Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah merupakan suatu kegiatan pengendalian
timbulan sampah secara teknis maupun non teknis (Maulany, 2015).
Pengelolaan sampah menurut UndangUndang Nomor 18 Tahun 2008
ini dilakukan melalui penanganan dan pengurangan sampah. Sedangkan
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006
Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan bahwa pengurangan sampah dilakukan
semaksimal mungkin dari sumbernyayang dikenal dengan sistem
Reduce, Reuse dan Recycle (3R). Konsep pengelolaan sampah 3R
(Buku Pedoman 3R dalam Purnaini, 2011) adalah:

14
a. Reduce (Pengurangan Volume)
Reduce merupakan upaya pengurangan timbulan sampah
yang dihasilkan di sumber (penghasil sampah). Upaya
pengurangan sampah di sumber dapat dilakukan dengan cara
merubah pola konsumsi, yaitu merubah kebiasaan
menghasilkan banyak sampah menjadi lebih sedikit sampah
b. Reuse (Penggunaan Kembali)
Reuse merupakan kegiatan penggunaan kembali bahan
maupun barang agar tidak menjadi sampah, seperti
menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali
botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Contoh
bahan- bahan yang dapat digunakan lagi adalah kertas,
plastik, gelas, logam, dan lain-lain.

c. Recycle (Daur Ulang)


Recycle merupakan kegiatan daur ulang sampah agar
menjadi sesuatu yang bermafaat.Seperti mengolah plastik
bekas menjadi bijih plastik untuk dicetak menjadi ember, pot
bunga, dan lain- lain. Dan mengolah kertas bekas menjadi
bubur kertas untuk kembali dicetak menjadi kertas yang
berkualitas rendah.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi dan
memanfaatkan sampah mulai dari sumber penghasil sampah, sehingga
nantinya dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
Sejalan dengan hal tersebut, Kementrian Pekerjaan Umum melalui Sub
Direktorat Persampahan menetapkan program nasional dalam
menangani sampah perkotaan. Garis besar program nasional dalam
menangani sampah perkotaan adalah sebagai berikut dijelaskan dalam
Tabel 2.6 berikut ini.

15
Tabel 2.6 Rencana Program Penanganan Sampah Perkotaan

2.5 Tempat Pengolahan Sampah 3R


Menurut Petunjuk Teknis TPS 3 R (2017), TPS 3 R merupakan tempat
untuk kegiatan pengelolaan sampah, yang dimulai dari pengumpulan
sampah, pemilahan sampah,penggunaan ulang sampah, pendauran
ulang sampah, serta pengolahan yang dilakukan di suatu kawasan
tertentu.
Dalam Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPS) 3R, dilakukan
kegiatan pengolahan sampah organik maupun anorganik yang bertujuan
untuk mengurangi jumlah timbulan sampah. Berikut adalah jenis- jenis
pengolahan di TPS 3R secara umum:
2.5.1 Pengolahan Sampah Organik
Sampah organik domestik adalah sampah yang berasal dari
aktivitas permukiman antara lain sisa makanan, daun, buah- buahan,
sisa sayuran. salah satu teknologi pengolahan sampah organik
adalah diolah menjadi pupuk organik (pupuk kompos). Kompos
adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses
dekomposisi secara alami. Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah
pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur
tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan
akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah (Sundari, 2009)

16
Pengomposan adalah dekomposisi terkontrol dari bahan organik
menjadi bahan organik yang stabil dan sehat sehingga dapat
digunakan sebagai soil conditioner dalam pertanian (Termorshuizen
et.al., 2004 dalam Priadi 2014). Proses pengomposan secara alami
memerlukan waktu yang lama (6-12 bulan), tetapi dengan
penambahan bioaktivator yang berupa konsorsium mikroba, proses
ini dapat dipersingkat (Budihardjo, 2006 dalam Priadi 2014).
Tabel 2.7 Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik

2.5.2 Pengolahan Sampah Anorganik


Sampah anorganik merupakan sampah yang dihasilkan dari
bahan- bahan non hayati baik berupa produk sintesis maupun hasil
proses teknologi pengelolaan bahan tambang atau sumber daya alam
dan tidak diuraikan oleh alam, contohnya plastik, kertas, kain, dan
logam. (Marliani, 2014).
Oleh karena itu, TPST 3R sebagai wadah untuk pengumpulan
dan pengolahan sampah diharapkan untuk juga dapat menjalankan
pengolahan terhadap jenis sampah anorganik. Kedepannya
diharapkan jenis sampah anorganik ini dapat dipilah lebih spesifik
lagi menjadi jenis sampah anorganik yang dapat didaur ulang, jenis

17
sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang (residu), dan
sampah jenis B3.
Berikut adalah jenis – jenis sampah anorganik yang di olah di
TPS3R:
a. Plastik
Plastik adalah salah satu jenismakromolekul yang dibentuk
dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses
penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui
proses kimia menjadimolekul besar (makromolekul atau
polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur
penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen. Untuk
membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan
adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan
minyak bumi atau gas alam.(Kumar, dkk., 2011).
1. Jenis - jenis plastik
Menurut Syarief et al (1988) dalam Okatama (2016),
berdasarkanketahanan plastik terhadap perubahan
suhu,maka plastik dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Thermoplastic
Jenis plastik ini meleleh pada suhu tertentu,melekat
mengikuti perubahan suhu, bersifatreversible (dapat
kembali ke bentuk semula ataumengeras bila di
dinginkan). Contoh: Polyethylene (PE), Polypropylene
(PP), Polyethylene Terephthalate (PET), Poliviniclorida
(PVC), Polistirena (PS).
b) Thermoset atau thermodursisabel
Jenis plastik ini tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(tidak reversible) sehingga bila pengerasan telah terjadi
maka bahan tidak dapat dilunakkankembali. pemanasan
dengan suhu tinggi tidak akan melunakkan jenis plastik

18
ini melainkan akan membentuk arang dan terurai. karena
sifat thermoset yang demikian maka bahan ini banyak
digunakan sebagai tutup ketel.
Teknologi pengolahan sampah plastik yang saat ini
banyak digunakan adalah teknologi perajangan plastik. Hasil
dari perajangan palstik adalah plastik serpih atau flakes.
Berikut adalah proses daur ulang plastik, yaitu pemilahan
jenis plastik, kemudian penggilingan sampah plastik. dalam
proses penggilingan ini sampah plastik akan hancur dan menjadi
serpihan yang berukuran sekitar 1 cm2 kemudian masuk bak
pencuci untuk dilakukan pencucian, kemudian dikeringkan,
setelah kering biji plastik di jual (Sahwan, 2005).
b. Kertas/kardus
Kertas adalah salah satu limbah yang paling banyak dihasilkan
oleh manusia, baik yang dihasilkan oleh rumah tangga maupun
sekolah dan perkantoran. Limbah kertas menjadi salah satu
masalah yang serius bagi bumi ini. Pada umumnya kertas
berbahan dasar dari alam dan biasanya dari pepohonan. Maka
semakin kita banyak mempergunakan kertas maka semakin
cepat pula bumi ini penuh dengan rusak karena keseimbangan
alamnya terganggu. Dengan mendaur ulang limbah kertas maka
kita membantu menjaga keseimbangan alam dan mencegah
pemanasan global (Arfah, 2017).
2.6 Proyeksi Penduduk
Pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting
dalam perencanaan sistem distribusi air minum. Hal ini disebabkan
karena pertambahan penduduk dapat mempengaruhi peningkatan
kebutuhan air minum pada suatu wilayah. Oleh karena itu perlu adanya
proyeksi penduduk dalam perencanaan sistem distribusi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk, antara lain

19
jumlah penduduk dalam suatu wilayah, kecepatan pertumbuhan
penduduk, dan kurun watu proyeksi (Mangkoedihardjo, 1985).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007,
Metode pendekatan yang digunakan untuk proyeksi penduduk terdiri
dari metode aritmatik, geometrik, dan least square.
a. Metode Aritmatik
Metode ini digunakan apabila pertambahan penduduk relatif
konstan tiap tahunnya.
Pn = Po + rn
Dimana:
Pn = jumalah penduduk pada tahun ke- n
Po = jumlah penduduk awal
n = periode waktu proyeksi
r = angka pertambahan penduduk/ tahun
Rumus diatas pindah dalam bentuk regresi menjadi:
Pn = Po + r n y = a x bx
Dimana:
Pn = y = jumlah penduduk pada tahun n
Po = b = koefisien
n = x = tahun penduduk yang akan dihitung
r = a = koefisien x
b. Metode Geometrik
Metode ini digunakan apabila tingkat pertambahan penduduk naik
secara berganda atau berubah secara ekuivalen dari tahun
sebelumnya.
Pn = Po (1 + r)𝑛
Dimana:
Pn = jumalah penduduk pada tahun ke- n
Po = jumlah penduduk awal
n = periode perhitungan

20
r = angka pertambahan penduduk/ tahun
Rumus diatas pindah dalam bentuk regresi menjadi:
log Pn = log Po + r log n
log y = a log x + log b
Dimana:
Log Pn = y = jumlah penduduk pada tahun n
Log Po = b = koefisien
Log n = x = tahun penduduk yang akan dihitung
r = a = koefisien x
c. Metode Least Square
Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yaitu pertambahan
penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier,
meskipun pertambahan penduduk tidak selalu bertambah.
Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode least square dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P = a + (b.t)
Dimana:
p = nilai variabel berdasarkan garis regresi
t = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linier
dengan rumus:

2.6.1 Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan dihitung dengan rumus jumlah penduduk tahun awal
dibagi dengan jumlah penduduk tahun akhir dipangkatkan dengan

21
selisih tahun akhir dengan tahun awal selanjutnya di kurang satu.
Setalah menghitung laju pertumbuhan selanjutnya menghitung
penduduk (Pt) dengan rumus jumlah penduduk tahun akhir dikalikan
dengan 1 ditambah laju pertumbuhan dipangkatkan dengan nilai t.

Keterangan:
r: Laju pertumbuhan penduduk
Pt: Jumlah penduduk tahun t
P0: Jumlah penduduk tahun awal
t: Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
2.7 Kriteria Teknis Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) 3R
Menurut Penyusunan Rencana Induk Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan (2017), Dalam merencanakan
Tempat Pengolahan SampahTerpadu (TPST) 3R, terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu tempat dan jenis peralatan yang akan
digunakan. Berikut adalah kriteria Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) 3R dapat dilihat pada Tabel 2.8
Tabel 2.8 Kriteria Perencanaan TPS 3R

2.7.1 Sarana Perencanaan TPS 3R


Sarana perencanaan yang dibutuhkan untuk Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat dilihat pada Tabel 2.9

22
Tabel 2.9 Sarana TPS 3R

2.8 Langkah-langkah Perancangan TPS 3R


Menurut Modul E.3 tentang Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
langkah- langkah yang harus dilakukan untuk merencanakan TPS 3R:
a. Analisis Kesetimbangan Material (Material balance analysis)
- Mengetahui jumlah sampah yang masuk ke dalam lokasi
tempat pengolahan sampah
- Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui proses
pengolahan yang akan diaplikasikan dan menentukan
prakiraan luas lahan serta mengetahui peralatan yang akan
dibutuhkan.
b. Identifikasi seluruh kemungkinan pemanfaatan material
Mengetahui karakteristik sampah dan pemanfaatannya untuk dibuat
diagram alir material balance.
c. Perhitungan akumulasi sampah
Menentukan dan menghitung jumlah akumulasi dari sampah, berapa
sampah yang akan ditangani TPST dan laju akumulasi dengan
penetapan waktu pengoperasian dari TPST.

23
d. Perhitungan material loading rate
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan jumlah pekerja dan
alat yang dibutuhkan serta jam kerja dan pengoperasian peralatan di
TPST.

e. Layout dan desain


Merupakan tata letak lokasi perencanaan TPST agar mempermudah
pelaksanaan pekerjaan
2.9 Fasilitas TPS 3R
Menurut Modul E.3 tentang Tempat Pengolahan Sampah Terpadu,
fasilitasyang terdapat di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R
(TPST) 3R terdiri dari:
a. Fasilitas Pre Processing
Fasilitas ini merupakan tahap awal pemisahan sampah,
mengetahui jenis sampah yang masuk, meliputi proses:
a) penimbangan
b) penerimaan dan penyimpanan
b. Fasilitas Pemilahan
Fasilitas ini dilakukan secara manual maupun mekanis, secara
manual dilakukan oleh tenaga kerja, sedangkan secara mekanis
dengan bantuan peralatan, seperti alat untuk memisahkan
berdasarkan ukuran (trommel screen, reciprocessing screen,
disc screen), sedangkan untuk memisahkansampah
berdasarkan berat jenisnya dapat
menggunakanpemisahan inersi, air classifier, dan flotation.
c. Fasilitas Pengolahan Sampah Secara Fisik

24
Fasilitas ini dilakukan untuk menangani sampah sesuai dengan
jenis dan ukuran material sampah. Peralatan yang digunakan
antara lain: hammer mill dan shear shredder)
d. Fasilitas Pengolahan lain
Fasilitas yang digunakan untuk mengolah sampah seperti
komposting, biogas, pirolisis, gasifikasi, insenerasi, dan lain-
lain.

25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi
Teknis pengelolaan sampah dilakukan di lima kawasan Desa Kecamatan
Kuta Selatan, yaitu Desa Benoa, Tanjung Benoa, Ungasan, Jimbaran, dan Kutuh.
Lokasi ditunjukan dalam gambar di bawah ini

Gambar 3.1 Peta administrasi 5 desa di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung

Desa Benoa merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kuta
Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk 6,91%. Pada tahun 2015 jumlah penduduk
sebanyak 24.741 orang, tahun 2016 terdapat jumlah penduduk sebanyak 24.741 orang,
tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 27.440 orang, tahun 2018 terdapat
jumlah penduduk sebanyak 27.440 orang, tahun 2019 terdapat jumlah penduduk
sebanyak 32.036 orang.
Desa Tanjung Benoa merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kuta Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,74%. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk sebanyak 5.618 orang, tahun 2016 terdapat jumlah penduduk sebanyak 5.698
orang, tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 5.698 orang, tahun 2018
terdapat jumlah penduduk sebanyak 5.631 orang, tahun 2019 terdapat jumlah
penduduk sebanyak 5.715 orang.

26
Desa Ungasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kuta
Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk 5,35%. Pada tahun 2015 jumlah penduduk
sebanyak 13.004 orang, tahun 2016 terdapat jumlah penduduk sebanyak 13.004 orang,
tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 13.488 orang, tahun 2018 terdapat
jumlah penduduk sebanyak 13.488 orang, tahun 2019 terdapat jumlah penduduk
sebanyak 13.708 orang.
Desa Jimbaran merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kuta
Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk berkurang sebanyak 2,55%. Pada tahun
2015 jumlah penduduk sebanyak 50.530 orang, tahun 2016 terdapat jumlah penduduk
sebanyak 50.530 orang, tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 50.532 orang,
tahun 2018 terdapat jumlah penduduk sebanyak 47.906 orang, tahun 2019 terdapat
jumlah penduduk sebanyak 49.174 orang.
Desa Kutuh merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kuta
Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk berkurang sebanyak 21.56%. Pada tahun
2015 jumlah penduduk sebanyak 3.959 orang, tahun 2016 terdapat jumlah penduduk
sebanyak 4.197 orang, tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 4.157 orang,
tahun 2018 terdapat jumlah penduduk sebanyak 4.573 orang, tahun 2019 terdapat
jumlah penduduk sebanyak 4.870 orang.

3.2 Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang di hasilkan
dari jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu (Departemen PU, 2004).
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SNI, 2004).
Timbulan sampah sangat 8 diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan
yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah.
Menurut SNI 19-3964-1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:

27
1. Satuan timbulan sampah kota sedang 2,75-3,25 L/orang/hari atau 0,070-0,080
kg/orang/hari.
2. Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau 0,625-0,70
kg/orang/hari
Keterangan: Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000<p< 100.000.
Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem
pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan langkah awal yang
biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya
dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan
sebagainya. Rata- rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan
daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya.

Proyeksi volume timbulan sampah di Kecamatan Kuta Selatan dilakukan


selama 20 tahun, yaitu dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2039. Proyeksi volume
timbulan sampah di masing-masing desa terlampir pada tabel dibawah.

Tabel 3.1 Proyeksi volume timbulan sampah tahun 2019-2039 di Desa Benoa
Benoa
Tahun Jumlah Timbulan
Penduduk Sampah
2015 24 741 68 038
2016 24 741 68 038
2017 27 440 75 460
2018 27 440 75 460
2019 32 036 88 099
2020 34 251 94 191
2021 36 619 100 704
2022 39 152 107 667
2023 41 859 115 111
2024 44 753 123 071
2025 47 848 131 581
2026 51 156 140 679

28
2027 54 693 150 406
2028 58 475 160 806
2029 62 518 171 925
2030 66 841 183 813
2031 71 463 196 523
2032 76 404 210 112
2033 81 687 224 640
2034 87 336 240 173
2035 93 375 256 780
2036 99 831 274 535
2037 106 734 293 518
2038 114 114 313 814
2039 122 005 335 513

Tabel 3.2 Proyeksi volume timbulan sampah tahun 2019-2039 di Desa Tanjung Benoa

Tanjung Benoa
Tahun Jumlah Timbulan
Penduduk Sampah
2015 5 618 15 450
2016 5 698 15 670
2017 5 698 15 670
2018 5 631 15 485
2019 5 715 15 716
2020 5 710 15 703
2021 5 723 15 738
2022 5 736 15 773
2023 5 748 15 808
2024 5 761 15 842
2025 5 774 15 877
2026 5 786 15 912
2027 5 799 15 947
2028 5 812 15 982
2029 5 824 16 017
2030 5 837 16 052
2031 5 850 16 087
2032 5 863 16 122
2033 5 875 16 157
2034 5 888 16 192

29
2035 5 901 16 227
2036 5 913 16 262
2037 5 926 16 297
2038 5 939 16 331
2039 5 951 16 366

Tabel 3.3 Proyeksi volume timbulan sampah tahun 2019-2039 di Desa Ungasan

Ungasan
Tahun Jumlah Timbulan
Penduduk Sampah
2015 13 004 35 761
2016 13 004 35 761
2017 13 488 37 092
2018 13 488 37 092
2019 13 708 37 697
2020 2 195 6 036
2021 2 371 6 520
2022 2 547 7 004
2023 2 723 7 488
2024 2 899 7 972
2025 3 075 8 456
2026 3 251 8 940
2027 3 427 9 424
2028 3 603 9 908
2029 3 779 10 392
2030 3 955 10 876
2031 4 131 11 360
2032 4 307 11 844
2033 4 483 12 328
2034 4 659 12 812
2035 4 835 13 296
2036 5 011 13 780
2037 5 187 14 264
2038 5 363 14 748
2039 5 539 15 232

30
Tabel 3.4 Proyeksi volume timbulan sampah tahun 2019-2039 di Desa Jimbaran

Jimbaran
Tahun Jumlah Timbulan
Penduduk Sampah
2015 50 530 138 958
2016 50 530 138 958
2017 50 532 138 963
2018 47 906 131 742
2019 49 174 135 229
2020 48 861 134 368
2021 48 550 133 513
2022 48 241 132 663
2023 47 934 131 818
2024 47 629 130 979
2025 47 326 130 146
2026 47 025 129 317
2027 46 725 128 494
2028 46 428 127 677
2029 46 132 126 864
2030 45 839 126 056
2031 45 547 125 254
2032 45 257 124 457
2033 44 969 123 665
2034 44 683 122 878
2035 44 398 122 096
2036 44 116 121 319
2037 43 835 120 546
2038 43 556 119 779
2039 43 279 119 017

31
Tabel 3.5 Proyeksi volume timbulan sampah tahun 2019-2039 di Desa Kutuh

Kutuh
Tahun Jumlah Timbulan
Penduduk Sampah
2015 3 959 10 887
2016 4 197 11 542
2017 4 157 11 432
2018 4 573 12 576
2019 4 870 13 393
2020 2 247 6 179
2021 2 475 6 805
2022 2 702 7 431
2023 2 930 8 058
2024 3 158 8 684
2025 3 386 9 310
2026 3 613 9 936
2027 3 841 10 563
2028 4 069 11 189
2029 4 297 11 815
2030 4 524 12 442
2031 4 752 13 068
2032 4 980 13 694
2033 5 208 14 321
2034 5 435 14 947
2035 5 663 15 573
2036 5 891 16 200
2037 6 119 16 826
2038 6 346 17 452
2039 6 574 18 079

3.3 Komposisi Sampah

Komposisi sampah merupakan komponen fisik sampah yang dipilah sesuai


dengan jenis dan karakteristiknya masing-masing, seperti sisa-sisa makanan, kayu,
kain tekstil, kertas-karton, logam besi-non besi, kaca, karet-kulit dan lain sebagainya

32
Komposisi dan sifat-sifat sampah dapat menggambarkan aktivitas manusia
yang beranekaragam. Komponen komposisi sampah yang berasal dari pemukiman
(sampah domestik) yaitu sebagai berikut:
1. Organik
2. Anorganik
3. Logam dan lain-lain

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi sampah,


antara lain sebagai berikut:
1. Cuaca, daerah dengan kandungan air tinggi, kelembaban sampah juga akan
cukup tinggi.
2. Musim, yaitu jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung.
3. Frekuensi pengumpulan, semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin
tinggi tumpukan sampah akan terbentuk.
4. Tingkat sosial ekonomi, daerah ekonomu tinggi pada umumnya menghasilkan
sampah yang terdiri dari bahan kaleng, kertas dan sebagainya.
5. Pendapatan per kapita, masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan
mengasilkan jumlah sampah yang lebih sedikit dibanding dengan masyarakat
tingkat ekonomi tinggi.
6. Kemasan produk, yaitu kemasan produk bahan sehari-hari juga dapat
mempengaruhi. Negara maju cenderung cenderung lebih banyak menggunakan
kertas sebagai pengemas, sedangkan pada Negara berkembang seperti
Indonesia lebih banyak menggunkan plastik sebagai pengemas.

33
Gambar 3.2 Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah di Kabupaten Badung
Tahun 2021

Tabel 3.6 Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah di Kabupaten Badung


Tahun 2021
Komposisi sampah di masing-masing desa terlampir pada tabel dibawah.

34
Tabel 3.7 Komposisi Sampah Tahun 2019-2039 di Desa Benoa
Timbulan logam
Tahun Sampah(l/ organik anorganik dan lain-
hr) lain
2015 68038 33.951 29.372 4.715
2016 68038 33.951 29.372 4.715
2017 75460 37.655 32.576 5.229
2018 75460 37.655 32.576 5.229
2019 88099 43.961 38.032 6.105
2020 94191 47.001 40.662 6.527
2021 100704 50.251 43.474 6.979
2022 107667 53.726 46.480 7.461
2023 115111 57.441 49.694 7.977
2024 123071 61.412 53.130 8.529
2025 131581 65.659 56.803 9.119
2026 140679 70.199 60.731 9.749
2027 150406 75.053 64.930 10.423
2028 160806 80.242 69.420 11.144
2029 171925 85.791 74.220 11.914
2030 183813 91.723 79.352 12.738
2031 196523 98.065 84.839 13.619
2032 210112 104.846 90.705 14.561
2033 224640 112.095 96.977 15.568
2034 240173 119.846 103.683 16.644
2035 256780 128.133 110.852 17.795
2036 274535 136.993 118.517 19.025
2037 293518 146.466 126.712 20.341
2038 313814 156.593 135.473 21.747
2039 335513 167.421 144.841 23.251

35
Tabel 3.8 Komposisi Sampah Tahun 2019-2039 di Desa Tanjung Benoa
Timbulan
logam dan
Tahun Sampah(l/ organik anorganik
lain-lain
hr)
2015 15450 7.709 6.670 1.071
2016 15670 7.819 6.765 1.086
2017 15670 7.819 6.765 1.086
2018 15485 7.727 6.685 1.073
2019 15716 7.842 6.785 1.089
2020 15703 7.836 6.779 1.088
2021 15738 7.853 6.794 1.091
2022 15773 7.871 6.809 1.093
2023 15808 7.888 6.824 1.095
2024 15842 7.905 6.839 1.098
2025 15877 7.923 6.854 1.100
2026 15912 7.940 6.869 1.103
2027 15947 7.958 6.884 1.105
2028 15982 7.975 6.900 1.108
2029 16017 7.993 6.915 1.110
2030 16052 8.010 6.930 1.112
2031 16087 8.027 6.945 1.115
2032 16122 8.045 6.960 1.117
2033 16157 8.062 6.975 1.120
2034 16192 8.080 6.990 1.122
2035 16227 8.097 7.005 1.125
2036 16262 8.115 7.020 1.127
2037 16297 8.132 7.035 1.129
2038 16331 8.149 7.050 1.132
2039 16366 8.167 7.065 1.134

36
Tabel 3.9 Komposisi Sampah Tahun 2019-2039 di Desa Ungasan
Timbulan logam
Tahun Sampah(l/ organik anorganik dan lain-
hr) lain
2015 35761 17.845 15.438 2.478
2016 35761 17.845 15.438 2.478
2017 37092 18.509 16.013 2.570
2018 37092 18.509 16.013 2.570
2019 37697 18.811 16.274 2.612
2020 6036 3.012 2.606 418
2021 6520 3.254 2.815 452
2022 7004 3.495 3.024 485
2023 7488 3.737 3.233 519
2024 7972 3.978 3.442 552
2025 8456 4.220 3.651 586
2026 8940 4.461 3.860 620
2027 9424 4.703 4.068 653
2028 9908 4.944 4.277 687
2029 10392 5.186 4.486 720
2030 10876 5.427 4.695 754
2031 11360 5.669 4.904 787
2032 11844 5.910 5.113 821
2033 12328 6.152 5.322 854
2034 12812 6.393 5.531 888
2035 13296 6.635 5.740 921
2036 13780 6.876 5.949 955
2037 14264 7.118 6.158 989
2038 14748 7.359 6.367 1.022
2039 15232 7.601 6.576 1.056

37
Tabel 3.10 Komposisi Sampah Tahun 2019-2039 di Desa Jimbaran
Timbulan
logam dan
Tahun Sampah(l/ organik anorganik
lain-lain
hr)
2015 138958 69.340 59.988 9.630
2016 138958 69.340 59.988 9.630
2017 138963 69.343 59.990 9.630
2018 131742 65.739 56.873 9.130
2019 135229 67.479 58.378 9.371
2020 134368 67.050 58.007 9.312
2021 133513 66.623 57.637 9.252
2022 132663 66.199 57.271 9.194
2023 131818 65.777 56.906 9.135
2024 130979 65.359 56.544 9.077
2025 130146 64.943 56.184 9.019
2026 129317 64.529 55.826 8.962
2027 128494 64.119 55.471 8.905
2028 127677 63.711 55.118 8.848
2029 126864 63.305 54.767 8.792
2030 126056 62.902 54.419 8.736
2031 125254 62.502 54.072 8.680
2032 124457 62.104 53.728 8.625
2033 123665 61.709 53.386 8.570
2034 122878 61.316 53.046 8.515
2035 122096 60.926 52.709 8.461
2036 121319 60.538 52.373 8.407
2037 120546 60.153 52.040 8.354
2038 119779 59.770 51.709 8.301
2039 119017 59.389 51.380 8.248

38
Tabel 3.11 Komposisi Sampah Tahun 2019-2039 di Desa Kutuh
Timbulan logam
Tahun Sampah(l/ organik anorganik dan lain-
hr) lain
2015 10887 5.433 4.700 754
2016 11542 5.759 4.983 800
2017 11432 5.704 4.935 792
2018 12576 6.275 5.429 871
2019 13393 6.683 5.782 928
2020 6179 3.083 2.667 428
2021 6805 3.396 2.938 472
2022 7431 3.708 3.208 515
2023 8058 4.021 3.478 558
2024 8684 4.333 3.749 602
2025 9310 4.646 4.019 645
2026 9936 4.958 4.290 689
2027 10563 5.271 4.560 732
2028 11189 5.583 4.830 775
2029 11815 5.896 5.101 819
2030 12442 6.208 5.371 862
2031 13068 6.521 5.641 906
2032 13694 6.833 5.912 949
2033 14321 7.146 6.182 992
2034 14947 7.459 6.453 1.036
2035 15573 7.771 6.723 1.079
2036 16200 8.084 6.993 1.123
2037 16826 8.396 7.264 1.166
2038 17452 8.709 7.534 1.209
2039 18079 9.021 7.804 1.253

3.4 Analisis Pewadahan dan Pengangkutan


3.4.1 Pengertian
Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara di sumber
sampah. Sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan menampung sampah
sementara sebelum sampah dikumpulkan, dipindahkan, diangkut, diolah, dan
dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA.
Tujuan utama dari pewadahan adalah :

39
1. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak
berdampak buruk kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika.
2. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan
petugas pengumpul sampah.

3.4.2 Pola Pewadahan


Pola pewadahan terbagi menjadi :
1. Pewadahan Individual
Diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang
dipakai tergantung setara dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.
2. Pewadahan Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar.
Bentuknya ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya
adalah umum.

3.4.3 Kriteria Sarana Pewadahan


Kriteria sarana pewadahan sampah dengan pola pewadahan individual
adalah :
1. Kedap air dan udara;
2. Mudah dibersihkan;
3. Harga terjangkau;
4. Ringan dan mudah diangkat;
5. Bentuk dan warna estetis;
6. Memiliki tutup supaya higienis;
7. Mudah diperoleh; dan
8. Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk
sampah yang dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari
serta 1 hari untuk sampah yang mudah terurai.
Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang Tata
Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah sebagai berikut:

40
1. Tidak mudah rusak dan kedap air;
2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
3. Mudah dikosongkan.
Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat, bahan, volume, dan pengadaan
wadah sampah untuk masing-masing pola pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 3.12 Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002

Karakteristik
No. Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal
Wadah
Kotak, silinder, kontainer, bin
Kotak, silinder, kontainer,
1 Bentuk (tong) yang bertutup, kantong
bin (tong) yang bertutup
plastik
Ringan, mudah
Ringan, mudah dipindahkan
2 Sifat dipindahkan dan
dan dikosongkan
dikosongkan
Logam, plastik, fiberglass, Logam, plastik, fiberglass,
3 Bahan
kayu, bambu, rotan kayu, bambu, rotan
− Permukiman dan toko kecil : − Pinggir jalan dan taman:
(10 – 40) L (30 –40) L
4 Volume
− Kantor, toko besar, hotel, − Permukiman dan pasar:
rumah makan: (100 – 500) L (100 – 1000) L
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola

3.4.4 Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah adalah bagian persampahan yang bersasaran
membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung
menuju tempat pemerosesan akhir (TPA). Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan
pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, penugasan terhadap supir jelas serta
biaya relatif murah. Minimnya jumlah sarana yang digunakan serta jarak dan waktu
tempuh merupakan tujuan utama dari perencanaan rute transportasi sampah.Akses
yang mudah ke TPA akan mempercepat pengangkutan sampah dari Tempat

41
Penampungan Sementara (TPS). Hal ini akan mempermudah proses pengambilan
sampah dari daerah pemukiman sehingga tidak terjadi penumpukan sampah. Untuk
studi kasus kali ini dilakukan pada Dinas Pekerja Umum Cipta Karya Tata Ruang
Kebersihan dan Pertamanan Provinsi Bali.
Pengangkutan sampah menggunakan truk compactor. Desainnya dengan bak
tertutup memungkinkan pengangkutan sampah yang bebas bau. Kondisi truk tersebut
lebih aman untuk mengangkut sampah karena meminimalkan kemungkinan sampah
tercecer sepanjang perjalanan menuju tempat pembuangan akhir. Selain itu, lantai bak
truk yang miring ke arah dalam juga berfungsi menjaga cairan sampah agar tidak
mengotori lingkungan.
Kapasitas bak sampah truk compactor memang lebih kecil yaitu 10 meter
kubik, dibandingkan dengan tipe konvensional yang mampu mengangkut sampah
hingga 25 meter kubik. Walaupun demikian, truk compactor bisa memampatkan
muatannya hingga sepertiga dari volume awal. Oleh karena itu, jumlah sampah yang
diangkut bisa lebih banyak dibanding menggunakan truk sampah konvensional.
Pengangkutan sampah dengan menggunakan truk compactor juga membuat
kebutuhan personel pengangkut sampah berkurang. Petugas yang dibutuhkan hanya
satu orang pengemudi dan satu orang yang bertugas memasukkan sampah melalui
bagian belakang truk.
Tabel analisis pewadahan dan pengangkutan sampah dilampirkan pada tabel
dibawah ini.

42
Tong Sampah 240 Liter 25 Tong
Organik
Truk Compactor 10000 Liter 2 Truk
Benoa Tong Sampah 240 Liter 25 Tong
Non Organik
Truk Compactor 10000 Liter 2 Truk
Tong Sampah 240 Liter 7 Tong
Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk
Tanjung Benoa Tong Sampah 240 Liter 7 Tong
Non Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk
Tong Sampah 240 Liter 6 Tong
Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk
Ungasan Tong Sampah 240 Liter 6 Tong
Non Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk
Tong Sampah 240 Liter 27 Tong
Organik
Truk Compactor 10000 Liter 4 Truk
Jimbaran Tong Sampah 240 Liter 27 Tong
Non Organik
Truk Compactor 10000 Liter 4 Truk
Tong Sampah 240 Liter 8 Tong
Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk
Tong Sampah 240 Liter 8 Tong
Kutuh
Non Organik
Dump Truk 4600 Liter 1 Truk

Tabel 3.13 Analisis Pewadahan dan Pengangkutan Sampah

Berdasarkan hasil analisis pewadahan dan pengangkutan, jumlah truk yang


dibutuhkan untuk keseluruhan desa adalah adalah 26 Truk. Untuk meminimalisir biaya
yang dikeluarkan untuk sarana pengangkutan sampah dan tenaga kerja yang
dibutuhkan, maka dilakukan penambahan frekuensi jadwal pengangkutan sampah.
Jadwal pengangkutan sampah adalah sebagai berikut :

43
Desa Jumlah Truk Frekuensi Pengangkutan
Benoa 4 2 kali/hari
Tanjung Benoa 2 1 kali/hari
Ungasan 2 1 kali/hari
Jimbaran 4 2 kali/hari
Kutuh 2 1 kali/hari
Tabel 3.14 Jadwal Pengangkutan Sampah Setiap Desa

Setelah dilakukan penjadwalan, maka total jumlah truk yang dibutuhkan untuk
kecamatan Kuta Selatan adalah sebanyak 7 Truk. Pada setiap truk pengangkutan
diasumsikan 3 orang sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk pengangkutan sampah Kecamatan Kuta Selatan adalah sebanyak 21
Pekerja.

3.5 Pengolahan Sampah di TPS3R


Bangunan TPS 3R terbagi menjadi beberapa unit, diantaranya:
a. Pintu masuk
Pintu masuk merupakan lintasan masuknya truk pengangkutan sampah untuk menuju
bangunan pengelolaan sampah lanjutan.

b. Kantor
Kantor digunakan sebagai ruangan untuk melakukan pendataan kegiatan administrasi
dan melakukan evaluasi kegiatan pengolahan sampah di TPS 3R.

c. Gudang penyimpanan
Gudang berfungsi untuk menampung hasil dari pengumpulan barang pecah belah
seperti kertas, kain dan hasil kompos yang dapat disimpan dalam rak penyimpanan.

Alur Pengelolaan Sampah Organik


1. Ruang penampung sampah organik

44
Truk pengangkut sampah organik yang datang dari pintu masuk langsung
menuju ruang penampung sampah organik.

2. Ruang pencacah sampah organik


Mesin pencacah sampah organik merupakan mesin pengolah sampah yang
berfungsi untuk mencacah berbagai jenis sampah organik. Sampah organik yang dapat
dicacah antara lain rumput, limbah sayur, limbah buah, daun, ranting kecil, dan bahan
organik lainnya. Kegunaan mesin ini adalah untuk merajang sampah organik yang akan
diolah menjadi pupuk kompos, Salah satu cara untuk mempercepat proses
pengomposan, maka bahan baku pupuk organik harus dicacah terlebih dahulu menjadi
ukuran kecil. Setelah proses pencacahan baham baku sampah organik, selanjutnya
bahan baku dicampur dan difermentasi. Langkah berikutnya adalah pupuk disortasi
dengan menggunakan mesin pengayak kompos.

3. Ruang pengayakan
Maksud utama dari pengayakan adalah untuk memperoleh partikel kompos
yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pengayakan juga berfungsi
sekaligus untuk memisahkan bahan-bahan yang belum terkomposkan secara sempurna.
Pada rencana TPS 3R ini proses pengayakan dilakukan secara manual dengan
menggunakan ayakan berbentuk jaring dan dari hasil proses pengayakan akan
dihasilkan kompos halus dan kompos kasar.

4. Ruang pengomposan
Kompos yang telah dikemas dengan baik dan rapi akan disimpan dalam suatu wadah
gudang penyimpanan kompos yang aman dan tempatnya juga tidak lembab. Hal ini
untuk menghindari timbulnya jamur yang dapat merusak daya tarik kemasan.

Alur Pengelolaan Sampah Anorganik


1. Ruang penampung sampah anorganik

45
Truk pengangkut sampah anorganik yang datang dari pintu masuk langsung
menuju ruang penampung sampah anorganik.

2. Ruang pemilahan sampah plastik


Sampah anorganik dikelompokkan berdasarkan jenis dan jumlahnya, serta
diambul sampah plastik untuk pengolahan selanjutnya.

3. Ruang Penyortiran sampah plastik


Sampah plastik yang telah dipilah kemudian disortir untuk memudakna proses
daur ulang terpisah. Sampah plastik dipisahkan berdasarkan jenisnya, seperti PET,
HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS.

4. Ruang pencucian sampah plastik


Untuk menghasilkan plastik berkualitas tinggi, plastik yang didaur ulang harus
dipisahkan dari kontaminan. Oleh karena itu, plastik dibilas dari kontaminan lemak,
minya, cat, lem, tinta, dan sebagainya. Pada tahap ini, pencucian juga bisa dibantu
menggunakan deterjen.

5. Ruang pengeringan sampah plastik


Teknik penjemuran ditujukan agar proses penguapan air lebih cepat. Proses ini
biasanya dilakukan di lantai semen atau menggunakan terpal di permukaan datar.

6. Ruang penggilingan sampah plastik


Proses penggilingan sampah merupakan salah satu proses paling krusial dalam
pengolahan sampah anorganik. Plastik yang sudah dicacah dapat dijual ke pabrik
plastik dan diolah menjadi plastik baru.

46
BAB IV
TEKNIS OPERASIONAL TPS 3R KECAMATAN KUTA SELATAN
Tempat Pengolahan Sampah (TPS) merupakan TPS 3R adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, dan pengolahan skala kawasan. Lokasi TPS 3R yang direncanakan, yaitu di
Kecamatan Kuta Selatan yang melayani 5 desa. Kegiatan pengolahan sampah yang
dilakukan di TPS 3R adalah pengolahan sampah organik menjadi kompos. Sedangkan
pengolahan sampah anorganik dilakukan pengolahan plastik menjadi biji plastik serta
didaur ulang menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) dan penjualan kepada pihak ketiga.
Urutan prosedur operasional pengelolaan sampah di TPS 3R meliputi kegiatan
pemilahan sampah dari sumber penghasil, pengangkutan, pengumpulan, pemilahan,
pengolahan, dan penyetoran kepada pihak ketiga.
4.1 Pemilahan Sampah oleh Penghasil Sampah dan Pewadahan
Pemilahan sampah dilakukan oleh penghasil sampah (rumah tangga dan non
domestik) menjadi dua jenis sampah, yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering
(anorganik) khususnya plastik. Pemilahan dapat dilakukan dengan menyediakan tong
sampah yang berbeda untuk sampah organik dan anorganik juga sampah residu di
masing-masing rumah. Sampah organik meliputi sisa makanan, nasi, sayuran, buah-
buahan dan tulang- tulang ikan. Sampah anorganik meliputi sampah kertas, plastik,
kaca, logam dan kaleng. Pemilahan sampah dipilah menjadi dua, yaitu sampah organik,
dan anorganik, kemudian masukkan ke dalam tong sampah yang berbeda. Untuk
sampah organik ditempatkan pada tong sampah hijau dan untuk sampah nonorganic
ditempatkan pada tong sampah kuning.

Gambar 4.1 Pewadahan untuk sampah organik

47
Gambar 4.2 Pewadahan untuk sampah anorganik
4.2 Pengangkutan
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut sampah dari sumber penghasil sampah
(domestik, non domestik, dan jalan raya) ke TPS 3R. Pengangkutan sampah
dilakukan menggunakan dump truck 4600 liter yang nantinya akan langsung
dibawa menuju TPS3R dengan jadwal pengangkutan sebagai berikut:

Gambar 4.3 Dump Truck yang Digunakan dalam Pengangkutan

48
BAB V
METODE PENGOLAHAN SAMPAH

Tempat Pengolahan Sampah (TPS) merupakan TPS3R adalah tempat


dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, dan pengolahan skala kawasan. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPS3R
adalah pengolahan sampah organik menjadi kompos. Sedangkan pengolahan sampah
anorganik dilakukan pengolahan plastik menjadi biji plastik (pellet) dan penjualan
kepada pihak ketiga

5.1 Metode Pengolahan Sampah Organik pada TPS3R


Menurut WHO, sampah organik adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah organik terbagi
menjadi dua, yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah
organik basah adalah limbah yang bertekstur lunak, mudah dibentuk, dan
mudah terurai. Sampah organik basah dapat berupa sisa buah – buahan, sisa
sayuran, kotoran hewan maupun kotoran manusia. Adapun sampah organik
kering adalah limbah yang kandungan airnya sedikit. Sampah organik kering
lebih lama terurai dibandingkan sampah organik basah karena kondisi yang
lebih kering dari sampah organik basah. Contoh sampah organik kering adalah
ranting pohon, dedaunan kering, kayu, tempurung kelapa, dan lain sebagainya.
Pada TPS 3R sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos.
Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses
dekomposisi secara alami. Pengomposan diartikan sebagai dekomposisi
terkontrol dari bahan organik menjadi bahan organik yang stabil sehingga dapat
digunakan sebagai soil conditioner dalam pertanian (Priadi 2014). Proses
pengomposan secara alami memerlukan waktu yang lama (6-12 bulan), tetapi
dapat lebih singkat jika adanya penambahan bioaktivator yang berupa
konsorsium mikroba. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan kompos adalah sebagai berikut:

49
a. Pembuatan kompos dapat menggunakan metode open windrow.
b. Dilakukan analisis kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan
parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N, P, K dan logam berat.
c. Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan
dinas, atau yang lain

Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dengan melalui


beberapa tahapan, yaitu proses pencacahan hingga pengomposan dan
pengayakan. Pengomposan sampah organik diawali dengan melakukan
pemilahan sampah organik yang sulit terurai (kayu) agar tidak ikut
dikomposkan dan sampah yang berada di ruang penampung tersebut, kemudian
dicacah. Sampah dicacah menggunakan alat pencacah untuk mempercepat
proses pengomposan. Alat yang digunakan untuk mencacah sampah organik
adalah mesin pencacah dengan bahan material plat besi Plattezer. Kapasitas
mesin pencacah sebesar kg/jam. Mesin pencacah ini terdiri dari dua bagian
utama yaitu mesin penggerak dan kerangka yang dilengkapi alat pemotong
pencacah pisau putar.

Pengomposan dilakukan dengan bantuan bioaktivator (EM4). EM4


merupakan larutan yang mengandung mikroorganisme fermentasi yang
jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan mikroorganisme ini dipilih yang
dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi bahan organik (Yuniwati, 2012).
EM4 berupa cairan berwarna kuning kecoklatan berbau sedap dengan tingkat
pH kurang dari 3,5. Kompos yang matang ditandai dengan suhu tumpukan yang
menurun mendekati suhu ruangan, tidak berbau, bentuk fisik menyerupai tanah,
dan berwarna kehitam- hitaman. Pematangan berlangsung selama 15 hari atau
lebih lambat atau bahkan lebih cepat tergantung jenis bioaktivator yang
dicampurkan ke dalam proses pengomposan. Hasil kompos yang sudah jadi
kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan dan yang belum
matang dengan sempurna, kembali dicampur dengan proses pengomposan
berikutnya.

50
5.2 Metode Pengolahan Sampah Anorganik pada TPS3R

Sampah anorganik merupakan sampah yang dihasilkan dari bahan-


bahan non hayati baik berupa produk sintesis maupun hasil proses teknologi
pengelolaan bahan tambang atau sumber daya alam dan tidak diuraikan oleh
alam, contohnya plastik, kertas, kain, dan logam. (Marliani, 2014). Oleh karena
itu, TPST 3R sebagai wadah untuk pengumpulan dan pengolahan sampah
diharapkan untuk juga dapat menjalankan pengolahan terhadap jenis sampah
anorganik.

Peningkatan timbulan sampah akan menyebabkan meningkatnya


kebutuhan lahan pada TPS 3R untuk menampung sampah tersebut. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya pengurangan timbulan sampah sehingga kebutuhan
lahan TPS 3R tidak meningkat. Pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar
selain dapat berfungsi untuk emngurangi jumlah timbulan sampah di TPS 3R
dapat juga digunakan sebagai alternatif dalam pengolahan sampah yang
meningkatkan nilai ekonomis sampah.

RDF (Refuse Derived Fuel) dikenal sebagai bahan bakar alternatif yang
dihasilkan dari sampah mudah terbakar, seperti sampah plastik, karet dan kulit,
tekstil, kayu, kertas, resin sintetis, lumpur pengolahan air limbah, dan lumpur
olahan. RDF dihasilkan dari pemisahan fraksi yang mudah terbakar
(combustible fraction) dan fraksi sampah yang sulit dibakar (non combustible
fraction) dari sampah yang diolah secara mekanik (McDougall et al., 2008).
Sampah yang ada pada zona pasif TPS 3R dapat dimanfaatkan menjadi bahan
bakar dengan manganalisis nilai kalor yang dihasilkan dari material sampah
combustible yang berada pada TPS 3R.

Nilai kalor merupakan sejumlah energi yang dilepaskan per unit massa
atau per unit volume dari suatu material atau bahan ketika material tersebut
habis terbakar. Terdapat 2 terminologi nilai kalo yang biasa digunakan yaitu
Nilai Kalor Tinggi dan Nilai Kalor Rendah. Nilai kalor tinggi atau Higher

51
Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) memiliki acuan dan
metode perhitungan yang sedikit berbeda, selain itu terdapat pula perbedaan
kandungan air pada setiap reaksi pembakaran hidrokarbon.

RDF berkualitas baik adalah RDF yang memiliki nilai kalor yang tingi
dan konsentrasi senyawa toxic yang rendah, seperti logam berat dan klorin.
Pemisahan pemilahan RDF memiliki keuntungan karena pada perlakuan
termal, proses tidak hanya menghasilkan bahan bakar, tetapi juga dapat
menghasilkan fraksi organik yang dapat membentuk bahan baku untuk
pengolahan biologis. Oleh karena itu, proses penyortiran RDF terjadi dalam
kombinasi dengan proses pengolahan biologis.

Penggunaan RDF sebagai bahan bakar memberikan keuntungan seperti


heating value yang tinggi, homogenitas komposisi fisik-kimia, kemudahan
disimpan, ditangani dan ditransportrasikan, semakin sedikit emisi polutan yang
dihasilkan dan berkurangnya udara yang dibutuhkan utnuk proses pembakaran.
Namun, produksi high calorific value RDF mengharuskan proses produksi yang
kompleks yang mengarah kepada efisiensi massa yang kecil (sehingga efisiensi
bahan baku RDF menjadi kecil).

Keunggulan lain dari penggunaan RDF sebagai bahan bakar adalah:

• RDF memiliki nilai yang tinggi kalori, sehingga pemulihan energi menjadi
lebih tinggi.
• RDF mengandung sedikit non-combustible material sehingga abu yang
dihasilkan lebih sedikit.
• Pembakaran karakteristik RDF lebih konsisten, sehingga pembakaran bisa
lebih terkontrol.

52
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persebaran TPS3R di Kecamatan Kuta Selatan pada saat ini masih tergolong
tidak merata dan hanya 3 desa yang sudah memiliki TPS3R, yaitu TPST
Samtaku di Desa Jimbaran, TPS3R Panca Lestari di desa Tanjung Benoa, dan
TPS3R Tunjung Mas di Desa Benoa. Kebiasaan masyarakat yang sulit diubah,
seperti masih membuang sampah di sungai juga menjadi permasalahan
pengolahan sampah di Kecamatan Kuta Selatan.
2. Laju pertumbuhan penduduk pada Kecamatan Kuta Selatan berbeda-beda di
setiap desanya. Pada Desa Benoa memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar
6,91%, Desa Tanjung Benoa sebesar 1,74%, Desa Ungasan sebesar 5,35%,
Desa Jimbaran sebesar 2,55%, sedangkan Desa Kutuh sebesar 21.56%.
3. Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kuta Selatan untuk 20 tahun
kedepan dapat dikatakan meningkat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang
meningkat dapat berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah dan
keberagaman karakteristik sampah di Kecamatan Kuta Selatan.
4. Teknis atau urutan prosedur operasional pengelolaan sampah di TPS 3R
meliputi kegiatan pemilahan sampah dari sumber penghasil, pengangkutan,
pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan penyetoran kepada pihak ketiga.
5. Rancangan TPS3R di Kecamatan Kuta Selatan dengan total luas lahan yang
dibutuhkan adalah 1.500 m2, terdiri dari:
a. Pengelolaan Sampah Organik
- Ruang penampung sampah organik
- Ruang pencacah sampah organik
- Ruang pengomposan
- Ruang pengayakan
b. Pengelolaan Sampah Anorganik

53
- Ruang penampungan anorganik
- Ruang pemilahan sampah anorganik
- Ruang penyortiran sampah plastik
- Ruang pencucian sampah plastik
- Ruang pengeringan sampah plastik
- Ruang penggilingan sampah plastik

54
DAFTAR PUSTAKA
Arfah, Mahrani. 2017. Pemanfaatan Limbah Kertas Menjadi Kertas Daur Ulang
Bernilai Tambah Oleh Mahasiswa. Buletin Utama Teknik Vol. 13 (1)

Aprilia, N. L. 2018. Perencanaan Teknis Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R


Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Ampel Surabaya).

Chamdra, Santhy,dkk. 2015. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Kupang Dengan


Proses Hirarki Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. Vol. 22 (3): 350- 356
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2010. Pengelolaan Sampah Edisi Semester I –
2010/2011. Bandung: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Hutabarat, I. N., Priyambada, I. B., Samudro, G., Lokahita, B., Syafrudin, S.,
Wardhana, I. W., & Hadiwidodo, M. 2018. Potensi Material Sampah
Combustible pada Zona Pasif TPA Jatibarang Semarang sebagai Bahan Baku
RDF (Refuse Derived Fuel). Jurnal Teknik Mesin Mercu Buana. 7(1): 24-28.

Marliani, Novi. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik)


Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal
Formatif. Vol. 4 (2):124- 232.

McDougall, F. and Hruska, J.P. 2000. The use of Life Cycle Inventory tools to support
an integrated approach to solid waste management. Waste Management and
Research. 18(6): 590-594.
Maulany, Diah, dkk. 2015. Kajian Timbulan Sampah Sistem Pengelolaan Sampah
Berbasis 3R. Studi Kasus RW 17 Kelurahan Cilengkrang Kabupaten
Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol.3 (1)
Muslimah, B. P. 2020. Perencanaan teknis tempat pengolahan sampah (TPS 3R)
Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Ampel Surabaya).

Priadi, Dodi Dan Tri M. E. 2014. Pembuatan Kompos Berbahan Dasar Potongan
Rumput dan Kotoran Sapi Serta Pemanfaatannya Untuk Tanaman Sayuran.
Seminar Nasional Hasil Penelitian Unggulan Bidang Pangan Nabati.

55
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Predana Media Group
Tchobanoglous G, 1993. Integrated Solid Waste Management. McGraw-Hill
International. Newyork

Yuniwati, Murni, dkk. 2012. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari
Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal
Teknologi Vol.5 (2)

56
LAMPIRAN

1
2

Anda mungkin juga menyukai