disusun oleh :
1. Amirrudin (2188201037)
2. Febrianto Miharbi (2188201047)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang
sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
pembuangan sampah. Sampah-sampah itudiangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja ditempat yang sudah disediakan tanpa diapa
apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangan berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan
menjadi bibit penyakit di kemudian hari.
Berdasarkan undang-ungang nomer 18 tauhun 2008, sampah adalah sisa
kegitan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan
sampah dimaksudkan kepada kegiatan sistematis menyeluruh, yang
berkesinambungan meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah Padat
Sampah padat merupakan material bahan buangan dari segala aktivitas
manusia yang berwujud padat. Menurut Widyaningrum et al. (2016), sampah
padat adalah bahan buangan yang berwujud padat dapat terdiri dari berbagai
sampah organik, sampah anorganik, dan sampah spesifik (sampah yang
memerlukan pengelolaan khusus karena sifat, konsentrasi, dan volume bahannya).
Sampah padat merupakan salah satu jenis sampah yang dilihat atau
dikelompokkan berdasarkan wujudnya. Sampah padat dapat berupa sampah sisa
kegiatan rumah tangga (tidak termasuk tinja atau urin, kotoran manusia, dan
limbah cair), hasil kegiatan industri, segala aktivitas domestik, dan sebagainya
yang bersifat kering serta tidak dapat berpindah dengan sendirinya kecuali
dipindahkan (Anggreni 2012).
Umumnya masyarakat awam hanya menyebutkan sampah saja, tidak
menyebutkan secara spesifik jenis sampah tersebut. Hal ini karena sampah padat
merupakan salah satu bentuk sampah yang paling sering dijumpai, sehingga
masyarakat beranggapan bahwa yang dikatakan sampah hanyalah sampah
berwujud padat. Sampah padat ini dianggap sebagai salah satu jenis sampah yang
cukup penting dan menjadi perhatian di seluruh dunia karena paling mudah
ditemukan. Sampah padat tidak hanya ditemukan di daratan saja, namun sampah
padat juga dapat ditemukan pada ekosistem perairan.
Menurut Anggreni (2012), sampah padat lebih sering dihasilkan dari aktivitas
rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit buah, kertas, plastik, wadah pembungkus
makanan atau minuman, kaleng, dan sebagainya. Komposisi sampah padat yang
dihasilkan berkaitan dengan pola hidup masyarakat. Hal ini didukung oleh
pendapat Leuhery (2011) bahwa, semakin maju pola hidup suatu masyarakat
maka, komposisi sampahnya akan semakin bervariasi.
2
Menurut Fitriana dan Soedirham (2013), jika tidak dikelola dengan baik
sampah padat dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti pencemaran
udara (menimbulkan bau yang tidak sedap, asap–asap beracun, dan asap
pembakaran), pencemaran air (perubahan warna, penurunan kualitas air, dan bau
tidak sedap pada air), serta tempat berkembangbiaknya bakteri dan serangga
pengganggu lain yang dapat menyebabkan penyakit (seperti diare, tifus, kolera,
dan sebagainya). Oleh karena itu, diperlukan penanganan dan kesadaran bersama
dari seluruh lapisan masyarakat agar permasalahan sampah padat yang ada dapat
diminimalisasi.
3
mikroba. Umumnya sampah padat non organik tidak dapat diurai oleh alam atau
mikroorganisme secara sempurna namun ada juga yang dapat diurai dengan waktu
yang lama. Sampah padat non organik ini biasanya berupa produk sintetis atau
hasil dari proses teknologi pengolahan bahan tambang atau pabrik. Sampah padat
non organik ini dibedakan lagi menjadi sampah padat logam dan produk-produk
olahannya seperti plastik, kertas, kaca, keramik, dan detergen (Aprilia et al. 2013).
Selain itu, jenis sampah juga dapat dikelompokkan berdasarkan sifat fisiknya
antara lain:
A. Sampah padat basah, yaitu sampah padat yang mengandung kadar air serta
mudah busuk. Terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah
membusuk seperti sisa makanan, buah dan sayuran.
B. Padat kering, yaitu sampah padat yang tidak memiliki kadar air dan sifatnya
tidak mudah busuk dimana tersusun dari bahan organik maupun anorganik.
Sampah padat kering ini terdiri atas dua jenis yaitu metalik misalnya pipa besi tua,
kaleng-kaleng bekas sedangkan non metalik seperti kertas, kayu, sisa-sisa kain,
kaca, mika, keramik, dan batu-batuan.
C. Sampah padat lembut atau kecil, yaitu sampah dengan partikel kecil, ringan
dan mudah beterbangan. Sampah padat ini dapat membahayakan dan mengganggu
pernafasan serta mata seperti debu.
D. Sampah padat besar, yaitu sampah padat yang berukuran besar, contohnya
seperti bekas peralatan rumah tangga.
E. Sampah padat B3, sampah padat yang berbahaya dan beracun terhadap
manusia, hewan, serta tanaman sehingga sampah jenis ini memerlukan
penanganan khusus. Sampah padat ini misalnya baterai dan jarum suntik bekas
(Kurniaty et al. 2016).
4
2.3.1. Dampak pada air
A. Mencemari air
Air sungai yang mulanya bersih dan jernih serta dapat digunakan untuk
kegiatan masyarakat seperti mencuci atau bahkan untuk dikonsumsi dapat
tercemar apabila di dalam sungai tersebut terdapat sampah padat. Air sungai yang
tercemar tidak dapat digunakan oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan
manusia seperti mencuci atau bahkan dikonsumsi (Hasibuan 2016).
B. Menimbulkan bau tidak sedap
Sampah padat yang terlalu banyak yang terdapat di Sungai dapat menimbulkan
tidak sedap yang dapat mengganggu lingkungan (Sulistiyorini 2018). Bau-bau
tersebut timbul apabila terdapat tumpukan sampah padat di pinggiran sungai.
C. Menyumbat aliran air sehingga dapat menyebabkan banjir
Sampah padat yang terlalu banyak dapat menyumbat air sungai untuk terus
mengalir. Apabila air sungai tidak mengalir dengan baik dapat menyebabkan
banjir ketika terjadi hujan lebat.
D. Menyebabkan gatal
Air sungai yang berhasil mengalir melewati tumpukan sampah padat sudah
pasti tercemar. Ketika air tersebut digunakan untuk mandi oleh masyarakat, bisa
jadi masyarakat yang menggunakan air tersebut akan merasa gatal.
E. Membahayakan makhluk hidup yang berada di sungai Sunting
Sampah padat yang terdapat di sungai akan terlihat seperti makanan bagi
makhluk hidup yang berada di sungai. Hal tersebut dapat menyebabkan
tersumbatnya saluran pencernaan bahkan menyebabkan kematian.
2.3.2. Dampak pada Daratan
A. Merusak estetika lingkungan
Tumpukkan sampah padat yang menggunung dapat merusak estetika
lingkungan.
B. Mengganggu kesehatan
Sampah padat khususnya sampah plastik sangat mudah terjadi reaksi kimia
pada suhu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan senyawa mikroplastik mudah
terlepas ke lingkungan sekitar. Tak hanya itu, sampah padat jika terkena suhu
5
tinggi dapat mempercepat bakteri berkembang biak dan dapat menyebabkan
penyakit diare pada manusia.
Selain itu, Marliani (2014) menyatakan bahwa jika pembakaran sampah plastik
tidak sempurna akan menghasilkan senyawa dioksin yang apabila terhirup
manusia dapat memicu penyakit hepatitis, kanker, gangguan sistem saraf, dan
pembengkakan hati.
C. Menimbulkan bau tidak sedap
Sampah padat yang menumpuk dapat menimbulkan bau tidak sedap jika tidak
dikelola dengan baik.
6
yang berdampak kepada lingkungan di sekitarnya yaitu polusi tanah dan
pencemaran kepada air sumur (Fadhillah et al. 2011).
D. Pembakaran (Incineration)
Proses pembakaran limbah padat atau incineration diawali dengan proses
pemisahan limbah padat atau sampah menjadi tiga jenis, yaitu sampah plastik dan
elektrik, sampah kayu, dan sampah lainnya. Sampah yang dapat dibakar
merupakan sampah kayu dan sampah lainnya, sedangkan sampah plastik dan
sampah elektronik diolah dengan cara lain karena mengandung zat yang
berbahaya bagi lingkungan sekitar apabila dilakukan proses pembakaran. Sampah
lainnya dipisahkan kembali antara sampah basah dan kering dengan mendeteksi
kelembaban pada sampah tersebut, agar sampah basah dapat dicampur dengan
sampah kayu untuk memaksimalkan proses pembakaran. Proses pembakaran
dilakukan hingga sampah hancur. Proses pembakaran tersebut menghasilkan tiga
jenis output yaitu energi panas, uap, dan emisi (Straka et al. 2018).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi, atau komponen
lain yang ke dalam air atau udara yang di sengaja ataupun tidak di sengaja
maupun yang tidak disengaja. Pencemaran juga bisa dikatakan berubahnya
tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam.
Jenis-jenis sampah secara umum terbagi menjadi 2, yaitu sampah organic
dan anorganik. Sampah menimbulkan beberapa masalah terhdap lingkungan
hidup. Dimana sampah menyebabkan kerusakan lingkungan , munculnya
penyakit, terjadinya banjir, sampai kerugian ekonomi. Upaya yang dapat
dilakukam untuk mengurangi dampak negatif dari sampah ialah dengan mendaur
ulang sampah, melakukan penimbunan sampah, dan tentunya kesadaran dari
masing-masing individu.
3.2 Saran
Untuk para mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam atau banyak
tentang makalah ini, di sarankan untuk mencari buku yang lebih khusus di
perpustakaan atau website yang relevan dan terpercaya di internet.
8
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, WH, 1994. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996.
Pengelolaan Sampah. Malang; PPPGT/ VEDC Malang.
https://id.mwikipedia.org/wiki/Sampah padat