Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia, Kota Medan juga merupakan ibu kota
Sumatera Utara. Kota ini merupakan salah satu kotanya Metropolis terbesar di pulau Jawa
dan kemudian menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia dibawah Jakarta dan Surabaya.
Semua budaya, etnis, ras dan kuliner yang berbeda. Medan memiliki fungsi pusat kota
dengan warga kota Jumlah aktivitas di Medan sangat tinggi dengan 2.567.288 jiwa di
masyarakat kelas atas dan di bidang ekonomi, sosial dan industri yang menjadikan
masyarakat Kota Medan sebagai masyarakat konsumen untuk kebutuhan sehari-hari. Semua
kebutuhan itu menghasilkan banyak sampah di kota Medan, yaitu sebanyak 1.193,85 ton per
hari.
Sampah saat ini menjadi masalah yang sangat kompleks, Pemkot Medan menghadapi
masalah yang belum terselesaikan Kini Pemkot Medan berupaya semaksimal mungkin untuk
mengatasi sampah tersebut dengan adanya berbagai pilihan telah diusulkan Implementasi
kota Medan berupa:
1. Menyediakan tong sampah organik dan non organik.
2. Setiap harinya menyediakan 211 truk sampah.
3. Menyediakan lahan untuk pengumpulan sampah sebelum diangkut ke pusat sampah yaitu
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA).
4. Memberikan penyulusan rutin terhadap masyarakat tentang pentingnya merawat
lingkungan.
5. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam hal pengumpulan sampah,
transportasi, pembuangan sampah.
Alternatif tersebut sudah dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan, namun pada
kenyataannya masalah sampah perkotaan belum juga terselesaikan Di Medan, sampah
dikumpulkan dalam wadah sebelum diangkut dan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir
Sampah (TPA).
Terdapat 2 (dua) TPA di Kota Medan yaitu TPA Luumuja dan TPA Namo Bintang yang
langsung dinaungi PEMKO Medan. Salah satu tempat pembuangan itu tidak dapat digunakan
lagi karena lahan yang tidak memadai. TPA (Tempat Pembuangan akhir sampah) Terjun
berada di jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan 01 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan
Medan Marelan yang beroperasi sejak tahun 1993 dan luasnya saat ini 137.563 M2 dan
menghasilkan sampah sebanyak 44.080.45 ton dan menggunakan System Controlled Landfill
and Sanitary Landfill yang mana sistem ini berupa penutupan tanah harus secara harian
(sanitary landfill) atau paling tidak secara periodik (controlled landfill) yang tebalnya 20-30
cm. Apabila penutupan sampah tidak dapat dilakukan secara harian maka harus dilakukan
penyemprotan iseksida. “(sumber Dinas Kebersihan UPTD TPA Terjun 2015)"
Sampah-sampah yang masuk ke TPA berbagai ragam mulai dari sampah rumah tangga,
sampah dari pasar tradisional maupun sampah dari perkotaan. Masalah ini bukan hanya
menjadi tanggung jawab dari Dinas kebersihan saja tetapi menjadi tanggung jawab setiap
masyarakat untuk menciptakan Medan bersih dari sampah.Untuk mengatasi masalah ini harus
ada peran Dinas Kebersihan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar sampah bisa
dikelola baik sesuai dengan Undang-Undang No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah harus diperhatikan agar masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini
Eksistensi nyata adanya menjelaskan masalah yang timbul merupakan masalah dari latar
belakang.Dalam penelitian ini perlu untuk mengidentifikasi:
Gambaran umum sistem pengelolaan sampah di wilayah Kota Medan.
Proyeksi timbulan sampah untuk dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
Perencanaan sistem pewadahan sampah di fasilitas umum.
Perencanaan sistem pengangkutan sampah.
Kebutuhan Lahan TPA dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
Proyeksi jumlah Armada dan Ritasi.
1.3. Pembatasan masalah
Pembatasan masalah merupakan batasan-batasan masalah yang sengaja dibuat agar
pembahasan yang akan di bahas tidak terlalu luas, oleh karena itu mengingat luasnya ruang
lingkup pembahasan tersebut dan agar tidak menimbulkan ketidak jelasan serta kekeliruan
dalam penelitian ini maka ada batasan masalah yang menjadikan penelitian lebih efektif dan
efisien agar lebih terarah. Penelitian ini hanya meneliti tentang Konsep Perencanaan sistem
pengelolaan sampah di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
1.4. Rumusan Masalah
Setiap penelitian harus selalu dilakukan dari berawal dari suatu masalah, walaupun diakui
bahwa memiliki masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses
penelitian. Menurut Winarto (1997:33) Rumusan masalah adalah setiap kesulitan yang
menggerakan manusia untuk memecahkan masalah, harus dirasakan sebagai rintangan yang
mesti dilakukan (dengan jalan mengatasinya). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka perumusalah masalah yaitu “Bagaimanakah Konsep perencaaan
sistem persampahan di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044)”.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalan untuk mengetahui konsep perencanaan pengelolaan sampah di
Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
1.5.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan
dalam kajian Administrasi Publik, khususnya tentang Konsep perencanaan pengelolaan
sampah yang ada di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
2. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah terutama dalam mengatasi sampah khususnya
sampah rumah tangga secara maksimal.
3. Bahan masukan bagi pembaca dan masyarakat dalam pengelolaan sampah baik yang
berada di rumah tangga, perkotaan maupun daerah industri.
1.6. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah proses yang sangat penting dalam menyusun suatu penelitian,
karena dalam proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti
dan bagaimana urutan peneliti dilakukan.
Menurut Muhammad (2009:75) Kerangka berfikir adalah gambaran mengenai hubungan
antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka
logis. Kerangka berfikir dari penulisan ini berupa Konsep perencanaan pengelolaan sampah
di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sampah


Sangat banyak kita temukan definisi tentang sampah, dalam penulisan ini ada beberapa
definisi tentang sampah yang jelas referensinya diantaranya, defenisi sampah menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai barang-barang buangan atau kotoran (seperti
daun-daun kering, kertas-kertas kotor dan sebagainya) atau barang yang tidak berharga, hina
dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976). Sedangkan sampah menurut kamus istilah
lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Ismoyo
dan Rijaluzzaman, 1994).
Istilah sampah berarti limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan
dan melindungi investasi pembangunan (Kisworo, 2010). Sampah pada dasarnya merupakan
suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi bahkan untuk membuang atau membersihkannya
memerlukan biaya yang cukup besar dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian alam.
Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan
memberikan pengertian bahwa sampah adalah sisa-sisa dari suatu benda berupa benda padat,
benda cair yang tidak berfungsi lagi, baik yang berasal dari rumah tangga, bangunan dan
termasuk yang ada di jalan umum.
Berbagai definisi diatas memberikan pengertian bahwa sampah adalah sesuatu hasil buangan
yang tidak bermanfaat sebagai akibat dari aktifitas manusia, dan cenderung memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan benar.

2.2. Timbulan Sampah


Semua orang setiap hari menghasilkan sampah. Rata - rata sampah yang dihasilkan oleh
setiap orang dalam sehari disebut timbulan sampah, yang dinyatakan dalam satuan volume
maupun dalam satuan bobot. Kisworo (2010) mengatakan istilah timbulan sampah kota dapat
diartikan sebagai banyaknya sampah total yang dihasilkan perhari dalam satu kota,
dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat. Sharadvita (2012) menambahkan
timbulan sampah adalah hasil buangan sampah domestik dan non domestik.
Sampah baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting dan berpengaruh terhadap timbulan sampah
adalah (Sastrawijaya dalam Yones, 2007) :
a. Jumlah penduduk, bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah ini berpacu dengan laju pertumbuhan penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin
banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak
tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,
peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan
kesejahteraan akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasi bertambah, produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan
konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah. c. Kemajuan teknologi akan menambah
jumlah kuantitas maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin
beragam, cara pengepakan suatu produk yang semakin beragam pula.

2.3. Pengelompokan Sampah Rumah Tangga


Berdasarkan sumbernya, sampah dapat digolongkan menjadi (a) sampah domestik misalnya
sampah rumah tangga, sampah pasar, sekolah dan sebagainya; (b) sampah non domestik
misalnya sampah pabrik, pertanian, perikanan, industri dan sebagainya (Sastrawijaya dalam
Yones, 2007). Berdasarkan hal tersebut diatas sangatlah penting untuk pengelolaan sampah
dimulai dari sumbernya. Pada tabel berikut dapat dilihat standar besaran sampah berdasarkan
sumbernya.
Tabel 1. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Timbulan
NO, Komponen Sumber Sampah, Satuan, Volume (liter), Berat (kg)
1, Rumah permanen, /orang/hari, 2,25 - 2,50, 0,350 - 0,400
2, Rumah semi permanen, /orang/hari, 2,00 - 2,25, 0,300 - 0,350
3, Rumah non-permanen, /orang/hari, 1,75 - 2,00, 0,250 - 0,300
4, Kantor, /pegawai/hari, 0,50 - 0,75, 0,025 - 0,100
5, Toko/ruko, /petugas/hari, 2,50 - 3,00, 0,150 - 0,350
6, Sekolah, /murid/hari, 0,10 - 0,15, 0,010 - 0,020
7, Jalan arteri sekunder, /m/hari, 0,10 - 0,15, 0,020 - 0,100
8, Jalan kolektor sekunder, /m/hari, 0,10 - 0,15, 0,010 - 0,050
9, Jalan lokal, /m/hari, 0,05 - 0,10, 0,005 - 0,025
10, Pasar, /m/hari, 0,20 - 0,60, 0,100 - 0,300
Sumber : (SNI S 04-1993-03)

Menurut Slamet (2000), berdasarkan atas jenisnya, sampah rumah tangga dapat dipilahkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Sampah yang mudah membusuk (garbage) Sampah ini terdiri atas bahan-bahan organik
seperti sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah-buahan, dan sebagainya, yang kemudian disebut
sampah basah.
2. Sampah yang tak dapat/sukar membusuk (rubbish) Sampah jenis ini terdiri atas bahan
anorganik, misalnya pecahan botol, kaca, besi, sisa bahan bangunan, dan sebagainya, yang
kemudian sering disebut sebagai sampah kering. Kelompok rubbish ini dapat dipilahkan
menjadi 2, yaitu : Sampah yang dapat dibakar (combustible rubbish) dan sampah yang tidak
dapat dibakar (non combustible rubbish). Sampah juga dapat dipilahkan lagi menjadi metallic
rubbish, misalnya sampah besi, timah, seng, aluminium, dll dan non metallic rubbish,
misalnya pecahan botol, gelas, kaca, rombakan bahan bangunan dan sebagainya.
3. Sampah yang berbentuk partikel halus Sampah yang berbentuk partikel halus merupakan
berkas/sisa pembakaran (abu) dan debu. Berdasarkan teknik pengelolaan dan jenis
pemanfaatannya dalam skala rumah tangga, sampah dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali, misalnya dibuat untuk pupuk kompos, untuk
makanan ternak.
2. Sampah yang dapat dibakar atau sebagai bahan bakar, misalnya untuk briket, biogas, dan
sebagainya.
3. Sampah yang harus dibuang untuk pertimbangan teknis dan ekonomis, misalnya sampah
B3 (sampah yang terdiri dari bahan-bahan berbahaya dan beracun, misalnya bahan kimia
beracun).

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1 Gambaran Umum Kota Medan
Medan adalah Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar
Udara Internasional Kualanamu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses
dari pusat kota menuju Pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api.
Berbatasan dengan Selat Malaka, medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang
sangat penting di Indonesia.

3.1.1 Kondisi Geografis


Kota Medan memiliki luas 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara.
Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas
wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relative besar. Secara geografis
Kota Medan terletak pada 3° 30’ - 3° 43’ Lintang U tara dan 98° 35’ - 98° 44’ Bujur Timur.
Batas-batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut :
Utara : Selat Malaka
Timur : Kabupaten Deli Serdang
Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Barat : Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan
didukung oleh daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam, seperti Deli Serdang,
Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo,
Binjai, dll. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan
berbagai Kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi
strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik
perdagangan domestic maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah
Belawan dari pusat Kota Medan saat ini.

3.2 Aspek Fisik


3.2.1 Topografi
Kota Medan berada pada 2,5 – 2,7 m diatas permukaan laut dan cenderung miring ke utara.
Sebagian wilayah Kota Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu Pantai Barat Belawan
dan daerah yang tergolong dataran tinggi seperti Kabupaten Karo. Oleh karena itu, suhu yang
ada di kota Medan menjadi tergolong panas
3.2.2 Tata Ruang Wilayah
Kota Medan dengan jumlah penduduk lebih dari dua juta jiwa, telah ditetapkan di dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Sumatera Utara sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN). Hal ini mempunyai arti bahwa Kota Medan mengemban tugas tidak hanya
melayani wilayah administratifnya tetapi juga melayani kegiatan skala nasional dan wilayah
yang lebih luas, yaitu provinsi dan beberapa provinsi yang ditandai dengan keberadaan
Bandara Polonia (saat ini dalam pemindahan ke Bandara Kuala Namu) dan Pelabuhan
Belawan sebagai Pelabuhan Hub Internasional.
Kota medan telah mempunyai Rencana Tata Ruang yang disusun pada tahun 1995, yakni
Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan Tahun 1995-2005. Namun rencana tata ruang
tersebut telah habis masa berlakunya dan dinyatakan sudah tidak berlaku lagi. Pada tahun
anggaran 2006, Pemerintah Kota Medan telah melakukan penyusunan Kembali RTRW Kota
Medan untuk masa berlaku tahun 2006-2016. Namun rencana tersebut disusun masih
mengacu kepada UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Dengan dikeluarkannya
UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang baru sebagai pengganti UU No. 24
Tahun 1992, maka semua rencana tata ruang yang telah disusun sebelum undang-undang
tersebut dikeluarkan harus dilakukan penyesuaian Kembali.

3.3 Kondisi Persampahan Kota Medan


Sampah merupakan masalah krusial yang dihadapi beberapa kota di Indonesia. Masalah-
masalah tersebut lebih terkonsentrasi pada manajemen pengelolaan sampah. Terbatasnya luas
lahan tempat pembuangan akhir sampah mempengaruhi tata kelola sampah terutama
pelayanan pembuangan sampah. Hanya 60-70% sampah yang dapat terangkut dan dibuang ke
TPA, sementara sisanya tersebar diberbagai tempat. Kehadiran sampah di Kota Medan
merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan pengelola kota. terutama
dalam hal penyediaan sarana dan prasarananya. Dengan penduduk hampir 3 juta jiwa,
sampah yang dihasilkan setiap harinya mencapai 1.500 ton. Perinciannya, 48% merupakan
sampah organik dan 52% lagi sampah anorganik. Jumlah sampah ini diperkirakan akan terus
bertambah, dimana tingkat pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 4%. Tumpukan sampah
yang mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan merupakan jenis pencemaran yang
dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang bersifat sosial. Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse dan Recycle, maka aparat pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam
melaksanakan pengelolaan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Penerapan tata kelola sampah yang selama ini hanya bertumpu pada pendekatan kumpul,
angkut, buang dengan mengandalkan keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), diubah
dengan pendekatan reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle). Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan di kota
Medan diharapkan mengubah paradigmanya terhadap sampah, yaitu memandang sampah
sebagai sesuatu yang memiliki nilai guna dan manfaat, sehingga dapat memperlakukan
sampah sebagai sumber daya alternatif yang dapat dimanfaatkan kembali, baik secara
langsung, proses daur ulang, maupun proses lainnya. segala upaya dilakukan oleh Pemerintah
Kota Medan untuk mengatasi sampah tersebut dengan adanya berbagai alternatif yang
dilakukan demi terwujudnya Kota Medan berupa :
1. Menyediakan tong sampah organik maupun non-organik.
2. Setiap harinya di angkut 211 truk sampah .
3. Menyediakan lahanuntuk pengumpulan sampah sebelum diangkut kepusat sampah yaitu
tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
4. Memberikan penyuluhan rutin terhadap masyarakat tentang pentingnya merawat
lingkungan.
5. Adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam hal pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan sampah.

Alternatif tersebut sudah di lakukan Dinas Kebersihan Kota Medan, akan tetapi
kenyataannya juga belum dapat terselesaikan persoalan sampah Kota Medan, sampah-sampah
tersebut dikumpulkan disuatu wadah sebelum diangkut dan di bawa ke Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA). Kota Medan mempunyai 2 (dua) TPA yaitu TPA Terjun dan TPA
Namo Bintang yang langsung dinaungi oleh PEMKO Medan. Salah satu TPA tersebut tidak
dapat di operasikan lagi karena lahan yang tidak memadai. TPA(Tempat Pembuangan akhir
sampah) Terjun berada di Jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan 01 Kelurahan Paya pasir
Kecamatan Medan Marelan yang sudah di operasikan sejak tahun 1993 dan memiliki luas
137.563 M2 dan sekarang menghasilkan sampah hingga 44.080.45ton dan menggunakan
system controlled landfill and sanitary landfill yang mana sistem ini berupa penutupan tanah
harus secara harian (sanitary landfill) atau minimal secara berkala (controlledlandfill) dengan
ketebalan 20-30cm. Apabila penutupan sampah tidak dapat dilakukan secara harian maka
harus dilakukan penyemprotan iseksida.”(sumber Dinas Kebersihan UPTD TPA Terjun
2015)” Dengan adanya system controlled and sanitary landfill pun belum mampu
menyelesaikan penumpukan sampah yang ada di TPA tersebut. Sampah-sampah yang masuk
ke TPA berbagai ragam mulai dari sampah rumah tangga, sampah dari pasak tradisional
maupun sampah dari perkotaan. Permasalahan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dari
Dinas Kebersihan saja tetapi menjadi tanggung jawab setiap masyarakat untuk menciptakan
Medan Bersih dari sampah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut harus ada peran Dinas
Kebersihan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar sampah bisa dikelola baik sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
sehingga peneliti menarik untuk membahas suatu masalah kedalam judul karya ilmiah yaitu
“Peran Dinas Kebersihan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di TPA(Tempat
Pembuangan Akhir Sampah) Terjun Kecamatan Medan Marelan”.

Bab IV
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

4.1 ASPEK TEKNIS


4.1.1 daerah yang dapat aspek kebersihan

Di Kota Medan, terdapat 10 kecamatan yang menjadi daerah pelayanan kebersihan.


Setiap kecamatan memiliki persentase wilayah yang terlayani oleh karena itu berikut
pelayanan kebersihan yang berbeda-beda,setiap kecematan sebagai berikut:

N
o. Kecamatan Persentase Terlayani (%)

1 Medan Barat 75

2 Medan Timur 82

3 Medan Selatan 68

4 Medan Utara 73

5 Medan Tuntungan 61

6 Medan Helvetia 79

7 Medan Petisah 71

8 Medan Johor 76

9 Medan Amplas 64

10 Medan Denai 70

4.2 Sistem Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan


sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga
mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung mapun
tidak langsung (SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan). Pengumpulan dapat dilakukan dengan cara pengumpulan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS)
atau langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa melalui proses pemindahan
terlebih dahulu.

Pengumpulan sampah membutuhkan pengetahuan dasar mengenai karakteristik dari


masing-masing sampah agar tidak menimbulkan permasalahan, baik biaya operasi maupun
keselamatan kerja dan lingkungan. Pada saat proses pengumpulan, sampah yang telah
dipilah sebaiknya tidak dicampur kembali. Sampah seharusnya dikumpulkan berdasarkan
jenis sampah yang telah dipilah di sumber. Pengumpulan sampah yang telah dipilah
dilakukan dengan pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah
dan sumber sampah serta penyediaan sarana pengumpul khusus sampah terpiklah. Untuk
sampah yang berpotensi didaur ulang maupun dikompos, tidak ikut ke dalam proses
pengumpulkan melainkan sampah akan diolah lebih lanjut.

Berdasarkan PerMen PU No. 03/PRT/M/2013, pola pengumpulan sampah dibagi menjadi:

a. Pola individual langsung

Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari rumah-rumah sumber sampah dan diangkut
langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.

b. Pola individual tidak langsung

Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke


lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.

c. Pola komunal langsung

Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing titik komunal dan diangkut ke
lokasi pembuangan akhir.

d. Pola komunal tidak langsung

Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal ke


lokasi pemindahan untuk diangkut selanjutnya ke tempat pembuangan akhir.

e. Pola penyapuan jalan

Merupakan kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan.

4.2.1 Sistem Pemindahan dan Pengangkutan Sampah

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkut untuk di bawa ke tempat pembuangan akhir. Sedangkan, Pengangkutan sampah
adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah
menuju ke tempat pembuangan akhir (SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan). Lokasi pemindahan sampah hendaknya
memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari
lokasi pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah.
Pemindahan sampah biasanya dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat dilakukan
secara manual atau mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan
secara mekanis (load haul). Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting
dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan waktu
angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila (Damanhuri dan Padmi, 2011):

a. Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani
sampah

b. Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh

c. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area0

d. Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti

e. Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah

Dengan optimasi sub-sistem seperti di atas maka diharapkan pengangkutan sampah menjadi
mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Bila mengacu pada sistem di negara maju, maka
pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu hauled container system
dan Stationary Container System (Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993):

a. Sistem Kontainer Angkat (Hauled Container System/HCSc)

Sistem kontainer angkat atau sistem HCSs adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir.
Sistem HCSc dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

b. Sistem Kontainer Tetap (Stationary Container System/SCSc)

Sistem kontainer tetap atau sistem SCSc adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat
berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. Sistem SCSc merupakan
sistem wadah tinggal ditujukan untuk

Selain sistem yang digunakan untuk mengangkut sampah, terdapat jenis peralatan atau
kendaraan angkut yang biasa digunakan dalam pengelolaan sampah adalah sebagai berikut
(PerMen PU No. 03/PRT/M/2013):

a. Truk biasa (terbuka)


Merupakan truk yang hanya berfungsi sebagai pengangkut sampah, tanpa ada perlakuan lain.
Bak pada truk ini biasanya terbuat dari bahan kayu atau plat besi. Penggunaan truk ini
menurunkan estetika dan kurang sehat sehingga perlu penutupan timbunan sampah di truk
agar tidak berterbangan. Penggunaan truk ini memerlukan waktu pengoperasian lebih lama
dan diperlukan tenaga yang lebih banyak.

b. Dump truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga
kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, 10 m3, dan 14 m3.
Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah
awak maksimum 3. Sebaiknya dump truck dilengkapi dengan tutup terpal dalam
perjalanan menuju ke TPA agar tidak mengganggu lingkungan.

c. Arm roll truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap dilakukan secara manual
dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, dan 10
m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan arm roll truck dapat dicapai
apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan
jumlah awak maksimum 1. Penggunaan truk ini biasanya dianjurkan untuk sumber
sampah yang besar seperti pasar. Efisiensi penggunaan truk ini relatif praktis dan cepat.

d. Compactor truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk memadatkan dan
membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap dilakukan secara manual dengan
tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, dan 10 m3.
Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan compactor truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah
awak maksimum 2.

e. Trailer truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan berdaya besar sehingga mampu mengangkut sampah dalam jumlah besar hingga 30
ton. Trailer memiliki kapasitas 20 sampai dengan 30 ton. Dalam pengangkutan sampah,
efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu
jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah awak maksimum 2. Truk ini cocok
untuk mengangkut sampah yang besar (bulky waste).

4.2.2 Teknik Oprasional Pengangkutan Sampah

Teknik operasional pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke


lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to
door) dan secara tidak langsung (sistem komunal) sebagai Tempat Pembuangan Sementara
(TPS), dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Secara langsung (door to door) :

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan bersamaan
seperti terlihat pada Gambar Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan
langsung diangkut ke tempat ke tempat pembuangan akhir:

2. Secara tidak langsung (Sistem Komunal)

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-
masing sumber dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak atau
becak pengumpul dan di angkat ke TPS. Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan
secara tidak langsung.TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus di angkut ke pemrosesan akhir untuk lebih jelas
nya terlihat pada gambar
Tempat
Pembuangan Akhir

4.2.3 Sistem Pemilahan

Menurut PERMEN PU 03/PRT/M/2013 pemilahan sampah merupakan kegiatan

mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis sampah menjadi paling

sedikit (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya

dan beracun

b. Sampah yang mudah terurai

c. Sampah yang dapat digunakan kembali

d. Sampah yang dapat di daur ulang

e. Sampah lainnya

Damanhuri (2010) mengatakan bahwa pewadahan sampah merupakan cara penampungan


sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual
ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal
ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah di wadahi sehingga
memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis
sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnya
dalam upaya daur-ulang. Di samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka:

a. Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat

b. Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah

c. Pencampuran sampah yang tidak sejenis


Berdasarkan SNI 19-2454-2002, sistem pewadahan yang dilakukan lebih baik dipisahkan
berdasar jenis sampah, yaitu:

a. Sampah organik, untuk sampah halaman, sisa makan, dan sampah dapur yang diletakkan di
wadah berwarna gelap.

b. Sampah anorganik, untuk gelas, plastik, logam, dan lainnya yang diletakkan di wadah
berwarna terang

c. Sampah bahan berbahaya dan beracun, diletakkan di wadah denganwarna merah.

Pengumpulan pertama umumnya didukung oleh prasarana yang terdiri dari pewadahan dan
gerobak pengangkut. Bentuk, ukuran dan bahan prasarana pendukung ini sangat bervariasi.
Prinsipnya, pewadahan sampah yang ditempatkan di area terbuka harus dilengkapi dengan
penutup agar air hujan tidak masuk. Tong atau bak sampah juga perlu mempertimbangkan
kemudahan bagi petugas sampah untuk mengeluarkan sampah dan memindahkannya ke
dalam gerobak sampah (Usaid, 2010). Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan
sampah sementara di sumber sampah. Sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan
menampung sampah sementara sebelum sampah dikumpulkan, dipindahkan, diangkut,
diolah, dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA.

Tujuan utama dari pewadahan adalah:

a. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak berdampak buruk
kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika.

b. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul


sampah.

Fungsi pemilahan dapat dilaksanakan dengan pengaturan:

a. Penyekatan sarana pengumpulan-pengangkutan sesuai dengan jenis sampah

b. Penjadwalan waktu pengumpulan sampah yang mudah membusuk, hendaknya diangkut


paling lama 2 hari sekali, sedang sampah non-hayati (anorganik) diangkut dengan
frekuensi seminggu sekali.
4.3 Sistem Timbulan Sampah

Timbulan Sampah

Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya sampah yang
timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau
perluas bangunan atau perpanjang jalan.

Berikut ini menampilkan data tentang Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
(SIPSN) di Kota Medan, Sumatera Utara, selama empat tahun terakhir, yaitu tahun 2019,
2020, 2021, dan 2022. Tabel tersebut memberikan informasi mengenai timbulan sampah
harian dan timbulan sampah tahunan dalam ton.

Tabel 4.1 sistem informasi timbulan sampah di kota medan setiap tahun

SIPSN - Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional

Kabupaten/ Timbulan Sampah Timbulan Sampah


Tahun Provinsi Kota Harian(ton) Tahunan(ton)

Sumatera
2022 Utara Kota Medan 1.722,60 628.749,22

Sumatera
2021 Utara Kota Medan 1.767,16 645.012,56

Sumatera
2020 Utara Kota Medan 1.704,68 622.206,89

Sumatera
2019 Utara Kota Medan 1.704,02 621.968,76

Data ini menunjukkan bahwa Kota Medan menghadapi tantangan dalam pengelolaan
sampah, karena jumlah timbulan sampah tahunan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Informasi yang terkumpul dari tabel ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis
tren peningkatan sampah di Kota Medan dan merumuskan strategi pengelolaan sampah yang
lebih efektif dan berkelanjutan di masa depan.

4.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah Jumlah penduduk, artinya


jumlah penduduk meningkat maka timbulan sampah meningkat. Keadaan sosial ekonomi,
semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat maka semakin banyak timbulan
sampah perkapita yang dihasilkan. Kemajuan teknologi, semakin maju teknologi akan
menambah sampah dari segi jumlah dan kualitas.

4.3.2 Metode Perhitungan Timbulan Sampah

Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey
pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu :

a. Mengukur langsung Memperoleh satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tangga) yang ditentu kan secara acak di sumber selama 8 hari
berturut-turut (SNI 19-3983-1995).

b. Load-count analysis Mengukur jumlah berat sampah yang masuk ke TPS, misalnya
diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis
penghasil sampah yang dilayani oleh truk yang mengumpulkan sampah tersebut, sehingga
akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekivalensi penduduk.

c. Weight-volume analysis Dengan tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang
masuk ke fasilitas penerima sampah (TPA) akan dapat diketahui dengan mudah dari waktu
ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area yang
layanan, dimana data penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan
diperoleh satuan timbulan sampah per ekuivalensi pendududuk.

d. Material balance analysis Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa
secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran
bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya.

4.3.3 Besaran Timbulan Sampah

Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Sampah dari pemukiman atau sampah rumah tangga.

2. Sampah dari non-pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti pasar dan
daerah komersial. Kedua jenis sumber sampah diatas dikenal sebagai sampah domestik,
sedangkan sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga sebagai contoh
limbah proses ind ustri disebut sebagai sampah non-domestik.

Tabel 2.1 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (L) Berat (Kg)


1 Rumah permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,35 – 0,40
2 Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,30 – 0,35
3 Rumah non permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,25 – 0,30
4 Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,03 – 0,1
5 Pertokoan /pegawai/hari 2,50 – 3,00 0,15 – 0,35
6 Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
7 Jalan arteri sekunde /m/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,1
8 Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
9 Jalan lokal /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025
10 Pasar /m²/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3
(Sumber : SNI 19-3983-1995)

Jumlah timbulan sampah ini akan berhubungan dengan elemen pengelolaan sampah,
antara lain :

1. Pemilihan peralatan, misalnya wadah alat pengumpul dan jenis pengangkut .

2. Perencanaan rute pengangkatan.

3. Fasilitas dalam pendauran ulang.

4. Luas dan jenis TPA.

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan rata-rata timbulan sampah merupakan langkah awal yang
dilakukan dalam pengolahan sampah, Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam
satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan lain sebagainya. Pada kota di
negara berkembang, dalam memperhitungkan besaran timbulan sampah, baiknya perlu
diperhitungkan adanya faktor pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga
sampai di TPA.

Berdasarkan SNI 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia,


maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut :

1. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 – 3,25 liter/orang/hari = 0,7 – 0,8
kg/orang/hari,

2. Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 liter/orang/hari = 0,625 – 0,7
kg/orang/hari.
Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti pasar, hotel, toko dan
kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah rumah tangga akan semakin kecil
porsinya dan sampah non rumah tangga akan lebih besar porsinya sehingga diperlukan
penyesuaian lanjut.

4.3.4 Penentuan Jumlah Sampel Analisis Timbulan Sampah Penentuan jumlah sampel
yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah adalah dengan pendekatan
statistika, yaitu :

a. Metode stratified random sampling yang biasanya didasarkan pada komposisi


pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa kuantitas dan kualitas sampah
dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat.

b. Jumlah sampel minimum ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa diterima
antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan yang diinginkan, dan
berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.

c. Pendekatan praktis dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah berdasarkan


atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk penentuan komposisi sampah, yaitu
minimum 500 liter atau sekitar 200 kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada
gerobak yang diketahui sumber sampahnya.

Penentuan jumlah sampel sampah dapat mempergunakan rumus berikut (SNI M 36-1991-
03) :

1. Bila jumlah penduduk dibawah 10 juta jiwa


v..........................................................................................(2.1) Keterangan : P =
jumlah jiwa yang menjadi sampel Ps = jumlah penduduk Cd = koefisien kepadatan Cd
= 1 bila kepadatan penduduk normal Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang Cd > 1
bila kepadatan penduduk padat
2. 2. Bila jumlah penduduk diatas 10 juta jiwa
…………………………………………………….(2.2) Keterangan : P = Jumlah jiwa
yang menjadi sampel Ps = jumlah penduduk Cd = koefisien kepadatan Cj = jumlah
penduduk 106

4.4 Komposisi sampah


Berikut ini menampilkan data tentang Sistem 2022Komposisi sampah berdasarkan
jenis nya di Kota Medan, Sumatera Utara, dan sampah di lingkungan memiliki analisis
sebagai berikut: persentase kaca dan karet/kulit masing-masing hanya sebesar 2%, kain
sebesar 3%, logam sebesar 8%, plastik sebesar 15%, kertas/karton sebesar 14%, kayu sebesar
5%, dan sisanya sebesar 42% merupakan sisa makanan. Dalam analisis ini, terlihat bahwa
terdapat kebutuhan untuk mengurangi penggunaan kaca, karet/kulit, dan plastik sekali pakai
dalam upaya menjaga lingkungan. Selain itu, pengelolaan limbah tekstil, logam,
kertas/karton, dan kayu juga perlu ditingkatkan melalui praktik daur ulang dan penggunaan
sumber daya yang berkelanjutan. Namun, yang paling penting adalah mengurangi
pemborosan makanan, karena persentase sisa makanan yang tinggi menjadi perhatian serius
yang perlu ditangani dengan lebih efisien.

4.5. SISTEM PENGELOLAAN YANG AKAN DITERAPKAN

Terdapat enam elemen d ipertimbangan untuk merencakan sistem pengelolaan sampah

seperti yang terdapat pada gambar berikut.


4.5.1 Proyeksi jumlah Penduduk

Estimasi jumlah di wilayah kota medan pada tahun proyeksi (2020- 2042) dengan metode
geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan bertambah secara aritmatika
dengan pertumbuhan penduduk 3%. Berikut formula yang digunakan pada metode aritmatika

Pn = Po( 1 + r.n)

Ket :

Pn = Jumlah penduduk tahun yang akan diproyeksi

Po = Jumlah penduduk tahun dasar

r = pertumbuhan penduduk

n = tahun yang dicari

Tabel angka pertumbuhan penduduk kota medan


no Tahun jumlah penduduk pria wanita

1 2020 2.435.252 1.212.069 1.223.183


2 2021 2.509.260 1.239.487 1.269.773
3 2022 2.584.536 1.267.465 1.317.071
4 2023 2.661.108 1.296.023 1.365.085
5 2024 2.739.005 1.325.181 1.413.824
6 2025 2.818.258 1.354.958 1.463.300
7 2026 2.898.896 1.385.377 1.513.519
8 2027 2.980.949 1.416.458 1.564.491
9 2028 3.064.448 1.448.225 1.616.223
10 2029 3.149.423 1.480.701 1.668.722
11 2030 3.235.904 1.513.911 1.722.993
12 2031 3.323.923 1.547.879 1.779.044
13 2032 3.413.510 1.582.630 1.836.880
14 2033 3.504.697 1.618.190 1.896.507
15 2034 3.597.514 1.654.585 1.957.929
16 2035 3.692.992 1.691.843 2.021.149
17 2036 3.791.164 1.730.989 2.086.175
18 2037 3.892.062 1.771.054 2.153.008
19 2038 3.995.720 1.812.062 2.221.658
20 2039 4.102.173 1.853.038 2.292.135
21 2040 4.211.457 1.895.006 2.364.451
22 2041 4.323.607 1.937.993 2.438.614
23 2042 4.438.660 1.982.024 2.514.636
4 .5.2 Proyeksi Timbulan Sampah

Proyeksi timbulan sampah di kota medan dengan rentang 22 tahun kedepan 2020 - 2043
dengan satu orang perhari berkontribusi menghasilkan timbulan sampah 0,80 kg/hari dengan
mellihat tabel sebagai berikut :

Tahu Populasi Jumla Kg/orang/ Sampah kg/tahun Sampah


n h hari hari kg/ton/tahun
2021 2.435.252 360 0,8 701.352.576 701.353
2022 2.509.260 360 0,8 722.666.880 722.667
2023 2.584.536 360 0,8 744.346.368 744.346
2024 2.661.108 360 0,8 766.399.104 766.399
2025 2.739.005 360 0,8 788.833.440 788.833
2026 2.818.258 360 0,8 811.658.304 811.658
2027 2.898.896 360 0,8 834.882.048 834.882
2028 2.980.949 360 0,8 858.513.312 858.513
2029 3.064.448 360 0,8 882.561.024 882.561
2030 3.149.423 360 0,8 907.033.824 907.034
2031 3.235.904 360 0,8 931.940.352 931.940
2032 3.323.923 360 0,8 957.289.824 957.290
2033 3.413.510 360 0,8 983.090.880 983.091
2034 3.504.697 360 0,8 1.009.352.736 1.009.353
2035 3.597.514 360 0,8 1.036.084.032 1.036.084
2036 3.692.992 360 0,8 1.063.581.696 1.063.582
2037 3.791.164 360 0,8 1.091.855.232 1.091.855
2038 3.892.062 360 0,8 1.120.913.856 1.120.914
2039 3.995.720 360 0,8 1.150.767.360 1.150.767
2040 4.102.173 360 0,8 1.181.425.824 1.181.426
2041 4.211.457 360 0,8 1.212.899.616 1.212.900
2042 4.323.607 360 0,8 1.245.198.816 1.245.199
2043 4.438.660 360 0,8 1.278.334.080 1.278.334
Jumlah 22.280.981.184 22.280.981

4.5.3 Sistem Pengelolaan yang akan di terapkan


Sistem pemerintahan yang kondusif guna mencapai visi dan misi organisasi yaitu sistem
pemerintahan yang kondusif, tersedia Perda pengelolaan sampah, dukungan dari Bupati kota
medan terkait pengelolaan sampah, adanya pertumbuhan perekonomian di kota medan dan
dibentuknya kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah. Badan pengendalian
lingkungan hidup (BPLH) kota medan mengalami penggabungan dengan bidang
persampahan dari Dinas Perumahan tata ruang dan kebersihan (Dispertasih) dan berubah
nama menjadi Dinas Lingkungan Hidup Kota medan (DLH tentang pembentukan organisasi
lembaga teknis daerah kota medan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sedangkan
fungsi dari kepala dinas lingkungan kota medan yaitu :

 Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkupnya.


 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum.
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas.
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

Untuk mewujudkan misi kota medan dalam meningkatkan pengelolaan sampah, maka kota
medan harus memiliki tujuan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut maka Dinas Lingkungan Hidup kota medan harus
memiliki tujuan sebagai berikut :

 Meningkatkan pengelolaan persampahan yang responsif


 Meningkatkan kapasitas internal
 Meningkatkan kualitas melalui penerapan managemen lingkungan perihal mengelola
persampahan
 Melaksanakan edukasi terhadap masyarakat agar berperan keikut sertaan dalam
mengelola sampah.
Gambar skema sistem pengelolaan sampah tahun 2023

Sumber : analisa penulis

Dari data yang didapat kan dan perhitungan yang dilakukan terhadap jumlah penduduk di
Kota medan dapat diketahui jumlah timbulan sampah tiap tahunnya meningkat yang
disebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin tinggi. Selain itu pola perilaku
masyarakat sekitar masih kurang pemahamannya tentang bagaimana mengelola sampah

4.5.4 Transfer dan Transport dari TPS menuju TPA

Operasi pengangkutan yang ekonomis ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Dipilih rute yang sependek-pendeknya dan sedikit hambatan.

2. Mempergunakan truk yang kapasitas daya angkutnya se-maksimal mungkin


3. Mempergunakan kendaraan yang hemat bahan bakar.

4. Jumlah trip pengangkutan sebanyak mungkin dalam waktu yang diizinkan.

Persyaratan untuk kendaraan pengangkutan sampah adalah :

1. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, minimal ditutup dengan jaring.

2. Tinggi bak maksimum 1,6 m.

3. Sebaiknya ada alat ungkit.

4. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui.

Asumsi :

Sistem pengangkutan sampah seluruh kota medan dilakukan dengan sistem HCS (Hauled
Container System) yaitu dengan mengumpulkan sampah di UPS

kemudian dibawa ke TPA secara bolak-balik.

- Waktu perjalanan dari UPS ke TPA 1 jam

- Waktu perjalanan dari UPS ke TPA 1 jam

- Waktu bongkar muat sampah di UPS 20 menit/rit

- Waktu bongkar muat sampah di UPS 20 menit/rit

Anda mungkin juga menyukai