PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia, Kota Medan juga merupakan ibu kota
Sumatera Utara. Kota ini merupakan salah satu kotanya Metropolis terbesar di pulau Jawa
dan kemudian menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia dibawah Jakarta dan Surabaya.
Semua budaya, etnis, ras dan kuliner yang berbeda. Medan memiliki fungsi pusat kota
dengan warga kota Jumlah aktivitas di Medan sangat tinggi dengan 2.567.288 jiwa di
masyarakat kelas atas dan di bidang ekonomi, sosial dan industri yang menjadikan
masyarakat Kota Medan sebagai masyarakat konsumen untuk kebutuhan sehari-hari. Semua
kebutuhan itu menghasilkan banyak sampah di kota Medan, yaitu sebanyak 1.193,85 ton per
hari.
Sampah saat ini menjadi masalah yang sangat kompleks, Pemkot Medan menghadapi
masalah yang belum terselesaikan Kini Pemkot Medan berupaya semaksimal mungkin untuk
mengatasi sampah tersebut dengan adanya berbagai pilihan telah diusulkan Implementasi
kota Medan berupa:
1. Menyediakan tong sampah organik dan non organik.
2. Setiap harinya menyediakan 211 truk sampah.
3. Menyediakan lahan untuk pengumpulan sampah sebelum diangkut ke pusat sampah yaitu
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA).
4. Memberikan penyulusan rutin terhadap masyarakat tentang pentingnya merawat
lingkungan.
5. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam hal pengumpulan sampah,
transportasi, pembuangan sampah.
Alternatif tersebut sudah dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan, namun pada
kenyataannya masalah sampah perkotaan belum juga terselesaikan Di Medan, sampah
dikumpulkan dalam wadah sebelum diangkut dan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir
Sampah (TPA).
Terdapat 2 (dua) TPA di Kota Medan yaitu TPA Luumuja dan TPA Namo Bintang yang
langsung dinaungi PEMKO Medan. Salah satu tempat pembuangan itu tidak dapat digunakan
lagi karena lahan yang tidak memadai. TPA (Tempat Pembuangan akhir sampah) Terjun
berada di jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan 01 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan
Medan Marelan yang beroperasi sejak tahun 1993 dan luasnya saat ini 137.563 M2 dan
menghasilkan sampah sebanyak 44.080.45 ton dan menggunakan System Controlled Landfill
and Sanitary Landfill yang mana sistem ini berupa penutupan tanah harus secara harian
(sanitary landfill) atau paling tidak secara periodik (controlled landfill) yang tebalnya 20-30
cm. Apabila penutupan sampah tidak dapat dilakukan secara harian maka harus dilakukan
penyemprotan iseksida. “(sumber Dinas Kebersihan UPTD TPA Terjun 2015)"
Sampah-sampah yang masuk ke TPA berbagai ragam mulai dari sampah rumah tangga,
sampah dari pasar tradisional maupun sampah dari perkotaan. Masalah ini bukan hanya
menjadi tanggung jawab dari Dinas kebersihan saja tetapi menjadi tanggung jawab setiap
masyarakat untuk menciptakan Medan bersih dari sampah.Untuk mengatasi masalah ini harus
ada peran Dinas Kebersihan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar sampah bisa
dikelola baik sesuai dengan Undang-Undang No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah harus diperhatikan agar masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini
Eksistensi nyata adanya menjelaskan masalah yang timbul merupakan masalah dari latar
belakang.Dalam penelitian ini perlu untuk mengidentifikasi:
Gambaran umum sistem pengelolaan sampah di wilayah Kota Medan.
Proyeksi timbulan sampah untuk dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
Perencanaan sistem pewadahan sampah di fasilitas umum.
Perencanaan sistem pengangkutan sampah.
Kebutuhan Lahan TPA dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
Proyeksi jumlah Armada dan Ritasi.
1.3. Pembatasan masalah
Pembatasan masalah merupakan batasan-batasan masalah yang sengaja dibuat agar
pembahasan yang akan di bahas tidak terlalu luas, oleh karena itu mengingat luasnya ruang
lingkup pembahasan tersebut dan agar tidak menimbulkan ketidak jelasan serta kekeliruan
dalam penelitian ini maka ada batasan masalah yang menjadikan penelitian lebih efektif dan
efisien agar lebih terarah. Penelitian ini hanya meneliti tentang Konsep Perencanaan sistem
pengelolaan sampah di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
1.4. Rumusan Masalah
Setiap penelitian harus selalu dilakukan dari berawal dari suatu masalah, walaupun diakui
bahwa memiliki masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses
penelitian. Menurut Winarto (1997:33) Rumusan masalah adalah setiap kesulitan yang
menggerakan manusia untuk memecahkan masalah, harus dirasakan sebagai rintangan yang
mesti dilakukan (dengan jalan mengatasinya). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka perumusalah masalah yaitu “Bagaimanakah Konsep perencaaan
sistem persampahan di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044)”.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalan untuk mengetahui konsep perencanaan pengelolaan sampah di
Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
1.5.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan
dalam kajian Administrasi Publik, khususnya tentang Konsep perencanaan pengelolaan
sampah yang ada di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
2. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah terutama dalam mengatasi sampah khususnya
sampah rumah tangga secara maksimal.
3. Bahan masukan bagi pembaca dan masyarakat dalam pengelolaan sampah baik yang
berada di rumah tangga, perkotaan maupun daerah industri.
1.6. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah proses yang sangat penting dalam menyusun suatu penelitian,
karena dalam proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti
dan bagaimana urutan peneliti dilakukan.
Menurut Muhammad (2009:75) Kerangka berfikir adalah gambaran mengenai hubungan
antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka
logis. Kerangka berfikir dari penulisan ini berupa Konsep perencanaan pengelolaan sampah
di Kota Medan dua puluh tahun kedepan (2023-2044).
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Slamet (2000), berdasarkan atas jenisnya, sampah rumah tangga dapat dipilahkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Sampah yang mudah membusuk (garbage) Sampah ini terdiri atas bahan-bahan organik
seperti sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah-buahan, dan sebagainya, yang kemudian disebut
sampah basah.
2. Sampah yang tak dapat/sukar membusuk (rubbish) Sampah jenis ini terdiri atas bahan
anorganik, misalnya pecahan botol, kaca, besi, sisa bahan bangunan, dan sebagainya, yang
kemudian sering disebut sebagai sampah kering. Kelompok rubbish ini dapat dipilahkan
menjadi 2, yaitu : Sampah yang dapat dibakar (combustible rubbish) dan sampah yang tidak
dapat dibakar (non combustible rubbish). Sampah juga dapat dipilahkan lagi menjadi metallic
rubbish, misalnya sampah besi, timah, seng, aluminium, dll dan non metallic rubbish,
misalnya pecahan botol, gelas, kaca, rombakan bahan bangunan dan sebagainya.
3. Sampah yang berbentuk partikel halus Sampah yang berbentuk partikel halus merupakan
berkas/sisa pembakaran (abu) dan debu. Berdasarkan teknik pengelolaan dan jenis
pemanfaatannya dalam skala rumah tangga, sampah dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali, misalnya dibuat untuk pupuk kompos, untuk
makanan ternak.
2. Sampah yang dapat dibakar atau sebagai bahan bakar, misalnya untuk briket, biogas, dan
sebagainya.
3. Sampah yang harus dibuang untuk pertimbangan teknis dan ekonomis, misalnya sampah
B3 (sampah yang terdiri dari bahan-bahan berbahaya dan beracun, misalnya bahan kimia
beracun).
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1 Gambaran Umum Kota Medan
Medan adalah Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar
Udara Internasional Kualanamu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses
dari pusat kota menuju Pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api.
Berbatasan dengan Selat Malaka, medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang
sangat penting di Indonesia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan
didukung oleh daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam, seperti Deli Serdang,
Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo,
Binjai, dll. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan
berbagai Kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Disamping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi
strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik
perdagangan domestic maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah
Belawan dari pusat Kota Medan saat ini.
Alternatif tersebut sudah di lakukan Dinas Kebersihan Kota Medan, akan tetapi
kenyataannya juga belum dapat terselesaikan persoalan sampah Kota Medan, sampah-sampah
tersebut dikumpulkan disuatu wadah sebelum diangkut dan di bawa ke Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA). Kota Medan mempunyai 2 (dua) TPA yaitu TPA Terjun dan TPA
Namo Bintang yang langsung dinaungi oleh PEMKO Medan. Salah satu TPA tersebut tidak
dapat di operasikan lagi karena lahan yang tidak memadai. TPA(Tempat Pembuangan akhir
sampah) Terjun berada di Jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan 01 Kelurahan Paya pasir
Kecamatan Medan Marelan yang sudah di operasikan sejak tahun 1993 dan memiliki luas
137.563 M2 dan sekarang menghasilkan sampah hingga 44.080.45ton dan menggunakan
system controlled landfill and sanitary landfill yang mana sistem ini berupa penutupan tanah
harus secara harian (sanitary landfill) atau minimal secara berkala (controlledlandfill) dengan
ketebalan 20-30cm. Apabila penutupan sampah tidak dapat dilakukan secara harian maka
harus dilakukan penyemprotan iseksida.”(sumber Dinas Kebersihan UPTD TPA Terjun
2015)” Dengan adanya system controlled and sanitary landfill pun belum mampu
menyelesaikan penumpukan sampah yang ada di TPA tersebut. Sampah-sampah yang masuk
ke TPA berbagai ragam mulai dari sampah rumah tangga, sampah dari pasak tradisional
maupun sampah dari perkotaan. Permasalahan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dari
Dinas Kebersihan saja tetapi menjadi tanggung jawab setiap masyarakat untuk menciptakan
Medan Bersih dari sampah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut harus ada peran Dinas
Kebersihan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar sampah bisa dikelola baik sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
sehingga peneliti menarik untuk membahas suatu masalah kedalam judul karya ilmiah yaitu
“Peran Dinas Kebersihan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di TPA(Tempat
Pembuangan Akhir Sampah) Terjun Kecamatan Medan Marelan”.
Bab IV
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI
N
o. Kecamatan Persentase Terlayani (%)
1 Medan Barat 75
2 Medan Timur 82
3 Medan Selatan 68
4 Medan Utara 73
5 Medan Tuntungan 61
6 Medan Helvetia 79
7 Medan Petisah 71
8 Medan Johor 76
9 Medan Amplas 64
10 Medan Denai 70
Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari rumah-rumah sumber sampah dan diangkut
langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.
Merupakan kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing titik komunal dan diangkut ke
lokasi pembuangan akhir.
Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkut untuk di bawa ke tempat pembuangan akhir. Sedangkan, Pengangkutan sampah
adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah
menuju ke tempat pembuangan akhir (SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan). Lokasi pemindahan sampah hendaknya
memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari
lokasi pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah.
Pemindahan sampah biasanya dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat dilakukan
secara manual atau mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan
secara mekanis (load haul). Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting
dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan waktu
angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila (Damanhuri dan Padmi, 2011):
a. Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani
sampah
c. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area0
Dengan optimasi sub-sistem seperti di atas maka diharapkan pengangkutan sampah menjadi
mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Bila mengacu pada sistem di negara maju, maka
pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu hauled container system
dan Stationary Container System (Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993):
Sistem kontainer angkat atau sistem HCSs adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir.
Sistem HCSc dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Sistem kontainer tetap atau sistem SCSc adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat
berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. Sistem SCSc merupakan
sistem wadah tinggal ditujukan untuk
Selain sistem yang digunakan untuk mengangkut sampah, terdapat jenis peralatan atau
kendaraan angkut yang biasa digunakan dalam pengelolaan sampah adalah sebagai berikut
(PerMen PU No. 03/PRT/M/2013):
b. Dump truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga
kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, 10 m3, dan 14 m3.
Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah
awak maksimum 3. Sebaiknya dump truck dilengkapi dengan tutup terpal dalam
perjalanan menuju ke TPA agar tidak mengganggu lingkungan.
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap dilakukan secara manual
dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, dan 10
m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan arm roll truck dapat dicapai
apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan
jumlah awak maksimum 1. Penggunaan truk ini biasanya dianjurkan untuk sumber
sampah yang besar seperti pasar. Efisiensi penggunaan truk ini relatif praktis dan cepat.
d. Compactor truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk memadatkan dan
membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap dilakukan secara manual dengan
tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3, dan 10 m3.
Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan compactor truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah
awak maksimum 2.
e. Trailer truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi dengan sistem hidrolis untuk mengangkat bak
dan berdaya besar sehingga mampu mengangkut sampah dalam jumlah besar hingga 30
ton. Trailer memiliki kapasitas 20 sampai dengan 30 ton. Dalam pengangkutan sampah,
efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu
jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah awak maksimum 2. Truk ini cocok
untuk mengangkut sampah yang besar (bulky waste).
Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan bersamaan
seperti terlihat pada Gambar Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan
langsung diangkut ke tempat ke tempat pembuangan akhir:
Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-
masing sumber dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak atau
becak pengumpul dan di angkat ke TPS. Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan
secara tidak langsung.TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus di angkut ke pemrosesan akhir untuk lebih jelas
nya terlihat pada gambar
Tempat
Pembuangan Akhir
mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis sampah menjadi paling
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun
e. Sampah lainnya
a. Sampah organik, untuk sampah halaman, sisa makan, dan sampah dapur yang diletakkan di
wadah berwarna gelap.
b. Sampah anorganik, untuk gelas, plastik, logam, dan lainnya yang diletakkan di wadah
berwarna terang
Pengumpulan pertama umumnya didukung oleh prasarana yang terdiri dari pewadahan dan
gerobak pengangkut. Bentuk, ukuran dan bahan prasarana pendukung ini sangat bervariasi.
Prinsipnya, pewadahan sampah yang ditempatkan di area terbuka harus dilengkapi dengan
penutup agar air hujan tidak masuk. Tong atau bak sampah juga perlu mempertimbangkan
kemudahan bagi petugas sampah untuk mengeluarkan sampah dan memindahkannya ke
dalam gerobak sampah (Usaid, 2010). Wadah sampah adalah tempat untuk menyimpan
sampah sementara di sumber sampah. Sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan
menampung sampah sementara sebelum sampah dikumpulkan, dipindahkan, diangkut,
diolah, dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA.
a. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak berdampak buruk
kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika.
Timbulan Sampah
Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya sampah yang
timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau
perluas bangunan atau perpanjang jalan.
Berikut ini menampilkan data tentang Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
(SIPSN) di Kota Medan, Sumatera Utara, selama empat tahun terakhir, yaitu tahun 2019,
2020, 2021, dan 2022. Tabel tersebut memberikan informasi mengenai timbulan sampah
harian dan timbulan sampah tahunan dalam ton.
Tabel 4.1 sistem informasi timbulan sampah di kota medan setiap tahun
Sumatera
2022 Utara Kota Medan 1.722,60 628.749,22
Sumatera
2021 Utara Kota Medan 1.767,16 645.012,56
Sumatera
2020 Utara Kota Medan 1.704,68 622.206,89
Sumatera
2019 Utara Kota Medan 1.704,02 621.968,76
Data ini menunjukkan bahwa Kota Medan menghadapi tantangan dalam pengelolaan
sampah, karena jumlah timbulan sampah tahunan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Informasi yang terkumpul dari tabel ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis
tren peningkatan sampah di Kota Medan dan merumuskan strategi pengelolaan sampah yang
lebih efektif dan berkelanjutan di masa depan.
Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey
pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu :
a. Mengukur langsung Memperoleh satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tangga) yang ditentu kan secara acak di sumber selama 8 hari
berturut-turut (SNI 19-3983-1995).
b. Load-count analysis Mengukur jumlah berat sampah yang masuk ke TPS, misalnya
diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis
penghasil sampah yang dilayani oleh truk yang mengumpulkan sampah tersebut, sehingga
akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekivalensi penduduk.
c. Weight-volume analysis Dengan tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang
masuk ke fasilitas penerima sampah (TPA) akan dapat diketahui dengan mudah dari waktu
ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area yang
layanan, dimana data penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan
diperoleh satuan timbulan sampah per ekuivalensi pendududuk.
d. Material balance analysis Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa
secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran
bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya.
2. Sampah dari non-pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti pasar dan
daerah komersial. Kedua jenis sumber sampah diatas dikenal sebagai sampah domestik,
sedangkan sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga sebagai contoh
limbah proses ind ustri disebut sebagai sampah non-domestik.
Jumlah timbulan sampah ini akan berhubungan dengan elemen pengelolaan sampah,
antara lain :
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan rata-rata timbulan sampah merupakan langkah awal yang
dilakukan dalam pengolahan sampah, Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam
satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan lain sebagainya. Pada kota di
negara berkembang, dalam memperhitungkan besaran timbulan sampah, baiknya perlu
diperhitungkan adanya faktor pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga
sampai di TPA.
1. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 – 3,25 liter/orang/hari = 0,7 – 0,8
kg/orang/hari,
2. Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 liter/orang/hari = 0,625 – 0,7
kg/orang/hari.
Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti pasar, hotel, toko dan
kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah rumah tangga akan semakin kecil
porsinya dan sampah non rumah tangga akan lebih besar porsinya sehingga diperlukan
penyesuaian lanjut.
4.3.4 Penentuan Jumlah Sampel Analisis Timbulan Sampah Penentuan jumlah sampel
yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah adalah dengan pendekatan
statistika, yaitu :
b. Jumlah sampel minimum ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa diterima
antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan yang diinginkan, dan
berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.
Penentuan jumlah sampel sampah dapat mempergunakan rumus berikut (SNI M 36-1991-
03) :
Estimasi jumlah di wilayah kota medan pada tahun proyeksi (2020- 2042) dengan metode
geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan bertambah secara aritmatika
dengan pertumbuhan penduduk 3%. Berikut formula yang digunakan pada metode aritmatika
Pn = Po( 1 + r.n)
Ket :
r = pertumbuhan penduduk
Proyeksi timbulan sampah di kota medan dengan rentang 22 tahun kedepan 2020 - 2043
dengan satu orang perhari berkontribusi menghasilkan timbulan sampah 0,80 kg/hari dengan
mellihat tabel sebagai berikut :
Untuk mewujudkan misi kota medan dalam meningkatkan pengelolaan sampah, maka kota
medan harus memiliki tujuan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut maka Dinas Lingkungan Hidup kota medan harus
memiliki tujuan sebagai berikut :
Dari data yang didapat kan dan perhitungan yang dilakukan terhadap jumlah penduduk di
Kota medan dapat diketahui jumlah timbulan sampah tiap tahunnya meningkat yang
disebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin tinggi. Selain itu pola perilaku
masyarakat sekitar masih kurang pemahamannya tentang bagaimana mengelola sampah
Operasi pengangkutan yang ekonomis ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
Asumsi :
Sistem pengangkutan sampah seluruh kota medan dilakukan dengan sistem HCS (Hauled
Container System) yaitu dengan mengumpulkan sampah di UPS